Anda di halaman 1dari 16

PERKEMBANGAN EKONOMI DAN POLITIK INDONESIA PADA MASA

PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY)


2004 - 2014

TUGAS KELOMPOK SEJARAH


XII MULTIMEDIA – A

DISUSUN OLEH :
1. ASTRI LITA NURBAETI
2. INDRI SEPTIANI
3. KARLINAH
4. MAYA DWI YANI
5. NIKEN ELIYANI
6. RENITA FEROLINA
7. SITI NURLAELAH
8. WIDIA SALEHA
BAB I
PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Susilo Bambang Yudhoyono yang biasa disebut SBY, dilantik sebagai presiden keenam
Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2004. SBY juga merupakan presiden
Indonesia yang pertama kali berhasil melaksanakan masa pemerintahannya secara penuh
di masa reformasi ini. Pada masa pemerintahan SBY ini terdapat beberapa kondisi dan
kebijakan yang ditempuh baik dalam bidang ideologi, politik, ketahanan dan keamanan,
ekonomi, sosial, maupun budaya.

Terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono telah membuat babak baru dalam perjalanan
sejarah Indonesia. Beliau dilantik sebagai presiden keenam Republik Indonesia pada
tanggal 20 Oktober 2004 bersama wapresnya Jusuf Kalla yang kemudian kembali terpilih
di Pemilu 2009 bersama wapresnya Boediono. Bersama dengan pasangannya, SBY
memiliki komitmen untuk tetap melaksanakan agenda reformasi. Program pertama
pemerintahan SBY-JK dikenal dengan program 100 hari. Program ini bertujuan
memperbaiki sitem ekonomi yang sangat memberatkan rakyat Indonesia, memperbaiki
kinerja pemerintahan dari unsur KKN, serta mewujudkan keadilan dan demokratisasi
melalui kepolisian dan kejaksaan agung.

Langkah tersebut disambut baik oleh masyarakat. Secara umum SBY-JK melakukan
pemeriksaan kepada pejabat yang diduga korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
diberi kebebasan oleh presiden melakukan audit dan pemberantasan korupsi. Hasilnya
telah terjadi pemeriksaan tersangka korupsi dan pejabat pemerintahan sebanyak 31 orang
selama 100 hari. Artinya SBY-JK sungguh memilki komitmen dalam upaya pemberantasan
korupsi. Namun demikian, masih banyak hal yang harus dievaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN

1. A. Profil Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

Jend. TNI ( Purn.) Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono (lahir di Tremas, Arjosari, Pacitan,
Jawa Timur, Indonesia, 9 September 1949; umur 62 tahun) adalah Presiden Indonesia ke-6
yang menjabat sejak 20 Oktober 2004. Ia, bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla,
terpilih dalam Pemilu Presiden 2004. Ia berhasil melanjutkan pemerintahannya untuk
periode kedua dengan kembali memenangkan Pemilu Presiden 2009, kali ini bersama
Wakil Presiden Boediono. Sehingga, sejak era reformasi dimulai, Susilo Bambang
Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia pertama yang menyelesaikan masa
kepresidenan selama 5 tahun dan berhasil terpilih kembali untuk periode kedua.
Yudhoyono yang dipanggil “Sus” oleh orang tuanya dan populer dengan panggilan “SBY”,
melewatkan sebagian masa kecil dan remajanya di Pacitan. Ia merupakan seorang
pensiunan militer. Selama di militer ia lebih dikenal sebagai Bambang Yudhoyono. Karier
militernya terhenti ketika ia diangkat Presiden Abdurrahman Wahid sebagai Menteri
Pertambangan dan Energi pada tahun 1999 dan tampil sebagai salah seorang
pendiri Partai Demokrat. Pangkat terakhir Susilo Bambang Yudhoyono adalah Jenderal TNI
sebelum pensiun pada 25 September 2000. Pada Pemilu Presiden 2004, keunggulan
suaranya dari Presiden Megawati Soekarnoputri membuatnya menjadi presiden pertama
yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia. Hal ini dimungkinkan
setelah melalui amandemen UUD 1945.

Dalam kehidupan pribadinya, Ia menikah dengan Kristiani Herrawati yang merupakan


anak perempuan ketiga Jenderal (Purn) Sarwo Edhi Wibowo (alm), komandan RPKAD (kini
Kopassus) yang turut membantu menumpas Partai Komunis Indonesia (PKI) pada
tahun1965.
1. B. Masa Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono

Masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dapat dibagi menjadi dua masa,
yaitu masa pemerintahan SBY-JK dan SBY-Boediono.

 Pemerintahan SBY-JK (2004-2009).

Dalam pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya,


Jusuf Kalla mencetuskan visi dan misi sebagai berikut:
Visi :

1. Terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang aman, bersatu, rukun
dan damai.

2. Terwujudnya masyarakat, bangsa dan negara yang menjunjung tinggi hukum,


kesetaraan dan hak-hak asasi manusia.

3. Terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan


penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan
yang berkelanjutan.

Misi :

1. Mewujudkan Indonesia yang aman damai

2. Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis

3. Mewujudkan Indonesia yang sejahtera


 Pemerintahan SBY-Boediono berlangsung dari tahun 2009 -2014.

Dalam pemerintahan ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama wakilnya,


Boediono mencetuskan visi dan misi sebagai berikut :

Visi :

TERWUJUDNYA INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL, DAN MAKMUR

1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera

2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi

3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang

Misi :

MEWUJUDKAN INDONESIA YANG LEBIH SEJAHTERA, AMAN DAN DAMAI DAN


MELETAKKAN FONDASI YANG LEBIH KUAT BAGI INDONESIA YANG ADIL DAN
DEMOKRATIS.

1. Melanjutkan Pembangunan Ekonomi Indonesia untuk mencapai Kesejahteraan bagi


seluruh Rakyat Indonesia.
2. Melanjutkan upaya menciptakan Good Government dan Good Corporate
Governance.
3. Demokratisasi Pembangunan dengan memberikan ruang yang cukup untuk
partisipasi dan kreativitas segenap komponen Bangsa.
4. Melanjutkan penegakan hukum tanpa pandang bulu dan memberantas korupsi.
5. Belajar dari pengalaman yang lalu dan dari negara-negara lain, maka Pembangunan
Masyarakat Indonesia adalah pembangunan yang inklusif bagi segenap komponen
bangsa.
1. Politik

 Bidang politik

Dalam pemilu legislatif 2004, partai yang didirikan oleh SBY, yaitu Partai Demokrat, meraih
7,45% suara. Kemudian pada 10 Mei 2004, tiga partai politik yaitu Partai Demokrat, Partai
Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan Partai Bulan Bintang secara resmi mencalonkannya
sebagai presiden dan berpasangan dengan kandidat wakil presiden Jusuf Kalla. Dalam
masa kepemimpinannya bersama Jusuf Kalla, beliau didukung oleh koalisi dari Partai
Demokrat, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia,
dan Partai Bulan Bintang.

Kemudian di pemilu 2009, SBY kembali menjadi calon presiden bersama pasangan barunya
yaitu Boediono dan kembali terpilih sebagai presiden Indonesia.

Dalam pemerintahan SBY ini, melakukan beberapa kebijakan politik diantaranya:

(1) Pembentukan Kabinet Bersatu


Pada periode kepemimpinannya yang pertama, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu
yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla. Kabinet Indonesia Bersatu
dibentuk pada 21 Oktober 2004 dan masa baktinya berakhir pada tahun 2009. Pada 5
Desember 2005, Presiden Yudhoyono melakukan perombakan kabinet untuk pertama
kalinya, dan setelah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kinerja para menterinya, Presiden
melakukan perombakan kedua pada 7 Mei 2007.

(2) Pembentukan Kabinet Bersatu jilid II


Pada periode kepemimpinannya yang kedua, SBY membentuk Kabinet Indonesia Bersatu II
yang merupakan kabinet pemerintahan Indonesia pimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Boediono. Susunan kabinet ini berasal dari
usulan partai politik pengusul pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009 yang
mendapatkan kursi di DPR (Partai Demokrat, PKS, PAN, PPP, dan PKB) ditambah Partai
Golkar yang bergabung setelahnya, tim sukses pasangan SBY-Boediono pada Pilpres 2009,
serta kalangan profesional. Susunan Kabinet Indonesia Bersatu II diumumkan oleh
Presiden SBY pada 21 Oktober 2009 dan dilantik sehari setelahnya.Pada 19 Mei 2010,
Presiden SBY mengumumkan pergantian Menteri Keuangan. Pada tanggal 18 Oktober
2011, Presiden SBY mengumumkan perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II, beberapa
wajah baru masuk ke dalam kabinet dan beberapa menteri lainnya bergeser jabatan di
dalam kabinet.

(3) Menganut konsep Trias Politika


Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara
di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh
dilimpahkan pada satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-
lembaga negara yang berbeda.

Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga
berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat
undang-undang; Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan
Yudikatif adalah lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara
keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan
sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun yang melanggar undang-undang.

Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan


jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh
satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi,
saling mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak
selamanya serupa, mulus atau tanpa halangan.

Konsep Trias Politika (Eksekutif, Legislatif, Yudikatif) pada masa pemerintahan SBY
mengalami perubahan progresif, dimana konsep tersebut berusaha menempatkan
posisinya berdasarkan prinsip structural Sistem Politik Indonesia, yakni berdasarkan
kedaulatan rakyat. Pada masa pemerintahan SBY, hal tersebut benar-benar
terimplementasikan, dimana rakyat bisa memilih secara langsung calon wakil rakyat
melalui Pemilu untuk memilih anggota dewan legislaif, dan Pilpres untuk pemilihan elit
eksekutif, sekalipun untuk elit yudikatif, pemilihannya masih dilakukan oleh DPR dengan
pertimbangan presiden.
(4) Sistem Kepartaian
Di Indonesia sendiri, selama masa pemerintahan SBY di tahun 2004-2009, sistem
kepartaian mengalami perubahan yang signifikan, dimana partai politik bebas untuk
didirikan asalkan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku, serta tidak
menyimpang dari hakikat pancasila secara universal. Masyarakat Indonesia pun dapat
memilih calon wakil rakyat pilihan mereka secara langsung, hal tersebut tentu menunjukan
apresiasi negara terhadap hak dasar bangsa secara universal dalam konteks pembentukan
negara yang demokratis.

(5) Politik Pencitraan


Politik pencitraan merupakan salah satu senjata ampuh yang digunakan para pemimpin
negara untuk mengambil hati rakyatnya. Pola politik pencitraan tentu digunakan oleh
hampir semua pemimpin negara di dunia, termasuk Presiden SBY. Selaku pemimpin
negara, ia tentu harus membentuk citra dirinya sebaik mungkin demi menjaga imej
baiknya di mata masyarakat Indonesia. Dalam melakukan politik pencitraan tersebut,
Presiden SBY melakukanya dengan beberapa hal, yang terbagi dalam konteks internal dan
konteks eksternal.

Dalam konteks internal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan menggunakan kapabilitas
internalnya, yakni dengan kapabilitas retorika atau kemampuan berbicara di depan umum.
Dari lima jenis retorika yang dikemukakan Aristoteles, Presiden SBY dinilai
mengimplementasikan Retorika tipe Elucotio, dimana pembicara memilih kata-kata dan
bahasa yang tepat sebagai alat pengemas pesanya ketika berbicara di depan umum. Selain
hal tersebut, konteks internal disini berkaitan dengan sikap bijak, kalem, dan legowo yang
ditunjukan Presiden SBY kepada masyarakat, dimana hal tersebut tentunya dapat
berimplikasi terhadap penarikat rasa simpatik masyarakat itu sendiri.

Dalam konteks eksternal, politik pencitraan SBY dilakukan dengan beragam aspek, salah
satunya adalah kampanye, dan introduksi prestasi positif SBY selama memerintah
Indonesia. Hal tersebut tentu dapat memicu ketertarikan rakyat Indonesia akan
keberhasilan SBY dan menjadi simpatik atasnya.
(6) Politik Luar Negeri
SBY berusaha memantapkan politik luar negeri Indonesia dengan cara meningkatkan
kerjasama internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional. Baru-baru ini Indonesia berani mengambil sikap
sebagai satu-satunya negara anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB yang bersikap
abstain ketika semua negara lainnya memberikan dukungan untuk memberi sanksi pada
Iran.

SBY telah berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik investasi asing dengan menjalin
berbagai kerjasama dengan banyak negara pada masa pemerintahannya, antara lain
dengan Jepang. Perubahan-perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang. Politik
luar negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah ‘mengarungi
lautan bergelombang’, bahkan ‘menjembatani dua karang’. Hal tersebut dapat dilihat
dengan berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak yang sedang
bermasalah.

Ciri politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu :

1. Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain (Jepang, China,


India, dll).

2. Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan-perubahan


domestik dan perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri (internasional).

3. Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalin hubungan
dengan siapa saja (baik negara, organisasi internasional, ataupun perusahaan
multinasional) yang bersedia membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.

4. Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia Internasional. Prinsip-


prinsip dalam konsep TRUST adalah unity, harmony, security, leadership, prosperity.
Prinsip-prinsip dalam konsep TRUST inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri.
2. Ekonomi
Pada pemerintahan SBY kebijakan yang dilakukan adalah mengurangi subsidi Negara
Indonesia, atau menaikkan harga Bahan Bahan Minyak (BBM), kebijakan bantuan langsung
tunai kepada rakyat miskin akan tetapi bantuan tersebut diberhentikan sampai pada
tangan rakyat atau masyarakat yang membutuhkan, kebijakan menyalurkan bantuan dana
BOS kepada sarana pendidikan yang ada di Negara Indonesia. Akan tetapi pada
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dalam perekonomian Indonesia terdapat
masalah dalam kasus Bank Century yang sampai saat ini belum terselesaikan bahkan
sampai mengeluarkan biaya 93 miliar untuk menyelesaikan kasus Bank Century ini.
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami perkembangan yang
sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pesat di tahun 2010 seiring
pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008 hingga 2009.
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai 5,5-
6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6,5 persen pada 2011. Dengan demikian
prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari perkiraan semula.
Sementara itu, pemulihan ekonomi global berdampak positif terhadap perkembangan
sektor eksternal perekonomian Indonesia. Kinerja ekspor nonmigas Indonesia yang pada
triwulan IV-2009 mencatat pertumbuhan cukup tinggi yakni mencapai sekitar 17 persen
dan masih berlanjut pada Januari 2010.
Salah satu penyebab utama kesuksesan perekonomian Indonesia adalah efektifnya
kebijakan pemerintah yang berfokus pada disiplin fiskal yang tinggi dan pengurangan
utang Negara.Perkembangan yang terjadi dalam lima tahun terakhir membawa perubahan
yang signifikan terhadap persepsi dunia mengenai Indonesia. Namun masalah-masalah
besar lain masih tetap ada. Pertama, pertumbuhan makroekonomi yang pesat belum
menyentuh seluruh lapisan masyarakat secara menyeluruh. Walaupun Jakarta identik
dengan vitalitas ekonominya yang tinggi dan kota-kota besar lain di Indonesia memiliki
pertumbuhan ekonomi yang pesat, masih banyak warga Indonesia yang hidup di bawah
garis kemiskinan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi periode 2005-2007 yang dikelola pemerintahan SBY-JK
relatif lebih baik dibanding pemerintahan selama era reformasi dan rata-rata
pemerintahan Soeharto (1990-1997) yang pertumbuhan ekonominya sekitar 5%. Tetapi,
dibanding kinerja Soeharto selama 32 tahun yang pertumbuhan ekonominya sekitar 7%,
kinerja pertumbuhan ekonomi SBY-JK masih perlu peningkatan. Pertumbuhan ekonomi era
Soeharto tertinggi terjadi pada tahun 1980 dengan angka 9,9%. Rata-rata pertumbuhan
ekonomi pemerintahan SBY-JK selama lima tahun menjadi 6,4%, angka yang mendekati
target 6,6%
Kebijakan menaikkan harga BBM 1 Oktober 2005, dan sebelumnya Maret 2005, ternyata
berimbas pada situasi perekonomian tahun-tahun berikutnya. Pemerintahan SBY-JK
memang harus menaikkan harga BBM dalam menghadapi tekanan APBN yang makin berat
karena lonjakan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM tersebut telah mendorong
tingkat inflasi Oktober 2005 mencapai 8,7% (MoM) yang merupakan puncak tingkat inflasi
bulanan selama tahun 2005 dan akhirnya ditutup dengan angka 17,1% per Desember 30,
2005 (YoY). Penyumbang inflasi terbesar adalah kenaikan biaya transportasi lebih 40%
dan harga bahan makanan 18%.Core inflation pun naik menjadi 9,4%, yang menunjukkan
kebijakan Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang otoritas moneter menjadi tidak
sepenuhnya efektif. Inflasi yang mencapai dua digit ini jauh melampaui angka target inflasi
APBNP II tahun 2005 sebesar 8,6%. Inflasi sampai bulan Februari 2006 (YoY) masih amat
tinggi 17,92%, bandingkan dengan Februari 2005 (YoY) 7,15% atau Februari 2004 (YoY)
yang hanya 4,6%.
Efek inflasi tahun 2005 cukup berpengaruh terhadap tingkat suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), yang menjadi referensi suku bunga simpanan di dunia perbankan.
Data Harga Bahan Bakar Minyak 2004 vs 2009 (Naik)

Harga 2004 2009 Catatan


Minyak Mentah Dunia / barel ~ USD 40 ~ USD 45 Harga hampir sama
Premium Rp 1810 Rp 4500 Naik 249%
Minyak Solar Rp 1890 Rp 4500 Naik 238%
Minyak Tanah Rp 700 Rp 2500 Naik 370%

Dengan kondisi harga minyak yang sudah turun dibawah USD 50 per barel, namun harga
jual premium yang masih Rp 4500 per liter (sedangkan harga ekonomis ~Rp 3800 per
liter). Maka sangat ironis bahwa dalam kemiskinan, para supir angkot harus mensubsidi
setiap liter premium yang dibelinya kepada pemerintah. Sungguh ironis ditengah
kelangkaan minyak tanah, para nelayan turut mensubsidi setiap liter solar yang dibelinya
kepada pemerintah. Dalam kesulitan ekonomi global, pemerintah bahkan memperoleh
keuntungan Rp 1 triluin dari penjualan premium dan solar kepada rakyatnya sendiri. Inilah
sejarah yang tidak dapat dilupakan. Selama lebih 60 tahun merdeka, pemerintah selalu
membantu rakyat miskin dengan menjual harga minyak yang lebih ekonomis (dan rendah),
namun sekarang sudah tidak lagi rakyatlah yang mensubsidi pemerintah.
Berdasarkan janji kampanye dan usaha untuk merealisasikan kesejahteraan rakyat,
pemerintah SBY-JK selama 4 tahun belum mampu memenuhi target janjinya yakni
pertumbuhan ekonomi rata-rata di atas 6.6%. Sampai tahun 2008, pemerintah SBY-JK
hanya mampu meningkatkan pertumbuhan rata-rata 5.9% padahal harga barang dan jasa
(inflasi) naik di atas 10.3%. Ini menandakan secara ekonomi makro, pemerintah gagal
mensejahterakan rakyat.
Tidak ada prestasi yang patut diiklankan oleh Demokrat di bidang ekonomi.
Pertumbuhan Janji Target Realisasi Keterangan
2004 ND 5.1%
2005 5.5% 5.6% Tercapai
2006 6.1% 5.5% Tidak tercapai
2007 6.7% 6.3% Tidak tercapai
2008 7.2% 6.2% Tidak tercapai
2009 7.6% ~5.0% Tidak tercapai *

Tingkat Inflasi 2004-2009 (Naik)


Secara alami, setiap tahun inflasi akan naik. Namun, pemerintah akan dikatakan berhasil
secara makro ekonomi jika tingkat inflasi dibawah angka pertumbuhan ekonomi. Dan
faktanya adalah inflasi selama 4 tahun2 kali lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Tingkat Catatan
Janji Target Fakta
Inflasi Pencapaian
2004 6.4%
2005 7.0% 17.1% Gagal
2006 5.5% 6.6% Gagal
2007 5.0% 6.6% Gagal
2008 4.0% 11.0% Gagal

Selama 4 tahun pemerintahan, Demokrat yang terus mendukung SBY tidak mampu
mengendalikan harga barang dan jasa sesuai dengan janji yang tertuang dalam kampanye
dan RPM yakni rata-rata mengalami inflasi 5.4% (2004-2009) atau 4.9% (2004-2008).
Fakta yang terjadi adalah harga barang dan jasa meroket dengan tingkat inflasi rata-rata
10.3% selama periode 2004-2008. Kenaikan harga barang dan jasa melebihi 200% dari
target semula.

Jumlah Penduduk Miskin


Sasaran pertama adalah pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target
berkurangnya persentase penduduk tergolong miskin dari 16,6 persen pada
tahun 2004 menjadi 8,2 persen pada tahun 2009 dan berkurangnya pengangguran terbuka
dari 9,5 persen pada tahun 2003 menjadi 5,1 persen pada tahun 2009.

Penduduk Miskin Jumlah Persentase Catatan


2004 36.1 juta 16.6%
2005 35.1 juta 16.0% Februari 2005
2006 39.3 juta 17.8% Maret 2006
2007 37.2 juta 16.6% Maret 2007
2008 35.0 juta 15.4% Maret 2008
2009 8.2% ????

Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil mencatat, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


dan Jusuf Kalla memperbesar utang dalam jumlah sangat besar. Posisi utang tersebut
merupakan utang terbesar sepanjang sejarah RI.
Koalisi terdiri dari :
o Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran Perkumpulan Prakarsa
o Perhimpunan Pengembangan Pesantren & Masyarakat (P3M)
o Gerakan Antipemiskinan Rakyat Indonesia
o Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Marginal
o Pusat Telaah dan Informasi Regional
o Asosiasi pendamping Perempuan Usaha Kecil dan
o Publish What You Pay

Berdasarkan catatan koalisi, utang pemerintah sampai Januari 2009 meningkat 31 persen
dalam lima tahun terakhir. Posisi utang pada Desember 2003 sebesar Rp 1.275 triliun.
Adapun posisi utang Janusari 2009 sebesar Rp 1.667 triliun atau naik Rp 392 triliun.
Apabila pada tahun 2004, utang per kapita Indonesia Rp 5,8 juta per kepala, pada Februari
2009 utang per kapita menjadi Rp 7,7 juta per kepala. Memerhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, koalisi menilai rezim sekarang ini
adalah rezim anti-subsidi. Hal itu dibuktikan dengan turunnya secara drastis subsidi. Pada
tahun 2004 jumah subsidi masih sebesar 6,3 persen dari produk domestik bruto. Namun,
sampai 2009, jumlah subsidi untuk kepentingan rakyat tinggal 0,3 persen dari PDB.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Indonesia masih memerlukan banyak
perbaikan. Namun apa yang telah dicapai selama ini merupakan hasil dari visi dan
perencanaan pemerintahan SBY. Dapat dibayangkan hal-hal lain yang akan terjadi dalam
pemerintahan yang akan berjalan untuk beberapa tahun ke depan lagi.
BAB III
PENUTUP

1. A. Kesimpulan

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terjadi banyak kemajuan di
berbagai bidang. Hal ini dikarenakan kemajuan teknologi dan kebebasan berpendapat.
Namun, terdapat beberapa kemunduran juga. Kita tidak dapat melihat kesuksesan suatu
pemerintahan hanya dengan satu pandangan. Kita harus memandang dari berbagai sisi.
Jika dibandingkan dengan pemerintahan pada masa Orde Baru, memang dalam beberapa
bidang terlihat kemunduran. Tetapi bisa saja hal ini dikarenakan pada masa Orde Baru
kebebasan pers dikekang sehingga bagian buruk pada Orde Baru tidak terlihat. Di masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, musyawarah mufakat diutamakan. Sehingga
pengambilan kebijakan terkesan lambat. Meski begitu, musyawarah mufakat ini dilakukan
untuk kepentingan bersama. Sehingga dapat dikatakan, pada masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono telah cukup berkembang dibandingkan masa-masa sebelumnya
dalam hal demokrasi.

1. B. Saran

Kami menyarankan agar pemerintah lebih memperhatikan kesejahteraan rakyat kecil.


Karena dari pengamatan kami, rakyat kecil kurang diperhatikan pemerintah. Meski laju
perekonomian Indonesia berkembang pesat, namun perkembangan itu hanya
menguntungkan golongan menengah keatas dan hanya sedikit menguntungkan rakyat kecil
sehingga kesenjangan sosial semakin membentang lebar.

Kami juga menyarankan bagi segenap masyarakat Indonesia untuk turut bersama-sama
berpartisipasi dalam mengawasi proses jalannya pemerintahan dengan memberikan
masukan, kritikan, dan dukungan guna meningkatkan kualitas sistem pemerintahan di
Negara kita Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

dardirismkn1gondangan.blogspot.com/2016/03/perkembangan-politik-dan-ekonomi.pada.html?m=1

http://maslanpaloh.blogspot.com/2012/09/pemerintahan-dari-presiden-pertama. html

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=5805*

http://www.slideshare.net/NisaIchaEl/sejarah-12-masa-pemerintahan-sby-makalah

http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2013/02/26/8787.html

Anda mungkin juga menyukai