Anda di halaman 1dari 6

NAMA : WIDIA SALEHA

SEMESTER : II
PRODI : Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
NIRM : 1920.01.020006
MATA KULIAH : Kewirausahaan

1. Ada 3 Karakter Dalam Pendakian Hidup Yaitu :


A. Quitter (orang yang berhenti mendaki)
Adalah orang yang memilih jalan hidup yang datar – datar saja dan mengambil yang lebih
mudah saja. Ironisnya dengan cara itu, ia akan menderita pada saat yang memilukan adalah
ketika ia menoleh kebelakang dan melihat bahwa ternyata kehidupannya tidak optimal, kurang
makna, banyak yang disia – siakan, sangat boros dalam waktu dan hidup.
Akibatnya ia menjadi murung, sinis, pemarah, frustasi, menyalahkan semua orang
disekelilingnya dan membenci (iri hati) pada orang – orang yang terus mendaki kehidupan ini.
B. Campers (orang – orang yang berkemah).
Pada mulanya kehidupannya penuh proses – proses pendakian dan perjuangan, cukup jauh
ia mendaki namun ia memilih berbelok membangun kemah di lereng gunung kehidupan.
Karena lelah mendaki, menganggap prestasi ini sudah cukup. Ia senang dengan ilusinya sendiri
tentang apa yang sudah ada, tak menengok apa yang masih mungkin terjadi.
Gaya hidup “Campers” memfokuskan energinya pada kegiatan “mengukir – ukir”
perkemahan dan mengisi isinya dengan barang – barang yang membuat nyaman.
Ia melepaskan peluang untuk maju. “Campers” menciptakan semacam “penjara yang
nyaman” sebuah tenda kehidupan yang terlalu enak untuk ditinggalkan.
Contoh tipe “Campers” adalah orang – orang yang sudah memiliki pekerjaan bagus, gaji dan
tunjangan yang layak, namun mereka telah melepas masa – masa penuh gairah, belajar dan
tumbuh, energi kreatif. Mereka puas dan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri
(Aktualisasi diri).
C. Climbers (pendaki sejati)
Mereka menjalani hidup secara lengkap, mereka yakin bahwa langkah – langkah kecil saat
ini akan membawa kemajuan dan manfaat jangka panjang. Pendaki sejati tidak lari dari
tantangan dan kesulitan kehidupan.
Kisah terkenal Thomas Edisson, yang membutuhkan lebih dari 20 tahun dan 50.000
percobaan untuk menemukan baterai ringan, tahan lama, dan effisien sebagai catu daya
mandiri. Seseorang pernah bertanya kepadanya “Mr. Edison, Anda telah gagal 50 kali apa yang
membuat Anda tegar ?”
“Hasil !”jawab Edison. Edison seorang “Climbers” yang yakin akan hasil ia optimistik.
“Climbers” yakin bahwa segala hal bisa dan akan terlaksana meskipun orang lain bersikap
negatif dan sudah memutuskan bahwa jalan ini tidak mungkin ditempuh lagi. Meski sesuatu
belum pernah dilakukan orang, bukan berarti tidak bisa dikerjakan.
Ingat Mahatma Ghandi ? Ia tokoh spiritual India yang tanpa kekuasaan resmi, tetapi
mampu menggalang kekuatan bangsanya untuk menggulingkan kolonial Inggris.
“Climber” tak kenal kata berhenti dalam kamus hidupnya. Saat batu besar menghadang
atau menemui jalan buntu, mereka akan mencari jalan alternatif lain. Saat kelelahan atau jatuh
mereka berintrospeksi diri dan terus bertahan “Climbers” memiliki kematangan dan
kebijaksanaan, dalam memutuskan strategi mundur sejenak dalam rangka bergerak lebih maju
lagi. Kamus hidupnya adalah tumbuh dan terus tumbuh dan belajar seumur hidup.
2. Seorang Entrepeneur atau wirausaha harus memiliki karakter dan pola pikir tahan banting, tekun,
jujur, kerja keras, dan tidak mudah putus asa.
Pola pikir wirausaha melibatkan 10 kualitas, sebagai berikut :
1. Memiliki Locus of Control Internal
Locus of Control (lokus kendali) adalah istilah untuk menggambarkan bagaimana
seseorang berpikir tentang kendali hidupnya. Seseorang yang memiliki kendali eksternal,
adalah mereka yang merasa bahwa hidupnya dikendalikan oleh faktor-faktor diluar dirinya,
seperti cuaca, kebijakan pemerintah, keluarga, pacar, peraturan kantor dan lain-lain. Sehingga
mereka hanya punya sedikit sekali punya kontrol terhadap kehidupannya. Mereka cenderung
pasrah, dan mengikuti ‘kehendak’ di luar dirinya. Sebagai contoh “wah hujan nih, mau
gimana lagi, sudah pasti kita tidak bisa belajar dengan konsentrasi, habis hujan..” dan
sebagainya. Intinya, hidup mereka dikendalikan oleh daya-daya diluar dirinya, dan mereka
meyakini bahwa tidak banyak yang mampu dilakukan untuk mengatasinya. Sebaliknya
kendali internal (internal locus of control) adalah pemikiran bahwa kita adalah pusat kendali.
Cuaca boleh hujan, namun kita tetap punya kontrol penuh untuk membuat hati kita
sedih/senang karena adanya hujan tersebut. Seorang wirausaha, diyakini memiliki kendali
internal tersebut. Mereka yakin bahwa dirinyalah pusat kendali, bukan atasan, cuaca,
kebijakan pemerintah dll.
2. Memiliki toleransi untuk ambiguitas
Beberapa ahli sering mengatakan bahwa salah satu blok kreativitas adalah keenganan
untuk berbeda, kemalasan untuk mencari yang tidak biasa dan ketidakbersediaan untuk
bermain-main dengan sesuatu yang menurut orang kebanyakan ganjil. Sebaliknya, seorang
wirausaha memiliki toleransi untuk berbuat berbeda dan melanggar hal-hal yang dianggap
pakem. Sebagai contoh: pakem yang umum buat mereka yang ingin membuka restoran
adalah; bukalah di tempat yang ramai. Namun demikian, saat ini sudah sangat banyak
contohnya dimana restoran yang dibuka di tempat terpencil (jauh diatas gunung, di pulau, di
tengah sawah, dll) justru diserbu oleh pelanggannya.
3. Kesediaan untuk mengaji orang yang lebih cerdas dari dirinya. 
Seorang wirausaha sejati sangat mengenal dirinya, dan ia menyadari bahwa dirinya
bukanlah dewa. Ia sangat sadar akan kelebihan dan potensi, dan juga terkait hal-hal yang
kurang dikuasainya. Oleh karena itu, mereka selalu siap untuk berbagi pikiran dan wawasan,
serta mengisi kekosongan-kekosongan dalam usahanya. Sebagai contoh, beberapa orang
mahasiswa yang membuka bisnis cuci motor, sangat sadar akan keterbatasannya dengan
cairan kimia sabun. Oleh karena itu, mereka ikhlas bekerja sama dengan mahasiswa
kimia/farmasi untuk menghasilkan formula sabun yang tidak panas ditangan, wangi dan tahan
lama bersihnya. Satu hal adalah bahwa, mereka tidak pernah takut tersaingi. Sebaliknya,
mereka sangat sadar bahwa sinergitas akan menghasilkan jauh lebih banyak dari yang dapat
dibayangkan. Sinergi bukanlah satu ditambah satu sama dengan dua, namun satu ditambah
satu bisa menjadi tiga, tujuh atau bahkan sebelas.
4. Konsistensi untuk selalu berkreativitas, membangun dan mengubah berbagai hal. 
Begitu seseorang berkecimpung dalam dunia wirausaha, maka seyogianya ia harus siap
berenang dalam kreativitas. Hal ini sangat bisa dimaklumi,mengingat beberapa peluang
bisnis, terutama yang pintu (entrance) untuk memulainya tidak sulit untuk dibuka (tidak
butuh keterampilan khusus, tidak butuh modal besar dll), akan sangat mudah dipenuhi oleh
para pemula (start-up). Sehingga yang tadinya bisnis baru tersebut berada di lautan biru (blue
ocean) dalam waktu singkat ia harus berdarah-darah di lautan mera (red ocean) karena ratusan
pesaingnya saling berebutan kue. Lalu bagaimana caranya bertahan dalam lautan darah
seperti itu? Satu hal, yaitu konsistensi untuk selalu berkreativitas.
5. Dorongan yang kuat untuk peluang dan kesempatan
Mata seorang wirausaha, adalah seperti mata elang. Mereka selalu awas terhadap
peluang-peluang baru. Mereka –dengan kemampuan intuisinya yang selalu ditempa- mampu
membaca trend jaman.
6. Rasa urgenitas yang tinggi. 
Para tokoh bisnis sering mengatakan pameo ini “inovasi atau mati”. Apa artinya? Artinya
adalah bahwa inovasi sudah merupakan sesuatu harga mati, ini adalah sesuatu yang urgen dan
tidak bisa ditunda-tunda lagi. Mengapa? Karena kompetitor begitu banyak dan pasar sangat
haus terhadap inovasi baru. Mari kita lihat trend pasar telepon selular. Inovasi yang terjadi
disini dapat dikatakan hampir terjadi setiap hari. Jika kita membaca surat kabar, maka sangat
mudah ditemukan iklan yang mengabarkan teknologi terbaru dari sebuah telepon selular.
Inilah bentuk dari urgenitas yang sangat tinggi. Para pelaku alat telekomunikasi canggih
tersebut sangat paham, bahwa lengah satu langkah dapat berarti ancaman kebangkurtan
(ditinggalkan pelanggannya).
7. Perseverance. 
Mereka menjaga dan memelihara idenya untuk kemudian diwujudkan. Beberapa orang
hanya berhenti pada level menemukan ide baru. Namun, para wirausahawan sejati, mereka
memelihara, mengembangkan dan berusaha mewujudkan ide tersebut.
8. Resilience (ketahanan). 
Wirausaha yang tangguh memiliki sikap seperti boneka anak-anak yang jika dipukul
selalu kembali ke posisi semula. Inilah kewirausahaan yang sesungguhnya. Tidak ada satupun
usaha yang tanpa penghalang dan tanpa hambatan. Namun, daya tahan ini akan
mengembalikan kita kembali ke posisi semula. Sudah terlalu banyak para pelaku usaha mental
dan jatuh diterjang angin. Namun tidak terlalu banyak yang kemudian dapat kembali ke posisi
semula. Inilah sikap ketahanan yang perlu dimiliki setiap kita yang sadar bahwa hidup adalah
perjuangan, dan perjuangan selalu memerlukan kekuatan untuk bangkit setelah jatuh dan
bangun setelah terjerembab oleh kerasnya kehidupan.
9. Optimis. 
Optimis, secara sederhana dapat diartikan sebagai lompatan dari satu aktivita ke aktivitas
lain, tanpa kehilangan antusiasme. Optimis adalah juga bentuk keyakinan bahwa tujuan akan
tercapai dan target akan terpenuhi dengan kekuatan sendiri
10. Rasa humor tentang diri sendiri. 
Ini adalah bentuk rasa besar hati. Kemampuan mentertawakan diri sendiri adalah salah
bentuk kapabilitas untuk mengkoreksi dan bahkan mengkritik diri sendiri. Ini adalah sebuah
rasa legowo untuk tidak menilai diri sendiri sudah mencapai prestasi yang optimal.
Sebaliknya sikap ini mendorong kita untuk selalu melihat hal-hal belum maksimal dan punya
potensi untuk dikembangkan. Rasa humor terhadap diri sendiri, juga akan mampu memacu
kreativitas dalam diri untuk selalu mencari sisi-sisi yang belum tereksplorasi.
3. Kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, dalam bentuk suatu gagasan
atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru.
SCUMPS dalam mengeksplorasi kreatifitas.
Shape, Color, Use, Material, Part, Size
4. Prinsip atau Metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)
Visual thinking adalah kemampuan seseorang untuk mengekspresikan ide-idenya secara jelas.
metode ATM : Amati, Tiru, Modifikasi. Metode ini amat mudah diterapkan dan tidak memerlukan
banyak teori. Siapa pun bisa mengadopsi jurus ATM ini, yang berpendidikan tinggi hingga yang
buta huruf, yang memiliki modal kapital dan yang bermodal “dengkul”, yang hidup di kota
maupun desa.
Berikut ini uraian secara garis besar tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam penerapan
metode ATM.
 AMATI
Yang dimaksud adalah mengamati bisnis yang sukses dijalankan orang lain. Mengamati
bukan dalam arti hanya melihat, akan tetapi mempelajari seluk beluk bisnisnya,
menganalisis dan menyimpulkan. Bisnis yang dipilih untuk diamati tentu bisnis yang
bidang dan skalanya sesuai dengan kemampuan dan kondisi kita (memungkinkan untuk
dilakukan). Jauh lebih baik jika memilih bidang bisnis yang disukai, karena peluang
keberhasilannya akan lebih tinggi.
Mengamati, pada prinsipnya adalah proses belajar dan menyerap pengalaman orang lain.
Oleh karenanya menuntut kejelian dan kecerdikan. Seorang pengamat yang baik adalah
yang berhasil menyerap banyak hal dari obyek yang diamati, termasuk kekurangan dan
kelebihannya.
 TIRU
Setelah proses pengamatan usai dilakukan dan memperoleh pengetahuan yang cukup,
langkah selanjutnya adalah melakukan action. Jika tidak ingin repot memeras otak dan
energi untuk merancang sistem dan berbagai hal teknis, maka langkah meniru adalah cara
paling mudah untuk dilakukan.
Yang harus diperhatikan dalam proses meniru adalah etika dan pertimbangan yuridisnya.
Jangan sampai terjebak dalam situasi yang berakibat buruk, melanggar etika dan hukum.
Prinsip usaha, pola kerja, sistem manajemen, peralatan yang digunakan, proses produksi,
standar pelayanan, strategi pemasaran, hingga mentalitas dan fighting spirit adalah hal
yang dapat ditiru dan tidak beresiko berurusan dengan hukum. Jika yang ditiru adalah logo
perusahaan, merek dan hal lain yang dilindungi undang-undang, tentu akan berakibat fatal.
Proses meniru dimulai dari tahap perencanaan. Dengan adanya contoh yang telah diamati
maka menyusun perencanaan bisnis menjadi amat mudah. Langkah selanjutnya adalah
menindaklanjuti perencanaan tersebut dengan tindakan nyata.
Dengan menempuh metode “Amati dan Tiru”,  dapat memangkas pemborosan waktu dan
energi yang seharusnya digunakan untuk menemukan ide bisnis serta memikirkan cara
kerjanya. Keuntungan lainnya adalah bidang bisnis yang diamati dan ditiru adalah bidang
bisnis yang telah terbukti diterima “pasar” dan menuai sukses. Hal ini sejalan dengan salah
satu prinsip dasar dalam berbisnis, yakni memilih bidang usaha yang dibutuhkan orang
banyak, bukan bidang usaha yang “bisa” kita lakukan. Karena apa yang bisa kita
lakukan/kerjakan belum tentu diterima “pasar” dan menuai sukses. Apalah artinya kita bisa
membuat/memproduksi suatu barang/jasa tetapi tidak laku di pasaran?
 MODIFIKASI
Apakah tidak cukup dengan mengamati lantas meniru? Belum. Perbedaan kharakter,
gaya, sumber daya dan kondisi antar individu menuntut modifikasi harus dilakukan. Selain
sebagai penyesuaian, modifikasi juga bertujuan untuk menutup kelemahan (dari hasil
pengamatan) dan memberi nilai tambah. Pada tahapan inilah diperlukan kreativitas dan
kejelian, agar perubahan/penyesuaian yang dilakukan dapat menambah daya tarik dan
efektifitas.
Jika contohnya sudah baik dan terbukti sukses, apakah tetap diperlukan modifikasi?
Menurut saya, modifikasi tetap harus dilakukan. Selain untuk menghindari disebut plagiat,
modifikasi tersebut bertujuan untuk menambah baik hal yang sudah baik. Kita bisa
mempermudah, membuat lebih nyaman, lebih sederhana, lebih bersih, lebih sesuai
harganya, dan lebih-lebih lainnya.
Metode Amati Tiru Modifikasi ini sebenarnya adalah metode alamiah yang telah
dilakukan oleh semua manusia dalam segala aspek kehidupan. Dalam dunia bisnis, hampir
semua pelaku bisnis juga telah menerapkan metode ini dalam menemukan ide bisnis baru
atau untuk mengembangkan bisnis yang telah ada.

5.  - Teori kewirausahaan Model Gordon merupakan model pengembangan kreativitas. Sementara itu,
Dalam usaha merupakan hasil kreativitas. Dengan demikianpun membuat usaha cocok menggunakan
model Gordon karena menekankan pada upaya pembinaan kreativitas dalam berbisnis.
Dalam model Gordon yang menjadi aktivitas dasar adalah aktivitas metaforik. Melalui kegiatan
metaforik ini, kreativitas menjelma menjadi proses sadar. Metafora-metafora membentuk persamaan,
membedakan obyek atau ide yang satu dengan lainnya melalui obyek pengganti. Dalam kegiatan
berbisnis dapat menggugah wirausaha untuk menicptakan usaha yang kreatif.
- Teori kewirausahaan menurut timon
Proses kewirausahaan di awali dengan adanya inovasi yang di picu oleh factor pribadi dan factor
lingkungan. Faktor pribadi yang mempengaruhi adalah locus of
control,pendidikan,pengalaman,komitmen,visi,keberanian mengambil resiko,dan usia.
Sedangkan factor lingkungan adalahsosiologi,organisasi,keluarga,peluang,model
peran,pesaing,investor,dan kebijaksanaan pemerintah.
- Teori kewirausahaan menurut zach’s star of success
Untuk menjadi pengusaha yang sukses tidak hanya bertumpu pada pengetahuan tetapi juga
dibutuhkan jaringan,energy,komitmen,dan gairah.
- Teori Strategi kewirausahaan cash flow kiyosaki
Dalam pelaporan Cash Flow (Arus Kas), dapat kita bagi menjadi 3 bagian kegiatan:
1. Kegiatan Operasional (Operating Activities), merupakan seluruh aktivitas yang berkaitan
dengan operasi perusahaan dan tercantum dalam laporan ikhtisar rugi laba. Contoh : uang kas
masuk (cash inflows) dari penjualan, uang kas keluar (cash outflows) untuk bayar gaji, listrik,
dll.
2. Kegiatan Investasi (Investing Activities), merupakan seluruh aktivitas yang berkaitan dengan
investasi perusahaan baik internal, maupun eksternal. Contoh : uang kas masuk dari penjualan
aktiva ( aset ) kita, uang kas keluar untuk pembelian motor atau untuk membeli ruko.
3. Kegiatan Keuangan (Financing Activities), merupakan seluruh aktivitas perusahaan yang
berkaitan dengan aspek perusahaan ( sumber dana perusahaan) berupa hutang jangka panjang
dan modal. Contoh: uang kas masuk dari setoran modal atau pinjaman bank, uang kas keluar
untuk pembayaran hutang bank atau pembagian deviden.
Hal utama dalam menentukan perencanaan cash flow adalah memetakan keadaan keuangan atau dana
kita. Kemudian tentukan dana tersebut, apakah akan di alokasikan atau di investasikan. Kebijakan
manajeman sangat berpengaruh dalam Cash Flow perusahan. Agar tak salah menentukan kebijakan,
laporan Cash Flow di atas dapat di jadikan runutan dalam menentukan kebijakan yang harus di ambil.
Beberapa yang perlu di perhatikan, diantaranya:
1. Operating Cash Flow Harus Positif
Jika negatif berarti ada yang salah dalam Operating Cash Flow kita, beban terlalu besar di
bandingkan dengan pendapatan, sehingga profit berkurang. Apakah tindakan yang kita
lakukan bila Cash Flow negatif?. Berikut beberapa tindakan yang bisa kita lakukan :

 Cek biaya-biaya yang timbul, apakah efisien?


 Cek inventory kita, pastikan jangan banyak menumpuk di gudang, lakukan retur bila di
mungkinkan untuk barang- barang yang tidak laku.
 Minta jatuh tempo pembayaran yang panjang ke supplier atau cari supplier baru yang dapat
memberikan jatuh tempo yang panjang untuk pembayarannya.
 Sesuaikan harga jual barang atau tingkatkan penjualan.
2. Operating Cash Flow Harus Sama atau Lebih Besar dari Laba Perusahaan
Jika tidak, berarti uang kita banyak yang nyangkut di piutang (AR). Bila Cash Flow kita
lebih kecil dari laba kita, apakah tindakan yang dapat kita lakukan?. Tindakan yang dapat
kita lakukan adalah perpendek jatuh tempo pembayaran piutang agar menjadi kas, atau
dibuat kebijakan tidak menerima penjualan kredit.
3. Operating Cash Flow Harus Lebih Besar dari Investing Cash Flow
Jika keadaannya tidak demikian, berarti anda banyak berhutang/pinjaman uang untuk
membeli asset tetap. Apakah tidakan kita?. Kita dapat menjual asset yang tidak produktif.
4. Trend Operating Cash Flow Harus Naik dari Tahun ke Tahun
Berkembang atau tidaknya usaha kita dapat dilihat di sini, bila hal ini tidak terjadi, kita
harus coba melirik usaha lain.
Dari sini kita dapat memperkirakan, langkah apa yang akan di ambil dan menilai apakah
perusahaan kita layak untuk dilanjutkan atau harus membuka usaha yang baru. Hutang
jangka panjang dapat di ambil dalam kondisi perusahaan ingin mengembangkan usahanya
(membeli ruko baru) dengan catatan, Operating Cash Flow harus lebih besar dari Financing
Cash Flow kecuali perusahaan kita baru berdiri.
Ada beberapa tips yang patut di coba:
1. Barang dagang yang kita miliki tidak harus kita beli dari supplier, untuk menambah jenis
barang dagang kita bisa mencari dengan metode konsinyasi, sehingga kita tidak dibuat pusing
dengan pembayarannya.
2. Cari supplier yang dapat memberikan jatuh tempo pembayaran yang lama. Hal ini akan
memberikan kita waktu untuk menagih piutang dagang tanpa harus mengambil pinjaman
jangka pendek.
3. Minta kepada supplier untuk memberikan potongan hutang dagang bila pembayaran lebih
cepat dari jatuh tempo.
4. Jangan menimbun inventori terlalu lama, selain biaya penyimpanan menjadi tinggi, kas lebih
banyak keluar untuk pembelian inventori.
5. Bila dana kas cukup besar tersimpan, coba berfikir untuk memperluas usaha kita dengan
mengalihkan dana ke Kegiatan Investasi.
6. Cek kembali biaya-biaya operasional, apakah sudah efisien atau belum.
Kesimpulan yang dapat kita tarik dari penjelasan diatas adalah Perencanaan Cash Flow
dapat kita ibaratkan seperti mengendarai sebuah mobil, kita harus tahu kapan kita harus
menambah kecepatan dan kapan kita harus mengurangi kecepatan, kapan kita harus
berbelok, sedangkan instrumen dashboard berfungsi sebagai rambu untuk mengambil
keputusan. Apabila kita dapat mengontrol dan mengendalikan kendaraan kita dengan baik
dan benar maka tentu dapat menekan resiko yang dapat terjadi pada kita. Demikianpun
dengan Cash Flow perusahaan kita, semakin baik kita mengendalikan dan mengontrolnya,
maka semakin besar pula terhindar dari resiko keuangan.

Anda mungkin juga menyukai