Anda di halaman 1dari 7

BAB V : SISTEM DAN STRUKTUR POLITIK – EKONOMI INDONESIA

MASA REFORMASI ( 1998-SEKARANG )

B. PERKEMBANGAN POLITIK DAN EKONOMI


3. MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN MEGAWATI SOEKARNO PUTRI
4. MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Disusun Oleh :
Kelompok 4
XII IPS 4

Adelia Suryani
Josei Shifa N.
Zelda Safitri

SMAN 2 RANGKASBITUNG
DINAS PENDIDIKAN & KEBUDAYAAN PROVINSI BANTEN
2023
3. Masa Pemerintahan Presiden Megawati Soekarno Putri

Presiden Megawati Soekarno Putri mengawali tugasnya sebagai presiden kelima


Republik Indonesia dengan membentuk Kabinet Gotong Royong. Pada masa
pemerintahan Megawati, Indonesia masih menghadapi berbagai krisis di beberapa
bidang. Sebagian dari kebijakan Megawati Soekarnoputri membawa keberhasilan di
berbagai bidang di tingkat politik dan pemerintahan.

Pengangkatan Megawati

Megawati Soekarnoputri adalah presiden ke-5 Indonesia yang dilantik pada 23 Juli
2001, dengan masa jabatan hingga 20 Oktober 2004. Masa pemerintahan Megawati
dimulai setelah Sidang Istimewa MPR pada 2001 dan Abdurrahman Wahid atau Gus
Dur mengakhiri jabatannya sebagai presiden ke-4 Indonesia. Sebelum resmi
menjadi presiden Indonesia, Megawati Soekarnoputri menjabat sebagai wakil
presiden Indonesia mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid (1999-2001).
Sebagai putri presiden pertama Indonesia, Soekarno, Megawati sudah sangat dekat
dengan lingkungan politik, meski awalnya tidak diizinkan untuk terjun ke dunia
politik. Megawati pun muncul sebagai primadona dalam kampanye partai politik,
meski tergolong tidak terlalu banyak bicara. Kiprahnya di dunia politik semakin
gemilang saat terpilih menjadi anggota DPR/MPR, sampai akhirnya dipercaya
menjadi wakil presiden Indonesia (1999-2001). Setelah itu, Megawati Soekarnoputri
menjabat sebagai presiden perempuan pertama Indonesia periode 2001-2004.
Kebijakan Megawati

Pada masa pemerintahan Megawati, Indonesia masih menghadapi krisis di


berbagai bidang. Untuk mengatasinya, berikut beberapa kebijakan pada masa
pemerintahan Megawati.

● Politik

Megawati Soekarnoputri berusaha membangun tatanan politik yang baru dengan


memberlakukan amandemen UUD 1945. Setelah itu, disusun juga peraturan
perundangan yang belum ada di Indonesia, agar amanat konstitusi dapat
dilaksanakan dengan baik. Beberapa penerapan tatanan baru dalam kebijakan
politik pada masa pemerintahan Megawati adalah Sistem partai baru, Sistem pemilu
baru, Pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara langsung,
Penerapan mekanisme Pergantian Antar Waktu atau Recall (hak partai
memberhentikan anggotanya dari Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR)

● Ekonomi

Salah satu kebijakan ekonomi pada masa pemerintahan Megawati adalah


melakukan langkah stabilisasi fiskal, memulihkan fungsi intermediasi perbankan, dan
perbaikan ekonomi makro. Selain itu, Megawati juga menerapkan kebijakan moneter
yang dipraktikkan oleh Bank Indonesia untuk mengatasi inflasi dengan
mengendalikan jumlah uang yang beredar. Kemudian, pada 2003, Megawati
mengakhiri hubungan kerja sama dengan program reformasi, International Monetary
Fund (IMF). Setelah mengakhiri kerjasama dengan IMF, Megawati mengeluarkan
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi sesudah
berakhirnya Program IMF untuk menjaga stabilitas ekonomi makro.
Usaha lain yang dilakukan Megawati adalah kebijakan imbal beli untuk mendorong
peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Strategi ini membuahkan hasil, di mana
volume ekspor nonmigas terus meningkat mencapai 6 persen atau setara dengan
50,7 miliar dollar AS.

● Sosial

Pada masa pemerintahannya, Megawati masih menghadapi kemiskinan di


Indonesia, sehingga dikeluarkan kebijakan program pengentasan kemiskinan.
Dibentuk Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), dengan tujuan untuk
menanggulangi masalah tersebut. Kemudian, dicetuskan program beras rakyat
miskin (raskin), yang dijual Rp 1.000 per kilo. Sementara untuk bidang kesehatan,
Megawati mengeluarkan Kartu Sehat, yaitu program pelayanan kesehatan gratis
bagi penduduk miskin. Usahanya pun terbayar, Megawati berhasil menurunkan
angka kemiskinan penduduk dari 28 persen menjadi 18 persen. Di bidang
pendidikan, Megawati mengalokasikan dana untuk sektor pendidikan dan pendidikan
luar sekolah. Selain fokus pada bidang ekonomi dan sosial, Megawati juga
memperhatikan kondisi keamanan negara. Megawati menjalin hubungan kerja sama
internasional, khususnya bersama Asia Tenggara untuk melawan terorisme.
Hasilnya, diterbitkan Perpu tentang anti terorisme yang kemudian diresmikan
menjadi UU Antiterorisme. Berkat UU ini, pelaku bom Bali tahun 2002 ditangkap dan
dihukum mati.

● Hukum

Hakim dan petugas pengadilan pada masa kepemimpinan Megawati acap kali tidak
bekerja maksimal dan tidak sedikit yang korupsi. Oleh sebab itu, Megawati
menerapkan beberapa kebijakan hukum di Indonesia, yaitu:

- Merumuskan konsep reformasi hukum yang penuh


- Mengkaji perundangan yang berlaku, merevisi, dan memperbarui
Menerbitkan sejumlah ketentuan perundangan baru
- Memperbarui ketentuan perundangan untuk mengoptimalkan peran dan
fungsi para pelaku hukum
- Menuntaskan masalah-masalah hukum di masa lalu Menerbitkan ketentuan
perundangan tentang HAM

Peristiwa Penting

Terdapat beberapa peristiwa penting pada masa pemerintahan Megawati


Soekarnoputri, salah satunya terjadi Bom Bali 2002. Kala itu, dua bom meledak di
Sari Club dan Paddy's Pub di Kuta, sementara satu bom meledak di dekat Konsulat
Amerika Serikat, Denpasar. Hanya dalam waktu satu menit, bom tersebut
meruntuhkan atap yang kemudian menimpa orang-orang di bawahnya. Puluhan
bangunan yang ada di radius 10 hingga 20 meter dari lokasi pun mengalami
kerusakan berat. Saking kuatnya ledakan bom itu, kantor biro perjalanan yang ada di
samping Sari Club juga rata dengan tanah.

Pelaku di balik peristiwa bom Bali adalah penduduk Indonesia asli, yakni Ali Imron,
Amrozi, dan Imam Samudera.

Dengan adanya UU Antiterorisme yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati, pelaku


bom Bali ditangkap dan dihukum mati. Amrozi dan Imam Samudera divonis
hukuman mati, sedangkan Ali Imron dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.
4. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden pertama RI yang dipilih


secara langsung oleh rakyat. Masa pemerintahan, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dimulai dari tahun 2004-2014. Di masa pemerintahannya, ada 2 wakil
presiden yakni Jusuf Kalla dan Boediono. Kebijakan politik yang dibuat adalah
Kabinet Indonesia Bersatu yang berada di dalam 2 periode, Kabinet Indonesia
Bersatu I dan Kabinet Indonesia Bersatu II.

Pada zaman SBY, KPK direvitalisasikan dan memiliki posisi politik yang sangat kuat.
KPK telah membongkar berbagai kasus salah satunya kasus suap Kemenpora
Wafid Muharram atau kasus korupsi Wisma Atlet yang dilakukan oleh Nazaruddin.

Di dalam hubungan internasional, peran Indonesia dalam kancah internasional tidak


dipandang sebelah mata. Indonesia pada masa itu aktif di berbagai forum
internasional seperti APEC dan Global Climate Change. Kemajuan pemerintahan
SBY tidak sampai disitu saja. Berbagai kemajuan dilakukan, di antaranya:

- Adanya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


- Pendidikan wajib 12 tahun
- Pembangunan wilayah juga berjalan baik seiring dengan konektivitas
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, upaya


untuk pengentasan kemiskinan direalisasikan melalui peningkatan anggaran
di sektor pertanian termasuk upaya untuk swasembada pangan. Anggaran
untuk sektor ini yang semula hanya sebesar 3,6 triliun rupiah ditingkatkan
menjadi 10,1 triliun rupiah. Untuk mendukung perbaikan di sektor pertanian,
pemerintah menyediakan pupuk murah bagi petani.

Di bidang kesehatan, pemerintah memberikan bantuan kesehatan gratis


untuk berobat ke puskesmas dan rumah sakit melalui pemberian Asuransi
Kesehatan Masyarakat Miskin dan beberapa kali menurunkan harga obat
generik.

Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga memberikan


perhatian besar pada permasalahan kesejahteraan rakyat lainnya seperti sektor
perumahan, pengembangan usaha kecil, peningkatan kesejahteraan PNS
termasuk prajurit TNI dan Polri dan juga kesejahteraan buruh. Pelayanan dan
fasilitas publik juga ditingkatkan. Di bidang hukum, upaya pemerintah untuk
melanjutkan program pemberantasan korupsi dan penegakkan supremasi
hukum juga mendapat perhatian pemerintah.

Reformasi di Bidang Politik dan Upaya Menjaga Kesolidan


Pemerintahan

Sejalan dengan upaya menjaga kesolidan pemerintahan, pemerintahan


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga melanjutkan reformasi politik
seperti yang telah dirintis oleh pemerintahan sebelumnya pada era reformasi.
Upaya untuk penerapan otonomi daerah dengan cara mengurangi wewenang
pemerintah pusat dan memperluas wewenang pemerintah daerah dilakukan
secara proporsional dan seimbang.

Selain itu, pemerintah juga mengupayakan reformasi birokrasi yang


mengedepankan aspek transparansi, partisipasi dan akuntabilitas demi menciptakan
good governance. Reformasi birokrasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah karena proses pengambilan keputusan
dilakukan secara transparan dan dapat diakses oleh masyarakat terutama dalam
pengambilan keputusan yang terkait langsung dengan hajat hidup orang
banyak seperti masalah kenaikan BBM dan pengadilan terhadap para koruptor.
Upaya untuk Menyelesaikan Konflik Dalam Negeri

Selain berupaya untuk menjaga kedaulatan wilayah dari ancaman luar, upaya
internal yang dilakukan pemerintah untuk menjaga kedaulatan wilayah adalah
mencegah terjadinya disintegrasi di wilayah konflik. Konflik berkepanjangan
di wilayah Aceh dan Papua yang belum juga berhasil diselesaikan pada masa
pemerintahan presiden sebelumnya, mendapat perhatian serius dari Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono. Kendati telah dilakukan pendekatan baru melalui
dialog pada masa pemerintahan Presiden B.J. Habibie termasuk dengan
mencabut status DOM yang diterapkan oleh pemerintah Orde Baru, namun
konflik di Aceh tidak kunjung selesai.

Pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah


berupaya untuk lebih mengefektifkan forum-forum dialog mulai dari tingkat lokal
Aceh hingga tingkat internasional. Di tingkat internasional, upaya tersebut
menghasilkan Geneva Agreement(Kesepakatan Penghentian
Permusuhan/Cessation of Hostilities Agreement (CoHA). Tujuan dari kesepakatan
tersebut adalah menghentikan segala bentuk pertempuran sekaligus menjadi
kerangka dasar dalam upaya negosiasi damai di antara semua pihak yang berseteru
di Aceh. Namun pada kenyataannya, CoHA dan pembentukkan komite keamanan
bersama belum mampu menciptakan perdamaian yang sesungguhnya. Belum dapat
dilaksanakannya kesepakatan tersebut dikarenakan minimnya dukungan di tingkat
domestik, baik dari kalangan DPR maupun militer selain tidak adanya pula dukungan
dari pihak GAM/Gerakan Aceh Merdeka.

Anda mungkin juga menyukai