Demokrasi Sentralistik
Presiden Soeharto melakukan penyelewengan dengan menerapkan demokrasi
sentralistik. Demokrasi sentralistik ini merupakan demokrasi yang berpusat pada
pemerintahan pusat. Selain itu, Presiden Soeharto juga memegang kendali terhadap
Lembaga eksekutif, legislative, dan yudikatif. Kekuasaan hakim pun juga dicampuri
sehingga tidak dapat membuat keputusan sendiri.
Pelanggaran HAM
Pelanggaran hak asasi manusia banyak terjadi pada masa Orde Baru dengan alas an
keamanan terhadap pihak yang menunjukan kritik. Kekerasan ini digunakan untuk
menciptakan suasana yang aman misalnya dengan adanya ‘Penembakan Misterius’.
Pelanggaran HAM uga dialam oleh warga non pribumi dan warga Tionghoa, seperti
melarang perayaan Hari Imlek.
Krisis Moneter
Puncak penyimpangan terhadap Pancasila Orde Baru adalah terjadinya krisis moneer
1997 yang diduga disebabkan oleh gelembung uang panas. Uang panas adalah dana
yang dikelola secara untung-untungan dan mendapatkan hasil tinggi dalam waktu
singkat. Kondisi ini lantas membuat perekonomian Indonesia anjlok. Protes itu
berujung pada peristiwa kerusuhan Mei 1998 yang membuat Presiden Soeharto
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
2. Kelebihan Orde Baru
Di zaman Orde Baru, situasi politiknya lebih stabil kalua dibandingkan dengan
pemerintahan sebelumnya, yaitu Orde Lama atau era pemerintahan Presiden Soekarno. Saat
Orde Lama, sudah terjadi pergantian cabinet sebanyak Sembilan kali. Kelebihan pada situasi
politik yang stabil yaitu pemerintahan dapat fokus mengurus pertumbuhan ekonomi, daripada
sibuk dengan pergantian cabinet ataupun kebijakan.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi terjadi di era Orde Baru. Dengan masa
jabatan yang Panjang, yaotu selama 32 tahun, Presiden Soeharto bisa membuat kebijakan
yang berkelanjutan, dengan target pertumbuhan ekonomi jangka Panjang, atau biasa disebut
dengan ‘Rencana Pembangunan Lima Tahun’ (Repelita).
Selanjutnya, Orde Baru juga memiliki hubungan politik luar negeri yang baik. Jika
dibandingkan di era sebelumnya, yaitu Orde Lama, Indonesia keluar dari Peserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) di tahun 1965.
3. Agenda Reformasi
Gerakan Mahasiswa Indonesia 1998 adalah puncak Gerakan mahasiswa dengan
Gerakan rakyat pendukung demokrasi pada akhir dasawarsa 1990-an di Indonesia. Gerakan
ini menjadi monumental karena dianggap berhasil memaksa Soeharto berhenti dari jabatan
Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, setelah 32 tahun menduduki jabatan tersebut.
Gerakan ini mendapatkan momentum saat krisis moneter Asia melanda Indonesia
sejak tahun 1997. Namun para anlis asing menyoroti percepatan Gerakan yang mendukung
demokrasi setelah peristiwa 27 Juli 1996. Pada tahun 1998, Soeharto Kembali dipilih oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk menjabat sebagai Presiden
Indonesia untuk ke-7 kalinya, dengan B.J.Habibie sebagai wakil presiden. Namun sejumlah
pihak, termasuk mahasiswa, menuntut adanya reformasi dalam system pemerintahan
Indonesia.
Agenda reformasi yang menjadi tuntutan pada mahasiswa mencakup beberapa hal,
seperti mengadili Soeharto dan kroni-kroninya, melaksanakan amandemen Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menghapus dwifungsi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia, melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya, menegakkan supremasi
hukum, dan menciptakan pemerintahan yang bersih dari korupsi,kolusi,dan nepotisme.
Jokowi
- Mempercepat dan melanjutkan pembangunan infrastruktur
- Pembangunan (SOM)
- Undang investasi seluas-luasnya untuk membuka lapangan kerja
- Reformasi birokrasi
- APBN yang fokus dan tepat sasaran
Kekurangan
- Banyak masyarakat yang salah tafsir tentang reformasi
- Masyarakat terlalu bebas
- Ditinggalkannya program-program pemerintah
- Banyak pemaksaan oleh pihak tertentu
- Rendahnya pengetahuan tentang politik