Anda di halaman 1dari 10

Penyimpangan terhadap

UUD 1945 dan Pa n ca si l a


pa da m a sa ORDE BARU
Presenting by Kelompok PKN
Apa itu Orde Baru?
Orde Baru lahir dari diterbitkannya
Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) pada tahun 1966, yang
kemudian menjadi dasar legalitasnya.

Orde Baru bertujuan meletakkan kembali


tatanan seluruh kehidupan rakyat,
bangsa, dan negara pada kemurnian
pelaksanaan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945
dan berakhir pada tahun 1998.
1. Indoktrinisasi Pancasila
Pada masa orde baru, pemerintah ingin melaksanakan Pancasila secara
murni sebagai bentuk kritik terhadap penyimpangan di era orde lama.
Pemerintah pun kemudian mencanangkan program P4, yakni pedoman,
penghayatan, dan pengamalan Pancasila.

Pada dasarnya, pemerintah Orde Baru memang berhasil


mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Akan
tetapi, implementasinya mengecewakan, bahkan terbilang menyimpang
dari Pancasila, Ada beberapa cara yang digunakan oleh pemerintah
dalam indoktrinasi Pancasila, antara lain:- Melalui ajaran di sekolah-
sekolah. - Presiden Soeharto membolehkan rakyat membentuk
organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan Pancasila. - Saat
itu, Presiden Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan yang dapat
menjatuhkan pemerintahan.
2. Demokrasi Sentralistik
Tak hanya doktrinisasi Pancasila, Presiden Soeharto juga
melakukan penyelewengan dengan menerapkan demokrasi
sentralistik. Demokrasi sentralistik merupakan demokrasi yang
berpusat pada pemerintah pusat, selain itu, Presiden Soeharto juga
memegang kendali terhadap lembaga eksekutif, legislatif, dan
yudikatif.

Oleh karena itu, aturan-aturan yang berlaku di Indonesia saat itu


harus sesuai dengan persetujuannya. Kekuasaan kehakiman pun
juga dicampuri sehingga tidak dapat membuat keputusan sendiri.
3. Hak Politik dibatasi
Penyimpangan pada masa Orde Baru selanjutnya adalah
membatasi hak politik rakyat yang tercantum dalam UUD
1945. Pembatasan ini terlihat pada tiga partai politik yang
diizinkan oleh pemerintah, yakni PPP, Golkar, dan PDIP.
Kondisi ini sangat menyimpang dari UUD 1945 mengenai hak
dan kewajiban warga negara. Pemilu bahkan tidak dilakukan
secara demokratis karena hanya menjadi alat untuk
mengukuhkan kekuasaan Presiden saja.
4. Pelanggaran HAM
Pelanggaran hak asasi manusia banyak terjadi pada
masa orde baru dengan alasan keamanan terhadap pihak
yang menunjukkan kritik. Kekerasan ini digunakan
untuk menciptakan suasana yang aman misalnya dengan
adanya 'Penembakan Misterius’.

Selain itu, terjadi pula penculikan yang menyasar orang-


orang yang mencoba mengeluarkan pendapatnya
terhadap pemerintah. Pelanggaran HAM juga dialami
oleh warga non pribumi dan warga Tionghoa, seperti
melarang perayaan Hari Imlek.
5. Membentuk
Departemen Penerangan
Presiden Soeharto melemahkan beberapa aspek demokrasi, terutama
pers karena dinilai dapat menjatuhkan kekuasaannya. Untuk
menjalankan misinya itu, Presiden Soeharto kemudian membentuk
Departemen Penerangan.

Departemen Penerangan merupakan lembaga yang berfungsi


mengoreksi berita-berita di media massa agar tidak menjatuhkan
pemerintah. Selain itu, penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila
paling parah pada era Orde Baru adalah KKN (korupsi, kolusi, dan
nepotisme).
6. Pemberedelan Pers
Masa kepemimpinan Presiden Soeharto memang banyak menuai
kontroversi dari masyarakat, salah satunya kebijakan Fusi Parpol (partai
politik). Dengan kebijakan penggabungan partai politik itu, maka tidak
sedikit pemberitaan di media yang mengkritik kebijakan pemerintah.

Pemerintah Orde Baru yang saat itu tidak mau menerima kritikan pun
memilih untuk membredel banyak media massa. Tujuan pemberedelan
pers adalah untuk menghalangi adanya berita kritis terhadap pemerintah,
teman-teman. Pemerintah saat itu melarang penerbitan beberapa media
massa dan melarang mereka beroperasi selama dua pekan.
7. Krisis
Moneter
Puncak penyimpangan terhadap Pancasila Orde Baru adalah terjadinya
krisis moneter 1997 yang diduga disebabkan oleh gelembung uang
panas. Uang panas adalah dana yang dikelola secara untung-untungan
dan mendapat hasil tinggi dalam waktu singkat.

Kondisi ini lantas membuat perekonomian Indonesia anjlok dan memicu


terjadinya protes besar-besaran untuk menggulingkan rezim Orde Baru.
Protes itu berujung pada peristiwa kerusuhan Mei 1998 yang membuat
Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998. Mundurnya
Soeharto ini menjadi penanda akhirnya Orde Baru dan kemudian
digantikan oleh Era Reformasi.
Terima

Anda mungkin juga menyukai