Anda di halaman 1dari 5

DOWNSTREAM CPO

Ardita Epi Pratiwi, 21878, STIPP A

ABSTRAK

Downstream CPO merupakan proses pemurnian minyak kelapa sawit dengan menggunakan
2 tahapan, yaitu dengan proses refinery CPO dan proses fraksinasi (kristalisasi dan filtrasi) minyak
sawit. Pada proses refinery CPO terdapat beberapa tahapan 3 tahapan yaitu degumming,
netralisasi, dan bleaching. Pada proses fraksinasi dengan tahapan kristalisasi dan filtrasi. Pada
downstream ini menggunakan bahan yaitu CPO dianalisa kadar FFA, PV, Bleaching earth
(Bentonit yang digunakan adalah bentonit aktif), Phosphoric acid (konsentrasi 85%), CPO yang
sudah di degumming dan bleaching, RBDPO 500 gr, air es, es batu, dan garam. Dengan
menggunakan alat Rotavapor (pompa vakum dengan tekanan terkontrol, elemen pemanas dengan
suhu terkontrol, dan labu tempat sampel), labu leher tiga, water bath, sparger, termometer raksa,
manometer, steam boiler, pendingin balik, gelas beker, pengaduk otomatis, termometer, kertas
saring, vakum filter.

Kata kunci : CPO, Fraksinasi, Pemurnian, Refinery, Rotavapor.

PENDAHULUAN
Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak kelapa sawit mentah yang di dalamnya masih
mengandung getah. Pada proses pemurnian CPO dengan menggunakan 2 tahapan, yaitu dengan
proses refinery CPO dan proses fraksinasi (kristalisasi dan filtrasi) minyak sawit. Pada proses
refinery bertujuan untuk mengetahui prinsip degumming dan bleaching CPO, mengetahui
perubahan sifat fisik dan kimia CPO sebelum dan setelah proses degumming dan bleaching,
mengetahui prinsip penguapan bau pada minyak kelapa sawit. Pada proses fraksinasi bertujuan
untuk mengetahui proses pembentukan kristal minyak sawit sebagai dasar fraksinasi dan
mengenal fraksi olein dan stearin.

Minyak sawit mentah (CPO) adalah minyak kelapa sawit yang tahapan pengolahannya
melalui banyak tahapan seperti proses pengempaan pada daging buah kelapa sawit dan tahapan
ekstraksi pada daging buah kelapa sawit sampai dengan tahapan akhir yaitu proses pemurnian
minyak kelapa sawit. Minyak kelapa sawit digunakan sebagai bahan pangan pada masyarakat,
sebagai bahan baku pembuatan kosmetik, proses industri kimia dan proses industri makanan
hewan. Minyak kelapa sawit umumnya banyak ketahui yang berlimbah dengan kandungan
antioksidan yang dianggap penting bagi kesehatan pada tubuh manusia (Syafrianti., 2021).

Minyak sawit didapatkan dari mesocarp buah pohon kelapa sawit, secara alami berwarna
merah karena kandungan beta-karoten yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti
kelapa sawit yang dihasilkan dari inti buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit CPO berbeda
dengan minyak inti kelapa sawit. Perbedaan pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki
karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan asam lemak penyusunnya. Minyak sawit
mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%. Industri pengolahan CPO dan turunannya
merupakan salah satu contoh sektor industri yang memberikan kontribusi yang besar bagi
pendapatan negara (Mahmud., 2019).
Minyak sawit dan produk turunannya merupakan produk yang mempunyai peranan penting
dalam perekonomian Indonesia. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dunia, perkembangan
ekonomi, dan perubahan selera masyarakat, permintaan terhadap produk minyak sawit dan
turunannya juga semakin meningkat. Terdapatnya target produksi minyak sawit 40 juta ton pada
tahun 2020, Indonesia perlu meningkatkan ekspor dan mencari pasar baru untuk minyak sawit dan
produk turunannya agar tidak terjadi excess supply minyak sawit (Rifai dkk., 2014).

Minyak kelapa sawit diperoleh dengan cara mengekstraksi minyak yang berasal dari
mesokarp buah kelapa sawit, dimana minyak kelapa sawit yang belum dimurnikan disebut dengan
minyak kelapa sawit kasar. Minyak kelapa sawit diubah dalam bentuk minyak goreng, minyak
salad, dan margarin. Untuk mendapatkan minyak goreng dengan mutu yang dapat diterima
konsumen, minyak sawit mentah dapat diolah melalui proses pemurnian. Proses pemurnian yang
banyak diterapkan adalah refinasi secara fisik yang terdiri dari penghilangan gum, pemucatan, dan
deodorasi (Hutasuhut., 2019).

Minyak sawit dapat difraksinasi untuk memperoleh dan memisahkan fraksi padat stearin dan
fraksi cair olein. Pada penelitian ekstraksi tripalmitin dengan fraksi padat minyak sawit dapat dibuat
langsung dengan mengkondensasikan 3 asam palmitat dengan gliserol. Penelitian tersebut
digunakan cara ekstraksi dengan menggunakan cara ekstraksi diyakini dapat menghasilkan
produk tripalmitin yang lebih murni dengan mutu yang lebih baik. Digunakan juga fraksi padat
(stearin) karena memang fraksi padat dari minyak padat sendiri jarang sekali digunakan untuk
proses lebih lanjut (Pangestu dkk., 2017).

Proses destilasi fraksinasi merupakan suatu metode untuk memisahkan komponen-


komponen yang terdapat dalam suatu campuran sehingga terbentuk beberapa fraksi. Proses ini
dilakukan berdasarkan nilai titik didih dari komponen tersebut. Destilasi fraksinasi dapat digunakan
dalam pemisahan komponen yang memiliki titik didih berdekatan dan dapat digunakan untuk
memisahkan bermacam-macam komponen sekaligus dalam satu kali operasi. Dalam proses
destilasi fraksinasi, terdapat variabel-variabel penting yang mempengaruhi fraksi yang dihasilkan
seperti temperatur, tekanan, panjang kolom destilasi, serta refluks (Emmaputri dkk., 2018).

Proses pemurnian minyak sawit skala industri, biasanya proses degumming dan bleaching
dilakukan sekaligus untuk mengefisienkan proses produksi. Proses degumming bertujuan untuk
menghilangkan komponen fosfolipid yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air serta
resin yang menimbulkan warna gelap pada crude palm oil (CPO) tanpa mengurangi jumlah asam
lemak yang terkandung di dalamnya sedangkan bleaching diutamakan untuk memperbaiki warna
minyak sesuai standar mutu (Heryani., 2019).

Teknologi proses pemurnian minyak yang dipraktekkan industri minyak goreng selama ini
menyebabkan karotenoid dan tokoferol mengalami kerusakan karena berlangsung pada suhu
tinggi. Untuk itu, diperlukan upaya penjumputan komponen karotenoid dari minyak sawit dengan
teknik tertentu sehingga dapat meningkatkan nilai tambah minyak sawit. Salah satu metode yang
dapat digunakan untuk mendapatkan konsentrat karotenoid dari minyak sawit kasar yaitu dengan
metode fraksinasi. Karotenoid mudah mengalami kerusakan akibat suhu tinggi, oleh karena itu
kerusakan karotenoid perlu dikurangi melalui proses fraksinasi pada suhu rendah dengan bantuan
pelarut organik (Wulandari dkk., 2017).

Pada proses distilasi fraksinasi, terdapat variabel-variabel penting yang mempengaruhi fraksi
atau distilat yang dihasilkan seperti suhu, tekanan, kolom fraksinasi, dan rasio refluks. Penentuan
suhu distilasi yang digunakan dapat berupa titik didih komponen, sehingga dapat ditetapkan
rentang suhu distilasi yang sesuai dengan titik didih komponen penyusun bahan. Penentuan
tekanan yang digunakan mampu mempengaruhi kualitas distilat yang dihasilkan. Untuk menjaga
kualitas distilat minyak yang dihasilkan sebaiknya minyak difraksinasi pada keadaan vakum,
dikarenakan pada tekanan dan suhu tinggi dapat mengakibatkan dekomposisi pada minyak yang
dihasilkan (Amrullah dkk., 2017).

Degumming adalah langkah pemurnian utama untuk menghilangkan fosfolipid sebagai gum
dari minyak mentah, untuk mendapatkan produk minyak dengan kualitas yang tinggi. Water
degumming adalah proses pemurnian tradisional yang dipengaruhi oleh hidrasi fosfolipid dan
penyatuan diri menjadi mesofasa kristal cair yang pipih. Gum yang terbentuk pada degumming
menggunakan air biasanya dipisahkan dari fasa minyak oleh gaya gravitasi. Efisiensi pemisahan
proses degumming sebagian didefinisikan sebagai jumlah minyak netral yang ditahan dalam gum
dikarenakan hubungan minyak netral dengan mesofasa kristal cair dalam gum (Ristanti dkk.,
2020).

BAHAN DAN METODE


Berikut alat, bahan dan metode yang digunakan dalam praktikum tersebut.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum tersebut, antara lain: Rotavapor (pompa vakum
dengan tekanan terkontrol, elemen pemanas dengan suhu terkontrol, dan labu tempat sampel),
labu leher tiga, water bath, sparger, termometer raksa, manometer, steam boiler, pendingin balik,
gelas beker, pengaduk otomatis, termometer, kertas saring, vakum filter,
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum tersebut, antara lain: CPO dianalisa kadar FFA, PV,
Bleaching earth (Bentonit yang digunakan adalah bentonit aktif), Phosphoric acid (konsentrasi
85%), CPO yang sudah di degumming dan bleaching, RBDPO 500 gr, air es, es batu, dan garam.
Metode
Metode yang digunakan yaitu pada proses refinery percobaan I dengan sampel CPO
sebanyak 500 g ditambah bentonit dan PA dalam labu reaksi sebelum dihubungkan dengan unit
rotavapor, kemudian elemen pemanas dipanaskan hingga di atas 100˚C, dan vakum set hingga 50
torr sebelum dihubungkan dengan labu yang berisi CPO, BE, dan PA, dengan dosis bentonit 2%
dan PA 1%, setelah itu ketika suhu mencapai 100˚C dan tekanan vakum 50 torr, proses bleaching
dan degumming dilakukan selama 30 menit dan campuran diputar secara kontinyu sehingga CPO,
PA, dan bentonit tercamour sempurna, setelah 30 menit degumming and bleached oil (DBPO)
disaring dengan kertas saring whatman pada kondisi vakum untuk mencegah terjadinya proses
oksidasi, selanjutnya dilakukan analisis meliputi FFA, PV. Pada proses refinery percobaan II
dengan sebanyak 5 gram DBPO yang sudah diketahui kadar FFA dan Pvnya dimasukkan ke
dalam labu leher tiga, proses ini dikehendaki pada suhu tinggi berkisar 240-260˚C, vakum (2-4
mmHg) dan injeksi sistem langsung kira-kira 2,5-4,0 % dari berat minyak, kemudian setiap selang
waktu 60 menit diamati kadar FFA dan Pvnya. Pada proses fraksinasi dengan menimbang dan
panaskan RBDPO sekitar 70˚C, memasukkan ke dalam glass beaker 1000 ml, dengan
homogenizer sebagai pengaduk dilengkapi dengan pengukur suhu, kemudian dilakukan proses
kristalisasi dengan 3 tahap, yaitu 1= glass beaker direndam dengan air es, dengan kecepatan 12
rpm sampai suhu mencapai 30˚C (fast cooling), 2= rendam dengan es, dengan kecepatan
pengaduk 8 rpm, hingga terbenuk kristal (suhu teori 30-28˚C) (slow cooling), 3= rendam dengan es
atau ditambah garam jika perlu, untuk menjaga suhu agar menahan bahan tetap bentuk kristal
(suhu teori 25-16,5˚C) (end cooling and holding), kemudian saring minyak yang sudah mengkristal
dengan filter vakum, selanjutnya timbang catat bahan yang tertinggal. Pada proses ini fraksi cair
disebut olein (fraksi lolos saringan), sedangkan fraksi padat disebut stearin (fraksi tidak lolos
saringan).

HASIL DAN PEMBAHASAN (Arial 11, Bold, Huruf Kapital, Jarak Spasi 1.15, Rata Kiri)
Hasil dan Pembahasan menampilkan hasil dari praktikum Anda yang dapat disajikan dalam
bentuk gambar, grafik, maupun tabel yang disertai dengan judul dan keterangan. Tabel dibuat
dengan format tabel terbuka (lihat contoh). Hasil analisis kemudian dibahas mengapa hal tersebut
dapat terjadi? Faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil Anda? (Arial 11, Paragraf
Rata Kanan Kiri, Awal paragraf menjorok 1 cm, Jarak Spasi 1.15, antar paragraf akhir dan bab
selanjutnya ditambah 2 kali Enter)

KESIMPULAN
Kesimpulan ditulis secara singkat dan menjawab tujuan praktikum Anda.
(Arial 11, Paragraf Rata Kanan Kiri, Awal paragraf menjorok 1 cm, Jarak Spasi 1.15, antar
paragraf akhir dan bab selanjutnya ditambah 2 kali Enter).

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, R., Nurjanah, S., Widyasanti, A., dan Muhaemin, M. 2017. Kajian Pengaruh Rasio
Refluks Terhadap Karakteristik Minyak Nilam Hasil Distilasi Fraksinasi. Jurnal Teknotan,
11(2): 77-88.
Emmaputri, F. S., Nurjanah, S., Mardawati, E., Kramadibrata, M. A. M., Muhaemin, M., Daradjat.,
Handarto., Herwanto, T., dan Rosalinda, S. 2018. Kajian Proses Destilasi Fraksinasi
Biodiesel Kemiri Sunan. Jurnal Teknotan, 12(2): 29-42.
Heryani, H. 2019. Penentuan Kualitas Degummed Bleached Palm Oil (DBPO) dan Refined
Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dengan Pemberian Bleaching Earth pada Skala
Industri. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 29(1): 11-18.
Hutasuhut, L. S. 2019. Penentuan Kadar Fosfor Dalam Crude Palm Oil (CPO) dan Refened
Bleaching Deodorized Palm Olein (RBDPO) dengan Menggunakan Spektrofotometri UV-
Visible. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mahmud, S. F. 2019. Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Menjadi RBDPO (Refined
Bleached and Deodorized Palm Oil) di PT XYZ Dumai. UNITEK, 12(1): 55-64.
Pangestu, F. A., Hendrawati, T. Y., dan Handayani, W. 2017. Pengaruh Suhu, Rasio Bahan Baku
Terhadap Pelarut dan Kecepatan Pengadukan pada Proses Fraksinasi Tripalmitin dari Fraksi
Padat Minyak Sawit. Jurnal Konversi, 6(2): 95-103.
Rifai, N., Syaukat, Y., Siregar. H., dan Gumbira-Sa’id. 2014. Dampak Pengembangan Produk
Turunan Minyak Sawit Terhadap Peningkatan Ekspor Produk Minyak Sawit Ke Pasar
Ameika Serikat. Jurnal Agro Ekonomi, 32(2); 107-125.
Ristanti, A. R., Sagara, B. P., Murti, S. D. S., dan Redjeki, S. 2020. Pembuatan Greem Diesel Dari
Minyak Biji Kapuk Menggunakan Katalis dengan Proses Hidrogenasi dan Fraksinasi. Jurnal
Teknik Kimia, 15(1): 15-20.
Syafrianti, A. 2021. Studi Proses Penanganan dan Penyimpanan Crude Palm Oil (CPO) di Pabrik
Kelapa Sawit dalam Upaya Peningkatan Mutu CPO dan Mengurangi Resiko Pembentukan
Kontaminan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Wulandari, N., dan Hernawati, H. 2017. Fraksinasi Minyak Sawit Kasar dengan Pelarut Organik
dalam Pembuatan Konsentrat Karotenoid. Jurnal Mutu Pangan, 4(2): 83-91.

Anda mungkin juga menyukai