Anda di halaman 1dari 45

TEKNOLOGI PROSES

PERKEBUNAN
Efektif : Usaha untuk mendapatkan suatu hasil, target, atau tujuan.
Efisien : ketepatan cara. Cara yang dimaksud adalah sebuah
usaha atau kerja untuk menjalankan sesuatu. Akan tetapi, tanpa
harus membuang tenaga, waktu dan biaya.
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq)
Istilah elaeis berasal dari bahasa yunani Elaion yang artinya minyak.
Guinensis berasal dari Guinea (pantai Barat Afrika), Jacq berasal dari
nama Botanis Amerika Jacquin.
Refinery
• Pemurnian atau pengolahan atau penyulingan atau kilang adalah
kegiatan produksi yang terdiri dari beberapa proses unit teknik kimia
dan unit operasi pemurnian bahan tertentu atau mengubah bahan
baku menjadi produk yang lebih murni dan bernilai.
CPO (Crude Palm Oil)
(CPO) atau minyak kelapa sawit adalah minyak nabati edibel yang didapatkan
dari mesocarp buah pohon kelapa sawit,
Minyak sawit secara alami berwarna merah karena kandungan beta-karoten
yang tinggi. Minyak sawit berbeda dengan minyak inti kelapa sawit (palm
kernel oil) yang dihasilkan dari inti buah yang sama. Minyak kelapa sawit juga
berbeda dengan minyak kelapa yang dihasilkan dari inti buah kelapa (Cocos
nucifera). Perbedaan ada pada warna (minyak inti sawit tidak memiliki
karotenoid sehingga tidak berwarna merah), dan kadar lemak jenuhnya.
Minyak sawit mengandung 41% lemak jenuh, minyak inti sawit 81%, dan
minyak kelapa 86%. (Harold McGee, 2004).
Beta Karoten merupakan provitamin A yang dapat diubah didalam tubuh
menjadi vitamin A setelah mengalami proses metabolisme
RDBPO
• Refined Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100% yang
menghasilkan produk Green Diesel (D-100) mencapai 1.000 barel per
hari di fasilitas existing Kilang Dumai.  
• RBDPO adalah minyak kelapa sawit atau CPO yang telah diproses lebih
lanjut sehingga hilang getah, impurities/warna dan baunya. 
• RBDPO adalah turunan minyak sawit yang mengandung kadar asam
lemak bebas paling rendah.
• RBDPO merupakan hasil dari proses penyulingan untuk penjernihan
dan penghilangan bau dari minyak kelapa sawit kasar (CPO) yang
kemudian diuraikan lagi menjadi minyak sawit padat (RBD Stearin)
dan minyak sawit cair (RBD Olein).
PFAD
• Pengembangan biodiesel pada masa yang akan datang selain menggunakan
bahan Crude Palm Oil (CPO) juga perlu dikembangkan dengan memanfaatkan
bahan alternatif lain yang tidak mengganggu pasokan CPO industri pangan.
• Beberapa bahan altematif biodiesel yang lebih murah seperti CPO off Grade,
Limbah CPO (CPO parit), limbah pabrik minyak goreng (PFAD), minyak goreng
bekas. Keseluruhan bahan tersebut merupakan hasil dari minyak kelapa
sawit berupa limbah produksi atau sisa pakai.
• Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) merupakan hasil samping pemurnian CPO
secara fisika, yaitu setelah tahap deguming dan pengeringan sistem vakum.
Komponen terbesar dalam PFAD adalah asam lemak bebas, komponen
karotenoid, dan senyawa volatillainnya, Secara umum proses pengolahan
(pemumian) minyak sawit dapat menghasilkan 73% olein,21 % stearin, 5%
Palm Fatty Acid Distillate (PFAD), dan 0,5% bahan lainnya.
• Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) adalah produk samping yang dihasilkan dari proses pengolahan minyak sawit
kasar (Crude Palm Oil/CPO) menjadi Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada refinery plant. Jumlah
produk samping PFAD pada proses penyulingan (refining) CPO  berkisar 4-5 % dari CPO yang diolah.
• Proses refining /penyulingan minyak sawit terdiri atas beberapa tahapan yaitu degumming dimana gum dan bahan
lain yang tidak diinginkan seperti logam dan lainnya dihilangkan. Proses selanjutnya adalah bleaching dimana
minyak sawit warnanya dipucatkan, umumnya dilakukan menggunakan penyerap warna  berupa bleaching earth,
dilanjutkan dengan proses deodorisasi untuk penghilangan senyawa-senyawa yang menimbulkan bau yang tak
diinginkan. Pada proses deodorisasi inilah PFAD dihasilkan. Selain penggunaannya sebagai bahan baku industri
oleokimia, PFAD memiliki potensi lain sebagai bahan baku untuk memproduksi bahan atau senyawa bioaktif yang
bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini karena PFAD memiliki kandungan bahan-bahan bioaktif seperti vitamin E
(tocopherol dan tocotrienol), phytosterol dan squalene.
• bahan bioaktif seperti Vitamin E, phytosterol dan squalene banyak digunakan sebagai suplemen pangan
dikarenakan manfaatnya yang baik bagi kesehatan. Vitamin E khususnya tocotrienol diketahui bermanfaat untuk
menurunkan kadar kolesterol jahat, melawan penyakit jantung dan kanker. Demikian juga dengan phytosterol.
• Squalene merupakan senyawa hidrokarbon C30H50 memiliki sifat antioksidan yang baik  dan dapat menjaga
kesehatan kulit, menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga baik untuk pencegahan penyakit jantung.
Senyawa ini dapat mencegah kanker dan tumor dan diyakini meningkatkan sistem kekebalan. (Gunes, 2013).
• Jika proses produksi yang telah dikaji dapat dikembangkan sampai dengan skala komersial maka PFAD akan
memiliki nilai lebih tinggi baik dari aspek ekonomi maupun manfaat. Keberhasilan pemanfaatan PFAD sebagai
sumber bahan bio-aktif tersebut akan memberikan dampak positif bagi industri sawit karena memberikan
alternatif bahan baku bagi produsen squalene untuk beralih dari hati ikan hiu ke PFAD yang lebih berkelanjutan.
Telah diketahui bahwa populasi ikan hiu mengalami penurunan yang signifikan akibat eksploitasi yang berlebihan
(Baum & Myers, 2003).
• Setelah kita mendapatkan CPO (dpt dilihat di gbr sebelumnya), kita mesti
memurnikan CPO ini. Proses ini sering disebut sbg refining (pengolahan,
pemurnian, etc). Tujuan utama pengolahan (refining) CPO ini jelas utk
menghilangkan zat2 non-triglyceride tsb. Dr komposisi di atas, jelaslah bahwa
proses2 utamanya akan meliputi:
• Menghilangkan gum atau phosphatides (degumming), yg pertama kali mesti
dilakukan krn gum ini menaikkan viskositas CPO.
• Menghilangkan FFA, yg biasanya dgn dinetralisasi
• Menghilangkan warna dengan mengambil pigment2 yg termasuk di dlmnya
adalah beta karoten. Proses ini sering disebut sbg bleaching.
• Menghilangkan bau (biasanya jg disebabkan oleh keberadaan FFA). Proses ini
umum disebut sbg deodorization
• Jika diinginkan, bisa juga untuk memisahkan olein dan stearin. Olein adalah
komponen palm oil yg berfasa cair dan stearin adalah komponen palm oil yg
berfasa padat.
Proses Refinary
• Proses refining yg ada saat ini pada dasarnya dibedakan mjd dua jenis, yaitu chemical dan physical
refining.
• Chemical refining menggunakan alkali spt NaOH (soda api) utk menetralkan FFA.
• Sementara physical refining menggunakan distilasi utk mengeluarkan FFA dr palm oil.
• Oleh karena ini, chemical refining lbh disukai utk mengolah vegetable oil dgn kandungan FFA yg
rendah. Reaksi NaOH dgn FFA akan menghasilkan garam karboksilat (biasa disebut sbg sabun) dan
gliserol. Reaksi ini sendiri sering disebut sbg reaksi saponifikasi. Jika kandungan FFA tinggi, maka sabun
yg terbentuk akan tinggi. Akibatnya, triglyceride sbg minyak akan terikat oleh sabun dan terbawa
keluar bersamaan dgn air. Akhirnya, kita akan kehilangan banyak triglyceride.
• Oleh karena itu, chemical dan physical refining akan berbeda di tahap degumming/neutralization.
Tahap ini di chemical refining akan terdiri dari:
• Acid conditioning: mencampur minyak panas dgn asam utk mengendapkan non-hydratable
phosphatides (phosphatides yg tidak bisa diendapkan dgn penambahan air, spt yg dimiliki oleh palm
oil) dan sisa2 logam.
• Degumming dan neutralizing: air dan NaOH akan ditambahkan utk menetralkan FFA, jg utk
memisahkan gum dan pengotor lainnya. Kemudian, gum dan pengotor akan dipisahkan pada di sini. Di
akhir step ini, kandungan FFA akan mjd 0.01-0.03%.
• Jd utk minyak dgn kandungan FFA rendah tp gum nya tinggi, chemical
refining lbh cocok. Dan sebaliknya jika FFA tinggi tp gum rendah, physical
refining lbh cocok.
• Bagaimanapun, jika kandungan gum nya tinggi (meskipun di physical
refining), degumming process tentu sgt diperlukan. Proses ini biasanya dgn
menambahkan asam utk menggumpalkan gum atau acid degumming utk
minyak yg memiliki non-hydratable gum, spt palm oil. Asam yg digunakan
biasanya adalah asam fosfat (0.05% dr jumlah CPO yg diambil dr 85%
larutan asam fosfat) atau asam sitrat. Temperature yg diperlukan sekitar
90-110oC.
• Proses menghilangkan warna sering disebut jg sbg bleaching. Pada
dasarnya, proses ini cm mengadsorp pigment (beta karoten dan klorofil)
dgn menggunakan bleaching earth (atau bentonite). Proses ini biasanya
dilangsungkan pada kondisi vakum (16 cmHg) dan temperature 100-110oC.
Jumlah bleaching earthnya umumnya sekitar 1% dr jumlah CPO.
• Sblm masuk ke deodorization, air di minyak mesti dibuang terlebih
dahulu. Tujuannya agar tidak terjadi hidrolisis minyak menjadi FFA dan
gliserol. Biasanya hal ini dilakukan dgn memanaskan minyak sampe di
atas 100oC (~140oC).
• Proses deodorization (sederhananya: menghilangkan bau) ini
menghilangkan sisa2 FFA dan senyawa2 lain yg lbh volatile drpd
triglycerides. Di proses physical refining, di proses deodorization inilah
FFA dibuang krn proses ini tidak memiliki tahap netralisasi spt di
chemical refining. Proses ini berupa distillation dgn kondisi vakum (1-6
mmHg, 230-260oC). Kondisi vakum diperlukan utk menurunkan boiling
temperature dr FFA. Di bawah ini adalah perbandingan tekanan uap
dr FFA dan oil.
• Uap FFA kemudian dikondensasi dan minyak yg keluar dr kolom ini
didinginkan sampe 60oC. Klo pun mau disimpan, temperature
penyimpanannya tidak boleh kurang dr 60oC utk mencegah solidifikasi
dr stearin. Minyak hasil pengolahan ini biasanya disebut sbg Refined
Bleached Deodorized oil (RBD oil).
• Olein dan stearin akan dipisahkan di tahap selanjutnya dgn
mendinginkan minyak sampe 30oC secara perlahan. Hal ini ditujukan
agar kristal stearin yg terbentuk besar2, sehingga mudah dipisahkan
(oleh filter press, dsb). Umumnya, dr minyak ini akan kita dapatkan 20-
24% stearin dan 80-76% olein. Olein digunakan sbg minyak goreng atau
campuran minyak goreng, sementara stearin sbg margarin. Keduanya
(atau lgsg dr minyak RBD) bisa digunakan sbg bahan baku industri
oleochemical, makanan, dan berbagai non-food application lainnya.
• Selama proses pengolahan ini, minyak tidak boleh mengalami kontak
dgn udara utk menghindari oksidasi minyak.
STEARIN
• Palm stearin adalah fraksi lebih solid yang diperoleh dari fraksinasi
minyak sawit setelah kristalisasi pada suhu terkontrol. Palm stearin
sangat baik sebagai komponen lemak padat alami bagi produk-produk
seperti shortening , kue , roti dan margarin.
OLEIN
• Palm olein adalah fraksi cair yang diperoleh dari fraksinasi minyak sawit setelah terkristalisasi
pada suhu terkontrol. Hal ini sepenuhnya cair dalam iklim yang hangat dan memiliki kisaran
sempit gliserida.
Palm olein banyak digunakan sebagai minyak goreng dan ini sangatlah popular hal ini
disebabkan oleh ketahanan yang baik terhadap oksidasi dan tidak terjadinya kerusakan
produk pada suhu penggorengan serta waktu kadaluarsa yang lebih lama.
• Seperti dilansir mpoc.org.my, olein sawit banyak digunakan sebagai minyak makan. Olein
sawit juga bisa dicampur dengan minyak nabati lain di banyak negara di dunia, seperti di
Jepang, olein sawit dicampur dengan bekatul beras dan di Malaysia dicampur dengan minyak
kacang tanah.
• Seperti minyak sawit, olein sawit juga banyak dipakai sebagai minyak goreng. Olein sawit
populer karena daya tahannya terhadap oksidasi. Makanya, olein sawit dianggap memiliki
standar emas dalam hal goreng menggoreng, sehingga dipakai secara luas di seluruh dunia
sebagai minyak goreng. (NEDELYA RAMADHANI/m)
Kegunaan Palm Oil - Palm Kernel Oil – Food
Cooking / Frying Oils and Fats Coating
Margarines Cake Mixes
Shortening Salad Oil
Vanaspati Soup Mixes
Bakery Fats Sandwich Spread
Pastry Fats Peanut Butter
Dough Fats Food Ingredients
Confectionery Fat Emulsifiers
Coca Butter Substitute Low Fat Spreads
Coffee Whitener Chocolate Pastel
Creamer Cheese
Filled Milk Santan Powder
Ice Cream Powder
Kegunaan Palm Oil - Palm Kernel Oil – Non Food

Pharmaceutical Inks
Tobacco Rubber
Soap Explosive
Cosmetics Toiletries
Paper Industry Lubricant
Textiles Leather Industry
Detergents Steel mill application
Animal Feed Diesel substitute
Sekian dan terima kasih

Anda mungkin juga menyukai