Pendahuluan
1.1. Urgensi Pembuatan Pabrik
1.2. Detail dan Spesifikasi Produk
Kopi adalah salah satu potensi kekayaan alam Indonesia yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber biodiesel. Bagian dari tanaman kopi yang potensial untuk dijadikan
bahan baku biodiesel setelah melalui pengujian secara psiko-kimia adalah biji kopi dan
ampas kopi. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl
ester dari rantai panjang asam lemak yang dipakai sebagai alternatife bagi bahan bakar
mesin diesel yang terbuat dari sumber terbaharui. Biodiesel bersifat biodegradable dan
mengandung sulfur.
Minyak biji kopi jenis arabika yang menjadi limbah cukup potensial untuk
dijadikan bahan baku biodiesel. Di dalam minyak kopi terkandung komponen utama
trigserida sebesar 81,3%. Sebanyak 0,2-0,3% kadar lemak total pada kopi terdapat pada
lapisan lilin pelindung biji. Asam lemak pada lapisan lilin berbeda dari pada minyak
kopi. Pada lapisan lilin terdapat asam lemak 5-hidroksitriptamida dari asam palmitat,
arachidat, behenat, dan lignoserat. Pada minyak kopi terdapat trigliserida dengan asam
lemak linoleat (40-45%), asam palmitat (30-35%). Pada ester diterpen terdapat asam
palmitat (40-45%) dan asam linoleat (26%). Kadar asam lemak bebas robusta lebih tinggi
daripada arabika. Lemak dan turunannya pada biji kopi antara lain trigliserida, asam
lemak bebas, ester diterpen, diterpen bebas, triterpen, sterol, ester-ester sterol, tokoferol,
fosfatida serta 5-hydroksitryptamida dan turunannya. Peningkatan asam lemak bebas
selama penyimpanan menyebabkan kopi menjadi berbau tengik. Diterpen pada biji kopi
antara lain safestol, kahweol, dan 16-0-methilcofestol. Kahweol sedikit sekali terdapat
pada kopi robusta, sedangkan pada kopi arabika sebesar 0,31%. 6-0-methilcofestol hanya
terdapat pada kopi robusta antara 0,07- 0,15%. Rasio kafestol:kahweol pada kopi arabika
antara 40:60-70:30, sedangkan pada kopi robusta tidak terdapat atau sedikit sekali
terdapat kahweol. Minyak biji kopi rusak diketahui memiliki kadar asam lemak bebas
(FFA) lebih besar dari 5%.
Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi transesterifikasi trigliserida dan reaksi
esterifikasi asam lemak bebas tergantung dari kualitas minyak nabati yang digunakan
sebagai bahan baku. Bila bahan baku yang digunakan adalah minyak mentah yang
mengandung kadar asam lemak bebas (free fatty acid) tinggi, yakni lebih besar dari 2%,
maka perlu dilakukan proses praesterifikasi untuk menurunkan kadar asam lemak bebas
hingga sekitar 2% sehingga biodiesel dihasilkan melalui 2 tahap proses, yaitu esterifikasi
asam dan esterifikasi alkalin.
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar asam
lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 5 mg-KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas
akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa diikuti dengan tahap
transesterfikasi. Namun sebelum produk esterifikasi diumpankan ke tahap
transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya harus
disingkirkan terlebih dahulu. Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah
tahap konversi dari trigliserida (minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan
alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol. Reaksi transesterifikasi
trigliserida menjadi metil ester adalah :
2. Proses
2.1 Seleksi Proses
Limbah kopi yang akan digunakan sebagai biodiesel terlebih dahulu dikeringkan, agar
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama dan tidak berjamur. Proses pengeringan
dilakukan dengan dijemur dibawah sinar matahari selama kurang lebih tiga hari, kemudian
dioven dengan suhu 105-110oC selama tiga jam.
2.1.1. Ekstraksi
Tahap awal dalam pembuatan biodesel yaitu proses ekstraksi. Laju aliran yang digunakan
merupakan suatu hal yang sangat penting, untuk memaksimalkan minyak yang diekstraksi dari
lahan perusahaan. Ekstraksi minyak kopi, biasanya menggunakan heksana sebagai pelarut, dan
menghasilkan minyak 12% dari tanah dengan kelembaban 12%. Hal-hal yang harus
dipertimbngkan lainnya yaitu heptana, etanol, dan isopropanol. Menurut penelitian sebelumnya,
bahwa ketika isopropanol dimasukkan kedalam campuran pelarut dengan rasio 50:50 persentase
ekstraksi menjadi naik sekitar 21,5%. Fraksi mol dari masing-masing senyawa dihitung menjadi
25% mol air, 31% mol heksana, dan 44% mol isopopil alkohol. Untuk ekstraktor, menggunakan
decanter centrifuge adalah hal yang pnting untuk memisahkan padatan dan ekstrak minyak
dalam satu peralatan [ CITATION Niw18 \l 1057 ].
Ampas kopi yang telah dikeringkan, diletakkan dikain saring, lalu dimasukkan kedalam
ekstraktor dan diektraksi dengan pelarut. Hasil ekstraksi tersebut dipisahkan menggunakan
distilasi, yang digunakan untuk memisahkan pelarut dan minyak. Minyak hasil ekstraksi tersebut
dianalisis sifat fisik dan kimianya terlebih dahulu sebelum memasukki proses transesterifikasi
dan esterifikasi [CITATION Niw18 \l 1057 ]
2.1.2 Esterifikasi
Tahap esterifikasi ini bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas. Tahap ini
dilakukan dengan menggunakan katalis asam sulfat. Proses esterifikasi dilakukan dengan
memasukkan metanol dan minyak kedalam kondensor. Suhu metanol dan minyak ketika telah
mencapai 60oC dimasukkan katalis asam sulfat, dan proses berlangsung selama kurang lebih
emapat jam. Setelah proses esterifikasi selesai, larutan dimasukkan kedalam corong pemisah,
lalu didiamkan hingga membentuk dua fasa yaitu lapisan atas sisa metanol dan pengotor,
sedangkan lapisan bawah yaitu campuran trigliserida dan fatty acid methyl ester (FAME) dan
dipisahkan menggunakan dekantasi [ CITATION Niw18 \l 1057 ].
2.1.3 Transesterifikasi
Tahap tansesterifikasi merupakan reaksi minyak dan alkohol untuk membentuk ester dan
gliserol. Transesterifikasi terdiri dari tiga reaksi, yaitu konversi trigliserida menjadi digliserida,
digliserida menjadi monogliserida, dan monogliserida menjadi metil ester (biodiesel) dan
gliserol. Metil ester yang dihasilkan merupakan biodiesel kasar, sehingga diperlukan proses
pencucian dan pemanasan terlebih dahulu. Proses pencucian dilakukan sebanyak 7-10 kali
sampai metil ester berubah menjadi bening dan memiliki pH netral yaitu 7-7,5 [ CITATION Niw18 \l
1057 ].
Giller, C., Malkani, B., & Parasar, J. (2017). Coffee to Biofuels Coffee to Biofuels.
Http://Repository.Upenn.Edu/Cbe_Sdr/94, 1–129. https://repository.upenn.edu/cbe_sdr/94
Niwarlangga, C. (2018). Pengaruh Pelarut-Pelarut Organik Terhadap Kualitas dan Produksi
Biodiesel Minyak Serbuk Kopi Bekas. Bandung: Institut Tekologi Bandung.