Anda di halaman 1dari 14

ARTIKEL KONVERSI ENERGI

BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET MENGGUNAKAN


KATALIS BERBAHAN DASAR GULA
Disusun Oleh:

ZULFIKAR

(NIM 15050423029)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017

BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET


MENGGUNAKAN KATALIS BERBAHAN DASAR GULA
Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di dunia. Selama ini hasil utama yang
diambil dari tanaman karet adalah latex. Sementara itu, biji karet masih belum dimanfaatkan dan
dibuang sebagai limbah. Biji karet mengadung sekitar 40-50%-b minyak nabati yang dapat
diolah menjadi biodiesel. Akan tetapi, minyak biji karet memiliki kandungan asam lemak bebas
yang tinggi. Minyak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi kurang ekonomis untuk
diolah menjadi biodiesel menggunakan proses konvensional berkatalis basa karena adanya reaksi
samping penyabunan. Untuk mengatasi hal ini, pembuatan biodiesel dari minyak biji karet dapat
dilakukan dengan menggunakan katalis asam. Akan tetapi, penggunaan katalis asam homogen
seperti asam sulfat menimbulkan masalah korosi, sedangkan penggunaan katalis asam heterogen
cenderung sangat mahal.
penelitian ini adalah untuk mengembangkan proses pembuatan biodiesel dari minyak biji karet
dengan menggunakan katalis asam heterogen berbahan dasar gula. Secara khusus, hal ini
meliputi:
(1) mempelajari dan mengoptimasi proses pengambilan minyak biji karet baik dengan
menggunakan teknik ekstraksi maupun pengempaan;
(2) mempelajari dan mengoptimasi proses pembuatan katalis asam heterogen berbahan dasar
gula dengan menggunakan proses pirolisis yang dilanjutkan dengan proses sulfonasi; dan
(3) mempelajari dan mengoptimasi proses pembuatan biodiesel dari minyak biji karet
menggunakan katalis berbahan dasar gula dengan menggunakan proses satu tahap maupun dua
tahap.
Target akhir ini adalah diperolehnya pemahaman yang mendalam mengenai proses pembuatan
biodiesel dari minyak biji karet dengan menggunakan katalis berbahan dasar gula. Hal ini sangat
berguna dalam perancangan dan pengembangan proses pembuatan biodiesel dari minyak biji
karet maupun dari berbagai minyak nabati non pangan lainnya yang ada di Indonesia yang
memiliki permasalahan serupa.
Fokus utama penelitian pada tahun pertama dari rencana tiga tahun penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara pengambilan minyak biji karet menggunakan metode pengepresan maupun
metode ekstraksi. Beberapa informasi mengenai perolehan minyak biji karet maupun kondisi
operasi optimum proses pengambilan minyak biji karet sudah diperoleh. Sifat fisik dan kimia
minyak biji karet, meliputi kandungan asam lemak bebas, viskositas dan densitas juga sudah
didapatkan. Pada tahap selanjutnya, penelitian akan diarahkan pada pengembangan katalis asam
heterogen berbahan dasar gula dan pengembangan proses untuk pembuatan biodiesel dari
minyak biji karet.

PROSES
3.1 Pengambilan Minyak Biji Karet
Untuk mendapatkan perolehan minyak yang tinggi, terhadap biji karet perlu dilakukan
pengecilan ukuran terlebih dahulu. Selanjutnya, pengambilan minyak biji karet dapat
dilakukan dengan salah satu metode berikut ini:
1. Pengempaan
Sebelum dikempa, biji karet harus dikeringkan terlebih dahulu untuk
mengurangi kandungan air yang cukup besar yang terdapat di
dalamnya yang dapat memicu terjadinya hidrolisa trigliserida menjadi
asam lemak bebas. Setelah itu, biji karet dikempa menggunakan
alat atau mesin pengempa hidrolik dengan tekanan mencapai 320
kg/cm2 untuk mengeluarkan minyak yang ada di dalamnya.
Perolehan minyak biji karet dengan menggunaan metode ini
umumnya tidak terlalu besar.
2. Ekstraksi
Metode ekstraksi dapat dilakukan menggunakan pelarut heksan yang dikontakkan
langsung dengan biji karet. Sebelum minyak biji karet diolah menjadi biodiesel, minyak
tersebut perlu dipisahkan dari pelarut heksan dengan menggunakan evaporator pada suhu
70oC. Uap heksan kemudian dikondensasikan untuk digunakan kembali dalam proses
ekstraksi berikutnya. Kelebihan dari metode ini adalah perolehan minyak yang dihasilkan
lebih besar dibandingkan dengan metode pengempaan. Kekurangan dari metode ini
adalah diperlukannya proses pemisahan yang membutuhkan energi untuk memisahkan
minyak dari pelarutnya.
3. Sebelum dipakai sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, minyak biji karet yang
dihasilkan perlu dianalisis untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas yang ada di
dalamnya. Sampel minyak biji karet ditambahkan dengan isopropil alkohol 96% dan
indikator fenolftalein dititrasi dengan larutan NaOH hingga berubah warna menjadi
merah jambu. Volume NaOH yang dibutuhkan dicatat untuk kemudian dipakai dalam
menentukan kandungan asam lemak bebas pada sampel minyak biji karet dengan
menggunakan persamaan berikut:

Kandungan asam lemak bebas sering kali dinyatakan dalam bilangan asam berikut ini:

Selain
kandungan asam
lemak bebas,
minyak biji karet
perlu juga diukur sifat fisik dan kimianya seperti densitas, viskositas, komposisi kimia,
dan lain sebagainya.
3.2 Pembuatan Katalis
Katalis yang akan digunakan dalam percobaan pembuatan biodiesel dari minyak biji karet
adalah katalis berbahan dasar gula.
Pembuatan katalis berbahan dasar gula dilakukan dengan proses pirolisis dimana gula yaitu
D-glukosa atau sukrosa dipirolisis dalam furnace silinder pada temperatur 400C selama 15
jam di bawah aliran gas N2.
Material karbon yang dihasilkan dari proses pirolisis kemudian disulfonasi selama 15 jam
menggunakan H2SO4 96% pada suhu 150C.
Setelah proses sulfonasi selesai, campuran didinginkan sampai suhu kamar, kemudian
diencerkan dengan aquades 500 mL. Setelah pengenceran, dilakukan penyaringan untuk
memisahkan katalis yang dihasilkan.
Katalis yang telah dipisahkan dicuci dengan aquadest 80C sampai tidak mengandung sisa
larutan asam. Selanjutnya katalis dikeringkan menggunakan oven pada temperatur 60C.
3.3 Pembuatan Biodiesel
- Pembuatan biodiesel dilakukan dengan mencampurkan metanol 99% dan katalis berbahan
dasar gula dengan rasio tertentu dalam sebuah labu erlenmeyer.
- Campuran tersebut kemudian ditambahkan ke dalam minyak biji karet dengan rasio
(minyak : methanol) tertentu pula.
- Pembuatan biodiesel kemudian dilakukan pada berbagai variasi temperatur pada kecepatan
pengadukan 600 rpm selama waktu tertentu.
- Campuran hasil reaksi ini kemudian dipisahkan dari katalis menggunakan kertas saring dan
corong Buchner.
- Campuran yang telah bebas dari katalis kemudian didekantasi selama 2 hari untuk
memisahkan produk biodiesel yang dihasilkan. Dekantasi dilakukan dengan menggunakan
corong pemisah.
- Kondisi operasi pembuatan biodiesel di atas kemudian dioptimasi untuk mendapat
temperatur, rasio minyak : methanol, jumlah dan jenis katalis, serta waktu reaksi yang
memberikan konversi minyak biji karet serta perolehan biodisel yang optimum.
Produk biodiesel yang dihasilkan kemudian diuji sifat fisik dan kimianya. Beberapa sifat fisik
dan kimia yang penting yang menentukan kualitas produk biodiesel yang dihasilkan meliputi:
densitas, viskositas, angka setana, titik nyala, titk kabut, angka asam, angka iod, dan residu
karbon.

5.1 Pengambilan Minyak Biji Karet Menggunakan Mesin Press Hidrolik


5.1.1 Prosedur Kerja

1.
Pretreatment Bahan Baku
Sebelum bahan baku dipress untuk diambil minyaknya, perlu dilakukan beberapa tahap
pretreatment:
a. Pengumpulan biji karet
Biji karet dipilih yang masih utuh dan tidak rapuh dipisahkan dari cabang-cabang dan pengotorpengotor.
b. Pengupasan kulit
Biji karet yang telah dibersihkan dikupas kulitnya dengan bantuan mortar kemudian bagian
kernel biji diambil untuk diproses lebih lanjut.
c. Pengeringan
Setelah dikupas dari kulitnya, biji karet kemudian dikeringkan. Biji karet yang biasanya memiliki
kadar air sekitar 20-25% perlu dikeringkan terlebih dahulu sampai dibawah 5% karena akan

disimpan dalam waktu yang cukup lama. Pada tahap pengeringan ini digunakan tray dryer pada
70oC selama 12 jam.
d. Penghancuran
Penghancuran biji karet dilakukan dengan bantuan blender. Biji yang telah diblender sampai
halus, kemudian disamakan ukurannya sehingga diperoleh biji dengan ukuran mesh -20+30.
e. Penyimpanan
Setelah dikeringkan dan dihancurkan, biji karet dapat disimpan atau diproses lebih lanjut. Pada
tahap penyimpanan ini wadah penyimpanan harus tertutup dengan rapat agar tidak mengalami
kontak dengan udara luar sehingga kadar FFA tidak naik.
2. Pengepresan
Berikut ini adalah tahap-tahapan proses dalam operasi pengepresan.
a. Pemanasan
Pada tahap pemanasan, 17 gram sampel diambil dari penyimpanan untuk kemudian dimasukkan
ke dalam mesin press hidrolik. Proses pemanasan dilakukan di dalam mesin press hidrolik yang
sudah dihubungkan dengan heater sebelum dilakukan proses pengepresan. Tujuan dari
pemanasan adalah untuk mempermudah proses pengambilan minyak. Pada percobaan ini
pemanasan dilakukan pada suhu 60 80 oC selama 45 75 menit.
b. Pengepresan
Biji yang sudah dipanaskan dipress dengan menggunakan mesin press hidrolik. Proses
pengepresan dilakukan pada tekanan 80 120 bar selama 30 90 menit. Minyak yang dihasilkan
kemudian ditampung dan dipisahkan.
c. Penyaringan
Minyak yang dihasilkan biasanya bercampur dengan pengotor berupa partikel padatan halus.
Untuk menghilangkan pengotor tersebut dilakukan penyaringan sehingga diperoleh minyak
bersih.
5.1.2 Rancangan Percobaan
Variabel yang divariasikan dalam penelitian ini adalah temperatur pengepresan, tekanan
pengepresan, lama pemanasan awal, dan lama pengepresan. Variasi yang dilakukan untuk
temperatur pengepresan adalah 60oC dan 80oC. Untuk tekanan pengepresan, variasi 17
yang dilakukan adalah 80 bar dan 120 bar. Untuk lama pemanasan awal, dilakukan variasi pada
45 menit dan 75 menit. Sedangkan untuk lama pengepresan, dilakukan variasi pada 30 menit dan
90 menit. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan faktorial 24
dengan penambahan center point sebanyak 4 buah. Respon yang diamati yaitu rendemen minyak
biji karet.

5.1.3 Hasil Percobaan


Berikut ini adalah hasil percobaan yang menggambarkan pengaruh variabel temperatur
pengepresan, tekanan pengepresan, lama pemanasan awal, dan lama pengepresan terhadap
rendemen minyak biji karet.

Pengaruh Variabel Percobaan Terhadap Rendemen Pada Proses Pengambilan Minyak Biji
Karet Menggunakan Mesin Press Hidrolik
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pada lama pengepresan yang lebih pendek, tekanan
pengepresan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan perolehan minyak biji
karet dibandingkan pada lama pengepresan yang lebih panjang.
Dari tabel di atas juga dapat diamati bahwa kurvatur memiliki nilai p-value sebesar 0.9839. Hal
ini menunjukkan tidak adanya kurvatur yang signifikan dalam rentang variasi percobaan. Artinya
rentang nilai variabel pada percobaan ini masih terletak di luar daerah optimumnya sehingga

rendemen minyak biji karet masih dapat ditingkatkan sampai batas kemampuan mesin press
hidrolik yang dimiliki.

5.2 Pengambilan Minyak Biji Karet Menggunakan Metode Ekstraksi


5.2.1 Prosedur Kerja
Seperti pada proses pengepresan, sebelum bahan baku biji karet digunakan dalam proses
ekstraksi, perlu dilakukan beberapa tahap pretreatment. Mula-mula biji karet dipilih, dibersihkan,
dikupas, dan dikeringkan pada 75oC sampai mencapai berat konstan. Kemudian biji karet
dihancurkan sampai mencapai beberapa ukuran mesh tertentu dan disimpan dalam wadah
terpisah yang tertutup rapat.
Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan dua macam pelarut yaitu CH2Cl2 dan n-hexane
dengan rasio umpan biji karet terhadap pelarut tertentu. Ekstraksi, dilakukan pada suhu titik
didih pelarut masing-masing selama waktu tertentu dengan kecepatan pengadukan magnetic
stirrer maksimal. Setelah proses ekstraksi selesai, ampas biji karet dipisahkan menggunakan
vacuum filter. Selanjutnya, minyak biji karet dipisahkan dari pelarut dengan cara pemanasan
pada suhu 100oC sampai seluruh pelarut habis teruapkan.
5.2.2 Rancangan Percobaan
Variabel yang divariasikan dalam penelitian ini adalah rasio umpan biji karet terhadap pelarut,
ukuran partikel biji karet, dan lama ekstraksi. Untuk rasio umpan biji karet terhadap pelarut,
dilakukan variasi pada 1:4 dan 1:6. Untuk ukuran partikel biji karet, variasi yang dilakukan
adalah +10 dan -20+30. Variasi yang dilakukan untuk lama ekstraksi adalah 4 jam dan 6 jam.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan percobaan faktorial 23 dengan
penambahan center point sebanyak 4 buah. Respon yang diamati yaitu rendemen (yield) minyak
biji karet.

5.2.3 Hasil Percobaan Ekstraksi Menggunakan Pelarut CH2Cl2


Berikut ini adalah hasil percobaan yang menggambarkan pengaruh variabel rasio umpan biji
karet terhadap pelarut, ukuran partikel biji karet, dan lama ekstraksi terhadap rendemen minyak
biji
karet.

Peng aruh Variabel Percobaan Terhadap Rendemen Pada Proses Ekstraksi Menggunakan
Pelarut CH2Cl2
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa yield minyak biji karet pada rasio umpan biji karet
terhadap pelarut 1:4 dengan nilai rata-rata 28% naik ke 32% pada rasio 1:5 dan bertahan pada
nilai tersebut pada rasio 1:6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada rasio 1:5, yield
minyak biji karet yang diperoleh sudah optimum sehingga penambahan jumlah pelarut tidak lagi
menaikkan jumlah yield secara signifikan..
Yield minyak biji karet pada no. mesh +10 dengan nilai rata-rata 30.4% naik ke 32% pada no.
mesh -10+20 dan kemudian turun ke 30.7% pada no. mesh -20+30. Semakin kecil ukuran
partikel yang akan diekstrak maka luas permukaan kontak semakin besar dan semakin banyak
pula jumlah minyak yang akan didapat, Akan tetapi, semakin kecil ukuran partikel yang
digunakan, proses pemisahan ampas partikel dari campuran hasil ekstraksi akan menjadi 24 lebih
sulit sehingga kehilangan minyak dalam proses pemisahan tersebut akan menjadi lebih besar.
Dengan demikan, perolehan minyak biji karet optimum dalam percobaan ini terjadi pada ukuran
partikel -10+20. Pengecilan ukuran lebih lanjut tidak meningkatkan jumlah minyak yang dapat
diekstraksi secara signifikan, sementara kehilangan minyak dalam proses penyaringan menjadi
lebih besar sehingga secara keseluruhan menyebabkan perolehan minyak berkurang.
Yield minyak biji karet pada lama ekstraksi 4 jam dengan nilai rata-rata 30.4% naik ke 33% pada
lama ekstraksi 5 jam dan kemudian turun ke 30.7% pada lama ekstraksi 6 jam. Lama waktu
ektraksi berpengaruh dalam proses ekstraksi karena semakin lama waktu ekstraksi maka semakin
banyak zat terlarut yang dapat terekstrak hingga tercapainya kondisi kesetimbangannya. Akan
tetapi semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk
menjalankan proses ekstraksi tersebut. Lebih lanjut, jika pelarut yang digunakan memiliki titik

didih yang rendah, dibutuhkan sistem pendinginan dan media pendinginan khusus untuk menjaga
agar pelarut yang digunakan tidak hilang selama proses ekstraksi. Jika tidak, kehilangan pelarut
melalui kondensor juga akan meningkat dan pada akhirnya dapat menurunkan perolehan minyak
hasil ekstraksi.
5.2.5 Hasil Percobaan Ekstraksi Menggunakan Pelarut n-Heksana
Berikut ini adalah hasil percobaan yang menggambarkan pengaruh variabel rasio umpan biji
karet terhadap pelarut, ukuran partikel biji karet, dan lama ekstraksi terhadap rendemen minyak
biji karet.

Pengaruh Variabel Percobaan Terhadap Rendemen Pada Proses Ekstraksi Menggunakan


Pelarut n-Heksana
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa yield minyak biji karet pada rasio umpan biji karet
terhadap pelarut 1:4 dengan nilai rata-rata 26.3% naik ke 27,2% pada rasio 1:5 dan sedikit
menurun pada rasio 1:6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada rasio 1:5, yield
minyak biji karet yang diperoleh sudah optimum sehingga penambahan jumlah pelarut tidak lagi
menaikkan jumlah yield secara signifikan..
Yield minyak biji karet pada no. mesh +10 dengan nilai rata-rata 26.3% naik ke 27.2% pada no.
mesh -10+20 dan kemudian sedikit menurun pada no. mesh -20+30. Semakin kecil ukuran
partikel yang akan diekstrak maka luas permukaan kontak semakin besar dan semakin banyak
pula jumlah minyak yang akan didapat, Akan tetapi, semakin kecil ukuran partikel yang
digunakan, proses pemisahan ampas partikel dari campuran hasil ekstraksi akan menjadi lebih
sulit sehingga kehilangan minyak dalam proses pemisahan tersebut akan menjadi lebih besar.
Dengan demikan, perolehan minyak biji karet optimum dalam percobaan ini terjadi pada ukuran
partikel -10+20. Pengecilan ukuran lebih lanjut tidak meningkatkan jumlah minyak yang dapat
diekstraksi secara signifikan, sementara kehilangan minyak dalam proses penyaringan menjadi
lebih besar sehingga secara keseluruhan menyebabkan perolehan minyak berkurang.
Yield minyak biji karet pada lama ekstraksi 4 jam dengan nilai rata-rata 26.3% naik ke 27.2%
pada lama ekstraksi 5 jam dan kemudian sedikit menurun pada lama ekstraksi 6 jam. Lama
waktu ektraksi berpengaruh dalam proses ekstraksi karena semakin lama waktu ekstraksi maka

semakin banyak zat terlarut yang dapat terekstrak hingga tercapainya kondisi kesetimbangannya.
Akan tetapi semakin lama waktu ekstraksi, semakin banyak energi yang 27 dibutuhkan untuk
menjalankan proses ekstraksi tersebut. Lebih lanjut, jika pelarut yang digunakan memiliki titik
didih yang rendah, dibutuhkan sistem pendinginan dan media pendinginan khusus untuk menjaga
agar pelarut yang digunakan tidak hilang selama proses ekstraksi. Jika tidak, kehilangan pelarut
melalui kondensor juga akan meningkat dan pada akhirnya dapat menurunkan perolehan minyak
hasil ekstraksi.
5.2.7 Kandungan Asam Lemak Bebas Pada Minyak Biji Karet
Kandungan FFA yang besar menghalangi proses transesterifikasi minyak menjadi biodiesel
menggunakan katalis basa karena dapat menyebabkan reaksi samping penyabunan (saponifikasi).
Penentuan kadar FFA bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak kandungan asam lemak
bebas di dalam minyak biji karet yang sudah diekstraksi. Penentuan kadar FFA dilakukan dengan
cara titrasi menggunakan larutan KOH. Berikut ini disajikan hasil penentuan kadar FFA pada
minyak biji karet hasil ekstraksi menggunakan pelarut CH2Cl2 dan n-Heksana.
5.2.8 Viskositas Dan Densitas Minyak Biji Karet
Pengukuran viskositas, minyak biji karet dilakukan pada suhu 40oC menggunakan viscometer
Ostwald sedangkan pengukuran densitas dilakukan menggunakan piknometer. Hasil pengukuran
viskositas dan densitas untuk minyak biji karet yang diperoleh dari proses ekstraksi menggunkan
pelarut CH2Cl2 dan n-heksana pada berbagai pelakuan dapat dilihat pada table berikut ini.

5.2.9 Perbandingan Proses Ekstraksi Menggunakan Pelarut CH2Cl2 dan n-Hexane


Proses ekstraksi menggunakan pelarut CH2Cl2 memberikan yield minyak biji karet yang lebih
baik sebesar 33,04% dibandingkan dengan proses ekstraksi menggunakan pelarut n-Hexane yang
hanya sebesar 27,4%. Kadar FFA, viskositas, dan viskositas minyak biji karet yang dihasilkan
dari kedua proses ekstraksi tersebut relatif sama.
Kondisi optimum untuk proses ekstraksi minyak biji karet menggunakan pelarut CH2Cl2
maupun n-heksana adalah pada rasio umpan biji karet terhadap pelarut 1:5, ukuran partikel biji
karet -10+20, dan lama waktu ekstraksi 5 jam. Adapun temperatur optimum proses ekstraksi
adalah di sekitar titik didih masing-masing pelarut.

KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan minyak biji karet menggunakan mesin press hidrolik
a. Variabel temperatur pengepresan dan lama pemanasan awal tidak memberikan pengaruh
secara signifikan terhadap rendemen minyak biji karet.
b. Variabel tekanan pengepresan dan lama pengepresan memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap rendemen minyak biji karet.
c. Adanya interaksi antara variabel tekanan pengepresan dan lama pengepresan.
d. Rendemen minyak biji karet semakin besar seiring kenaikan tekanan pengepresan.
e. Semakin lama proses pengepresan semakin tinggi rendemen minyak biji karet.
f. Pada lama pengepresan yang lebih pendek, tekanan pengepresan memberikan pengaruh yang
lebih besar terhadap peningkatan rendemen minyak biji karet dibandingkan pada lama
pengepresan yang lebih panjang.
g. Kurvatur tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa rentang percobaan masih berada di luar
rentang daerah optimum sehingga rendemen masih dapat ditingkatkan.
2. Pengambilan minyak biji karet menggunakan metode ekstraksi
a. Variabel yang berpengaruh terhadap perolehan minyak biji karet pada proses ekstraksi adalah
variabel rasio umpan biji karet terhadap pelarut, ukuran partikel biji karet, dan lama ekstraksi.
b. Kondisi optimum proses ekstraksi minyak biji karet adalah pada rasio umpan biji karet
terhadap pelarut 1:5, ukuran partikel biji karet -10+20, dan lama ekstraksi 5 jam.
c. Pelarut CH2Cl2 memberikan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelarut nheksana pada proses ekstraksi minyak biji karet.
d. Viskositas minyak biji karet hasil ekstraksi berada pada rentang 63,9-65,8 mm2/s
e. Densitas minyak biji karet hasil ekstraksi berada pada rentang 870-890 kg/m3
f. Kadar FFA minyak biji karet hasil ekstraksi berada pada rentang, 34,64%-39,55%

DAMPAK
1. Kandungan energi bio diesel diketahui 11 persen lebih kecil dari bahan bakar diesel yang
berbasis minyak bumi. Ini berarti kapasitas pembangkit listrik dari mesin yang Anda
gunakan akan menurun jauh ketika menggunakan Bio Diesel.
2. pada Bio Diesel adalah memiliki kualitas oksidasi yang buruk sehingga Bio Diesel dapat
menyebabkan beberapa masalah masalah serius ketika disimpan. Bila disimpan untuk
waktu yang lebih lama, Bio Diesel cenderung berubah menjadi gel (lihat minyak goreng
yang disimpan di kulkas), yang dapat menyebabkan penyumbatan berbagai komponen
mesin. Bio Diesel ini juga dapat mengakibatkan pertumbuhan mikroba, sehingga
menyebabkan beberapa kerusakan pada mesin.
3. Selain itu dampak paling serius yang dihadapi dengan penggunaan Bio Diesel adalah
kelangkaan pangan akibat dialihkannya tanaman yang biasa dikonsumsi untuk dijadikan
bahan bakar. Tanaman seperti tebu, jagung, kelapa sawit dan beberapa jenis komoditas
lainnya cenderung mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan akibat dijadikan Bio
diesel.

DAFTAR PUSTAKA
Demirbas, A., 2009, Progress and Recent Trends in Biodiesel Fuels, Energy Conversion and
Management, 50(1), 14-34.
Setyawardhani, D.A., Distantina, S., Henfiana, H., & Dewi, A.S., 2010, Pembuatan Biodiesel
Dari Asam Lemak Jenuh Minyak Biji Karet, Prosiding Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses
2010, Teknik Kimia UNDIP, Semarang.
Siahaan, S., Setyaningsih, D., & Hariyadi, 2011, Potensi Pemanfaatan Biji Karet (Hevea
Brasiliansis Muell.Arg) Sebagai Sumber Energi Alternatif Biokerosin, Jurnal Teknologi
Industri Pertanian, 19(3), 145-151.

https://www.google.co.id/search?
q=DAMPAK+BIOdiesel&biw=1366&bih=691&source=lnms&sa=X&ved=0ahUKEwi0z
5rcprrQAhUGPY8KHXyNDu8Q_AUIBSgA&dpr=1#q=dampak+biodisel

Anda mungkin juga menyukai