PENDAHULUAN
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian utama dan unggulan
yang sangat penting bagi Indonesia. Seperti diketahui minyak kelapa sawit adalah sumber
minyak nabati terbesar didunia. Menurut laporan oil world pada tahun 2011, minyak
kelapa sawit memberikan andil sekitar 27% atau 46 juta ton terhadap total minyak nabati
di dunia (Oil world, 2011). Perkembangan industri minyak kelapa sawit saat ini sangat
pesat dan Indonesia adalah produsen dan eksportir minyak kelapa sawit yang terbesar di
dunia. Komoditas minyak kelapa sawit merupakan penyumbang devisa negara terbesar
untuk sektor perkebunan. Devisa ekspor khusus produk minyak kelapa sawit ini mencapai
US$ 19,65 miliar atau Rp 200 triliun pada tahun 2012 dan US$ 19,1 miliar pada tahun
2013.
Minyak kelapa sawit banyak dimanfaatkan salah satunya untuk industri pangan guna
dikonsumsi oleh masyarakat. Contoh produk yang biasa di konsumsi yang banyak beredar
dipasaran antara lain produk minyak goreng dan margarin. Kedua produk tersebut dapat
diperoleh dari minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil) yang berasal dari buah kelapa
sawit (palm oil) ataupun dari inti kelapa sawit (palm kernel oil) yang melalui proses
fraksinasi diawal atau diakhir, pemurnian (refining), penghilangan bau (deodorized) dan
dimurnikan, dijernihkan dan dihilangkan baunya (refined bleached and deodorized palm
kernel / oil). Namun untuk produk margarin ada tahapan proses lebih lanjut setelah proses
proses hidrogenasi.
1
Gambar 1. Produk-produk Hidrogenasi
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon
asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan
hidrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator. Proses hidrogenasi
terdiri dari hidrogenasi parsial dan hidrogenasi total. Selama hidrogenasi parsial, sebagian
ikatan rangkap dari asam lemak akan menjadi jenuh, tetapi ikatan rangkap yang secara
alami berbentuk cis berisomerasi menjadi bentuk trans. Pembentukan isomer asam lemak
trans selama hidrogenasi dianggap menguntungkan karena asam lemak trans mempunyai
titik cair dan stabilitas yang lebih tinggi daripada bentuk isomer cis, tetapi beberapa studi
epidemiologi dan klinis terhadap aspek kesehatan asam lemak trans menunjukkan indikasi
bahwa mengkonsumsi asam lemak trans berkaitan langsung dengan peningkatan resiko
terkena penyakit jantung koroner. Sedangkan pada proses hidrogenasi total, semua ikatan
asam lemak akan menjadi jenuh sehingga asam lemak trans cenderung sangat kecil.
Proses hidrogenasi ini mempengaruhi sifat fisik dan kimia dari produk minyak
kelapa sawit. Salah satu pengaruhnya yaitu penambahan atom hidrogen dapat berdampak
pada bentuk isomer asam lemak yang terdapat pada produk minyak kelapa sawit. Selain itu
dapat juga mempengaruhi bentuk, komposisi asam lemak dan trigliseridanya. Dalam karya
tulis ini hendak dibahas pengaruh proses hidrogenasi terhadap beberapa parameter umum
terkait kualitas antara lain asam lemak bebas, bilangan iodin, komposisi asam lemak,
komposisi trigliserida dan kestabilan pada temperatur kamar yang dinyatakan dalam
perubahan titik leleh dan titik didih serta teori secara kimia yang menyebabkan pengaruh
2
BAB II
DASAR TEORI
Dewasa ini minyak kelapa sawit merupakan komoditi yang sangat penting
untuk industri pangan di Indonesia. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan baik dari
buah kelapa sawit (crude palm oil) maupun dari inti kelapa sawit (crude palm kernel
oil). Untuk bagian buah kelapa sawit memiliki komposisi kimia trigliserida,
digliserida, monogliserida, asam lemak didominasi oleh asam palmitat dan asam
oleat, air dan dapat menghasilkan 25% minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil).
Sedangkan untuk bagian inti kelapa sawit memiliki komposisi kimia trigliserida,
monogliserida, digliserida, asam lemak didominasi oleh asam laurat dan asam
miristat, air dan dapat menghasilkan 4 – 5 % minyak inti kelapa sawit mentah (crude
palm kernel oil). Pengolahan minyak kelapa sawit diawali dengan mengolah bagian
tandan buah segar dari kelapa sawit untuk diproses ekstrasi. Proses ekstraksi adalah
proses pemisahan minyak dari daging buah atau dari inti kelapa sawit. Proses
minyak kasar
3
Penghilangan kotoran Pemisahan minyak, air dan lumpur dengan
Pengolahan biji / inti Pemisahan serat dan biji / inti dengan alat
Depericarper, pemecahan biji dengan Nut Cracker dan pemisahan biji dari
Produk utama dari proses ekstraksi ini adalah minyak kelapa sawit mentah (crude
palm oil) dan minyak inti kelapa sawit mentah (crude palm kernel oil), sedangkan
produk sampingnya berupa limbah padat palm expeller / palm kernel expeller.
Karakteristik produk minyak hasil proses ekstraksi yaitu berupa cairan kental
berwarna kuning, oranye sampai kemerahan, berbau tengik, terdiri dari 2 fraksi dan
Proses selanjutnya dengan bahan baku minyak kelapa sawit mentah (crude
palm oil) dan minyak inti kelapa sawit mentah (crude palm kernel oil) yaitu proses
4
fraksinasi atau pemisahan fraksi / fasa padat dan fasa cair. Proses ini dapat dilakukan
di awal (hulu) ataupun di akhir (hilir). Apabila dilakukan di akhir maka bahan baku
proses fraksinasi dapat berupa minyak kelapa sawit yang telah dimurnikan. Minyak
kelapa sawit mentah memiliki 2 fraksi yaitu fraksi padat (stearin) dan fraksi cair
(olein). Pada proses fraksinasi kedua fraksi tersebut dapat dipisahkan melalui 2 cara
berat jenis
5
Filter press proses pengepresan untuk menyaring fraksi padat dan cair agar
Produk utama hasil proses fraksinasi ini berupa minyak inti / kelapa sawit fraksi cair
(palm / kernel olein) dan minyak inti / kelapa sawit fraksi padat (palm / kernel
tengik, terdiri dari 1 fraksi, padat ataupun cair, memiliki kandungan asam lemak
bebas tinggi.
pemurnian atau refining. Proses ini menggunakan bahan baku minyak kelapa sawit
mentah hasil ekstraksi dan hasil fraksinasi. Proses pemurnian adalah proses yang
yang tidak diinginkan yang dapat menurunkan stabilitas dan kualitas minyak. Proses
pemurnian dapat melalui 2 cara yaitu pemurnian fisik dan pemurnian kimia. Namun
teknologi yang ada saat ini hanya memungkinkan untuk pemurnian secara fisik.
dengan tujuan untuk menghilangkan bau tengik dari asam lemak bebas.
Proses ini menghasilkan produk samping palm fatty acid distillate (PFAD)
6
Gambar 4. Bagan Proses Pemurnian
Produk utama hasil proses pemurnian fisik yaitu minyak kelapa sawit / minyak inti
kelapa sawit yang telah dimurnikan, dijernihkan dan dihilangkan bau (Refined
pemurnian yaitu berbentuk padat, cair atau semi padat, berwarna kuning sampai
keputihan, tidak berbau, terdiri dari 1 atau 2 fraksi dan kandungan asam lemak bebas
rendah.
sawit. Proses hidrogenasi merupakan proses modifikasi secara kimia dengan bahan
baku yaitu minyak kelapa sawit / minyak inti kelapa sawit yang telah dimurnikan,
Oil). Proses hidrogenasi merupakan pengolahan minyak atau lemak dengan jalan
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan
mengurangi ketidakjenuhan minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis.
karbon asam lemak pada minyak atau lemak, membuat minyak bersifat lebih plastis,
7
Syarat untuk terjadinya proses hidrogenasi antara lain :
Suhu pemanasan
ikatan rangkap dari asam lemak akan menjadi jenuh, tetapi ikatan rangkap yang
secara alami berbentuk cis berisomerasi menjadi bentuk trans. Sedangkan pada
proses hidrogenasi total, semua ikatan asam lemak akan menjadi jenuh sehingga
asam lemak trans cenderung sangat kecil. Adapun parameter keberhasilan suatu
proses hidrogenasi salah satunya solid fat content yaitu jumlah fasa padat yang
terdapat pada lemak / minyak pada kisaran suhu tertentu biasanya pada suhu kamar.
8
Gambar 5. Bagan Proses Hidrogenasi
1. Transfer dan / atau digusi transfer dari reaktan dan produk dari dan ke
9
3. Pembentukan asam lemak terkonjugasi
10
Produk utama dari tahapan proses ini yaitu Hydrogenated Refined Bleached
HRBDPKS).
menghasilkan asam lemak dan gliserol. Minyak merupakan senyawa non polar
sedangkan asam lemak dan gliserol merupakan senyawa polar, sehingga apabila
kandungan asam lemak dan gliserol dalam minyak berlebih akan menyebabkan
minyak cepat rusak. Adapun reaksi hidrolisis yang terjadi adalah sebagai berikut :
Penentuan kadar asam lemak bebas ini berdasarkan pada jenis asam lemak
apa yang paling dominan dalam contoh uji minyak atau lemak yang digunakan.
Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari minyak
atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur
dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu minyak sawit. Semakin besar
angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam minyak
semakin tinggi.
11
Analisis FFA ini dilakukan dengan metode titrasi asam basa antara minyak
yang didalamnya terdapat asam lemak dengan NaOH. Minyak atau lemak dilarutkan
terlebih dahulu ke ethanol / alkohol yang bersifat semipolar seperti minyak. Pelarut
yang digunakan dalam percobaan asam lemak bebas adalah alkohol / ethanol netral.
Alkohol dalam kondisi panas akan lebih baik melarutkan minyak yang juga
nonpolar. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan pemanas air hal ini dikarenakan
titik didih alkohol lebih rendah daripada air. Setelah itu diberi inidikator fenolftalein
pp. Apabila alkohol terlalu asam maka digunakanlah basa. Proses titrasi dengan
penggunaan NaOH 0,1N sebagai titrannya sampai warna merah muda yang tidak
hilang selama 30 detik. Indikator PP digunakan untuk menunjukkan titik akhir titrasi
yakni berwarna merah muda permanen. PP bereaksi dengan basa membentuk ion
fenolat yang berwarna merah muda dalam larutan. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Persentase asam lemak bebas untuk minyak Kelapa sawit dari buah
25,6 x (N x V) NaOH
% Asam Lemak Bebas =
W
25,6 = konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas sebagai asam
palmitat
12
Persentase asam lemak bebas untuk minyak inti Kelapa sawit dari inti
kelapa sawit dihitung sebagai asam laurat berdasarkan rumus dibawah ini
20 x (N x V) NaOH
% Asam Lemak Bebas =
W
20,0 = konstanta untuk menghitung kadar asam lemak bebas sebagai asam
laurat
nilai asam lemak bebas tinggi > 2% sedangkan untuk produk kelapa sawit hasil
proses rafinasi / pemurnian dan hidrogenasi cenderung memiliki nilai asam lemak
Bilangan iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diserap oleh 100 gram
minyak. Semakin besar bilangan iod maka derajat ketidakjenuhan semakin tinggi.
lemak. Asam lemak tak jenuh mampu mengikat iod dan membentuk senyawaan yang
jenuh. Banyaknya iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Lemak
yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan iodium (dua atom iodium
ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak). Semakin banyak iodium
yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan. Biasanya semakin tinggi titik
13
bersangkutan. Asam lemak jenuh biasanya padat dan asam lemak tidak jenuh adalah
cair, karenanya semakin tinggi bilangan iodium semakin tidak jenuh dan semakin
lunak lemak tersebut. Bilangan iodium dinyatakan sebagai banyaknya garam iod
Untuk menghitung bilangan iodium dapat melalui 2 cara yaitu dengan titrasi
manual yaitu iodometri atau dapat juga dengan menghitung terlebih dahulu komposisi
asam lemaknya dengan gas chromatography FID. Hasil analisa menggunakan gas
chromatography FID akan diperoleh luas area kromatogram dalam satuan persen untuk
setiap jenis asam lemaknya. Selanjutnya setiap asam lemak tak jenuh akan dikalkulasi luas
lemak dengan atom C tertera di tabel atas dengan nilai faktor pengali mengikuti
Untuk produk minyak kelapa sawit mentah hasil proses ekstraksi cenderung
memiliki nilai bilangan iod yang tinggi > 40 gr/100gr. Namun minyak kelapa sawit
mentah yang berasal dari buah sawit memiliki nilai bilangan iod yang lebih tinggi
dibandingkan dengan minyak kelapa sawit mentah yang berasal dari inti kelapa
sawit. Untuk produk hasil pemurnian cenderung memiliki bilangan iod yang lebih
rendah (< 40 gr/100gr) daripada bilangan iod minyak kelapa sawit mentah hasil
ekstraksi. Begitu juga dengan produk hasil hidrogenasi cenderung memiliki nilai
14
bilangan iod yang sangat kecil < 30 gr/100gr, bahkan untuk produk hidrogenasi yang
berasal dari inti kelapa sawit dapat memiliki nilai bilangan iod < 1 gr/100gr.
sikloheksan lalu ditambah larutan wijs dan kalium iodida (KI). Selanjutnya dititrasi
dengan natrium tiosulfat Na2S2O3 0,1 N sampai warna menjadi kuning muda.
Selanjutnya ditambahkan indikator kanji lalu titrasi kembali sampai warna biru
hilang. Volume natrium tiosulfat Na2S2O3 dicatat dan dimasukkan ke dalam rumus :
Ket :
alifatik yang dapat bersifat jenuh maupun tak jenuh. Asam lemak merupakan unsur
dasar pembangun lemak (lipid) dan merupakan komponen utama penyusun lemak.
Asam lemak ini mempunyai rumus kimia R-COOH atau R-CO 2H. Menurut O`keefe
(2008), asam lemak dibagi menjadi beberapa macam, antara lain asam lemak jenuh,
asam lemak tak jenuh, asam lemak asetilenik, asam lemak trans, asam lemak
bercabang, asam lemak siklik, asam lemak epoksi dan hipoksi, dan asam lemak
furanoid. Dalam tulisan ini akan memberikan diberikan gambaran tentang jenis asam
lemak yang pertama hingga ketiga, yaitu asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh,
15
dan asam lemak trans. Secara kimia, definisi dari asam lemak jenuh merupakan asam
karboksilat yang mempunyai 1 hingga 32 atom karbon di mana ikatan antara atom-
Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang memiliki ikatan
rangkap pada struktur kimianya. Asam lemak tak jenuh dibagi menjadi 2 jenis, yaitu
asam lemak tak jenuh tunggal (MUFAs) dan asam lemak tak jenuh ganda (PUFAs).
MUFAs merupakan asam lemak tak jenuh yang hanya mempunyai 1 ikatan rangkap,
sedangkan PUFAs merupakan asam lemak yang mempunyai lebih dari 1 ikatan
rangkap. PUFAs terdiri dari asam lemak omega-3 (n-3), omega-6 (n-6), dan omega-9
(n-9). Semakin banyak ikatan rangkap pada lemak tak jenuh maka semakin rentan
sifatnya terhadap oksidasi lemak. Selain itu, asam lemak tak jenuh juga akan rusak
Jenis asam lemak yang ketiga adalah asam lemak trans. Jenis asam lemak
ini merupakan asam lemak yang termasuk dalam asam lemak tak jenuh yang terdiri
dari geometri ikatan rangkap dalam konfigurasi trans. Asam lemak trans ini juga
terdapat secara alami (asam lemak vacenat, C18:1n-7) dan dapat muncul pada
16
BAB III
17
ISI DAN PEMBAHASAN
III.1. Pengaruh Proses Hidrogenasi Terhadap Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid)
Asam lemak bebas adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas yang tidak
terikat sebagai trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan
oksidasi, biasanya bergabung dengan lemak netral. Penentuan asam lemak bebas ini dapat
Proses hidrogenasi tidak mempengaruhi nilai asam lemak bebas dikarenakan asam
lemak bebas banyak dihasilkan saat kelapa sawit masih dalam keadaan mentah hasil proses
hidrolisa dengan udara dan uap air di lingkungan terbuka, dikarenakan terdapat kandungan
senyawa seperti beta karoten, tokoferol, yang dapat menyebabkan terbentuknya asam
Asam lemak bebas di kurangi atau banyak dihilangkan saat proses pemurnian yang
hidrogenasi hanya menjenuhkan minyak atau lemak dengan bahan baku dari minyak
Nilai asam lemak bebas pada produk hidrogenasi tidak berbeda signifikan dengan
nilai asam lemak bebas dari produk minyak hasil pemurnian. Hal ini dikarenakan
hidrogenasi tidak lagi menghilangkan senyawa senyawa penyebab hidrolisis pada minyak
18
Bilangan iod digunakan untuk menentukan ketidakjenuhan dari minyak. Bilangan
iod menunjukkan jumlah ikatan rangkap yang dimiliki oleh asam lemak. Semakin banyak
asam lemak yang memiliki ikatan rangkap maka wujudnya berupa cairan dan sebaliknya
jika asam lemak jenuh tinggi maka wujudnya padat (Knothe, 2002). Hasil analisa bilangan
memiliki nilai bilangan iod yang jauh lebih kecil (mendekati 1 gr I 2/100 gr) dibandingkan
nilai bilangan iod produk yang Refined Bleached Deodorized (RBDPS) 34,59 gr I2/100 gr,
hal ini disebabkan karena adanya proses hidrogenasi. Proses hidrogenasi ini telah
menyebabkan pemutusan ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dan terbentuknya ikatan
Minyak kelapa sawit yang belum diproses mengandung asam lemak jenuh dan
asam lemak tak jenuh dengan proporsi yang seimbang. Asam palmitat dan asam oleat
merupakan asam lemak yang dominan dalam minyak sawit yang dihasilkan dari buah.
Sedangkan minyak inti sawit dominan memiliki asam laurat, asam oleat dan asam miristat.
Kromatogram dari asam lemak dalam dari RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm
Kandungan asam lemak dalam RBDPS dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut ini.
Palm Stearin) mempunyai asam lemak jenuh C12:0 (lauric acid) sampai asam lemak tak
jenuh C18:1 (oleic acid); C18:2 (linoleic acid) dengan persentase kadar asam lemak
terbanyak ada pada C16:0 (palmitic acid) yaitu sebesar 59,36 % yang berasal dari buah
kelapa sawit. Asam lemak tak jenuh C18:1 (oleic acid) diperoleh sebanyak 27,69 % dan
C18:2 (linoleic acid) adalah 5,83 %. Terdapat asam lemak esensial C18:3 (α-linolenat)
namun sangat kecil 0,08 %. Total persentase asam lemak tak jenuh yaitu 33,60 %,
sedangkan asam lemak jenuh dengan ikatan C18:0 (stearic acid) terdapat 5,05 %. Hasil
20
kromatogram juga menunjukkan tidak terdapatnya asam lemak trans yang terbentuk dalam
RBDPS.
Stearin)
Kromatogram dari asam lemak dalam dari HRBDPS (Hydrogenated Refined Bleached
1 2 3 45 6
21
HRBDPS (Hydrogenated Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) mengandung asam
lemak jenuh C12:0 (lauric acid) sampai asam lemak tak jenuh C18:1 Cis (oleic acid)
dengan persentase kadar asam lemak terbanyak ada pada C16:0 (palmitic acid) yaitu
sebesar 73,79 % yang berasal dari buah kelapa sawit. Asam lemak tak jenuh yang
diperoleh antara lain C18:1 trans (elaidic acid) 4,83 % dan C18:1 cis (oleic acid) 0,80 %.
Terdapatnya asam lemak cis dan trans serta peak tailing yaitu di retention time pada menit
ke 23,535; 23,756 dan 24,540 mulai dari C18:0; C18:1 trans sampai C18:1 cis. Hal ini
menunjukkan terjadinya proses hidrogenasi yang tidak sempurna (parsial) yaitu tidak
semua ikatan rangkap asam lemak tak jenuh berhasil di putus menjadi ikatan tunggal asam
lemak jenuh.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Nilai asam lemak bebas baik pada produk yang dihidrogenasi HRBDPKO dan
HRBDPS maupun produk Refined Bleached Deodorized RBDPKO dan RBDPS tidak
memiliki perbedaan yang signifikan yaitu memiliki nilai FFA < 0,2 %, menunjukkan
bahwa proses hidrogenasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai asam
lemak bebas.
2. Produk yang dihidrogenasi (HRBDPKO dan HRBDPS) memiliki nilai bilangan iodin
yang jauh lebih kecil (mendekati 1 gr I2/100 gr) dibandingkan nilai bilangan iodin
produk yang Refined Bleached Deodorized (RBDPKO dan RBDPS) yaitu mempunyai
22
bilangan iod 18,13 - 34,59 gr I2/100 gr. Proses hidrogenasi telah menyebabkan
pemutusan ikatan rangkap asam lemak tak jenuh dan terbentuknya ikatan tunggal dari
3. Produk yang dihidrogenasi (HRBDPKO dan HRBDPS) memiliki asam lemak isomer,
C18:1 Cis dan C18:1 Trans. Sedangkan produk yang Refined Bleached Deodorized
(RBDPKO dan RBDPS) tidak memiliki asam lemak C18:1 Cis dan C18:1 Trans.
4. Nilai persentase total ikatan rangkap asam lemak tak jenuh (C18:1, C18:1 cis-, trans-
C18:2 dan C18:3) pada HRBDPKO dan HRBDPS sangat kecil yaitu mendekati 2,89 %
dan 5,63 % sedangkan persentase total ikatan tunggal asam lemak jenuh (C18:0) pada
HRBDPKO dan HRBDPS sangat besar mencapai 18,33 % dan 19,58 %. Hal ini
parsial.
DAFTAR PUSTAKA
Hasibuan, H.A & Siahaan, Donald. 2013. Karakteristik CPO, Minyak Inti Sawit dan
Islam, D. 2016. Fatty Acid Compositional Analysis of Different Edible Oils and Fats
Knothe, G., (2002). Structure Indices in Fatty Acid Chemistry, How Relevant is The
23
Maulana, I.T. 2013. Pemisahan Asam Elaidat (trans-9-Octadecenoic Acid) dan Asam
Lemak Jenuh Serta Peningkatan Kandungan EPA dan DHA dari Minyak Limbah
Jakarta.
Ekspor Kelapa Sawit, Crude Palm Oil (CPO), dan Produk Turunannya. Jakarta.
M. Zhang, dkk. 2015. A Quick Method For Routine Analysis Of C18 Trans Fatty Acids In
Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Medan.
Njoman, M.F & Andarwulan, Nuri. 2016. Validasi Metode Analisis Asam Lemak Trans
24
Salimon, J. 2014. Quantitative Gas Chromatographic Method for the Analysis of cis and
Tim DJBC Indonesia. 2017. Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI). Direktorat
5
5
DAFTAR ISI 16
17
18
DAFTAR ISI........................................................................................................... 18
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ 18
18
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
19
I.1. LATAR BELAKANG......................................................................................... 19
II.3. HIPOTESIS.....................................................................................................
ii
27