Anda di halaman 1dari 9

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PAPAN PARTIKEL BERBAHAN BAKU

TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DENGAN KOMPOSISI BAHAN YANG


BERBEDA

“Production And Testing of Particle Board Materials With Raw Material From
Palm Empty Fruit Bunches With Different Compositions”

Tiurma Rotua Sitorus*, Sakiah, S.P, M.P, Arief Setiawan Sutanto, S.P., M.Si
Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPER Agrobisnis Perkebunan Medan
Jl. Williem Iskandar, Medan 20226
*Corresponding Email : tiursitorus03@gmail.com

Abstract
Research has been carried out to see the quality of particle board made using raw material
from palm empty fruit bunches (PEFB) with varying compositions. Particle board is made
using fibers from PEFB that have been washed and dried beforehand and then mixed with
resin with a certain ratio, including P1 (30:70 = 30% fiber: 70% resin), P2 (40:60 = 40%
fiber: 60% resin) and P3 (50:50 = 50% fiber: 50% resin) in a molded container with
material weight variations M1 100 grams, M2 200 grams and M3 300 grams. Quality testing
has been carried out to see the moisture content, content weight and hardness of the particle
board to determine the best PEFB fiber-polyurethane resin composition ratio to produce
good quality particleboard. The results obtained showed that the lowest particle board
moisture content and the highest weight content were found in the P2M3 treatment
combination (composition 40:60 = 40% fiber: 60% resin at 300 gr) with a moisture content
value of 6% and a weight of 1.294 gram/cm3. Meanwhile, the highest hardness value was
found in the P3M3 combination (composition 50:50 = 50% fiber: 50% resin at 300 gr) with a
hardness value of 75 kg (HRB).

Keywords: Oil Palm Empty Fruit Bunches, Particle Board, Moisture Content, Weight,
Hardness.

PENDAHULUAN Sawit (TKKS) merupakan salah satu


limbah dari pabrik yang jumlahnya sangat
Perkembangan industri minyak kelapa melimpah. Pengolahan kelapa sawit
sawit saat ini sangat pesat dan Indonesia menjadi minyak sawit mentah akan
adalah produsen dan eksportir minyak menghasilkan TKKS 20 – 23 % dari total
kelapa sawit yang terbesar di seluruh tandan buah segar yang diolah dan ini
dunia. Peningkatan luas areal kelapa sawit masih menjadi permasalahan dalam
yang diiringi dengan peningkatan produksi agroindustri perkebunan (Silalahi dan
kelapa sawit memiliki konsekuensi berupa Supijatno, 2017; Darmosarkoro dan
peningkatan jumlah limbah kelapa sawit Rahutomo, 2010).
yang dihasilkan. Tandan Kosong Kelapa
TKKS merupakan bahan organik yang atau bahan berlignoselulosa lainnya
memiliki potensi sebagai bahan pembenah dengan perekat organik serta bahan lain
tanah dan sumber hara bagi tanaman, (BSN, 2016). Oleh karena itu dalam
potensi ini didasarkan pada materi TKKS penelitian ini akan membahas pemanfaatan
yang merupakan bahan organik dan TKKS untuk membuat papan partikel
sebagai sumber hara. TKKS mengandung dengan menitikberatkan pada kombinasi
42,8% C, 2,90% K2O, 0,80% N, 0,22% TKKS dengan kadar air tertentu dan resin
P2O5, 0,30% MgO dan unsur-unsur mikro polimer yang digunakan sebagai pengikat
antara lain 10 ppm B, 23 pmm Cu, dan 51 untuk mendapatkan papan partikel dengan
ppm Zn (Darmosarkoro dan Rahutomo, kualitas terbaik.
2010). Komponen penyusun terdiri dari
berbagai macam serat dengan komposisi METODE PENELITIAN
antara lain sellulosa sekitar 45,9 %;
hemisellulosa sekitar 16,5 % dan lignin Penelitian ini dilaksanakan di
sekitar 22,8 % (Darmosarkoro dan Laboratorium Tanah dan Pupuk Sekolah
Winarna, 2010). Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis
Perkebunan (STIPAP) dan Lab Politeknik
Strategi yang perlu ditempuh dalam Teknologi Kimia Industri Medan. Waktu
pengelolaan limbah TKKS adalah antara penelitian, mulai dari bulan Maret-Agustus
lain mengurangi volume limbah, 2020.
menurunkan daya cemar limbah dan
meningkatkan nilai tambah (Said, 1996). Disain Penelitian
Berbagai penelitian pemanfaatan tandan Penelitian ini membahas beberapa variabel
kosong kelapa sawit sebagai bahan baku yang terdiri dari variabel terikat yaitu
berbagai produk telah dilakukan sebagai kualitas papan partikel yang dianalisa dari
upaya meningkatkan nilai produk, seperti bobot isi dan kekerasannya serta variabel
bahan baku bioplastik ramah lingkungan bebas yang terdiri dari 2 macam yaitu
(Dewanti, 2018), bahan baku biobriket variabel P : perbandingan komposisi serat
arang (Giyanto and Sinaga, 2018), bahan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dan
baku biochar sebagai pembenah tanah resin polyurethane serta variabel M : Berat
(Lukas et al, 2018), bahan baku kompos papan partikel yang dibentuk.
sebagai pupuk organik (Satria et al, 2018)
dan pemanfaatan sebagai mulsa di Variabel bebas pertama yaitu M (berat
perkebunan kelapa sawit (Sakiah et al, bahan untuk papan partikel) terdiri dari :
2019). M1  100 gr
M2  200 gr
Mengingat bahan penyusun TKKS berupa M3  300 gr
selulosa, hemiselulosa dan lignin maka
berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan Sementara variabel bebas kedua yaitu P
baku industri seperti papan partikel untuk (ratio perbandingan komposisi serat TKKS
kemudian diolah menjadi produk dan resin) terdiri dari :
keperluan rumah tangga seperti meja, kursi P1  30:70 = 30% serat : 70% resin
ataupun lemari. Papan partikel adalah hasil P2  40:60 = 40% serat : 60% resin
pengempaan panas campuran partikel kayu P3  50:50 = 50% serat : 50% resin
Dengan demikian diperoleh 9 kombinasi
dalam pembuatan papan partikel dari serat
TKKS yang dapat ditunjukkan melalui
tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Desain Penelitian


P1M1 P1M2 P1M3
Gambar 1. Pengeringan dan Penimbangan
P2M1 P2M2 P2M3 TKKS
P3M1 P3M2 P3M3
2. Membuat Papan Partikel
Bahan dan Peralatan Penelitian Serat TKKS yang telah dikeringkan
 Bahan yang di gunakan : dimasukkan kedalam wadah kosong, lalu
1. Serat TKKS yang diperoleh dari serat TKKS tersebut dicampurkan dengan
PKS Adolina PTPN IV resin polyurethane sesuai perbandingan
2. Resin Bening Polyurethane dan berat bahan yang telah ditentukan
3. Air dalam desain penelitian. Setelah campuran
 Alat yang digunakan: tercampur dengan sempurna dan terasa
1. Wadah dan Pengaduk berat saat diaduk lalu campuran tersebut
2. Oven dituangkan kedalam mal cetakan untuk
3. Timbangan Digital ukuran 21,8 cm x 11,9 cm. Setelah mal
4. Sarung Tangan cetakan terisi penuh lalu diratakan
5. Gelas Ukur permukaannya dengan sendok semen
6. Sendok Semen sambil dipadatkan dan ditekan selama lima
7. Mal Cetakan menit, lalu dibiarkan selama 30 menit
8. Universal Testing Machine sampai kering dan keras sehingga dapat
Hardness Rockwell B dilepaskan dari mal cetakan.

Tahapan Penelitian
1. Persiapan Bahan
Serat TKKS ditimbang sebanyak 500 gr
(berat awal WoTKKS) lalu dicuci dengan
air detergen agar kotoran yang melekat
pada serat hilang, setelah serat TKKS
bersih kemudian dijemur. Untuk perlakuan
awal, serat dijemur di matahari selama ± 4 Gambar 2. Resin dan Pencetakan TKKS +
Resin
hari dengan kriteria serat kering, tidak ada
gumpalan, warna cerah. Setelah kering
3. Penyelesaian
serat TKKS kemudian ditimbang bobotnya
Papan partikel yang sudah kering tersebut
dalam gram dan dicatat sebagai berat akhir
kemudian diamplas dengan kertas pasir
serat TKKS.
ukuran 400 # hingga permukaan papan
menjadi halus dan tidak ada tonjolan-
tonjolan pada permukaan papan partikel.
Kemudian berat papan partikel tersebut di
timbang dan dicatat sebagai berat awal c. Uji Kekerasan Papan Partikel
papan partikel (WoPP). Setelah itu papan Pengujian kekerasan dilakukan dengan
partikel dimasukkan ke dalam oven untuk menggunakan mesin hardness rockwell B
dikeringkan kembali pada suhu 105 oC (HRB) untuk mendapatkan karakteristik
selama 24 jam. Setelah papan partikel sifat material terhadap beban tekan.
kering oven kemudian beratnya ditimbang Sebelum pengujian, diukur dimensi
dan di catat sebagai berat akhir kering panjang awal, tebal dan lebar spesimen.
oven papan partikel (WaPP). Kemudian contoh uji diletakkan pada
holder mesin HRB lalu dikunci agar tidak
bergeser. Setelah itu bola baja indentor
dipasang pada pembeban, lalu beban diatur
minor 10 kg, dan beban mayor 100 kg.
Kemudian bola baja indentor mulai
ditekankan pada permukaan spesimen
contoh uji yaitu papan partikel yang
bersamaan akan menunjukkan nilai beban
Gambar 3. Papan Partikel dan Pengujian
pada indikator dalam satuan Kg force atau
sekian HRB.
Parameter pengamatan
a. Uji Kadar Air Serat TKKS (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air serat TKKS diamati dengan
mengumpulkan data berat serat TKKS
1. Kadar Air Serat TKKS (%)
awal dan berat serat TKKS kering
Dari 500 gram serat tandan kosong kelapa
matahari. Kemudian dihitung dengan
sawit (TKKS) yang telah dikeringkan,
rumus sebagai berikut :
kemudian diambil 50 gr masing-masing
Berat Serat Awal − Berat Serat Kering
sebanyak 5 kali pengambilan untuk
X 100% mencari rata-rata kadar air dari serat
Berat Serat Awal
b. Bobot Isi Papan Partikel (gr/cm3) TKKS. Hasil pengamatan kadar air serat
Bobot isi papan partikel yang diamati yaitu TKKS disajikan pada Tabel 4.1
saat kondisi awal papan partikel selesai
dibentuk dan bobot isi kondisi akhir Tabel 4.1 Hasil pengamatan kadar air serat TKKS
setelah papan partikel kering dari oven. Berat Berat Kadar
Data yang diperlukan yaitu berat awal No Awal Akhir Air
papan partikel (WoPP), berat akhir oven (gr) (gr) (%)
papan partikel (WaPP) dan volume dari P1M1 50,5 28,3 44,0%
papan partikel V (cm3).
P2M1 50,2 28,3 43,6%

Berat Papan Partikel (gr) P3M1 49,8 28,7 42,4%


Volume cm3 ( p x l x tebal papan) P1M2 50,7 28,5 43,8%
P2M2 50,5 28,52 43,5%
Keterangan :
p : Panjang Kadar air suatu bahan sangat berpengaruh
l : Lebar terhadap mutu bahan, hal ini merupakan
t : tebal salah satu sebab mengapa didalam
pengolahan hasil pertanian, air tersebut untuk menghasilkan papan partikel dengan
sering dikurangi dengan cara pengeringan. kerapatan, kepadatan dan bobot yang
Pengurangan air disamping tujuannya optimal. Sedangkan penggunaan resin
untuk mengawetkan juga untuk yang berlebihan seperti pada ratio
mengurangi ukuran dan berat bahan hasil perbandingan P1 (30 Serat : 70 Resin)
pertanian sehingga memudahkan dan justru malah menurunkan nilai bobot isi
menghemat pada waktu pengepakan yang artinya juga kerapatan papan partikel
(Winarno, 1980). yang dihasilkan tidak optimal.

2. Bobot Isi Papan Partikel (gr/cm3) Bobot isi sebagai sifat fisis mempengaruhi
Hasil pengamatan dan pengujian bobot isi sifat mekanis papan partikel, karena
papan partikel dipengaruhi oleh beberapa semakin tinggi kerapatan papan partikel
variabel yaitu berat papan partikel dan maka akan semakin tinggi sifat
volume papan partikel. Bobot isi papan ketangguhan dari papan partikel yang
partikel tercantum pada Tabel 4.2. dihasilkan. Kerapatan dipengaruhi oleh
tekanan kempa, suhu dan waktu pada
Tabel 4.2 Hasil pengamatan bobot isi papan proses pengempaan. Menurut Cahyana
partikel (2014), penurunan kerapatan terjadi saat
Massa pengempaan yang tidak merata dan
Komposisi M1 M2 M3 tekanan kempa yang optimal akan
(gr/cm3) menghasilkan kualitas papan yang optimal,
karena pada saat pengempaan ikatan antar
P1 0,534 0,682 1,030
partikel akan semakin menjadi rapat.
P2 0,812 0,930 1,294
P3 0,936 0,972 1,226 3. Kadar Air Papan Partikel
Kadar air merupakan banyaknya
Semakin besar massa papan, semakin kandungan air yang terdapat di dalam
tinggi pula bobot isi papan. Proses papan partikel dalam keadaan
pengeringan oven dapat memaksimalkan kesetimbangan dengan lingkungan di
penghilangan air sehingga dapat sekitarnya. Nilai hasil pengamatan kadar
meningkatkan kepadatan papan partikel air papan partikel disajikan pada Tabel 4.3.
yang dibentuk. Penghilangan air ini sangat
Tabel 4.3 Hasil pengamatan Kadar Air Papan
penting untuk memastikan papan partikel Partikel
terikat sepenuhnya dengan resin sehingga M1 M2 M3
akan membantu mempertahankan Komposisi
(%)
bentuknya. Bobot isi dari papan partikel
P1 8% 11% 7%
diperoleh secara optimal pada perlakuan
P2 22% 8% 6%
ratio komposisi P2 (40 TKKS : 60 Resin)
P3 40% 7% 7%
dan berat bahan M3 (300 gram) dengan
nilai bobot isi yang didapat sebesar 1,294
gr/cm3. Hal ini menunjukkan bahwa Kadar air papan partikel terendah terdapat
diperlukan lebih banyak resin dengan pada kombinasi perlakuan P2M3
perbandingan 6 berbanding 4 serat TKKS (komposisi 40:60 pada massa 300 gr)
dengan nilai 6%. Sementara kadar air
terendah TKKS yang dihasilkan yaitu Kemudian pada komposisi P3M3
42,4%. Rentang kadar air yang dihasilkan (komposisi 50:50 pada massa 300 gr)
hinggai 35,6% lebih rendah dari bahan memilik kadar air 7% dan ketahanan
dasarnya yaitu TKKS. Penurunan drastis terhadap kekerasan mencapai 75 Kg. Hal
kadar air ini terjadi sebagai akibat dari ini dapat diartikan bahwa, kadar air
perlakuan panas yang diterima sejak dari mempengaruhi kekerasan papan partikel.
serat TKKS sampai papan partikel pada Semakin rendah kadar air maka semakin
saat pengempaan (Massijaya et al. 1999). tinggi kekerasan papan partikel.
Standar JIS A 5908-2003, mensyaratkan sedangkan nilai kekerasan yang terkecil
bahwa papan partikel mempunyai kadar air diperoleh pada bahan (30 : 70) yaitu 30%
antara 5-13 %. Hasil peneliitan ini serat TKKS dan 70% resin dengan berat
menunjukkan bahwa kadar air papan bahan 100 gram sebesar 31 Kg.
partikel yang dihasilkan telah memenuhi Penambahan serat yang sebanding (50 :
standard. 50) dengan resin dapat meningkatkan
kekerasan sehingga lebih tinggi
4. Uji Kekerasan (HRB) dibandingkan dengan perbandingan (40 :
Telah dilakukan pengujian kekerasan 60) 40% serat TKKS dan 60% resin. Hal
dengan alat universal testing machine ini disebabkan oleh ikatan antara serat dan
hardness rockwell scale B terhadap papan resin yang lebih baik pada ratio yang
partikel dengan perbedaan ratio komposisi sebanding sehingga mampu menerima
bahan dan berat bahan yang bervariasi beban yang lebih besar walaupun
yang menghasilkan data sebagai berikut : kerapatan dan kepadatannya tidak
signifikan berbeda. Namun untuk kondisi
Tabel 4.4 Uji Kekerasan Papan Partikel (Hardness resin yang terlalu berlebihan justru malah
Rockwell Scale B / HRB)
tidak dapat menghasilkan ikatan yang kuat
Massa sehingga tidak mampu menahan beban
Komposisi M1 M2 M3 besar. Hal ini dikarenakan adanya
(Kg) kekosongan partikel (banyaknya porositas)
pada papan disebabkan sedikitnya serat
P1 31 40 64
yang dipakai.
P2 36 50 69
P3 44 61 75
Karakteristik kekuatan papan partikel
sama dengan kekerasan dan kekuatannya.
Nilai HRB kekerasan papan partikel
Artinya semakin besar volume serat
TKKS yang terbesar diperoleh adalah pada dalam komposit akan semakin tinggi
komposisi P3 yaitu, bahan (50 : 50) 50% nilai ketahanan dari papan partikel.
TKKS dan 50% resin dengan berat bahan Banyaknya serat sampai ratio sebanding,
300 gram sebesar 75 Kg, hal ini sejalan berperan dalam meningkatkan kekuatan
dengan bobot isi papan partikel pada
namun untuk dapat menghasilkan bobot
komposisi P3 yaitu 1,226 gr/cm3. Semakin
isi/kerapatan yang optimal perlu jumlah
tinggi bobot isi papan partikel maka
resin yang sedikit lebih banyak tapi tidak
semakin tinggi pula kekerasan papan
berlebihan karena resin memberikan efek
partikel dalam menahan tekanan. memperkuat ikatan antar partikel serat.
KESIMPULAN DAN SARAN Bowyer, J.L., Shmulsky, R. and
Haygreen,J.G. 2003. Forest Products
Kesimpulan and Wood Science: An Introduction.
1. Kadar air papan partikel terendah 4th ed. Iowa State Press, Ames, IA
terdapat pada kombinasi perlakuan 553 pp.
P2M3 (komposisi 40:60 pada massa
300 gr) dengan nilai kadar air 6%. Brooker, D.B., F.W. Bakker., and C.W.
2. Bobot isi yang tertinggi diperoleh pada Arkema. 1974. Drying Cereal Grains.
kombinasi P2M3 (komposisi 40:60 West Port. USA: The A VI Publishing
pada massa 300 gr) dengan nilai bobot Co. Inc.
isi yang didapat sebesar 1,294 gr/cm3.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin Badan Standarisasi Nasional (SNI) 03-
Besar massa papan, semakin tinggi 2105, “Papan Partikel”, (2006).
pula bobot isi papan.
3. Nilai kekerasan papan partikel TKKS Cahyana YA, Muchrodji, M. Bakrun.
yang terbesar adalah pada bahan P3M3 (2014). Kerapatan Partikel: Perekat
(50 : 50) yaitu 50% serat TKKS dan dan Sekam Kayu, Analisis Usaha.
50% resin poliuretan dengan berat Jakarta : Pustakakarya Grafikatama.
bahan 300 gram memiliki nilai sebesar
75 Kg (HRB). Darmosarkoro, W dan Rahutomo. S. 2003.
4. Bobot isi dan kadar air mempengaruhi Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
kekerasan papan partikel. Semakin Bahan Pembenah Tanah. Edisi 1.
tinggi bobot isi papan partikel maka Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
semakin tinggi pula kekerasan papan Medan.
partikel dalam menahan tekanan
semakin rendah kadar air maka Darmosarkoro, W. dan S. Rahutomo.2007.
semakin tinggi kekerasan papan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
partikel. Bahan Pembenah Tanah. Jurnal Lahan
dan Pemupukan Kelapa Sawit
Saran Edisi1.Pusat Penelitian Kelapa
Pada penelitian selanjutnya, disarankan Sawit,C3: 167-180
perlu dilakukan analisis lebih lanjut
mengenai berat bahan papan partikel Darmosarkoro, W. dan Winarna. 2001.
dengan komposisi serat TKKS dan resin Penggunaan TKS dan Kompos TKS
dengan konsentrasi yang lebih bervariasi, untuk Meningkatkan Pertumbuhn dan
agar memperoleh kualitas papan partikel Produksi Tanaman, dalam W.
yang lebih baik lagi. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan
Winarna (Ed). Lahan dan Pemupukan
DAFTAR PUSTAKA Kelapa Sawit, Vol. 1. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan.
Bower,1978.https://callmecrysant.wordpre
ss.com/2009/06/17/mikroba-tanah/ Dewanti, 2018. Potensi Selulosa Dari
(diakses tanggal 17 Juli 2019). Limbah Tandan Kosong Kelapa
Sawit Untuk Bahan Baku pengembangan:suatu pengantar.
Bioplastik Ramah Lingkungan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Rehendi, S et al, 2007. Analisis Perekatan


Statistik Perkebunan Indonesia 2015 – Kayu. Fakultas Kehutanan Institut
2017 : Kelapa sawit, Departemen Pertanian Bogor.Bogor.
Pertanian 2016.
Said, E.g. 1996. Penanganan dan
Fauzi, Yan, dkk. 2012. Kelapa Sawit. Pemanfaatan Limbah Pada Kelapa
Penebar Swadaya. Jakarta. Sawit. PT. Trubus Agriwijaya.
Cetakan I. Ungaran. Hal. 56.
Giyanto, Permana. A, Sinaga. H, 2019.
Pembuatan Biobriket Arang Berbasis Sakiah, Firmansyah. A, Arfianti. Dina,
Tandan Kososng Kelapa Sawit Dan 2020. Soil Biological Characteristics
Eceng Gondok Sebagai Sumber on Land With and Without The
Energi Alternatif Yang Ramah Application of Oil Palm Empty Fruit
Lingkungan. Fakultas Agroeteknologi Bunch At Adolina PT. Perkebunan
Universitas Prima Indonesia. Medan. Nusantara IV. Jurnal Penelitian
(Agro Fabrica) Pertanian Terapan Vol. 20 (1): 11- 17

Holman, J. P., 1981, ”Perpindahan Kalor”, Sastrosayono, S., 2000. Budidaya Kelapa
alih bahasa Jasifi E., edisi ke-6, Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Erlangga, Jakarta.
Satria N, Wardati, Khoiri MA. 2018.
Japanese Standards Association. 2003. JIS Pengaruh Pemberian Kompos Tandan
A 5908- 2003: Particleboard. Japan: Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk NPK
Japanese Standards Association. terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman
Gaharu (Aquilaria malaccencis). JOM
Lukas, Stefanus. (2018). Formulasi Steril Faperta. 2(1):1-14.
edisi Revisi. Yogyakarta : CV ANDI
Silalahi dan Supijanto, 2017. Pengelolaan
Maloney TM. 1993. Modern Particleboard Limbah Kelapa Sawit (Elaeis
and Dry Process Fiberboard guineensis Jacq.) di Angsana Estate,
Manufacturing. San Fransisco: Kalimantan Selatan Waste
MILLER Freeman, Inc. management of palm oil (Elaeis
guineensis Jacq.) in Angsana Estate,
Massijaya, Y.M., Hadi, Y.S., Tambunan, South Kalimantan.
B. & I. Sunarni. 1999. Studi
pembuatan papan patikel dari limbah Subyakto-Nababan. 2003. Pemanfaatan
kayu dan plastic polistirena. Jurnal Bahan Baku. Jakarta. Gramedia
Teknologi Hasil Hutan Vol 12 (2). Pustaka Utama.
Putra, Nusa. 2011. Research and
development Penelitian dan
Sutigno, P. 2006. Perekat dan Perekatan.
Departemen Kehutanan BPPH. PPHH
Bogor. Bogor.

Syarief, R. dan H. Halid. 1992. Teknologi


Penyimpanan Pangan. Kerjasama
dengan Pusat Antar Universitas
Pangan, Bogor.
Tanggasari D., 2014, Sifat teknik dan
karakteristik pengeringan biji jagung
(zea mays l.) pada alat pengering
fluidized beds, Fakultas Teknologi
Pangan Dan Agroindustri Universitas
Mataram, Mataram.

Van Noort R. Introduction to datal


material. 3rd Ed. Toronto: Mosby
Elsevier., 2007; 127-40.

Winarno,F.G, dkk, 1980. Pengantar


Teknologi Pangan. Jakarta : PT.
Gramedia.

Yan,dkk., 2008, Kelapa Sawit Budidaya


Pemanfaatan Hasil dan limbah
Analisis Usaha dan Pemasaran, Edisi
Revisi, Penerbit penebar Swadaya,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai