“Production And Testing of Particle Board Materials With Raw Material From
Palm Empty Fruit Bunches With Different Compositions”
Tiurma Rotua Sitorus*, Sakiah, S.P, M.P, Arief Setiawan Sutanto, S.P., M.Si
Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPER Agrobisnis Perkebunan Medan
Jl. Williem Iskandar, Medan 20226
*Corresponding Email : tiursitorus03@gmail.com
Abstract
Research has been carried out to see the quality of particle board made using raw material
from palm empty fruit bunches (PEFB) with varying compositions. Particle board is made
using fibers from PEFB that have been washed and dried beforehand and then mixed with
resin with a certain ratio, including P1 (30:70 = 30% fiber: 70% resin), P2 (40:60 = 40%
fiber: 60% resin) and P3 (50:50 = 50% fiber: 50% resin) in a molded container with
material weight variations M1 100 grams, M2 200 grams and M3 300 grams. Quality testing
has been carried out to see the moisture content, content weight and hardness of the particle
board to determine the best PEFB fiber-polyurethane resin composition ratio to produce
good quality particleboard. The results obtained showed that the lowest particle board
moisture content and the highest weight content were found in the P2M3 treatment
combination (composition 40:60 = 40% fiber: 60% resin at 300 gr) with a moisture content
value of 6% and a weight of 1.294 gram/cm3. Meanwhile, the highest hardness value was
found in the P3M3 combination (composition 50:50 = 50% fiber: 50% resin at 300 gr) with a
hardness value of 75 kg (HRB).
Keywords: Oil Palm Empty Fruit Bunches, Particle Board, Moisture Content, Weight,
Hardness.
Tahapan Penelitian
1. Persiapan Bahan
Serat TKKS ditimbang sebanyak 500 gr
(berat awal WoTKKS) lalu dicuci dengan
air detergen agar kotoran yang melekat
pada serat hilang, setelah serat TKKS
bersih kemudian dijemur. Untuk perlakuan
awal, serat dijemur di matahari selama ± 4 Gambar 2. Resin dan Pencetakan TKKS +
Resin
hari dengan kriteria serat kering, tidak ada
gumpalan, warna cerah. Setelah kering
3. Penyelesaian
serat TKKS kemudian ditimbang bobotnya
Papan partikel yang sudah kering tersebut
dalam gram dan dicatat sebagai berat akhir
kemudian diamplas dengan kertas pasir
serat TKKS.
ukuran 400 # hingga permukaan papan
menjadi halus dan tidak ada tonjolan-
tonjolan pada permukaan papan partikel.
Kemudian berat papan partikel tersebut di
timbang dan dicatat sebagai berat awal c. Uji Kekerasan Papan Partikel
papan partikel (WoPP). Setelah itu papan Pengujian kekerasan dilakukan dengan
partikel dimasukkan ke dalam oven untuk menggunakan mesin hardness rockwell B
dikeringkan kembali pada suhu 105 oC (HRB) untuk mendapatkan karakteristik
selama 24 jam. Setelah papan partikel sifat material terhadap beban tekan.
kering oven kemudian beratnya ditimbang Sebelum pengujian, diukur dimensi
dan di catat sebagai berat akhir kering panjang awal, tebal dan lebar spesimen.
oven papan partikel (WaPP). Kemudian contoh uji diletakkan pada
holder mesin HRB lalu dikunci agar tidak
bergeser. Setelah itu bola baja indentor
dipasang pada pembeban, lalu beban diatur
minor 10 kg, dan beban mayor 100 kg.
Kemudian bola baja indentor mulai
ditekankan pada permukaan spesimen
contoh uji yaitu papan partikel yang
bersamaan akan menunjukkan nilai beban
Gambar 3. Papan Partikel dan Pengujian
pada indikator dalam satuan Kg force atau
sekian HRB.
Parameter pengamatan
a. Uji Kadar Air Serat TKKS (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air serat TKKS diamati dengan
mengumpulkan data berat serat TKKS
1. Kadar Air Serat TKKS (%)
awal dan berat serat TKKS kering
Dari 500 gram serat tandan kosong kelapa
matahari. Kemudian dihitung dengan
sawit (TKKS) yang telah dikeringkan,
rumus sebagai berikut :
kemudian diambil 50 gr masing-masing
Berat Serat Awal − Berat Serat Kering
sebanyak 5 kali pengambilan untuk
X 100% mencari rata-rata kadar air dari serat
Berat Serat Awal
b. Bobot Isi Papan Partikel (gr/cm3) TKKS. Hasil pengamatan kadar air serat
Bobot isi papan partikel yang diamati yaitu TKKS disajikan pada Tabel 4.1
saat kondisi awal papan partikel selesai
dibentuk dan bobot isi kondisi akhir Tabel 4.1 Hasil pengamatan kadar air serat TKKS
setelah papan partikel kering dari oven. Berat Berat Kadar
Data yang diperlukan yaitu berat awal No Awal Akhir Air
papan partikel (WoPP), berat akhir oven (gr) (gr) (%)
papan partikel (WaPP) dan volume dari P1M1 50,5 28,3 44,0%
papan partikel V (cm3).
P2M1 50,2 28,3 43,6%
2. Bobot Isi Papan Partikel (gr/cm3) Bobot isi sebagai sifat fisis mempengaruhi
Hasil pengamatan dan pengujian bobot isi sifat mekanis papan partikel, karena
papan partikel dipengaruhi oleh beberapa semakin tinggi kerapatan papan partikel
variabel yaitu berat papan partikel dan maka akan semakin tinggi sifat
volume papan partikel. Bobot isi papan ketangguhan dari papan partikel yang
partikel tercantum pada Tabel 4.2. dihasilkan. Kerapatan dipengaruhi oleh
tekanan kempa, suhu dan waktu pada
Tabel 4.2 Hasil pengamatan bobot isi papan proses pengempaan. Menurut Cahyana
partikel (2014), penurunan kerapatan terjadi saat
Massa pengempaan yang tidak merata dan
Komposisi M1 M2 M3 tekanan kempa yang optimal akan
(gr/cm3) menghasilkan kualitas papan yang optimal,
karena pada saat pengempaan ikatan antar
P1 0,534 0,682 1,030
partikel akan semakin menjadi rapat.
P2 0,812 0,930 1,294
P3 0,936 0,972 1,226 3. Kadar Air Papan Partikel
Kadar air merupakan banyaknya
Semakin besar massa papan, semakin kandungan air yang terdapat di dalam
tinggi pula bobot isi papan. Proses papan partikel dalam keadaan
pengeringan oven dapat memaksimalkan kesetimbangan dengan lingkungan di
penghilangan air sehingga dapat sekitarnya. Nilai hasil pengamatan kadar
meningkatkan kepadatan papan partikel air papan partikel disajikan pada Tabel 4.3.
yang dibentuk. Penghilangan air ini sangat
Tabel 4.3 Hasil pengamatan Kadar Air Papan
penting untuk memastikan papan partikel Partikel
terikat sepenuhnya dengan resin sehingga M1 M2 M3
akan membantu mempertahankan Komposisi
(%)
bentuknya. Bobot isi dari papan partikel
P1 8% 11% 7%
diperoleh secara optimal pada perlakuan
P2 22% 8% 6%
ratio komposisi P2 (40 TKKS : 60 Resin)
P3 40% 7% 7%
dan berat bahan M3 (300 gram) dengan
nilai bobot isi yang didapat sebesar 1,294
gr/cm3. Hal ini menunjukkan bahwa Kadar air papan partikel terendah terdapat
diperlukan lebih banyak resin dengan pada kombinasi perlakuan P2M3
perbandingan 6 berbanding 4 serat TKKS (komposisi 40:60 pada massa 300 gr)
dengan nilai 6%. Sementara kadar air
terendah TKKS yang dihasilkan yaitu Kemudian pada komposisi P3M3
42,4%. Rentang kadar air yang dihasilkan (komposisi 50:50 pada massa 300 gr)
hinggai 35,6% lebih rendah dari bahan memilik kadar air 7% dan ketahanan
dasarnya yaitu TKKS. Penurunan drastis terhadap kekerasan mencapai 75 Kg. Hal
kadar air ini terjadi sebagai akibat dari ini dapat diartikan bahwa, kadar air
perlakuan panas yang diterima sejak dari mempengaruhi kekerasan papan partikel.
serat TKKS sampai papan partikel pada Semakin rendah kadar air maka semakin
saat pengempaan (Massijaya et al. 1999). tinggi kekerasan papan partikel.
Standar JIS A 5908-2003, mensyaratkan sedangkan nilai kekerasan yang terkecil
bahwa papan partikel mempunyai kadar air diperoleh pada bahan (30 : 70) yaitu 30%
antara 5-13 %. Hasil peneliitan ini serat TKKS dan 70% resin dengan berat
menunjukkan bahwa kadar air papan bahan 100 gram sebesar 31 Kg.
partikel yang dihasilkan telah memenuhi Penambahan serat yang sebanding (50 :
standard. 50) dengan resin dapat meningkatkan
kekerasan sehingga lebih tinggi
4. Uji Kekerasan (HRB) dibandingkan dengan perbandingan (40 :
Telah dilakukan pengujian kekerasan 60) 40% serat TKKS dan 60% resin. Hal
dengan alat universal testing machine ini disebabkan oleh ikatan antara serat dan
hardness rockwell scale B terhadap papan resin yang lebih baik pada ratio yang
partikel dengan perbedaan ratio komposisi sebanding sehingga mampu menerima
bahan dan berat bahan yang bervariasi beban yang lebih besar walaupun
yang menghasilkan data sebagai berikut : kerapatan dan kepadatannya tidak
signifikan berbeda. Namun untuk kondisi
Tabel 4.4 Uji Kekerasan Papan Partikel (Hardness resin yang terlalu berlebihan justru malah
Rockwell Scale B / HRB)
tidak dapat menghasilkan ikatan yang kuat
Massa sehingga tidak mampu menahan beban
Komposisi M1 M2 M3 besar. Hal ini dikarenakan adanya
(Kg) kekosongan partikel (banyaknya porositas)
pada papan disebabkan sedikitnya serat
P1 31 40 64
yang dipakai.
P2 36 50 69
P3 44 61 75
Karakteristik kekuatan papan partikel
sama dengan kekerasan dan kekuatannya.
Nilai HRB kekerasan papan partikel
Artinya semakin besar volume serat
TKKS yang terbesar diperoleh adalah pada dalam komposit akan semakin tinggi
komposisi P3 yaitu, bahan (50 : 50) 50% nilai ketahanan dari papan partikel.
TKKS dan 50% resin dengan berat bahan Banyaknya serat sampai ratio sebanding,
300 gram sebesar 75 Kg, hal ini sejalan berperan dalam meningkatkan kekuatan
dengan bobot isi papan partikel pada
namun untuk dapat menghasilkan bobot
komposisi P3 yaitu 1,226 gr/cm3. Semakin
isi/kerapatan yang optimal perlu jumlah
tinggi bobot isi papan partikel maka
resin yang sedikit lebih banyak tapi tidak
semakin tinggi pula kekerasan papan
berlebihan karena resin memberikan efek
partikel dalam menahan tekanan. memperkuat ikatan antar partikel serat.
KESIMPULAN DAN SARAN Bowyer, J.L., Shmulsky, R. and
Haygreen,J.G. 2003. Forest Products
Kesimpulan and Wood Science: An Introduction.
1. Kadar air papan partikel terendah 4th ed. Iowa State Press, Ames, IA
terdapat pada kombinasi perlakuan 553 pp.
P2M3 (komposisi 40:60 pada massa
300 gr) dengan nilai kadar air 6%. Brooker, D.B., F.W. Bakker., and C.W.
2. Bobot isi yang tertinggi diperoleh pada Arkema. 1974. Drying Cereal Grains.
kombinasi P2M3 (komposisi 40:60 West Port. USA: The A VI Publishing
pada massa 300 gr) dengan nilai bobot Co. Inc.
isi yang didapat sebesar 1,294 gr/cm3.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin Badan Standarisasi Nasional (SNI) 03-
Besar massa papan, semakin tinggi 2105, “Papan Partikel”, (2006).
pula bobot isi papan.
3. Nilai kekerasan papan partikel TKKS Cahyana YA, Muchrodji, M. Bakrun.
yang terbesar adalah pada bahan P3M3 (2014). Kerapatan Partikel: Perekat
(50 : 50) yaitu 50% serat TKKS dan dan Sekam Kayu, Analisis Usaha.
50% resin poliuretan dengan berat Jakarta : Pustakakarya Grafikatama.
bahan 300 gram memiliki nilai sebesar
75 Kg (HRB). Darmosarkoro, W dan Rahutomo. S. 2003.
4. Bobot isi dan kadar air mempengaruhi Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
kekerasan papan partikel. Semakin Bahan Pembenah Tanah. Edisi 1.
tinggi bobot isi papan partikel maka Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
semakin tinggi pula kekerasan papan Medan.
partikel dalam menahan tekanan
semakin rendah kadar air maka Darmosarkoro, W. dan S. Rahutomo.2007.
semakin tinggi kekerasan papan Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai
partikel. Bahan Pembenah Tanah. Jurnal Lahan
dan Pemupukan Kelapa Sawit
Saran Edisi1.Pusat Penelitian Kelapa
Pada penelitian selanjutnya, disarankan Sawit,C3: 167-180
perlu dilakukan analisis lebih lanjut
mengenai berat bahan papan partikel Darmosarkoro, W. dan Winarna. 2001.
dengan komposisi serat TKKS dan resin Penggunaan TKS dan Kompos TKS
dengan konsentrasi yang lebih bervariasi, untuk Meningkatkan Pertumbuhn dan
agar memperoleh kualitas papan partikel Produksi Tanaman, dalam W.
yang lebih baik lagi. Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan
Winarna (Ed). Lahan dan Pemupukan
DAFTAR PUSTAKA Kelapa Sawit, Vol. 1. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, Medan.
Bower,1978.https://callmecrysant.wordpre
ss.com/2009/06/17/mikroba-tanah/ Dewanti, 2018. Potensi Selulosa Dari
(diakses tanggal 17 Juli 2019). Limbah Tandan Kosong Kelapa
Sawit Untuk Bahan Baku pengembangan:suatu pengantar.
Bioplastik Ramah Lingkungan. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Holman, J. P., 1981, ”Perpindahan Kalor”, Sastrosayono, S., 2000. Budidaya Kelapa
alih bahasa Jasifi E., edisi ke-6, Sawit. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Erlangga, Jakarta.
Satria N, Wardati, Khoiri MA. 2018.
Japanese Standards Association. 2003. JIS Pengaruh Pemberian Kompos Tandan
A 5908- 2003: Particleboard. Japan: Kosong Kelapa Sawit dan Pupuk NPK
Japanese Standards Association. terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman
Gaharu (Aquilaria malaccencis). JOM
Lukas, Stefanus. (2018). Formulasi Steril Faperta. 2(1):1-14.
edisi Revisi. Yogyakarta : CV ANDI
Silalahi dan Supijanto, 2017. Pengelolaan
Maloney TM. 1993. Modern Particleboard Limbah Kelapa Sawit (Elaeis
and Dry Process Fiberboard guineensis Jacq.) di Angsana Estate,
Manufacturing. San Fransisco: Kalimantan Selatan Waste
MILLER Freeman, Inc. management of palm oil (Elaeis
guineensis Jacq.) in Angsana Estate,
Massijaya, Y.M., Hadi, Y.S., Tambunan, South Kalimantan.
B. & I. Sunarni. 1999. Studi
pembuatan papan patikel dari limbah Subyakto-Nababan. 2003. Pemanfaatan
kayu dan plastic polistirena. Jurnal Bahan Baku. Jakarta. Gramedia
Teknologi Hasil Hutan Vol 12 (2). Pustaka Utama.
Putra, Nusa. 2011. Research and
development Penelitian dan
Sutigno, P. 2006. Perekat dan Perekatan.
Departemen Kehutanan BPPH. PPHH
Bogor. Bogor.