Anda di halaman 1dari 7

File : 1194-3036-1-SM

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.3, No.2, Desember 2011: 38 – 43


Metode :
Serbuk gergajian kayu diubah menjadi arang yang diperoleh dari proses karbonisasi. Arang yang
diperoleh kemudian dihancurkan dengan menggunakan lumpang dan disaring dengan saringan
ukuran 50 mesh, untuk mendapatkan serbuk yang halus. Demikian juga untuk arang kayu galam.
Serbuk arang kemudian dicampur antara serbuk arang kayu meranti dan kayu galam dengan
konsentrasi sesuai perlakuan. Perekat yang digunakan berupa tepung . Banyaknya tepung tapioka
adalah sebanyak 5 % dari berat bahan yang akan dibuat briket dan ditambahkan air sebanyak 10 ml
sehingga menjadi larutan semi solid untuk setiap perlakuan. Adonan dimasukkan ke dalam alat
cetakan berbentuk silinder dengan diameter 3 cm, selanjutnya dikempa menggunakan alat kempa
hidraulik dengan tekanan 10.000 kg/cm2 . Briket yang dihasilkan dikeringkan hingga kering udara.

Untuk mengetahui kualitas briket arang yang dihasilkan diuji sifat kimia dan fisik yang terdiri dari
kadar air, kadar abu, kadar zat terbang, kerapatan (ASTM, 1959) dan nilai kalor (ASTM, 1984).
Perlakuan dalam penelitian, yaitu:
A = 100% arang serbuk gergajian kayu meranti.
B = 90% arang serbuk gergajian kayu meranti, 10% arang kayu galam.
C = 85% arang serbuk gergajian kayu meranti, 15% arang kayu galam.
D = 80% arang serbuk gergajian kayu meranti, 20% arang kayu galam.
E = 100% arang kayu galam.

Output yang dihasilkan dari penelitian ini:


1. Briket arang yang dihasilkan memiliki sifat fisik yaitu kadar air berkisar antara 3,78% - 4,54%
dengan kerapatan antara 0,49 g/cm3 – 0,77 g/cm3 .
2. Briket arang yang dihasilkan memiliki sifat kimia yaitu kadar abu antara 2,64% - 3,24%, kadar
zat terbang antara 25,40% - 29,40%, nilai kalor antara 5502,40 – 6249,51 cal/g.
3. Briket yang dihasilkan dari campuran serbuk gergajian kayu meranti dan arang kayu galam
cukup baik, memiliki nilai kalor yang cukup tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai
sumber bahan bakar
File : 1881-Article Text-4377-1-10-20220402

Jurnal ABDIKARYA, Volume 4, No. 1, April 202


Metode :
Bahan baku serbuk kayu dibuat arang dengan menggunakan tungku hasil modifikasi yang terbuat
dari kaleng cat bekas pakai volume 17,5 L.
Lubang udara pada bagian bawah kaleng berfungsi sebagai tempat pembakaran pertama,
selanjutnya limbah industri yang berupa serbuk kayu langsung dimasukan ke dalam tungku,
selanjutnya dinyalakan dengan cara membakarnya melalui lubang udara dengan bantuan umpan
ranting kayu. Sesudah bahan baku menyala dan diperkirakan tidak akan padam, maka cerobong asap
dipasang dan lubang udara ganjalnya diturunkan menjadi 4 cm. Pengarangan dianggap selesai
apabila asap yang keluar dari cerobong sudah menipis dan berwarna kebiru-biruan, selanjutnya
tungku diturunkan sejajar dengan tanah dan cerobong asap ditutup rapat.
1. Pembuatan briket arang
Proses pembuatan briket meliputi beberapa tahapan. Tahap pertama yaitu pengarangan dan
penumbukan, selanjutnya serbuk arang hasil tumbukan dibuat adonan dengan perekat
tapioka yang telah disiapkan dengan kadar perekat sebesar 5% dari berat serbuk arang.
Adonan tersebut selanjutnya dimasukan ke dalam cetakan briket. Briket arang yang
dihasilkan dikeringkan dengan cara dijemur sampai kering. Setelah pengeringan proses 98
selnjutnya adalah pengujian briket arang, yang selanjutnya dilakukan proses pengemasan
serbuk arang yang sudah jadi.
2. Pengujian kualitas briket arang
Untuk mengetahui kualitas briket arang yang dihasilkan mengunakan rancangan acak lengkap
satu faktorial dengan 11 taraf perlakuan berupa perbedaan jenis bahan baku. Masing-masing
perlakuan diuji dengan dua kali ulangan. Model yang digunakan dalam percobaan ini adalah
sebagai berikut : Yij = µ + τi + Єij (Hendra, 2007) Dimana : Yij = Angka perlakuan jenis bahan
baku ke-i dan ulangan ke-j; µ = Rata-rata pengamatan; τi = Pengaruh perlakuan jenis bahan
baku ke-i; Єij = Pengaruh acak perlakuan jenis bahan baku ke-i dan ulangan ke-j. Untuk
mengetahui hubungan antara masing-masing perlakuan yang diberikan maka dilakukan uji
lanjut dengan menggunakan uji Duncan.
Output:
Setelah briket dikeringkan maka dilakukan pengujian kalor terhadap masing-masing briket. Pada
pengujian, semua briket dapat dinyalakan yang dilihat dari hidupnya bara api pada setiap briket.
Variasi briket yang dibuat dengan bahan arang tempurung kelapa menghasilkan suhu paling tinggi
yaitu 222°C sehingga kalor yang dihasilkan juga mempunyai nilai tertinggi dari pada 1 variasi lainnya,
hal ini ditandai dengan perbedaan waktu mendidihkan air pada percobaan pertama ini yaitu selama
15 menit.

Setelah melakukan percobaan terhadap 1 variasi briket dapat disimpulkan bahwa briket arang
dengan bahan tempurung kelapa memiliki jumlah kalor yang lebih baik daripada briket arang dengan
bahan arang serbuk kayu. Pembuatan briket sebaiknya dilakukan dengan menggunakan peralatan
standar agar hasil penelitian yang didapatkan lebih akurat seperti dalam pengukuran kalor yang
standar adalah dengan menggunakan bom kalorimeter sehingga kita dapat mengetahui jumlah kalor
yang dihasilkan masingmasing variasi briket dan dapat menentukan briket mana yang lebih baik
untuk diproduksi.
File : 2044-Article Text-8037-1-10-20230816

Accurate: Journal of Mechanical Engineering and Science Vol.04, No.01, April 2023
Metode :
a. Pemrosesan Bahan Baku Kayu karet Sekam Padi akan di proses secara karbonisasi kemudian
dijadikan serbuk atau serpihan menggunakan mesin penghancur.
b. Campuran Bahan Baku dan Pengikat briket Kayu Karet dan Sekam Padi akan dicampur dalam
perbandingan 85:15 % nilai optimal untuk mencapai kualitas yang baik. Kemudian pengikat
biomassa akan ditambahkan dalam proporsi yang tepat untuk mengikat campuran bahan baku.
Pencetakan Briket Campuran bahan baku dan pengikat akan dipress atau dipadatkan dalam
cetakan briket dengan menggunakan mesin atau alat pencetak briket.
c. Pengeringan Briket yang baru dipress akan dikeringkan untuk mengurangi kadar air sehingga
mencapai tingkat kelembaban yang sesuai untuk penyimpanan dan penggunaan.
d. Uji Kualitas Kualitas briket akan dievaluasi berdasarkan kriteria seperti kepadatan, kadar abu, nilai
kalor, dan kadar air.
e. Analisis Ekonomi Analisis kelayakan finansial akan dilakukan dengan menggunakan metode
seperti NPV (Net Present Value) dan IRR (Internal Rate of Return) untuk mengevaluasi keuntungan
ekonomi dari produksi briket

Output :
Studi kelayakan produksi briket dari kayu karet dan sekam padi menunjukkan hasil positif. Dengan
kadar abu rendah 1%, nilai kalor tinggi 5016 kJ, dan kadar air rendah 0,9%, briket menawarkan
potensi sebagai energi bersih dan efisien. Analisis ekonomi menunjukkan nilai NPV sebesar Rp.
407.729 dan tingkat IRR sebesar 20%, melebihi tingkat case of capital (12%). Secara keseluruhan,
produksi briket ini merupakan upaya diversifikasi energi yang layak dan berkelanjutan.
File : 343-921-1-SM

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan VI 2018 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Metode :
Limbah kayu sengon di potong kecil sekitar 10 cm kemudian masuk proses karbonasi selama ±60
menit pada suhu 400 oC.Arang hasil karbonisasi ditumbuk kemudian di blender hingga halus dan di
ayak dengan ukuran 60 mesh, 80 mesh. Perekat dibuat dari tepung tapioka yang dilarutkan oleh air
dengan perbandingan 75% dan 25%. Mencampurkan arang kayu sengon dan perekat dengan
perbandingan 70% dan 30%. Campuran dimasukan pada cetakan dan dipadatkan menggunakan alat
pres hidrolik dengan tekanan 115 kg/cm2 ditahan selama 2 menit.Kemudian briket dikeluarkan dari
cetakan dan dikeringkan ditemperatur 1000C selama 60 menit, briket arang siap diuji.

Output :
1. Pengaruh perekat terhadap densitas briket limbah kayu sengon yaitu pada jenis perekat
tepung tapioka sebesar 0,53 g/𝑐𝑚3 , tepung sagu 0,53 g/𝑐𝑚3 , tepung maizena 0,49 g/𝑐𝑚3 ,
dan tepung singkong 0,56 g/𝑐𝑚3 .
2. Pengaruh perekat terhadap kadar air limbah kayu sengon yaitu pada jenis tepung tapioka
sebesar 8,74%, tepung sagu sebesar 10,78%, tepung maizena sebesar 6,52%, dan tepung
singkong sebesar 9,37%.
3. Pengaruh perekat terhadap nilai kalor yang dihasilkan dari setiap konsentrasi masing-masing
perekat yaitu pada jenis tepung tapioka sebesar 5,700 cal/gr, tepung sagu sebesar 5,779
cal/gr, tepung maizena sebesar 5,868 cal/gr dan tepung singkong sebesar 5,770.
File : ID+2910+Hidayat+dkk

Jurnal Rekayasa Bahan Alam dan Energi Berkelanjutan Vol.6, No.2, Tahun 2022, hal 14-19
Metode :
Pembuatan Briket
Serbuk kayu dan daun jati kering dijemur sampai terlihat cukup kering. serbuk kayu dan daun jati
kering dilakukan pengarangan dengan menggunakan alat pirolisis pada suhu 300⁰C dengan variasi
waktu 2 jam dan 3 jam. Arang serbuk kayu dan arang daun jati kering dihaluskan dengan grinder dan
diayak dengan ukuran partikel 60 mesh. Arang serbuk kayu dan arang daun jati kering di campurkan
dengan molase yang telah di timbang 25 gram. Arang yang telah terhomogen sempurna selanjutnya
masuk kedalam silinder pencetak untuk dilakukan pencetakan

Pengujian Kualitas Briket


Adapun data yang diujikan untuk mengetahui kualitas briket dari campuran serbuk kayu dan daun jati
kering dengan molase sebagai bahan perekat diantaranya adalah untuk mengetahui nilai kalor, kadar
abu, kadar air, nilai kerapatan sesuai SNI 01- 6235-2000 dan pengujian laju pembakaran serta lama
pembakaran sebagai uji fisik briket.

Output :
Komposisi yang paling sesuai dengan SNI 01-6235- 2000 didapatkan oleh sampel A3 dengan
komposisi arang serbuk kayu 100% moase 25 gram pada variasi waktu 3 jam yang menhasilkan nilai
kalor 6197 kal/g. Kemudian pengaruh waaktu pengarangan terhadap sifat briket pada waktu 2 jam
menghasilkan rata-rata nilai kalor yang lebih tinggi dibandingkan dengan waktu 3 jam.

Anda mungkin juga menyukai