42–47
ISSN 1410-9867 print / ISSN 2656-3290 online
ABSTRAK
Serat alam yang digunakan untuk pembuatan produk biokomposit dapat mendukung
kebutuhan industri akan material yang ringan tapi kuat. Serat tebu merupakan salah satu serat
alam yang tersedia banyak di Indonesia. Selain itu riset potensi serat tebu telah sebagai serat
penguat matriks polimer telah dilakukan dan penggabungannya pada material plastik dapat
meningkatkan sifat mekanisnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi
pembuatan komposit serat tebu dalam bentuk prototype package tray. Komposisi dan serat tebu
disiapkan mengikuti hasil penelitian sebelumnya di mana serat tebu diberi alkali treatment
dalam larutan NaOH 8% berat selama 1 jam dalam suhu ruang. Produk hotpress berupa prototype
package tray dievaluasi baik dari segi tampilan fisik maupun sifat mekanis dimulai dari tahap
pembentukan preform-nya. Sifat mekanis yang diuji adalah uji flexural, dimana nantinya hasil
uji akan dibandingkan dengan pengujian sama dari produk pabrik. Hasil uji flexural pada
prototype komposit package tray menunjukkan kekuatan flexural 7.4 MPa, di mana nilai
kekuatan ini masih dibawah kekuatan flexural produk woodboard dari industri (35.58 MPa).
Evaluasi menunjukkan clustering serat tebu, pencampuran PP dan serat tebu yang belum merata
pada prototype serta adhesivitas serat tebu dan PP yang rendah ditambah dengan terjebaknya
udara pada saat proses hotpress.
ABSTRACT
Natural fibers used in the fabrication of biocomposite product can support the need of the
industries for lightweight yet strong material. Sugarcane bagasse is one of the available natural
fibers in Indonesia. There have been some research done on these bagasse fibers as reinforcement
materials for plastics and their incorporation to the matrix has improved its strength. This research
aimed to evaluate the fabrication of a car package tray prototype. The composition and the bagasse
were prepared in accordance with the previous research in which the bagasse were alkali treated
using NaOH solution of 8 wt% for one hour at room temperature. The hotpressed prototype was
evaluated by its physical outlook and the mechanical property of its preform. The flexural test shows
a low flexural strength of the prototype (7.4 MPa) compared to the required strength of the current
material (woodboard) used by the industry (35.58 MPa). The evaluation shows the clustering of
bagasse fibers, uneven distribution of sugarcane/PP in the structure and low adhesion at the
interfacial region between bagasse fibers and PP.
42
Wijaya: Evaluasi Pembuatan Prototype Package Tray Biokomposit Serat Tebu
Telah dilakukan beberapa penelitian pen- pengujian kekuatan flexural dari sampel prototype.
dahuluan yang mempelajari tentang biokomposit Hasil evaluasi menjadi masukan untuk mendata
menggunakan serat tebu [4-6]. Pada penelitian ini kesulitan dan kendala proses fabrikasi melalui
untuk evaluasi prototype digunakan komposit PP hotpress untuk mendapatkan solusi perbaikan
dibuat dari serat alam yang berasal dari serat tebu. dimulai dari proses persiapan bahan baku, preform
Dipilihnya serat tebu dikarenakan potensi serat hingga proses hotpress pembentuk produk akhir.
tebu sebagai serat penguat komposit dapat mening-
katkan kekuatan plastik PP [6]. Ketersedian lahan METODE
pertanian tebu di Indonesia juga luas dengan
estimasi 458 ribuan hektar pada tahun 2020 dan Persiapan Material
hasil produksi tebu mencapai 2,4 juta ton [7]. Selain
potensinya, sama seperti kebanyakan serat alam Serat tebu yang digunakan pada penelitian ini
lainnya, serat tebu memiliki keterbatasan dalam didapatkan dari ampas tebu hasil gilingan Pabrik
hal sifat sensitifnya terhadap kelembaban, ke- Gula Candi Baru, Sidoarjo. Serat Tebu yang di-
kuatan transversal yang rendah, serta sifatnya dapatkan dinetralisasi dengan merendamnya
bervariasi. dalam larutan ethanol 70% selama 1 jam. Netrali-
Penelitian pendahuluan dalam bentuk sampel sasi ini dilakukan dengan maksud untuk memati-
untuk aplikasi package tray telah dilakukan oleh kan bakteri untuk mencegah pembusukan ampas.
Anggono et al. [5] dimana sampel dibuat dari serat Proses kemudian dilanjutkan pengeringan ampas
tebu/PP dengan kandungan 20-30 % berat serat tebu dengan dianginkan di udara terbuka. Proses
tebu. Pengujian sampel kemudian dibandingkan selanjutnya adalah proses alkali treatment dimana
dengan hasil pengujian sampel produk dari industri ampas tebu direndam pada larutan NaOH 8 %
yang sudah menggunakan komposit berbahan berat selama 1 jam. Serat tebu kemudian dicuci
serbuk kayu dengan campuran PP dan PE (wood- bersih menggunakan air beberapa kali hingga pH
board). Sampel yang dibuat dari 25 % berat serat air cucian menjadi pH 7. Proses pengeringan ampas
tebu setelah diberi perlakuan alkali selama 4 jam tebu kemudian dilakukan dalam oven Memmert
didapatkan kekuatan flexural sebesar 37.78 MPa pada suhu 80℃ selama 48 jam.
dengan gramasi 2566 g/m2. Hasil tersebut sangat Selain ampas tebu, disiapkan pula plastik PP
menggembirakan karena telah melampaui spesifi- sebagai bahan matriks yang diperoleh dari PT.
kasi material woodboard yang saat ini telah diguna- Classic Prima Carpet Industries dalam bentuk se-
kan oleh industri dengan kekuatan flexural 35.58 rat. Serat PP disiapkan dalam bentuk serat pendek
MPa dan gramasi 3600g/m2 [5]. Berdasarkan hasil dengan panjang kurang lebih 1 cm.
riset di atas maka penelitian ini menggunakan Serat tebu dan PP yang telah siap kemudian
komposisi yang sama untuk membuat prototype dicampur secara manual. Karena karakteristik
package tray yang akan dievaluasi. Ada modifikasi kedua bahan yang sulit bercampur karena serat
yang dilakukan pada pemberian perlakuan alkali tebu yang menggumpal dan serat PP yang ringan
pada serat tebu yang digunakan. Modifikasi yang maka proses pencampuran yang paling dimung-
dilakukan adalah pada konsentrasi larutan NaOH kinkan adalah dengan tangan untuk memastikan
serta lama perendaman. Rujukan atas perubahan kedua bahan telah tercampur secara homogen.
tersebut mengacu pada hasil studi sistematis yang Pencampuran serat tebu dan PP dimaksudkan
dilakukan oleh Bartos et al. (2020) dengan mem- untuk mendapatkan rasio % berat serat tebu
pelajari pengaruh berbagai konsentrasi larutan terhadap PP adalah 25/75. Untuk membuat satu
NaOH mulai 1-15% berat selama 1 jam pada suhu prototype dengan desain yang dimaksud dibutuh-
kamar terhadap kekuatan serat tebu yang dihasil- kan berat total bahan 200 g. Untuk memastikan
kan. Hasil studi menunjukkan kekuatan serat tebu keseragaman komposisi pada semua bagian proto-
maksimal dapat dicapai pada perendaman meng- type maka area prototype dibagi menjadi 5 bagian,
gunakan larutan NaOH 8 % berat selama 1 jam dimana masing-masing bagian tersebut menerima
pada suhu kamar [8]. berat campuran @ 40 g dengan berat serat tebu 10 g
Prototype package tray yang dievaluasi dalam dan PP 30 g.
penelitian ini adalah mengambil desain produk
sama dari salah satu mobil brand Jepang yang Hotpress Tahap I - Pembentukan Preform
diskala 50% nya. Tujuan evaluasi dalam penelitian
ini adalah untuk memberikan perhatian pada Preform yang dimaksud adalah berbentuk
fabricability prototype melalui proses hotpress lembaran panel datar berukuran 25 cm x 30 cm x 5
dengan mencermati sifat fisik maupun mekanik cm. Preform ini dibentuk dengan mesin hotpress
prototype yang dimaksud. Sifat fisik diperhatikan menjadi produk setengah jadi dengan tujuan untuk
dari tampilan visual, keseragaman tebal serta memudahkan handling (meliputi pemindahan,
gramasi; sedangkan sifat mekanis diperoleh dari peletakkan, dan membalik) bahan sebelum dipress
43
Jurnal Teknik Mesin, Vol. 17, No. 2, Oktober 2020, pp. 42-47
menjadi bentuk desain prototype. Pada tahap awal keseragaman permukaan (halus, tanpa kerutan).
campuran yang sudah dipersiapkan diletakkan Aspek fisik ini selain menentukan tampilan prototype
diantara dua lembar aluminium foil. Campuran juga mempengaruhi sifat mekanis prototype. Evaluasi
tersebut kemudian diletakkan di atas mould mesin pada preform juga diberikan dari catatan ketika
hotpress bawah, setelah itu dilakukan hotpress evaluasi diberikan pada prototype. Preform awal
dengan suhu 150℃ dan tekanan 104 kPa.Total dibuat dalam bentuk panel datar (Gambar 1a).
waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan mould Temuan yang didapatkan dari evaluasi adalah
atas untuk menekan mould bawah adalah 1 menit. hadirnya void, kerutan, dinding robek, dan dinding
tipis. Terjadinya kerutan karena saat dilakukan
Setelah itu tekanan dinaikkan perlahan-lahan
hotpress dikarenakan mould dilapisi dengan alumi-
dengan total waktu 1 menit. Kemudian tekanan
nium foil daripada aplikasi mould release coating
dan suhu ditahan selama 3 menit pada tekanan 104 yang dapat menggantikannya namun ada kendala
kPa. Setelah proses hotpress selesai, suhu preform untuk mendapatkan bahan coating dimaksud.
dibiarkan turun hingga 80℃ untuk menghindari Temuan terkait adanya void di permukaan
lembaran preform berubah bentuk. Setelah suhu diperkirakan berasal dari serat tebu yang belum
turun, preform dikeluarkan. sepenuhnya kering. Solusi untuk mengatasinya
adalah dengan penambahan waktu pengeringan
Hotpress Tahap II – Pembentukan Prototype dalam oven. Permasalahan terkait dengan dinding
robek dan dinding tipis, hal tersebut disebabkan oleh
Proses hotpress untuk pembentukan prototype pemberian tekanan hotpress yang dinaikkan terlalu
dilakukan dengan prosedur yang sama dengan cepat sehingga berakibat pada bahan preform ter-
pembuatan preform. Hal yang membedakan adalah tarik oleh mould. Dinding prototype robek disebabkan
pada parameter suhu proses dimana hotpress oleh kurang lamanya holding time pada pemberian
prototype parameter yang digunakan adalah suhu tekanan saat hotpress, dimana PP pada preform
190℃. belum seluruhnya mencair sehingga robek ketika
tekanan ditambah. Temuan masalah berupa dinding
Karakterisasi Sampel tipis disebabkan oleh hal yang sama untuk problem
dengan dinding robek. Solusi yang diberikan untuk
Sifat mekanis yang diujikan pada sampel permasalahan dengan dinding tipis adalah dengan
adalah uji flexural terkait dengan kebutuhan mengganti preform datar (Gambar 1a) menjadi pre-
aplikasi dan fungsinya sebagai package tray yang form dengan desain sama dengan prototype (Gambar
menanggung beban dan membutuhkan kelenturan. 1b).
Komparasi kekuatan flexural dibandingkan dengan
sifat sama yang diperoleh dari material woodboard
yang merupakan existing material dari industri
interior mobil. Pengujian flexural dilakukan dengan
metode three point bending test berdasarkan ASTM
D790-17. Pengujian dilakukan di Sentra Teknologi
Polimer di Tangerang menggunakan mesin Shi-
madzu AG-X plus dengan kapasitas 50kN dengan
kecepatan tekan 1.476 – 2.210 mm/menit.
(a) (b)
Sebelum sampel diuji flexural, dilakukan peng- Gambar 1. Preform berbentuk flat panel (a) preform
ukuran dimensi panjang, lebar, dan tebal. Pengukur- dengan desain seperti prototype (b)
an tebal dilakukan pada lima lokasi berbeda pada
sampel, masing-masing berjarak 20 mm dari titik Evaluasi Prototype
pengukuran berikutnya. Selain pengukuran dimensi
sampel, tiap sampel juga ditimbang untuk menghi- Setelah hasil evaluasi preform di atas ditindak-
tung gramasi (areal density). Mikrostruktur pada lanjuti, proses kemudian dilanjutkan ke pembuatan
permukaan patahan sampel uji flexural juga dieva- prototype. Pada evaluasi tahap ini terdapat dua
luasi menggunakan scanning electron microscop aspek utama yang diperhatikan, yaitu sifat fisik dan
(SEM) merk untuk mengevaluasi homogenitas cam- mekanik. Sifat fisik yang diperiksakan pada proto-
puran serat tebu dan PP, keberadaan voids/porosi- type dalam penelitian terdiri dari faktor visual,
ties yang terjadi selama proses hotpress. diskontinuitas, dan gramasitas. Sedangkan untuk
sifat mekanik, yang ditinjau adalah hasil uji
HASIL DAN PEMBAHASAN flexural.
Evaluasi prototype dimulai dari evaluasi preform Faktor visual prototype yang dimaksudkan disini
yang didasarkan pada aspek fisik dalam hal adalah tampilan fisik produk, meliputi warna, teks-
keutuhan preform (bebas void dan kerobekan) serta tur, kerataan atau kehalusan permukaan minimum
44
Wijaya: Evaluasi Pembuatan Prototype Package Tray Biokomposit Serat Tebu
sama dengan existing material yang digunakan Faktor diskontinuitas lainnya adalah problem
industri pada saat ini. Salah satu temuan faktor clustering (Gambar 4) artinya terdapat serat –serat
visual pada prototype tersebut adalah timbulnya yang berkumpul di lokasi-lokasi tertentu dalam
kerutan pada permukaan prototype (Gambar 2). struktur komposit. Hal ini menyebabkan struktur
Kerutan tersebut timbul dikarenakan lapisan prototype tidak homogen sehingga bisa memberikan
aluminium foil tertarik saat penekanan pada proses konsekuensi pada ketidakseragaman kekuatannya.
hotpress sehingga mengkerut dan diikuti oleh Clustering serat tebu terjadi karena serat tebu hasil
campuran serat tebu dan PP ketika mencair dan perlakuan dengan larutan NaOH berubah menjadi
lebih kaku dan serat yang mulanya lurus menjadi
membeku. Seperti disampaikan sebelumnya bahwa
keriting sehingga serat cenderung berkelompok.
penggunaan mould release coating akan sangat
Solusi untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan
membantu. ekstra tenaga dan waktu untuk memisahkan serat
tebu satu dengan lainnya.
clustering
45
Jurnal Teknik Mesin, Vol. 17, No. 2, Oktober 2020, pp. 42-47
daripada specimen B. Variasi tebal yang ditemui ini proses penemparan campuran serat tebu/PP
dimungkinkan terjadi karena penempatan jumlah tidak seragam di dalam cetakan. Kekosongan ini
campuran serat tebu/PP pada tiap lokasi pada menjadi titik lemah pada kekuatan bahan pada
cetakan masih dimungkinkan tidak seragam. saat diuji flexural.
c) Clustering serat tebu (tanda garis elips putus-
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tebal putus) menunjukkan penggumpalan serat tebu
Tebal (mm) setelah perlakuan alkali yang belum terpisah
Spesimen
1 2 3 4 5
rata- Standar dengan baik. Hal tersebut menimbulkan ketidak
rata deviasi seragaman struktur dan sifat komposit yang
A 7,65 7,80 7,65 7,10 7,35 7,51 0,28
B 7,20 7,35 7,35 7,35 7,35 7,32 0,06
dihasilkan.
46
Wijaya: Evaluasi Pembuatan Prototype Package Tray Biokomposit Serat Tebu
DAFTAR PUSTAKA
47