Anda di halaman 1dari 5

Agroindustri Kelapa Sawit.

Jawablah pertanyaan –pertanyaan berikut dengan tepat! 1. Pengantar Agroindustri (5) a.


Jelaskan pengertian dari agroindustri b. Sebutkan Sifat dan ciri dari kegiatan agroindustri
serta ciri dan karakteristik dalam pengolahan agroindustri. 2. Agroindustri Kelapa sawit
(Industri PKS) (25) a. Gambarkan dan deskripsikan secara rinci dan lengkap alur proses
pengolahan TBS menjadi minyak sawit kasar (CPO)! b. Jelaskan tujuan dari pelaksanaan
sortasi (grading) TBS pada stasiun penerimaan buah di PKS! c. Proses klarifikasi melibatkan
mekanisme secara fisik/mekanik dan kimia, Analisis faktor-faktor kritis apa saja yang dapat
mempengaruhi mutu proses dan mutu produk CPO dari proses klarifikasi. d. Sebutkan
parameter-parameter mutu produk CPO serta uraikan konsep metode pengukuran atau
analisisnya! 3. Pemurnian Minyak Sawit (Industri Refinery) (20) a. Jelaskan tujuan dari
proses pemurnian minyak sawit (CPO)! dan Produk turunan apa saja yang diperoleh dari
proses refining dan fraksinasi! b. Sebutkan secara rinci urutan proses yang dilakukan pada
tahap refining dan fraksinasi! Dan Uraikan secara komprehensif konsep dasar dan prinsip-
prinsip pada tiap tahap proses tersebut! c. Uraikan berbagai metode atau teknik untuk
netralisasi lemak/minyak, metode mana yang paling banyak digunakan dindustri, berikan
alasannya.
1. Pengantar Agroindustri

a. Agroindustri adalah kegiatan yang memadukan antara kegiatan pertanian dengan kegiatan
industri. Tujuannya adalah untuk menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai tambah
dan daya saing yang tinggi. b. Sifat dan ciri kegiatan agroindustri antara lain memerlukan
bahan baku dari sektor pertanian, memiliki proses produksi yang terintegrasi, menghasilkan
produk olahan dengan nilai tambah yang lebih tinggi, serta memerlukan teknologi dan
manajemen yang baik. Ciri dan karakteristik dalam pengolahan agroindustri antara lain bahan
baku harus diproses secepat mungkin setelah dipanen, proses produksi harus dilakukan secara
higienis, dan kualitas produk harus terjamin.

2. Agroindustri Kelapa Sawit (Industri PKS)

a. Alur proses pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) menjadi minyak sawit kasar (CPO) di
PKS meliputi:

1. Penerimaan TBS di stasiun penerimaan buah (SPB)


2. Sterilisasi TBS dengan menggunakan autoclave atau sterilizer
3. Pemisahan antara TBS dan cairan pemanas pada vibrating screen
4. Pemecahan TBS menjadi serpihan dengan menggunakan ripple mill
5. Pemisahan antara serpihan dan cangkang dengan menggunakan hydrocyclone
6. Pemisahan antara minyak dan air pada clarification tank
7. Pengambilan minyak kasar pada oil sludge tank

b. Tujuan dari pelaksanaan sortasi (grading) TBS pada stasiun penerimaan buah di PKS
adalah untuk memisahkan TBS yang berkualitas baik dengan yang buruk, sehingga dapat
memperoleh CPO dengan kualitas yang lebih baik.
c. Analisis faktor-faktor kritis yang dapat mempengaruhi mutu proses dan mutu produk CPO
dari proses klarifikasi antara lain suhu, waktu, pH, konsentrasi bahan kimia pengendap,
kecepatan pengadukan, dan kualitas bahan kimia pengendap. Parameter-parameter mutu
produk CPO antara lain kadar asam lemak bebas (ALB), kadar air, kadar kotoran, dan kadar
impuritas lainnya. Metode pengukuran atau analisis yang umum digunakan untuk
menentukan parameter mutu tersebut antara lain titrasi, spektrofotometri, dan gravimetri.

d. Konsep metode pengukuran atau analisis untuk parameter mutu produk CPO adalah
sebagai berikut:
 Kadar asam lemak bebas (ALB) dapat diukur dengan metode titrasi asam basa.
 Kadar air dapat diukur dengan metode oven drying atau metode karl fischer.
 Kadar kotoran dapat diukur dengan metode gravimetri atau metode pemisahan dengan
menggunakan petroleum ether atau heksana.
 Kadar impuritas lainnya dapat diukur dengan metode gravimetri atau metode
spektrofotometri.

3. Pemurnian Minyak Sawit (Industri Refinery)


a. Tujuan dari proses pemurnian minyak sawit (CPO) adalah untuk menghilangkan kotoran,
bau, rasa, dan warna yang tidak diinginkan dari minyak sawit mentah, sehingga dapat
dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi. Produk turunan yang diperoleh dari proses
refining dan fraksinasi adalah:

 Minyak Goreng yang Jernih (Refined Bleached Deodorized Palm Oil/RBDPO)


 Minyak Goreng Khusus (Specialty Fats)
 Bahan Bakar (Biofuel)
 Asam Lemak (Fatty Acid)
 Gliserin (Glycerine)

b. Berikut adalah urutan proses pada tahap refining dan fraksinasi:

1. Netralisasi: Proses ini bertujuan untuk menghilangkan asam lemak bebas dari minyak
sawit mentah dengan menggunakan bahan kimia seperti natrium hidroksida (NaOH)
atau natrium sulfat (Na2SO4). Proses ini juga membantu mengurangi kadar kotoran
dalam minyak sawit mentah.
2. Penghilangan Kotoran: Proses ini melibatkan pemanasan minyak sawit mentah pada
suhu tinggi dan filtrasi untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak diinginkan
seperti lemak dan protein.
3. Pemutihan (Bleaching): Proses ini melibatkan penggunaan bahan kimia seperti karbon
aktif untuk menghilangkan pigmen dan mengurangi warna minyak sawit mentah.
4. Deodorisasi: Proses ini melibatkan pemanasan minyak pada suhu tinggi dengan uap
air untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan.
5. Fraksinasi: Proses ini melibatkan pemisahan minyak sawit mentah menjadi fraksi-
fraksi berbeda berdasarkan suhu dan kepekatan.

Konsep dasar dan prinsip-prinsip yang terlibat dalam tiap tahap proses tersebut adalah:

 Netralisasi: Asam lemak bebas dalam minyak sawit mentah bereaksi dengan bahan
kimia yang digunakan, membentuk garam yang kemudian dapat dihilangkan dengan
mudah. Proses ini juga membantu mengurangi kandungan kotoran dalam minyak
sawit mentah.
 Penghilangan Kotoran: Pemanasan pada suhu tinggi membantu membuka partikel-
partikel yang tidak diinginkan dalam minyak sawit mentah sehingga dapat
dihilangkan dengan mudah melalui proses filtrasi.
 Pemutihan: Bahan kimia yang digunakan dalam proses pemutihan, seperti karbon
aktif, menyerap pigmen dan mengurangi warna minyak sawit mentah.
 Deodorisasi: Pemanasan pada suhu tinggi membantu menghilangkan bau yang tidak
diinginkan dari minyak sawit.
 Fraksinasi: Proses ini melibatkan pemisahan minyak sawit mentah menjadi fraksi-
fraksi berbeda berdasarkan suhu dan kepekatan. Fraksi-fraksi yang dihasilkan
memiliki karakteristik yang berbeda, seperti titik leleh yang berbeda.
c. Berbagai metode atau teknik untuk netralisasi lemak/minyak antara lain:
Berikut adalah beberapa metode atau teknik yang digunakan untuk netralisasi lemak/minyak:

1. Metode Alkali: Metode ini melibatkan penggunaan alkali, seperti natrium hidroksida
(NaOH) atau potasium hidroksida (KOH), untuk mengubah asam lemak bebas dalam
minyak menjadi garam yang kemudian dapat dihilangkan dengan mudah.
2. Metode Asam: Metode ini melibatkan penggunaan asam, seperti asam fosfat atau
asam sulfat, untuk menghilangkan asam lemak bebas dalam minyak. Proses ini dapat
menghasilkan produk yang lebih stabil dan berumur panjang.
3. Metode Enzimatis: Metode ini melibatkan penggunaan enzim, seperti lipase, untuk
mengubah asam lemak bebas dalam minyak menjadi ester yang kemudian dapat
dihilangkan dengan mudah. Proses ini lebih bersih dan lebih ramah lingkungan
dibandingkan dengan metode alkali atau asam.
4. Metode Adsorpsi: Metode ini melibatkan penggunaan adsorben, seperti tanah diatom
atau karbon aktif, untuk menyerap asam lemak bebas dalam minyak dan
menghilangkannya. Proses ini lebih aman dan lebih efektif dalam menghilangkan bau
dan warna yang tidak diinginkan dalam minyak.

Dalam industri pemurnian minyak sawit, metode alkali adalah metode yang paling banyak
digunakan karena prosesnya lebih cepat dan lebih murah dibandingkan dengan metode
lainnya. Namun, metode enzimatis dan metode adsorpsi semakin populer karena lebih bersih,
lebih ramah lingkungan, dan menghasilkan produk yang lebih berkualitas.

4. Oleokimia

a.

1. Pemecahan lemak (fat splitting): Pemecahan lemak terjadi melalui reaksi hidrolisis
yang menghasilkan asam lemak bebas (free fatty acid) dan gliserol. Reaksi ini dapat
dilakukan dengan bantuan asam atau enzim lipase. Contoh reaksi dengan bantuan
asam: Fat + H2O + H+ → FFA + H3O+ Contoh reaksi dengan bantuan enzim lipase:
Fat + H2O + lipase → FFA + glycerol
2. Hidrogenasi: Hidrogenasi dilakukan untuk mengubah asam lemak tidak jenuh
(unsaturated fatty acid) menjadi asam lemak jenuh (saturated fatty acid) atau untuk
mengurangi jumlah gugus rangkap dalam molekul asam lemak yang tidak jenuh.
Proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan katalis logam seperti nikel atau
paladium dalam suasana hidrogen (H2). Contoh reaksi: R-CH=CH-R + H2 → R-
CH2-CH2-R

b.

1. Reaksi saponifikasi: Reaksi saponifikasi adalah reaksi antara lemak atau minyak
dengan alkali seperti NaOH atau KOH, menghasilkan sabun dan gliserol. Proses ini
dapat dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap esterifikasi dan tahap saponifikasi.
Contoh reaksi: Fat + NaOH → Soap + glycerol
2. Proses produksi sabun: a) Cold process: Proses ini melibatkan pencampuran lemak
atau minyak dengan larutan alkali dingin dan diaduk hingga terbentuk sabun. Proses
ini membutuhkan waktu yang lebih lama karena tidak melibatkan pemanasan. b) Semi
boiled process: Proses ini melibatkan pemanasan campuran lemak atau minyak dan
alkali di dalam reaktor selama beberapa jam. Proses ini menghasilkan sabun yang
lebih cepat dibandingkan dengan cold process. c) Hot process: Proses ini melibatkan
pemanasan campuran lemak atau minyak dan alkali di dalam reaktor selama beberapa
jam dan kemudian dicampur dengan air panas. Proses ini menghasilkan sabun dalam
waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan cold dan semi boiled process.

Pendapat saya, hot process merupakan proses yang paling efisien karena dapat menghasilkan
sabun dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan cold dan semi boiled process.

c. Biodiesel, dapat diperoleh melalui reaksi 1) transesterifikasi dan 2) estrifikasi


minyak/lemak. 1. Jelaskan perbedaan reaksi 1) dan 2). (lengkapi dengan mekanisme reaksi)
2. Uraikan faktor apa saja yang mempegaruhi laju reaksi dalam produksi biodiesel! 3. Apa
yang kamu ketahui tentang program B20 di Indonesia. Bagaimana tanggapan anda jika
pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan B100?
1. Perbedaan antara reaksi transesterifikasi dan esterifikasi adalah pada jenis reaktan dan
kondisi reaksi yang digunakan. Pada transesterifikasi, minyak/lemak direaksikan
dengan alkohol untuk menghasilkan ester biodiesel dan gliserol, sedangkan pada
esterifikasi, minyak/lemak direaksikan langsung dengan asam untuk menghasilkan
ester biodiesel dan air. Mekanisme reaksi transesterifikasi melibatkan langkah-
langkah berikut:
 Tahap 1: Deprotonasi alkohol oleh katalis basa (misalnya NaOH atau KOH)
membentuk alkoksida.
 Tahap 2: Nukleofiliknya alkoksida menyerang karbon pusat pada molekul
triasilgliserol pada minyak/lemak.
 Tahap 3: Hasilnya adalah ester biodiesel dan gliserol.

Sementara itu, mekanisme reaksi esterifikasi melibatkan langkah-langkah berikut:


 Tahap 1: Asam memprotonasi oksigen pada gugus hidroksil (OH) pada molekul
minyak/lemak.
 Tahap 2: Karbon pada gugus hidroksil terprotonasi, sehingga terbentuk ion
karboksilat.
 Tahap 3: Asam karboksilat dan ion alkoksida bereaksi membentuk ester biodiesel dan
air.

2. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju reaksi dalam produksi biodiesel meliputi:
 Katalis yang digunakan: jenis katalis, konsentrasi, dan kondisi reaksi (suhu dan
tekanan).
 Jumlah dan jenis alkohol: reaksi transesterifikasi memerlukan alkohol sebagai
reaktan, sehingga konsentrasi dan jenis alkohol yang digunakan mempengaruhi laju
reaksi.
 Suhu dan waktu reaksi: suhu dan waktu reaksi juga mempengaruhi laju reaksi, namun
harus diperhatikan agar tidak menyebabkan kerusakan pada produk atau bahan baku.

3. B20 adalah program penggunaan bahan bakar diesel yang dicampur dengan biodiesel
20% dan diesel 80%. Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan
Indonesia terhadap impor bahan bakar diesel dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
Jika pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan B100, yaitu penggunaan bahan
bakar diesel yang 100% terbuat dari biodiesel, maka ini bisa menjadi langkah yang
positif untuk mencapai tujuan pengurangan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan
kemandirian energi nasional. Namun, perlu diingat bahwa implementasi kebijakan ini
harus dilihat dari sisi keberlanjutan dan ekonomi, seperti ketersediaan bahan baku
yang memadai, teknologi produksi biodiesel yang efisien, dan harga jual yang
kompetitif dengan bahan bakar diesel konvensional.

Anda mungkin juga menyukai