Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Vulkanisasi Karet

Istilah vulkanisasi ialah proses pemanasan karet ban setelah dicampur dengan
belerang. Dalam ilmu material, Vulkanisasi adalah proses perbaikan sifat karet, terutama
kekuatan dan keelastisitasannya. Sifat karet yang lebih baik setelah vulkanisasi terjadi karena
adanya perubahan pada struktur molekul polimer karet yaitu terbentuknya ikatan silang antar
rantai polimer karet oleh atom-atom belerang. Eurich (1978) mengatakan bahwa proses
vulkanisasi adalah membuat bahan (karet mentah) menjadi elastis.
Namun secara kimiawi, vulkanisasi adalah proses pembentukan polymer karet
untuk saling bertautan satu sama lain (cross-linking). Sejak ditemukan oleh Charles
Goodyear tahun 1839, untuk proses vulkanisasi ini sering dipakai senyawa belerang
(sulfur) sebagai pengikat polimer karet tersebut. Gambar di bawah menunjukkan
ilustrasi molekul karet yang divulkanisasi dengan unsur belerang.

Natural rubber, poly-cis-1,4-isoprene

Crosslinking with sulfur


Polimer karet dengan proses vulkanisasi menggunakan unsur belerang.

Tanpa proses vulkanisasi/cross-linking, karet alam tidak akan memberikan sifat


elastis dan tidak stabil terhadap suhu. Karet tersebut lebih lengket, lembek jika suhu
panas dan bersifat getas jika suhu dingin. Hal ini dikarenakan unsur karet yang
terdiri dari polimer isoprene yang panjang. Rantai polimer yang belum divulkanisasi
akan lebih mudah bergeser saat terjadi perubahan bentuk. Jika dilakukan proses
vulkanisasi, crosslinking yang terjadi antar rantai polimer itu akan membuat polimer
panjang ini saling terkait sehingga tidak mudah bergeser dari tempatnya. Itulah
sebabnya ketika dikenakan tekanan/stress, karet yang sudah dilakukan
vulkanisasi akan mudah berubah bentuk, tapi ketika stress dilepas, kembali ke
bentuk semula (bersifat lentur). Karena sifat karet alam yang unik inilah, sampai
sekarang sulit mencari pengganti karet alam yang digunakan untuk ban pesawat
misalnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Vulkanisasi adalah suatu
proses kimia yang bersifat irreversibel dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi melalui
pembentukan ikatan silang oleh bahan pemvulkanisasi pada rantai molekul karet seperti
sulfur, bahan yang mengandung sulfur dan peroksida organik. Proses vulkanisasi karet
biasanya melibatkan pemanasan karet pada suhu 100 ̊ C – 180 ̊ C dengan bahan
pemvulkanisasi sehingga membentuk produk yang disebut vulkanisat. Melalui vulkanisasi
komponen karet, molekul karet yang semula lurus atau berupa struktur dua dimensi,
berubah menjadi struktur tiga dimensi karena terbentuk ikatan silang oleh bahan
pemvulkanisasi.
Vulkanisasi belerang merupakan bahan vulkanisasi yang umum dan banyak
digunakan. Menurut Long (1985), laju vulkanisasi dapat ditingkatkan melalui penambahan
bahan pemercepat dan penggiat. Kombinasi antara bahan pemvulkanisasi bahan
pemercepat, dan bahan penggiat disebut sistem vulkanisasi. Sistem vulkanisasi dapat
didefinisikan sebagai jumlah aditif yang diperlukan untuk memvulkanisasi elastomer atau
karet yang semula bersifat plastis, liat, dan tidak mantap terhadap suhu (thermoplastic)
berubah menjadi elastis, kuat, dan mantap bentuknya terhadap perubahan suhu (thermoset).
Menurut Lee dan Whelan (1997), sistem vulkanisasi yang digunakan akan menentukan jenis
ikatan silang yang terbentuk.

Proses Vulkanisasi Karet

Vulkanisasi adalah pengolahan tahap terakhir pada pembuatan barang jadi karet.
Selama proses vulkanisasi terjadi perubahan sifat komponen karet yang elastis dengan cara
pembentukan silang di dalam struktur molekulnya.Karet yang berasal dari getah pohon karet
merupakan polimer alami yang memiliki struktur molekul melingkar. Struktur tersebut
memungkinkan karet yang sudah berbentuk padat memiliki elastisitas untuk kembali ke
bentuk semula setelah direnggangkan. Sifat elastis tersebut, diakibatkan dari kemampuan
karet untuk meregangkan rantai terpisah dan setelah dilepaskan ikatan rantai akan kembali ke
bentuk semula. Karet yang ditemui di alam lalu kemudian diolah, biasanya memiliki sifat-
sifat bahan yang kurang cocok digunakan untuk bahan-bahan tertentu. Hal tersebut seperti
mudah meleleh ketika terkena panas ataupun mudah mengeras ketika terkena dingin dan
tidak tahan minyak. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu proses vulkanisasi agar sifat-sifat karet
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Untuk memperbaiki sifat-sifat karet agar bisa digunakan untuk jangka panjang, maka
diperlukan suatu proses untuk memodifikasi. Proses terebut dinamakan vulkanisasi. Charles
Goodyear adalah orang yang pertama kali menginisiasi untuk mencampur bahan karet dengan
sulfur. Pencampuran tersebut menghasilkan sifat karet menjadi lebih keras, tahan terhadap
suhu panas atau dingin dan elastisitasnya meningkat. Penambahan sulfur mengubah rantai
karet yang asalnya pendek menjadi panjang. Bahan baku karet yang telah dicampur sulfur
inilah yang umumnya digunakan untuk menghasilkan barang-barang jadi lainnya.
Selain membutuhkan sulfur, proses vulkanisasi juga membutuhkan energi panas dari
luar. Energi panas tersebut biasanya dihasilkan oleh mesin giling. Semakin besar jumalh
panas yang diberikan ke dalam material karet, maka semakin cepat pula proses vulkanisasi.
Dalam pembuatan suatu barang melalui proses vulkanisasi , biasanya karet dicampur
dengan belerang. Adapun tujuan vulkanisasi karet dalam mencampur dengan belerang dan
bahan-bahan lain adalah :
1. Menaikkan mutu karet
2. Agar memberikan sifat keras pada karet
3. Agar tahan terhadap suhu panas atau dingin
4. Agar tahan geseran
5. Agar tahan disimpan lama
6. Untuk menghemat karet
Adapun cara memvulkanisasi karet yaitu :
1. Proses Panas
Karet dibuat lembek terlebih dahulu seperti dempul (tentu sesudah dengan bahan-
bahan pencampur seperti belerang dan lain-lain), kemudia dimasukkan ke dalam
tungku dengan suhu 110 – 130 derajat celcius. Kemudian dibentuk jadi barang-barang
yang diinginkan
2. Proses Dingin
Proses ini merupakan proses yang dipakai dalam pembuatan barang-barang dari karet
yang tipis seperti balon, sarung tangan dokter, mainan kanak-kanak dan sebagainya.
Dalam proses dingin ini, belerang dimasukkan ke dalam latex terlebih dahulu,
kemudian tuangan (cetakan) dari barang-barang yang hendak dibuat (biasanya dari
gips) dicelupkan kedalam latex yang telah dicampur belerang tadi, kemudian
dikeringkan begitu saja.

 Mengukur Vulkanisasi
Rheometer merupakan salah satu jenis dari rubber testing equipment yaitu
berfungsi untuk menguji sifat polimer pada saat karet tersebut dipakai. Selain itu juga
pengembangan dari viscometer yang menguji sifat polimer karet saat sebelum dipakai.
Pada proses selanjutnya sebelum melakukan tahap press moulding (pencetakan produk)
dengan menggunakan alat press moulding perlu melakukan pengujian terhadap kompon.
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kematangan kompon (suhu, waktu, dan
tekanan) dengan alat yang bernama Rheometer.
Rheometer

Bahan dalam Vulkanisasi Karet

Dalam pembuatan barang jadi karet alam terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi sifat fisiknya, diantaranya viskositas karet alam, sistem vulkanisasi, dan
bahan kimia kompon. Bahan kimia tersebut mempunyai fungsi spesifik dan berpengaruh pada
sifat, karakteristik pengolahan serta harga dari kompon karetnya. Kompon karet setelah
mengalami vulkanisasi meng gunakan bahan pemvulkanisasi akan membentuk jaringan tiga
dimensi pada struktur molekul karet sehingga karet berubah sifat dari termoplastik menjadi
stabil terhadap panas dengan perbaikan sifat elastisnya (Mark et al., 2005).

Pada saat vulkanisasi, rantai molekul karet dihubungkan oleh belerang sehingga
membentuk ikatan silang antar rantai molekul karet. Beberapa ikatan silang yang dihasilkan
tergantung pada kondisi pematangan (curing condition), waktu, temperatur, jumlah bahan
kimia dalam kompon serta tipe vulkanisasi. Penggunaan jumlah belerang dan bahan pencepat
memungkinkan pengaturan jenis dan jumlah ikatan silang, sehingga akan mempengaruhi sifat
barang jadi karet yang dihasilkan.

Bahan kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan kompon karet yaitu karet SIR
20, ZnO (zinc oxide) , asam stearat, TBBS sebagai bahan pencepat karena merupakan jenis
pencepat primer yang memberikan waktu pravulkanisasi yang lambat dengan respon cepat -
ditunda, dan belerang (sulfur) sebagai bahan pemvulkanisasi.

Pada reaksi vulkanisasi bahan pencepat dapat dikatakan sebagai katalis karena dapat
meningkatkan laju vulkanisasi. Bahan pencepat dapat memperpendek waktu vulkanisasi dari
beberapa jam menjadi beberapa menit atau detik pada suhu vulkanisasi tinggi (Gupta, 1978).
Suatu reaksi kimia dapat berlangsung endoterm maupun eksoterm. Reaksi endoterm spontan
terjadi apabila energi yang diperlukan cukup diambil dari lingkungan saja.

Namun banyak reaksi yang memerlukan perlakuan panas untuk dapat bereaksi, salah
satunya adalah reaksi vulkanisasi yang membentuk ikatan silang antar karet dan belerang.
Oleh karena itu untuk memulai reaksi vulkanisasi perlu penambahan energi berupa panas,
karena tak cukup hanya dengan mengambil energi dari lingkungan saja. Keseluruhan energi
untuk bereaksi itulah yang dinamakan energi aktivasi. Jumlah belerang yang banyak
menyebabkan jumlah ikatan silang yang terbentuk cukup banyak dan derajat vulkanisasi
meningkat, sehingga energi aktivasi menjadi lebih besar.

Penggunaan jumlah bahan pencepat yang bervariasi pada kompon percobaan telah
menghasilkan energi aktivasi yang berbeda. Salah satu jenis bahan pencepat yaitu TBBS
sehingga untuk bahan pencepat jenis lain energi aktivasi yang dihasilkan akan berbeda karena
setiap bahan pencepat mempunyai kelebihan masing-masing, namun mempunyai fungsi yang
sama untuk mempercepat reaksi vulkanisasi. Oleh karena itu dalam memilih bahan pencepat
yang digunakan harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti umur bahan pada saat
disimpan, sensitivitas bahan terhadap kelembaban udara, kecepatan dalam proses vulkanisasi
dan pengaruh terhadap sifat akhir produk (Ciesielski, 1999).

Untuk mengubah sifat fisis dari karet dilakukan proses vulkanisasi. Vulkanisasi
adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, yang
dapat meningkatkan elastisitas dan menurunkan plastisitas. Proses vulkanisasi secara
konvensional menggunakan belerang pertama kali ditemukan oleh Charles Goodyear tahun
1839, untuk proses vulkanisasi ini sering dipakai senyawa belerang (sulfur) sebagai pengikat
polimer karet tersebut. Pada proses vulkanisasi konvensional yang menggunakan belerang
ini, dibutuhkan 3 sampai 4 macam bahan kimia yaitu bahan pemvulkanisasi yaitu belerang,
bahan pemercepat berupa senyawa karbamat, bahan penggiat, dan bahan pemantap yaitu
KOH lalu dipanaskan pada suhu 40 – 50 C selama 2 – 3 hari, pemanasan kedua 70 C selama
0 0

2 jam, dan pemanasan akhir 100 C selama 1 jam. Pemanasan awal dan kedua bertujuan
0

membuat kompon pravulkanisasi sedangkan pemanasan akhir merupakan tahap


penyempurnaan. Senyawa karbamat harus ditambahkan pada lateks karet alam untuk
mempercepat proses vulkanisasi.

Beberapa senyawa kimia yang biasa digunakan sebagai bahan pemercepat diantaranya
ialah morpholino(di)thiobenzothiazole, dithiomorpholine, tetramethylthiuram disulfide
(TMTD), zinc dimethldithiocarbamate (ZDEC) dan sebagainya. Bahan–bahan tersebut dapat
membentuk 4-nitrosomorphine dan dimethylnitrosamine. Kedua kandungan nitrosamin inilah
yang merupakan unsur karsinogen yang berbahaya bagi kesehatan. Proses vulkanisasi secara
konvensional menggunakan belerang seperti terlihat pada reaksi.

Untuk mengatasi agar barang jadi karet dari lateks bebas nitrosamin dapat dilakukan
dengan cara vulkanisasi belerang tanpa menggunakan senyawa karbamat sebagai bahan
pemercepat, vulkanisasi peroksida, dan vulkanisasi radiasi. Proses vulkanisasi peroksida
hampir sama dengan proses vulkanisasi belerang, hanya saja bahan pemvulkanisasinya
menggunakan tributil peroksid tanpa menggunakan bahan pemercepat. Sementara itu, proses
vulkanisasi radiasi hanya membutuhkan satu macam bahan kimia yaitu bahan pemeka berupa
normal butyl akrilat (nBA) dan dapat diiradiasi pada suhu kamar. Dari uraian tersebut
menunjukkan bahwa proses vulkanisasi radiasi lebih menguntungkan karena lebih hemat
bahan kimia dan energi panas daripada kedua proses lainnya.

Cara mengurangi agar kandungan nitrosamin dalam karet sedikit mungkin atau
bahkan bebas dari nitrosamin harus dilakukan mulai dari awal pengolahan dan pemakaian
bahan–bahan kimia yang ditambahkan dalam proses vulkanisasi, antara lain :

1. Menghindarkan pemakaian bahan peptisida atau fungisida yang mengandung sekunder


amine atau tertier amine pada waktu aplikasi langsung ke kebun.

2. Mengganti TMTD (tetra metil thiouram disulfat) dengan bahan pengawet lainnya,
misalnya : Dowicil, PRBL, ZBEP/ZnO.

3. Membubuhkan penangkal nitrosamin pada lateks alam misalnya tokoferol, tokotrienol.


4. Menghindarkan bahan pemercepat vulkanisasi yang mengandung senyawa karbamat, yaitu
dengan menggunakan teknik vulkanisasi iradiasi atau vulkanisasi peroksida.

Dapus :

Andriyanti, W., Darsono, D., & Faisal, W. (2010). Kajian metode vulkanisasi lateks karet
alam bebas nitrosamin dan protein alergen.

Cifriadi, A., & Falaah, A. F. (2013). Studi kinetika vulkanisasi belerang pada kompon karet
alam tanpa bahan pengisi. Jurnal Penelitian Karet, 159-167.

http://ships-chartering.blogspot.com/2016/02/vulkanisasi-karet.html
https://www.kobeglobal.com/proses-vulkanisasi-karet-alam-agar-siap-digunakan/

Anda mungkin juga menyukai