PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman kebutuhan manusia secara terus menerus akan
1.2
1.
2.
1.3
1.
2.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi Vulkanisasi
Vulkanisasi adalah pengolahan tahap terakhir pada pembuatan barang jadi karet.
Selain itu vulkanisasi karet merupakan proses perbaikan sifat karet, terutama kekuatan dan
keelastisitasnya sifat karet akan lebih baik setelah vulkanisasi terjadi karena adanya
perubahan pada struktur molekul polimer karet yaitu terbentuknya ikatan silang antar rantai
polimer karet di dalam struktur molekulnya. Adanya ikatan ini membuat molekul polimer
menjadi tidak bergerak bebas lagi. Ini artinya karet berubah menjadi lebih kaku atau
kekuatan dan keelastisitasannya bertambah. Selama proses vulkanisasi terjadi perubahan
sifat kompon karet yang plastis menjadi elastis dengan cara pembentukan ikatan silang di
dalam struktur molekulnya.
tekanan dan panas terhadap campuran elastomer pada bahan kimia untuk menurunkan
plastisitas dan meningkatkan elastisitas, kekuatan, dan kemantapan. Curing menyebabkan
molekul karet yang panjang dan saling terkait diubah menjadi struktur 3 dimensi melalui
pembentukan crosslinking secara kimia. Dalam proses vulkanisasi dipakai bahan imia yang
dapat bereaksi dengan gugus aktif pada molekul karet untuk membentuk crosslinking antar
molekul. Bahan kimia ini dikenal dengan istilah curing agent. Vulkanisasi dapat dibagi
menjadi dua kategori, vulkanisasi nonsulfur dengan peroksida, senyawa nitro, kuinon atau
senyawa azo sebagai curing agent dan vulkanisasi dengan sulfur, selenium atau telurium
sebagai curing agent.
2.2
Metode Vulkanisasi
Campuran karet mentah dengan bahan kimia karet disebut kompon karet. Bahan kimia
karet terdiri atas bahan kimia pokok dan bahan kimia tambahan. Bahan kimia pokok yaitu
bahan vulkanisasi, pencepat reaksi, antioksidan, anti ozon, bahan pengisi dan pelunak
sedangkan bahan kimia tambahan yaitu bahan pewangi dan bahan pewarna.
Vulkanisasi adalah suatu proses dimana molekul karet yang linier mengalami reaksi
ikatan silang (crosslinking) sehingga menjadi molekul polimer yang membentuk rangkaian
tiga dimensi. Reaksi ini merubah karet yang bersifat plastis (lembut) dan menjadi karet yang
elastis, keras dan kuat. Vulkanisasi yang dikenal dengan proses pematangan (curing) dan
molekul karet yang sudah tersambung silang (crosslinked rubber) di rujuk sebagai vulkanisat
karet.
Gambar 2.4 Struktur silang dan ikatan intermolekuler pada vulkanisasi karet
Keterangan :
S1
: monosulfida
S2
: disulfida
Sx
: polisulfida
: gugus pencepat
1.
sulfurating, sebagai syarat untuk dapat terbentuknya crosslink precursor. Spesi tersebut
merupakan suatu molekul yang mampu memasukkan sulfur dalam elastomer sehingga
terbentuknya ikatan silang antar elastomer, dimana sudah dipahami bahwa kompleks
akselerator polisulfida merupakan spesi sulfurating yang lebih baik dibandingkan dengan
sulfur molecular. Akselerator sulfide dibentuk oleh interaksi molekul akselerator dengan
molekul sulfur.
Pemanasan MBS (akselerator) pada temperature vulkanisasi berkisar antara 140C180C, menyebabkan ikatan S-N dalam akselerator terdisosiasi, membebaskan amina bebas
dan 2-Mercaptobenzothiazole (MBT). MBT bereaksi dengan MBS akan menghasilkan
MBTS. Ketiga senyawa tersebut merupakan beberapa contoh akselerator yang biasa
digunakan dalam vulkanisasi belerang. Adapun reaksi pembentukan MBTS adalah sebagai
berikut.
Gambar 2.13 Reaksi pembentukan crosslink dengan molekul precursor dan molekul
karet
3.
Tahap Ketiga
Crosslink yang terbentuk diawal biasanya pilisulfida dengan kadar sulfur tinggi, yang
a.
Crosslink Desulfuration
Crosslink Desulfuration yaitu reaksi yang melibatkan penataan ulang crosslink
Dekomposisi Crosslink
Dekomposisi atau degradasi crosslink
menjadi sulfide siklik yang tidak elastis, modifikasi rantai utama atau inactive pendant
groups. Dekomposisi crosslink diinduksi secara termal, biasanya pada kenaikan temperatur,
dan mekanisme dekomposisi mungkin radikal, polar, atau komposisi keduanya. Dekomposisi
crosslink polisulfida bergantung pada energy pemutusan ikatan dan laju reaksi. Polisulfida
dengan panjang rantai S lebih dari 4 paling mudah dirusak karena ennergi disosiasi ikatannya
yang rendah sekitar 150 kJ/mol. Pembentukan radikal disulfida dan trisulfida lebih sulit
karena melibatkan energy disosiasi ikatan yang lebih tinggi, masing-masing 189 kJ/mold an
193 kJ/mol.
Rubber). Pada saat ini metode vulkanisasi peroksida digunakan sebagai vulcanization
agents pada unsaturated rubber yang umum diperlukan untuk memproduksi gum
yang tahan pada temperatur atau pada vulkanisasi campuran yang terdiri dari
saturated dan unsaturated rubber.
Peroksida organik berguna pada sebagai agen vulkanisasi berdasarkan komposisi
kimianya alifatik, aromatik, juga campuran beberapa peroksida (memiliki lebih dari satu
gugus peroksida). Umumnya agen peroksida bergenerasi pada dekomposisi termal dan
diikuti dengan fragmentasi dari peroksida primer seperti :
10
Gambar 2.19 Macam-macam rantai peroksida yang belum terpisah menjadi radikal
Pada umumnya vulkanisasi peroksida memerlukan tiga tahap yaitu :
1.
2.
Satu radikal alkoksi mengambil satu atom Hidrogen dari polimer, terbentuk radikal
rantau polimer
3.
Dikumil
peroksida merupakan agen vulkanisasi yang tepat pada suhu sekitar 120-170 C. Pada
reaksinya, peroksida akan terurai karena pemanasan hingga terbentuk radikal bebas PO.
Radikal bebas itu menarik atom hidrogen pada molekul karet, sehingga diperoleh molekul
11
karet yang radikal (R ). Radikal-radikal molekul karet yang saling berdekatan akan
bergabung hingga terbentuk ikatan silang, antara atom C dari kedua rantai molekul kuat
tersebut. Mekanisme terjadinya ikatan silang (antar atom karbon) adalah sebagai berikut :
12
Dikumil peroksida merupakan jenis inisiator yang paling banyak digunakan. Dikumil
0
peroksida ini dapat bereaksi pada suhu tinggi 160 C dan memiliki sensitifitas oksigen yang
rendah bila dibandingkan dengan peroksida yang lain serta sensitif terhadap asam.
Karakteristik dikumil peroksida sebagai berikut.
produk kualitas tinggi dari RVNRL. Persyaratan utama dari lateks karet alam adalah tidak
menyebabkan bahaya pada kesehatan.
13
2.
Perlakuan awal
Lateks kebun cenderung cepat menggumpal dan bereaksi dengan bakteri sehingga
menimbulkan bau. Untuk itu, perlakuan awal terhadap lateks karet alam hasil penyadapan
dari pohon karet (Havea Brasiliensis) sebelum dilakukan iradiasi adalah dengan penambahan
bahan anti koagulan amonia sebanyak 15 % sehingga tidak terjadi penggumpalan awal.
3.
penggumpalan awal (prakoagulasi) pada lateks kebun pada saat ditambah emulsi normal
Butyl Akrilat (nBA). KOH diasumsikan memodifikasi permukaan dari partikel karet alam
dengan cara reaksi antara KOH dengan absorben bukan karet. Kandungan KOH yang wajib
ditambahkan untuk menstabilkan lateks tergantung pada jenis lateks. Dalam praktek, KOH
sebanyak 0,2 psk dirasa cukup untuk penambahan 5 psk nBA.
4.
merupakan bahan pemeka pada proses vulkanisasi lateks karet alam iradiasi yaitu bahan
yang dapat menurunkan dosis radiasi vulkanisasi karena memiliki radikal bebas lebih banyak
daripada karet alam.
5.
Iradiasi
Iradiasi bahan dilakukan menggunakan berkas elektron. Teknik radiasinya dapat
dilakukan dengan sistem batch atau kontinyu. Pada sistem batch, bahan yang diiradiasi
dalam kondisi diam atau dalam suatu wadah yang diam. Dosis serap yang diterima bahan
bisa diatur dengan mengatur lamanya iradiasi. Sedangkan pada sistem kontinyu/sinambung,
bahan dibawa menggunakan konveyor atau bahan langsung bergerak atau dialirkan ke
bagian iradiasi.
6.
Perlakuan akhir
Perlakuan akhir meliputi evaluasi sifat lateks dan film karet sehingga diketahui
kualitas lateks iradiasi. Uji kualitas yang dilakukan antara lain : kadar jumlah padatan, kadar
karet
kering, kadar KOH, kekentalan, kestabilan mekanik, pH serta sifat film karet
14
dapat dipergunakan untuk perekat pada pembuatan panel kayu (misal kayu lapis, kayu
sambung dan papan partikel dari serbuk gergaji atau tongkol jagung). Disamping itu juga
bisa dipergunakan untuk pembuatan berbagai macam papan serat (seperti papan sabut
kelapa) serta bisa digunakan sebagai perekat sepatu, tas kain, kulit dan sebagainya.
Keunggulan dari perekat ini adalah tidak beracun, tidak mengandung bahan penyebab
kanker, tidak mencemari lingkungan, dan dapat disimpam dalam jangka waktu yang lama.
Oleh karena itu jenis perekat ini dapat diaplikasikan baik untuk industri besar maupun
industri rumah tangga.
2.3
baik lateks maupun crumb rubber harus diproses dulu melalui pra-vulkanisasi. Proses pravulkanisasi memerlukan pemanasan pertama pada suhu 40 50C selama 2 3 hari,
pemanasan kedua 70C selama 2 jam, dan pemanasan akhir 100C selama 1 Jam.
2.4
Vulkanisasi merupakan proses irreversible (tidak dapat balik) yang menggabungkan rantairantai molekul karet secara kimiawi dengan molekul belerang membentuk ikatan tiga
dimensi. Vulkanisasi karet alam biasanya dilakukan pada suhu sekitar 150C dan suhu lebih
tinggi (155C-160C) untuk karet sintetis (SBR dan IIR).
15
BAB III
PENUTUP
3.1
1.
Kesimpulan
Vulkanisasi adalah proses kimia untuk mengubah karet atau polimer terkait menjadi
bahan yang tahan lama lebih melalui penambahan belerang atau lain setara
"curatives".
2.
Lateks merupakan suatu sistem koloid dimana terdapat partikel karet yang dilapisi
oleh protein dan fosfolipid yang terdispersi di dalam serum.
3.
Vulkanisasi belerang
b.
Vulkanisasi peroksida
c.
16
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Yuli. 2016. Makalah Teknologi Karet. Jakarta : Scribd
Muis, Yugia. 2004. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Tahu sebagai Penggumpalan Lateks.
Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas
Sumatera Utara
Surya, Indra. 2006. Buku Ajar Teknologi Karet. Medan: Departemen Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara.
Tim Penulis PS. 1999. Karet Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan Pegolahan.
Bogor: Penebar Swadaya
Vert. 2007. Rubbers Chemistry. Matador Rubbers
Zuhra, Cut Fatimah. 2006. Karet. Medan: Universitas Sumatera Utara.
17