Anda di halaman 1dari 25

PEMBUATAN RESIN UREA FORMALDEHID

A. TUJUAN
 Tujuan Intruksional Umum:
 Hasil reaksi dan kecepatannya dipengaruhi oleh kondisi reaksi
 Pembuatan resin juga dipengaruhi oleh kondisi reaksi
 Polimerisasi terdiri dari tahap intermediate, tahap persiapan dan tahap
curing
 Tujuan Instruksional Khusus:
 Membuat polimer urea formaldehid
 Mempelajari pengaruh kondisi reaksi (perbandingan mol pereaksi,
katalis, pH, temperatur dan waktu) pada hasil reaksi dan kecepatan
reaksi pada tahap intermediate
 Melakukan analisa terhadap produk
 Mengisi format-format laboratorium

B. PERINCIAN KERJA
 Melakukan pemanasan pada kondisi refluks
 Mengambil sampel pada waktu tertentu
 Melakukan analisa terhadap sampel

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat yang digunakan, ialah:
- Labu alas bulat leher tiga 750 ml
- Pipet volume 10 ml dan 25 ml
- Pipet ukur 10 ml
- Bola isap
- Corong kaca
- Gelas kimia 250 ml
- Pinggan porselin
- Motor pengaduk
- Pengaduk kaca
- Termometer setting
- Regulator
- Jaket pemanas
- Erlenmeyer 250 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Buret 50 ml
- Kertas pH
- Stopwatch
- Reaktor
- Regulator
- Piknometer
 Bahan yang digunakan, ialah:
- Formaldehide
- Amoniak pekat 5%
- Hidroksilamin hidroklorida 10%
- Indikator bromphenol blue 1%
- Urea
- Na2CO3 10%
- NaOH 0,1 N
- Aquadest
D. DASAR TEORI
Makromolekul (polimer) adalah molekul raksasa dengan rantai sangat
panjang yang terbentuk dari molekul-molekul sederhana (monomer-
manomer). Reaksi pembentukan polimer ini dikenal dengan istilah
polimerisasi.
Ditinjau dari jenis manomernya, senyawa polimer dapat dikelompokkan
menjadi dua, sebagai berikut :
a. Homopolimer, yaitu polimer hasil reaksi monomer-manomer yang
sejenis. Struktur homopolimer adalah :

b. Kopolimer, yaitu polimer hasil reaksi monomer-manomer yang lebih


dari sejenis. Struktur kopolimer adalah :

Ditinjau dari sifat kekentalannya, senyawa-senyawa polimer dapat


dibedakan sebagai berikut :

a. Polimer termoplastik, yaitu polimer yang bersifat kenyal


apabila dipanaskan dan dapat dibentuk menurut pola yang kita
inginkan. Setelah pendinginan polimer kehilangan sifat kekenyalan
dan mempertahankan bentuknya yang baru. Proses ini dapat
diulangi dan kita dapat mengubahnya menjadi bentuk lain.
b. Polimer termoset, yaitu polimer yang pada mulanya kenyal tatkala
dipanaskan, tetapi sekali didinginkan ia tidak dapat dilunakkan
lagi, sehingga tidak dapat diubah menjadi bentuk lain.
Ada dua macam reaksi polimerisasi, sebagai berikut :

1.Polimerisasi adisi, yaitu bergabungnya monomer-manomer yang


memiliki ikatan rangkap (ikatan tak jenuh). Ikatan rangkap
akan menjadi jenuh tatkala monomer-manomer itu berikatan satu
sama lain. Pada polimerisasi adisi, tidak ada molekul yang hilang.
Contoh reaksi polimerisasi adisi adalah pembentukan polivinil
klorida (PVC, suatu jenis palstik) dari monomer-manomer
vinilklorida.
2. Polimerisasi kondensasi, yaitu bergabungnya monomer-
manomer yang memiliki gugus fungsional. Tatkala mnomer-
monomer berikatan satu, ada molekul yang hilang misalnya
pelepasan molekul air.

Semenjak ditemukan oleh John Wesley Hyatt dari Amerika Serikat pada
tahun 1968, plastic segera menjadi primadona industri kimia. Barang-
barang plastic membuat kehidupan kita semakin mudah dan makin
menyenangkan. Dalam banyak hal, plastic telah menggantikan kapas,
logam, kayu, dan material lainnya sebab plastic memiliki banyak
keunggulan antara lain tahan karat, lenih ringan, tidak menghantar listrik,
mudeah dibentuk sesuai keinginan, dapat diproduksi dengan biaya
rendah dan merupakan alternative bagi material lain yang jumlahnya
dialam semakin terbatas.
PEMBUATAN RESIN UREA-FORMALDEHID
Berdasarkan sifatnya, polimer dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Polimer thermosetting yaitu polimer yang tidak lunak
apabila dipanaskan, sehingga sulit dibentuk ulang.
2) Polimer thermoplastik yaitu polimer yang lunak bila
dipanaskan sehingga mudah untuk dibentuk ulang
Urea-formaldehid resin adalah hasil kondensasi urea dengan
formaldehid. Resin jenis ini termasuk dalam kelas resin thermosetting
yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan
tidak dapat meleleh. Polimer termoset dibuat dengan menggabungkan
komponen-komponen yang bersifat saling menguatkan sehingga
dihasilakn polimer dengan derajat cross link yang sangat tinggi. Karena
sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea- formaldehid yang sangat luas
sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh industri
yang menggunakan industri formaldehid adalah addhesive untuk
plywood, tekstil resin finishing, laminating, coating, molding,
casting, laquers, dan sebagainya. Pembuatan resin urea-formaldehid secara
garis besar dibagi menjadi 3. Yang pertama adalah reaksi metiolasi,
yaitu penggabungan urea dan formaldehid membentuk monomer-
monomer yang berupa monometilol dan dimetil urea. Reaksi kedua
adalah penggabungan monomer yang terbentuk menjadi polimer yang
lurus dan menghasilkan uap air. Tahp ini disebut tahap kondensasi.
Proses ketiga adalah proses curing, dimana polimer membentuk
jaringan tiga dimensi dengan bantuan pemanasan dalam oven.
Reaksi urea-formaldehid pada pH antara 8 sampai 10 adalah reaksi
metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari
urea, dan menghasilkan metilol urea. Pada tahap metilolasi , urea dan
formaldehid bereaksi menjadi metilol dan dimetil urea. Rasio dari senyawa
mono dan dimetilol yang terbentuk bergantung pada rasio formaldehid
dan urea yang diumpankan. Reaksi berlangsung pada kondisi basa
dengan amoniak (NH4OH) sebagai katalis dan Na2CO3 sebagai buffer.
Buffer ini berfungsi menjaga kondisi pH reaksi agar tidak berubah tiba-
tiba secara drastis. Analisa awal dilakukan dengan menggunakan blanko
berupa larutan formaldehid, NH4OH dan Na2CO3. Sampel ke-0 diambil
setelah urea ditambahkan pada larutan dan diaduk sempurna Setelah itu
dilakukan pemanasan sampai 700C untuk mempercepat reaksi.

Reaksi metilolasi diteruskan dengan reaksi kondensasi dari monomer-


monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus.
Derivat-derivat metilol merupakan monomer, penyebab terjadinya reaksi
polimerisasi kondensasi. Polimer yang dihasilkan mula-mula
mempunyai rantai lurus dan masih larut dalam air. Semakin
lanjut kondensasi berlangsung, polimer mulai membentuk rantai 3
dimensi dan semakin berkurang kelarutannya dalam air. Reaksi
kondensasi ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi
kondensor ohm meter, termometer, agitator dan pipa untuk sampling point.
Labu berleher ini ditempatkan dalam waterbath. Kondensor berfungsi
mengembunkan air yang menguap selama proses polimerisasi. Hal ini
dimaksudkan mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi.
Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen selama proses
pembentukan produk urea formaldehid. Pada prinsipnya, pembuatan
produk- produk urea-formaldehid dilakukan melalui beberapa tahapan:
1.Tahap intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih
berupa larutan dan larut dalam air atau pelarut lainnya.
2.Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain . Penambahan bahan akan
menentukan produk akhir dari polimer .
3.Tahap curing
Pada proses curing, kondensasi tetap berlangsung, polimer
membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan
menjadi thermosetting resin. Hasil reaksi dan kecepatannya,
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1) Pebandingan umpan
Umumnya , Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang
digunakan pada percobaan ini adalah 1,25 dimana perbandingan
umpan berada pada batas standar yang ditentukan, perbandingan
umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0 hal tersebut
dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk tidak kental dan
tidak encer. Sehingga mempermudah analisis baik analisis
densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Besarnya
perbandingan mol umpan formalin dengan urea sangat
mempengaruhi pada produk (polimer) yang dihasilkan, bila
perbandingan umpan kurang dari 1,25 maka resin yang dihasilkan
memiliki kadar formalin yang rendah dan menghasilkan polimer
yang kekerasan dan kepadatannya rendah ,sedangkan bila
perbandingan umpan lebih dari 2 maka resin yang dihasilkan
memiliki kadar formalin yang tinggi dan menghasilkan polimer
yang kekerasan dan kepadatannya tinggi.
2) Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil
reaksi selama proses kondensasi polimerisasi terjadi . Dalam
suasana asam akan terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain
yang tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang dihasilkan
rendah. Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai
rantai polimer lebih pendek tetapi stabil terhadap panas. Dalam
suasana basa kuat , formaldehid akan bereaksi secara
disproporsionasi dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam
karboksilat dan sebagian tereduksi menjadi alkohol. Reaksi yang
terjadi adalah :

3) Katalis
Menurut J.J. Berjelius, katalis merupakan senyawa yang
ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi.
Sedangkan menurut W.Ostwald, katalis merupakan senyawa
yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa tergabung
dalam produk. . Artinya katalis dapat mempercepat reaksi, ikut
aktif dalam reaksi, tetapi tidak ikut tergabung didalam produk.
Untuk proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat
menurunkan energi aktivasi dengan menyerap panas pada saat
curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar tidak
gosong. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan
agar molekul – molekul yang di dalam larutan bertumbukan,
sehingga reaksi menjadi cepat.
4) Temperatur reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena
dimetilol urea yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid .
Menurut Kadowaki dan Hasimoto , temperatur optimum reaksi
adalah 85oC . Sedangkan titik lelehnya menurut De Chesne
adalah 150 oC . Dan menurut Einhorn adalah 126 oC . Kenaikan
temperatur akan mempercepat laju reaksi , hal ini dapat ditunjukkan
dengan persamaan Arrhenius yaitu :

PEMANFAATAN RESIN UREA-FORMALDEHID

Pizzi (1994) mengemukakan bahwa perekat Urea-Formaldehid


(UF) merupakan hasil reaksi polimer kondensasi dari formaldehid dengan
urea. Keuntungan dari perekat UF antara lain larut air, keras, tidak mudah
terbakar, sifat panasnya baik, tidak berwarna ketika mengeras serta
harganya murah. Hiziroglu (2007) mengemukakan beberapa karakteristik
dari perekat Urea- Formaldehyde (CH4 N20CH20)x antara lain:
Berat jenis: 1.27
Solid content: 64.8%
Vick (1999) mengemukakan bahwa perekat UF ada yang berbentuk
serbuk atau cair, berwarna putih , garis rekatnya tidak berwarna dan lebih
durable apabila dikombinasikan dengan melamin. Penggunaan perekat ini
adalah untuk kayu lapis, meubel, papan serat dan papan partikel. Tsoumis
(1991) mengemukakan bahwa UF tersedia daalam bentuk cair atau serbuk.
Resin ini mengeras pada suhu 95-130o C. UF tidak cocok dipakai
untuk eksterior.
Namun kinerjanya dapat diperbaiki dengan penambahan Melamin
Formaldehyde atau Resorcynol Formaldehyde sekitar 10-20%. Hasil
sambungan dengan UF tidak berwarna sampai berwarna coklat terang.
Kelemahan dari UF antara lain tidak tahan air serta menyebabkan emisi
formaldehyde yang berdampak pada kesehatan. Perekat UF termasuk
dalam kelompok perekat termosetting. Dalam pemakaiannya sering
ditambahkan hardener, filler, extender dan air.
Menurut Rayner (1967) dalam Joyoadikusumo (1984) perekat UF
memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap air dingin, agak tahan
terhadap air panas, tetapi tidak tahan terhadap perebusan. Setelah itu
apabila dibuat plywood 3 lapis, khusus untuk finir yang akan dijadikan
sebagai core dilabur kedua permukaannya dengan lem/perekat melalui
mesin glue spreader, sedangkan finir-finir yang lain (F/B) dilekatkan pada
finir yang telah diberi perekat tersebut dengan ketentuan arah seratnya
saling tegak lurus satu sama lainnya.
Selanjutnya finir-finir yang telah direkatkan tersebut (jumlah
finir harus ganjil) dipres secara dingin dalam cold press selama 5-15
menit, tekanan 10- 15 kg /cm2, dan kemudian dilanjutkan dengan
pengempaan secara panas dalam hot press dengan jalan memasukkan finir-
finir yang telah direkatkan tersebut di antara plat-plat baja panas dengan
tekanan 10 kg/cm2, suhu 100- 170o(umumnya 110- 120o C), selama 1,5
menit.
Setelah itu rekatan finir (calon plywood) dikeluarkan dari mesin
hot press satu persatu sehingga diperoleh plywood (kayu lapis). Plywood
selanjutnya dipotong pinggirnya sesuai ukuran final dengan gergaji
potong dobel (double saw), kemudian dihaluskan (sanding) dan diperiksa
kualitasnya (plywood grading). Jika masih dijumpai kerusakan (sobekan
atau lobang)dan memungkinkan diperbaiki maka bagian muka plywood
kemudian diperbaiki lagi dengan didempul agar kualitas plywoodnya
meningkat
E. PROSEDUR KERJA
1. Memasukkan formaldehide sebanyak 300 ml, amoniak pekat sebanyak
5% dari berat total campuran, kemudian menambahkan Na2CO3
sebagai buffering agent sebanyak 10% dari berat katalis lalu
memasukkan ke dalam labu bulat.
2. Mengaduk campuran sampai rata, kemudian mengambil sampel (No. 0).
3. Memasukkan urea sebanyak 113,34 gram, kemudian mengaduk
campuran sampai rata lalu mengambil sampel (No. 1).
4. Memanaskan campuran sampai temperatur 900C. Pada saat terjadi
refluks, mengambil sampel (No. 2).
5. Mengambil sampel pada waktu reaksi-reaksi berikut:
 Untuk 1 jam pertama, sampel diambil setiap 15 menit.
 Untuk jam berikutnya sampel diambil setiap 30 menit.
 Setiap kali mengambil sampel segera dinginkan pada suhu kamar,
lalu melakukan analisis.
6. Setelah waktu tertentu, diperoleh kadar formaldehide bebas yang
konstan, kemudian reaksi dihentikan.
7. Menganalisa sampel
 Sampel No. 0 dianalisis dengan tes I dan II.
 Sampel No. 1 dianalasis dengan tes I dan II.
 Sampel No. 2 dan seterusnya dianalisis dengan tes I, II, III dan V.
 Sampel terakhir dianalisis (hasil reaksi) dengan tes I, II, III, IV dan
V.
F. ANALISIS
 Tes I
Analisis kadar formaldehide bebas dengan hidroksilamin hidroklorida.
Dasar reaksi:
CH2O + NH2-OH.HCl CH2=N-OH + HCl +H2O
HCl yang terbentuk ekuivalen dengan kadar formaldehide bebas dalam
larutan.
Prosedur:
 Memipet 1 ml sampel kemudian melarutkan di dalam erlenmeyer 250
ml, larutkan dengan aquadest sebanyak 20 ml ditambahkan 2 tetes
indikator bromphenol blue, kemudian dinetralkan dengan asam/basa
lalu mengecek titik akhir dengan over titration dan back titration.
 Menambahkan 7 ml hidroksilamin hidroklorida 10% kemudian di
kocok dan dibiarkan selama 5-10 menit agar reaksi sempurna lalu
titrasi dengan NaOH sampai netral.
 Melakukan titrasi blanko ( 21 ml air + 2 tetes indikator + 7 ml
hidroksilamin hidroklorida)
 Tes II
Pengujian pH larutan.
Mencelupkan kertas pH ke dalam larutan kemudian menyesuaikan
dengan warna standard pada tabel kertas pH.
 Tes IV
Penentuan kadar resin dalam larutan.
Prosedur:
 Memanaskan pinggan pengauapan dalam oven pada suhu 900C selam
30 menit kemudian mendinginkan dalam desikator lalu timbang.
 Menimbang 10 gram resin sampel dalam pinggan penguapan
tersebut. Memanaskan oven pada suhu 900C selama 2 jam kemudian
mendinginkan dalam desikator lalu timbang hingga mendapat berat
konstan.
 Melakukan percobaan secara duplo.
 Tes V
Penentuan densitas dengan piknometer.
Prosedur:
 Menimbang piknometer kosong yang bersih dan kering.
 Mengisi piknometer dengan air murni (aquadest) kemudian timbang.
 Menentukan volume piknometer.
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍
Densitas air =
𝒅𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒂𝒊𝒓
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒂𝒊𝒓
Volume piknometer =
𝒅𝒆𝒏𝒔𝒊𝒕𝒂𝒔 𝒂𝒊𝒓
G. RANGKAIAN ALAT
H. SKEMA REAKSI
Reaksi antara Formaldehide Bebas dengan Hidroksilamin Hidrochorida

CH2O  NH  OH.HCl  CH2  N  OH  HCl  H 2O


Tetapan Fisis
Urea Formaldehide Hidroksilamin HCl NaOH
(Literatur)
Gr/mol 60,06 30,03 69,50 40,00
T. Leleh (C) d. – 21 d. 1390
T. Didih (C) 132,7 – 92 151 318,4

 (gr/cm3) 1,335 20/4 0,815 -20 1,67 17 2,130


nD 1,484 1,325(Liquid) – –

I. DATA PENGAMATAN
 Formaldehid yang digunakan = 216 g
 Urea yang digunakan = 98,4 g
 Katalis (NH3) yang digunakan = 19 ml
 Na2CO3 yang digunakan = 1,663 g

Tabel pengamatan

No. Volume NaOH 0,25 N


Waktu pH
Sampel (ml) untuk titrasi
0 0 11 19,5
1 15 9 3,5
2 30 8 3
3 45 9 2,7
4 60 9 2
5 75 9 1,8
6 90 9 1,1

Blanko
3 0,2
(air)

Data Penentuan Berat Jenis


 Berat Piknometer Kosong = 20,4778 g
 Berat pinometer + air = 45,3164 g
𝑔
 Berat jenis air pada suhu 27 oC (pengukuran) = 0,99651 ⁄𝑚𝑙

 Berat air = 24,8386 g


 Volume piknometer sesuai percobaan = 24,9255mL
 Berat Pikno + sampel = 50,2457 g
Data Analisa Resin
 Berat cawan kosong (I) = 48,4795 g
 Berat cawan kosong (II) = 51,8718 g
 Berat resin sampel (I) = 20,0293 g
 Berat resin sampel (II) =20,0544 g

 Berat cawan + resin setelah pemanasan (cawan I) :


I = 59,9360 g
II = 59,8566 g
III = 59,7743 g

 Berat cawan + resin setelah pemanasan (cawan II) :


I = 62,1903 g
II = 62,1166 g
III = 62,0677 g
 Penentuan Kadar Resin
Berat cawan kosong (G1)
Berat cawan kosong (I) = 48,4795 g
Berat cawan kosong (II) = 51,8718 g

Berat cawan + resin (G2)


Berat resin (I) = 20,0293 g
Berat resin (II) = 20,0544 g

Berat cawan + residu setelah dipananskan (G3)


Berat cawan + resin (I) = 59,7433 g
Berat cawan + resin (II) = 62,0677 g

J. Perhitungan

a. Perhitungan Bahan Kimia


1) Penentuan bahan kimia campuran awal reaksi
Density formalin = 1,08 g/ml
Kadar formaldehid dalam formalin = 37,09 g dalam 100 ml formalin
(persentase formaldehid)
Formalin yang digunakan = 200 𝑚𝐿
= 200 𝑚𝐿 × 1,08 𝑔/𝑚𝐿
= 216 𝑔

200 𝑚𝑙
Formaldehid yang digunakan = 100 𝑚𝑙
× 37 g
= 74 𝑔
74 𝑔
= 𝑔
30 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 2,46 𝑚𝑜𝑙

Perbandingan mol F/U = 1,5


1
Urea yang digunakan = x 2,46 mol
1,5

= 1,64 mol urea


= 1,64 mol x 60 g/mol
= 98,4 g

Katalis yang digunakan = 5% berat total campuran


Buffer yang digunakan = 10% berat katalis
Misalkan berat total campuran = a gram
a = 216 + 98,4 +0,005a
a = 314,4 + 0,005a
a – 0,005a = 314,4
314,4
a = 0,995

a = 315,98 g
berat Katalis = 0,05 x 315,98 g
𝑔
= 15,79 g x 0,88 ⁄𝑚𝑙
= 13,9 ml

Berat Buffer = 0,1 x 15,79 g


= 1,579 g

2) Penentuan density dengan piknometer


Berat piknometer kosong = 20,4778 g
Berat piknometer + air = 45, 3164g
Berat air = 24,8386 g
Densiti air pada 270C = 0,99651 g/ml
Berat Pikno + sampel = 50,2457 g

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Piknometer = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢ℎ𝑢 27℃

24,8386 𝑔
= 𝑔
0,99651
𝑚𝑙
= 24,9255 ml

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Volume sampel = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

(50,2457−20,4778 ) 𝑔
= 24,9255 𝑚𝑙
𝑔
= 1, 9142 ⁄𝑚𝑙
3) Penentuan kadar formaldehid bebas dengan hidroksilamin hidroklorida
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

o Untuk sampel 0
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×19,5 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 5,85

o Untuk sampel 1
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×3,5 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙

= 1,05

o Untuk sampel 2
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×3 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,9
o Untuk sampel 3
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×2,7 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,81

o Untuk sampel 4
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×2 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,6

o Untuk sampel 5
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×1,7 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,51

o Untuk sampel 6
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×1,1 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,33

o Untuk blanko
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×0,2 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,06

4) Penentuan kadar resin


𝐺3−𝐺1
% resin = 𝑔𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 x 100 %

o Untuk cawan (I)

𝐺3−𝐺1
% resin = 𝑔𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 x 100 %
(59,7433 −48,4795) g
% resin = x 100 %
20,0293 g

= 56, 2366 %
o Untuk cawan (II)
𝐺3−𝐺1
% resin = 𝑔𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 x 100 %
(62,0677 −51,8718 ) g
% resin = x 100 %
20,0544 g

= 50,8412 %

K. PEMBAHASAN

Urea adalah serbuk putih yang mengandung nitrogen (46%), senyawa


turunan dari asam karboksilat yang mengikat gugus amida. Formalin adalah
gas yang mudah terbakar, tidak berwarna, gas beracun dengan bau yang
menusuk dan menyesakkan. Formalin biasa digunakan sebagai desinfektan
dan pengawet untuk spesimen hayati . Formaldehid merupakan aldehid yang
paling sederhana dibuat secara besar-besaran melalui oksidasi metanol,
formaldehid berbentuk gas dengan titk didih 200. Polimer merupakan
senyawa - senyawa yang tersusun dari molekul molekul yang sangat besar
yang terbentuk oleh gabungan berulang dari banyak molekul kecil.
Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang
merupakan hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Urea-formaldehid
(dikenal juga sebagai urea-metanal) adalah suatu resin atau plastik
thermosetting yang terbuat dari urea dan formaldehid yang dipanaskan dalam
suasana basa lembut seperti amoniak atau piridin.
Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi. Umumnya, larutan ini
mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-
40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada
umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.
Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi
aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi
elektrofilik dan alkena. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer
menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta
diisolasi supaya tidak kemasukan udara. Urea dengan formaldehid akan
bereaksi membentuk kopolimer yang disebut urea formaldehid.
Reaksi berlangsung pada kondisi basa dengan amoniak (NH4OH) sebagai
katalis dan Na2CO3 sebagai buffer. Buffer ini berfungsi menjaga kondisi pH
reaksi agar tidak berubah tiba-tiba secara drastis. Analisa awal dilakukan
dengan menggunakan blanko berupa larutan formaldehid, NH4OH dan
Na2CO3. Sampel ke-0 diambil sebelum urea ditambahkan pada larutan dan
diaduk sempurna. Setelah itu dilakukan pemanasan sampai 90 0C untuk
mempercepat reaksi.

Hasil reaksi dan kecepatannya, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor


1. Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi
selama proses kondensasi polimerisasi terjadi . Dalam suasana asam akan
terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang tidak terkontrol sehingga
molekul polimer yang dihasilkan rendah .
2. Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi
tersebut. Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju
reaksinya akan meningkat jika digunakan katalis. Katalis yang diguanakan
pada percobaan ini adalah NH4OH karena reaksi ini berlangsung pada kondisi
basa.
3. Temperatur
Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju suatu
reaksi. Namun, kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk
yang terbentuk, bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm atau
endoterm). Oleh karena itu, diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Kenaikan temparatur juga dapat menurunkan berat molekul
(Mr) resin urea-formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan
pusat-pusat aktif yang baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
4. Buffer
Buffer (larutan penyangga) digunakan untuk menyangga kondisi operasi
pada pH yang diinginkan. Dalam hal ini pH yang diinginkan antar 8 sampai 10.
Buffer yang digunakan pada percobaan ini adalah Na2CO3.
5. Waktu Reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga
dipengaruhi oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang
dihasilkan makin banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi
dan memiliki Mr tinggi.
Pada hasil perhitugan didapatkan kadar resin pada cawan pertama yaitu
sebesar 56, 2366 % dan pada cawan kedua yaitu sebesar 50,8412 %

L. KESIMPULAN
1. Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang
merupakan hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Urea-
formaldehid (dikenal juga sebagai urea-metanal)
2. Hasil reaksi dan kecepatannya, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
pengaruh pH, katalis, temperatur, buffer, dan waktu reaksi.
3. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar resin pada:
Cawan I : 56, 2366 %
Cawan II : 50,8412 %

M. DAFTAR PUSTAKA

- Jobsheet Lab Kimia Organik


- https://dokumen.tips/documents/laporan-praktikum-urea-formaldehid.html

Anda mungkin juga menyukai