A. TUJUAN
Tujuan Intruksional Umum:
Hasil reaksi dan kecepatannya dipengaruhi oleh kondisi reaksi
Pembuatan resin juga dipengaruhi oleh kondisi reaksi
Polimerisasi terdiri dari tahap intermediate, tahap persiapan dan tahap
curing
Tujuan Instruksional Khusus:
Membuat polimer urea formaldehid
Mempelajari pengaruh kondisi reaksi (perbandingan mol pereaksi,
katalis, pH, temperatur dan waktu) pada hasil reaksi dan kecepatan
reaksi pada tahap intermediate
Melakukan analisa terhadap produk
Mengisi format-format laboratorium
B. PERINCIAN KERJA
Melakukan pemanasan pada kondisi refluks
Mengambil sampel pada waktu tertentu
Melakukan analisa terhadap sampel
Semenjak ditemukan oleh John Wesley Hyatt dari Amerika Serikat pada
tahun 1968, plastic segera menjadi primadona industri kimia. Barang-
barang plastic membuat kehidupan kita semakin mudah dan makin
menyenangkan. Dalam banyak hal, plastic telah menggantikan kapas,
logam, kayu, dan material lainnya sebab plastic memiliki banyak
keunggulan antara lain tahan karat, lenih ringan, tidak menghantar listrik,
mudeah dibentuk sesuai keinginan, dapat diproduksi dengan biaya
rendah dan merupakan alternative bagi material lain yang jumlahnya
dialam semakin terbatas.
PEMBUATAN RESIN UREA-FORMALDEHID
Berdasarkan sifatnya, polimer dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1) Polimer thermosetting yaitu polimer yang tidak lunak
apabila dipanaskan, sehingga sulit dibentuk ulang.
2) Polimer thermoplastik yaitu polimer yang lunak bila
dipanaskan sehingga mudah untuk dibentuk ulang
Urea-formaldehid resin adalah hasil kondensasi urea dengan
formaldehid. Resin jenis ini termasuk dalam kelas resin thermosetting
yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, tidak dapat melarut dan
tidak dapat meleleh. Polimer termoset dibuat dengan menggabungkan
komponen-komponen yang bersifat saling menguatkan sehingga
dihasilakn polimer dengan derajat cross link yang sangat tinggi. Karena
sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea- formaldehid yang sangat luas
sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh industri
yang menggunakan industri formaldehid adalah addhesive untuk
plywood, tekstil resin finishing, laminating, coating, molding,
casting, laquers, dan sebagainya. Pembuatan resin urea-formaldehid secara
garis besar dibagi menjadi 3. Yang pertama adalah reaksi metiolasi,
yaitu penggabungan urea dan formaldehid membentuk monomer-
monomer yang berupa monometilol dan dimetil urea. Reaksi kedua
adalah penggabungan monomer yang terbentuk menjadi polimer yang
lurus dan menghasilkan uap air. Tahp ini disebut tahap kondensasi.
Proses ketiga adalah proses curing, dimana polimer membentuk
jaringan tiga dimensi dengan bantuan pemanasan dalam oven.
Reaksi urea-formaldehid pada pH antara 8 sampai 10 adalah reaksi
metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari
urea, dan menghasilkan metilol urea. Pada tahap metilolasi , urea dan
formaldehid bereaksi menjadi metilol dan dimetil urea. Rasio dari senyawa
mono dan dimetilol yang terbentuk bergantung pada rasio formaldehid
dan urea yang diumpankan. Reaksi berlangsung pada kondisi basa
dengan amoniak (NH4OH) sebagai katalis dan Na2CO3 sebagai buffer.
Buffer ini berfungsi menjaga kondisi pH reaksi agar tidak berubah tiba-
tiba secara drastis. Analisa awal dilakukan dengan menggunakan blanko
berupa larutan formaldehid, NH4OH dan Na2CO3. Sampel ke-0 diambil
setelah urea ditambahkan pada larutan dan diaduk sempurna Setelah itu
dilakukan pemanasan sampai 700C untuk mempercepat reaksi.
1) Pebandingan umpan
Umumnya , Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang
digunakan pada percobaan ini adalah 1,25 dimana perbandingan
umpan berada pada batas standar yang ditentukan, perbandingan
umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0 hal tersebut
dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk tidak kental dan
tidak encer. Sehingga mempermudah analisis baik analisis
densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Besarnya
perbandingan mol umpan formalin dengan urea sangat
mempengaruhi pada produk (polimer) yang dihasilkan, bila
perbandingan umpan kurang dari 1,25 maka resin yang dihasilkan
memiliki kadar formalin yang rendah dan menghasilkan polimer
yang kekerasan dan kepadatannya rendah ,sedangkan bila
perbandingan umpan lebih dari 2 maka resin yang dihasilkan
memiliki kadar formalin yang tinggi dan menghasilkan polimer
yang kekerasan dan kepadatannya tinggi.
2) Pengaruh pH
Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil
reaksi selama proses kondensasi polimerisasi terjadi . Dalam
suasana asam akan terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain
yang tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang dihasilkan
rendah. Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai
rantai polimer lebih pendek tetapi stabil terhadap panas. Dalam
suasana basa kuat , formaldehid akan bereaksi secara
disproporsionasi dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam
karboksilat dan sebagian tereduksi menjadi alkohol. Reaksi yang
terjadi adalah :
3) Katalis
Menurut J.J. Berjelius, katalis merupakan senyawa yang
ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi.
Sedangkan menurut W.Ostwald, katalis merupakan senyawa
yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa tergabung
dalam produk. . Artinya katalis dapat mempercepat reaksi, ikut
aktif dalam reaksi, tetapi tidak ikut tergabung didalam produk.
Untuk proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat
menurunkan energi aktivasi dengan menyerap panas pada saat
curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar tidak
gosong. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan
agar molekul – molekul yang di dalam larutan bertumbukan,
sehingga reaksi menjadi cepat.
4) Temperatur reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena
dimetilol urea yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid .
Menurut Kadowaki dan Hasimoto , temperatur optimum reaksi
adalah 85oC . Sedangkan titik lelehnya menurut De Chesne
adalah 150 oC . Dan menurut Einhorn adalah 126 oC . Kenaikan
temperatur akan mempercepat laju reaksi , hal ini dapat ditunjukkan
dengan persamaan Arrhenius yaitu :
I. DATA PENGAMATAN
Formaldehid yang digunakan = 216 g
Urea yang digunakan = 98,4 g
Katalis (NH3) yang digunakan = 19 ml
Na2CO3 yang digunakan = 1,663 g
Tabel pengamatan
Blanko
3 0,2
(air)
J. Perhitungan
200 𝑚𝑙
Formaldehid yang digunakan = 100 𝑚𝑙
× 37 g
= 74 𝑔
74 𝑔
= 𝑔
30 ⁄𝑚𝑜𝑙
= 2,46 𝑚𝑜𝑙
a = 315,98 g
berat Katalis = 0,05 x 315,98 g
𝑔
= 15,79 g x 0,88 ⁄𝑚𝑙
= 13,9 ml
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑖𝑟
Volume Piknometer = 𝜌 𝑎𝑖𝑟 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑢ℎ𝑢 27℃
24,8386 𝑔
= 𝑔
0,99651
𝑚𝑙
= 24,9255 ml
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Volume sampel = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
(50,2457−20,4778 ) 𝑔
= 24,9255 𝑚𝑙
𝑔
= 1, 9142 ⁄𝑚𝑙
3) Penentuan kadar formaldehid bebas dengan hidroksilamin hidroklorida
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 ×𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
o Untuk sampel 0
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×19,5 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 5,85
o Untuk sampel 1
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×3,5 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 1,05
o Untuk sampel 2
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×3 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,9
o Untuk sampel 3
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×2,7 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,81
o Untuk sampel 4
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×2 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,6
o Untuk sampel 5
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×1,7 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,51
o Untuk sampel 6
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×1,1 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,33
o Untuk blanko
𝑔 𝐶𝐻2 𝑂 3 ×0,2 𝑚𝑙 ×0,1 𝑁
=
100 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝑚𝑙
= 0,06
𝐺3−𝐺1
% resin = 𝑔𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 x 100 %
(59,7433 −48,4795) g
% resin = x 100 %
20,0293 g
= 56, 2366 %
o Untuk cawan (II)
𝐺3−𝐺1
% resin = 𝑔𝑟 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 x 100 %
(62,0677 −51,8718 ) g
% resin = x 100 %
20,0544 g
= 50,8412 %
K. PEMBAHASAN
L. KESIMPULAN
1. Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang
merupakan hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Urea-
formaldehid (dikenal juga sebagai urea-metanal)
2. Hasil reaksi dan kecepatannya, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:
pengaruh pH, katalis, temperatur, buffer, dan waktu reaksi.
3. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar resin pada:
Cawan I : 56, 2366 %
Cawan II : 50,8412 %
M. DAFTAR PUSTAKA