Anda di halaman 1dari 9

Urea adalah senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengikat gugus amida.

Urea
disintesis di industri dari amonia dan karbon dioksida untuk digunakan sebagai bahan dalam
sintesa polimer, obat obatan, sumber nitrogen non-protein bagi ternak ruminansia dan untuk
pupuk nitrogen.

Formalin adalah gas yang mudah terbakar, tidak berwarna, gas beracun dengan bau yang
menusuk dan menyesakkan. Formalin biasa digunakan sebagai desinfektan dan pengawet untuk
specimen hayati. .

Resin urea formaldehid adalah hasil polimerisasi kondensasi urea dengan formaldehid.
Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap asam
basa , idak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Karena sifat-sifat tersebut, aplikasi resin urea-
formaldehid yang sangat luas sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh
industry yang menggunakan industry formaldehid adalah laminating, coating, tekstil resin finishi
ng.

Urea merupakan amida yang bersifat basa karena karbonil tunggalnya tidak cukup untuk
mengkompensasi dua gugus amino. Urea adalah senyawa kovalen yang memiliki tiga atom iner
(dalam). Berat molekulnya 60,06 gram/mol, titik leleh 133 oC(406 K) dan densitas 1 gr/ml .
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tapi bisa larut dalam air
(biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang formalin atau formol).
Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi, sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer
H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi
polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-
40%.
Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida,
senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa
dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami
reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Karena keadaannya katalis basa, formaldehida bisa
mengalami reaksi Cannizaro menghasilkan asam format dan metanol.Formaldehida bisa
membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksan atau polimer linier polioksimetilen. Formasi zat ini
menjadikan tingkah laku gas formaldehida berbeda dari hukum gas ideal, terutama dalam
tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi
asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak
kemasukan udara. Urea dengan formaldehid akan bereaksi membentuk kopolimer yang disebut
urea formaldehid.


Polimer adalah suatu senyawa yang terbentuk dari dua molekul atau lebih dengan rantai
yang panjang . Molekul dan berat molekulnya besar . Unit-unit molekulnya dikenal sebagai
monomer-monomer yang berikatan secara berangkai-rangkai . Monomer ini bisa berulang
berkali-kali. Berdasarkan jenis ikatannya, polimer dibedakan menjadi 2, yaitu:

1.Homopolimer yaitu polimer yang terbentuk dari monomer-monomer yang sejenis .
2.Kopolimer yaitu polimer yang terbentuk dari monomer-monomer tak sejenis.

Berdasarkan mekanisme reaksinya, proses polimerisasi dibagi menjadi dua yaitu :

1.Polimerisasi adisi, yang terjadi jika monomer-monomer mengalami reaksi adisi tanpa terbentuk
zat lain. Jadi yang terbentuk hanya polimer yang merupakan penggabungan monomer-
monomernya .

2.Polimerisasi kondensasi , yaitu suatu reaksi dari dua buah molekul atau gugus fungsi dari
molekul ( biasanya senyawa organik ) yang membentuk molekul yang lebih besar dan
melepaskan molekul yang lebih kecil yaitu air.

Berdasarkan sifatnya, polimer dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1.Polimer thermosetting yaitu polimer yang tidak lunak apabila dipanaskan, sehingga sulit
dibentuk ulang.

2.Polimer thermoplastic yaitu polimer yang lunak bila dipanaskan sehingga mudah untuk
dibentuk ulang.

Urea-formaldehid resin adalah hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Resin jenis ini
termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, tidak
dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Polimer termoset dibuat dengan menggabungkan
komponen-komponen yang bersifat saling menguatkan sehingga dihasilakn polimer dengan
derajat cross link yang sangat tinggi. Karena sifat-sifat di atas, aplikasi resin urea-formaldehid
yang sangat luas sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh industri yang
menggunakan industri formaldehid adalah addhesive untuk plywood, tekstil resin finishing,
laminating, coating, molding, casting, laquers, dan sebagainya. Pembuatan resin urea-
formaldehid secara garis besar dibagi menjadi 3. Yang pertama adalah reaksi metiolasi, yaitu
penggabungan urea dan formaldehid membentuk monomer-monomer yang berupa monometilol
dan dimetil urea. Reaksi kedua adalah penggabungan monomer yang terbentuk menjadi polimer
yang lurus dan menghasilkan uap air. Tahp ini disebut tahap kondensasi. Proses ketiga adalah
proses curing, dimana polimer membentuk jaringan tiga dimensi dengan bantuan pemanasan
dalam oven.

Reaksi urea-formaldehid pada pH antara 8 sampai 10 adalah reaksi metilolasi, yaitu adisi
formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea, dan menghasilkan metilol urea. Pada tahap
metilolasi , urea dan formaldehid bereaksi menjadi metilol dan dimetil urea. Rasio dari senyawa
mono dan dimetilol yang terbentuk bergantung pada rasio formaldehid dan urea yang
diumpankan. Reaksi berlangsung pada kondisi basa dengan amoniak (NH4OH) sebagai katalis
dan Na2CO3 sebagai buffer. Buffer ini berfungsi menjaga kondisi pH reaksi agar tidak berubah
tiba-tiba secara drastis. Analisa awal dilakukan dengan menggunakan blanko berupa larutan
formaldehid, NH4OH dan Na2CO3. Sampel ke-0 diambil setelah urea ditambahkan pada larutan
dan diaduk sempurna. Setelah itu dilakukan pemanasan sampai 70 0C untuk mempercepat reaksi.
Reaksi metilolasi diteruskan dengan reaksi kondensasi dari monomer-monomer mono dan
dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus. Derivat-derivat metilol merupakan
monomer, penyebab terjadinya reaksi polimerisasi kondensasi. Polimer yang dihasilkan mula-
mula mempunyai rantai lurus dan masih larut dalam air. Semakin lanjut kondensasi berlangsung,
polimer mulai membentuk rantai 3 dimensi dan semakin berkurang kelarutannya dalam air.
Reaksi kondensasi ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi kondensor ohm
meter, termometer, agitator dan pipa untuk sampling point. Labu berleher ini ditempatkan dalam
waterbath.
Kondensor berfungsi mengembunkan air yang menguap selama proses
polimerisasi. Hal ini dimaksudkan mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi.
Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen selama proses pembentukan produk urea
formaldehid.


Pada prinsipnya, pembuatan produk-produk urea-formaldehid dilakukan melalui beberapa
tahapan:
1.Tahap Intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa larutan dan larut dalam air
atau pelarut lainnya. .

2.Tahap Persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang dicampurkan dengan bahan
lain. Penambahan bahan akan menentukan produk akhir dari polimer. .

3.Tahap Curing
Pada proses curing, kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang
sangat kompleks dan menjadi thermosetting resin.

Hasil reaksi dan kecepatannya, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor:

1.Perbandingan Umpan

Umumnya , Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada percobaan ini adalah
1,25 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar yang ditentukan, perbandingan
umpan harus berada dalam range antara 1,25 2,0 hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin
yang terbentuk tidak kental dan tidak encer. Sehingga mempermudah analisis baik analisis
densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Besarnya perbandingan mol umpan formalin
dengan urea sangat mempengaruhi pada produk (polimer) yang dihasilkan, bila perbandingan
umpan kurang dari 1,25 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang rendah dan
menghasilkan polimer yang kekerasan dan kepadatannya rendah ,sedangkan bila perbandingan
umpan lebih dari 2 maka resin yang dihasilkan memiliki kadar formalin yang tinggi dan
menghasilkan polimer yang kekerasan dan kepadatannya tinggi.

2.Pengaruh pH

Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi selama proses kondensasi
polimerisasi terjadi . Dalam suasana asam akan terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain
yang tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang dihasilkan rendah. .

Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi stabil
terhadap panas.
Dalam suasana basa kuat , formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi dimana sebagian
akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian tereduksi menjadi alkohol. Reaksi yang
terjadi adalah :
2H-CO-H + OH
-
===> H-CO-O + CH3OH
formaldehid + basa kuat menjadi asam karboksilat + alcohol

3.Katalis

Menurut JJ. Berjelius, katalis merupakan senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi
tanpa ikut bereaksi. Sedangkan menurut W.Ostwald, katalis merupakan senyawa yang
ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa tergabung dalam produk. Artinya katalis dapat
mempercepat reaksi, ikut aktif dalam reaksi, tetapi tidak ikut tergabung didalam produk. Untuk
proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat menurunkan energi aktivasi dengan menyerap
panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar tidak gosong. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul molekul yang di dalam larutan
bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat.

4.Temperatur Reaksi

Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea yang terjadi akan
kehilangan air dan formaldehid . Menurut Kadowaki dan Hasimoto , temperatur optimum reaksi
adalah 85oC . Sedangkan titik lelehnya menurut De Chesne adalah 150 oC . Dan menurut
Einhorn adalah 126 oC . Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi , hal ini dapat
ditunjukkan dengan persamaan Arrhenius yaitu :

K= Ae
-Ea/RT


5.Buffer

Buffer (larutan penyangga) digunakan untuk menyangga kondisi operasi pada pH yang
diinginkan. Dalam hal ini pH yang diinginkan antar 8 sampai 10. Buffer yang digunakan pada
percobaan ini adalah Na2CO3.H2O

6.Kemurnian Zat Umpan

Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor dikhawatirkan akan
mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi samping .

7.Laju Reaksi

Laju reaksi atau kecepatan reaksi ialah laju atau kecepatan berkurangnya pereaksi atau
terbentuknya produk reaksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi ialah :
konsentrasi,temperatur,katalis,dan luas permukaan.
Persamaan yang menyatakan laju sebagai fungsi konsentrasi setiap saat yang mempengaruhi laju
reaksi disebut hokum laju atau persamaan laju reaksi.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi laju reaksi,dimana sebagai contoh
pada reaksi A + B C . Dimana pada waktu reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama
jumlahnya semakin banyak sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama semakin
sedikit. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial.






Bahan Baku.
a. Urea
Urea merupakan hablur/serbuk putih yang mengandung Nitrogen (46%), digunakan sebagai
pupuk dan mudah larut dalam air dan tidak mempunyai residu garam sesudah dipakai untuk
tanaman.
Penggunaannya sebagai pupuk, pemberi makanan daun, tambahan makanan protein untuk hewan
memamah biak untuk produksi melamin, pewaris pembuatan resin, plastik, adhesif, bahan
pelapis, antidut untuk tekstil dan perpindahan ion.
Sifat-sifat fisika urea :
1. Pada suhu kamar tidak berbau dan tidak berwarna.
2. Titik lebur 132,7 oC
3. Berat jenis 1,335
4. Indeks bias 1,484
5. Energi pembentukan pada suhu 29 oC adalah - 47,2 kal/jam.
6. Panas peleburan 60 kal/gram (endotermis)
7. Panas pelarutan dalam air 58 cal/gram.
Sifat sifat kimia urea :
1. Dengan HNO
3
membentuk urea nitrat [CO(NH
2
)
2
NH
3
].
2. Urea-amonia bereaksi dengan logam alkali membentuk garam sebagai NH
2
CONH
2
.
3. Dalam bentuk larutan terhidrolisis dengan lambat membentuk Amonium Karbamat pada suhu
ruangan.
4. Pemanasan yang lama, larutan urea akan menghasilkan biuret.
2NH
2
CONH
2
NH
2
CONHCONH
2
+ NH
2


b. Formaldehid (Metanol/Formalin)
Formaldehid adalah gas yang tidak berwarna, sedangkan yang dibuat formalin adalah larutan 36
40% formaldehid di dalam air. Di laboratorium digunakan sebagai penghapus hama dan
pengawat sedangkan dalam industri untuk membuat harsa tiruan, cat celup dan untuk
penyamakan kulit.
Sifat-sifat fisika formalin :
1. Pada kondisi ruangan, formalin murni berada pada fase gas.
2. Mudah terbakar, bau merangsang, dapat merusak lendir.
3. Dapat larut dalam air
4. Dapat membunuh kuman.
5. Titik beku : - 118 oC
6. Titik didih : - 19,2 oC
Sifat sifat kimia formaldehid :
1. Formaldehid dapat direduksi menjadi metanol dan dapat dioksidasi menjadi asam format atau
CO
2
+ N
2
O.
2. Dengan katalis asam, formaldehid dan alkohol glycol atau polyhidroksi bereaksi menghasilkan
formal methylen eter (CH
3
CO
12
)
2
.
3. Reaksi dengan hidrokarbon aromatic menghasilkan chlorometil.
C
6
H
6
+ HCNO + HCl C
6
H
5
CH
2
Cl + H
2
O

Reaksi pembuatan Urea Formaldehid.
Reaksi ini secara umum berlangsung dalam 3 tahap :
1. Tahap meditasi
yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea dan menghasilkan metitol urea.
2. Tahap Propagasi
yaitu reaksi kondensasi dari monomer-monomer dan dimetil urea membentuk rantai polimer yang
lurus.
3. Tahap Terakhir/Curring
yaitu ketika kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat
kompleks dan menjadi resin thermosetting. Resin thermosetting mempunyai sifat tahan terhadap
asam, basa serta tidak dapat melarut dan meleleh. Temperatur curring dilakukan pada suhu
sekitar 120 oC dan pH < 5.

Reaksi urea formaldehid dengan katalis basa menghasilkan mono-metitol urea sebagai monomer
reaktan reaksi pembentukan polimer urea formaldehid. Basa yang digunakan berupa Ba(OH)
2

atau KOH.

Dimetil urea juga dapat dibuat dengan cara yang sama tetapi menggunakan dua buah molekul
formaldehid. Baik mono-metitol urea maupun dimetilol urea larut dalam air sehingga reaksi
pembentukannya dilaksanakan dalam fasa pelarut air. Tahap reaksi pembentukan mono-metilol
urea dan dimetitol urea dikenal dengan tahap intermediate (tahap metilolasi).

Kondensasi akan berlanjut menghasilkan jembatan metilen antara dua molekul urea. Jenis
kondensasi ini dapat berlanjut terus menghasilkan rantai lurus.Reaksi penggabungan dua buah
mono-metilol urea menghasilkan suatu molekul air. Apabila air tersebut dikeluarkan dari sistem
reaksi, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah pembentukan polimer.

Reaksi urea formaldehid pada pH di atas 7 adalah reaksi metilolasi yaitu reaksi adisi formaldehid
pada gugus amino dan amida dari urea, menghasilkan metilol urea. Turunan-turunan metilol
merupakan monomer reaktan reaksi polimerisasi kondensasi. Mula-mula polimer yang
dihasilkan masih berupa polimer rantai lurus dan larut dalam air. Semakin lanjut reaksi
berlangsung, reaksi polimerisasi membentuk polimer tiga dimensi dan kelarutannya dalam air
semakin berkurang. Pada proses curring, reaksi kondensasi tetap berlangsung terus dan polimer
membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks. Sehingga membentuk thermosetting
resin.

Reaksi kondensasi ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi kondensor ohm
meter, termometer, agitator. Kondensor berfungsi mengembunkan air yang menguap selama
proses polimerisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi.
Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen selama proses berlangsung.

Kerugian penggunaan urea-formaldehid sebagai resin dibandingkan polimer lain adalah
resistensinya terhadap kadar air (moisture) apalagi jika dikombinasikan dengan panas. Kondisi
ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan monomer monomer yang belum
sempurnya bereaksi membentuk polimer. Monomer ini biasanya beracun misalnya formaldehid
yang dapat menyebabkan kanker. Oleh sebab itu, ada baiknya bila kita akan menggunakan
peralatan makan yang terbuat dari bahan polimer, sebaiknya peralatan tersebut direndam dahulu
dengan air panas dengan tujuan agar monomer monomer yang belum sempurna bereaksi
terlepas pada air rendaman.

Macam-macam proses pada pembentukan urea formaldehid :
1. Proses Kontinyu
Menggunakan dua reaktan dimana urea dan formalin dicampur dalam reaktor pertama dan
dipanaskan sampai temperatur 158 oC bertekanan. Pada tahap kedua, larutan bertekanan tersebut
dijaga dengan temperatur yang sama dan melangsungkan kondensasi. Tekanan dari reaktor
kemudian ditarik sehingga bagian yang menguap terutama air hilang dari resin. Setelah itu
larutan didinginkan kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengaduk.
2. Proses Batch
Larutan formaldehid, urea dan larutan buffer dicampur dan direaksikan dalam reaktor
berpengaduk dengan bantuan katalis. Reaksi tersebut terjadi selama empat jam pada suhu 60 oC.
Kemudian dievaporasi dalam evaporator yang menghasilkan uap destilat dan larutan pekat yang
kemudian didinginkan sampai suhu 30 oC. Setelah itu dimasukkan dalam suatu filter untuk
memisahkan komponen-komponen yang bereaksi selanjutnya ditambahkan zat aditif agar
diperoleh produk urea yang berkualitas tinggi.

Pada prinsipnya, pembuatan produk-produk urea-formaldehid dilakukan melalui beberapa
tahapan:
1. Tahap intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa larutan dan larut dalam air
atau pelarut lainnya .
2. Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang dicampurkan dengan bahan
lain . Penambahan bahan akan menentukan produk akhir dari polimer .
3. Tahap curing
Pada proses curing, kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang
sangat kompleks dan menjadi thermosetting resin.

Anda mungkin juga menyukai