Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan polimer dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai mudah
ditemukan. Misalnya dalam barang-barang elektronik Karena dapat menginsulasi
aliran listrik ataupum dalam alat rumah tangga. Polimer digunakan untuk karena
bahannya yang ringan dan masih banyak keunggulan lainnya. Polimer digunakan
untuk menggambarkan bentuk molekul raksasa atau rantai yang sangat panjang
yang terdiri atas unit-unit terkecil yang berulang-ulang. Molekul-molekul tunggal
penyusun polimer dikenal dengan istilah monomer.
Urea adalah senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengikat gugus
amida, dan merupakan hasil sintesa dari ammonia dan karbon dioksida. Formalin
adalah gas yang mudah terbakar dengan bau yang menyengat, biasa digunakan
sebagai desinfektan atau pengawet. Resin urea fomaldehid adalah hasil
polimerisasi kondensasi urea dengan formaldehid. Resin ini termasuk resin
thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap asam, basa, dan tidak mudah
larut. Karena sifat-sifat tersebut resin urea formaldehid sangat banyak digunakan
diberbagai industri seperti industri tekstil dan kertas.
Oleh karena itu, karena semakin pesatnya perkembangan industri kimia, dan
resin urea formaldehid pun semakin banyak digunakan. Maka diperlukannya
aplikasi dalam skala kecil seperti pada Laboratorium untuk mengetahui proses
pembentukan resin urea formaldehid dengan komposisi yang seimbang agar
sesuai dengan aplikasinya dalam industri yang lebih baik kualitasnya dengan cara
memvariasikan variabel yang mempengaruhi jalannya reaksi pembentukan resin.

1.2 Tujuan Percobaan


Mempelajari pengaruh perubahan kondisi reaksi pada kecepatan reaksi, dan
hasil reaksi pada keadaan intermediate
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Resin


Resin adalah setiap golongan padat, semi padat, ataupun cairan organik
yang umumnya produk asal alam atau sintetik dengan berat molekul tinggi dan
memiliki viskositas rendah. Fungsi utama dari resin adalah untuk pengikat antara
serat-serat sehingga menghasilkan ikatan yang kuat (Gibson,1994). .

2.2 Polimer
Polimer berasal dari bahasa yunani yaitu, poly yang berarti banyak dan
meras dan berarti unit/bagian. Jadi polimer merupakan senyawa besar yang
terbentuk dari dua atau lebih molekul dengan rantai yang panjang, proses
pembentukan polimer disebut polimerisasi. Polimer digolongkan berdasarkan
pada reaksi pembentuknya, asalnya, jenis monomer pembentuknya, dan sifat dari
polimer tersebut.

2.2.1 Polimer berdasarkan asalnya


1) Alam
Polimer yang terdapat dialam dan berasal dari makhluk hidup. Contoh dari
polimer ini adalah pati/amilum, selulosa ,protein, asam nukleat dan karet
alam. Polimer alam mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau ulap/rayap.
2) Sintesis
Polimer yang harus dibuat oleh manusia. Jenis polimer ini terbentuk
sebagai hasil reaksi dari bahan-bahan kimia. Contoh dari polimer ini
adalah polietena, polipropena, PVC, polivinil alcohol, Teflon dan dakron.
2.2.2 Polimer berdasarkan jenis monomernya
1) Homopolimer
Yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer yang sejenis.
2) Kopolimer
Yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer yang tidak
sejenis.

2.2.3 Polimer berdasarkan reaksi pembentukan


1) Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan
tunggal sehingga ada atom yang bertambah di dalam senyawa yang
terbentuk. Jadi, polimerisasi adisi adalah reaksi pembentukan polimer dari
senyawa-senyawa yang bergugus fungsi berikatan rangkap (ikatan tak
jenuh). Polimer adisi ini biasanya identik dengan plastik, karena hampir
semua plastik dibuat dengan polimerisasi adisi.
2) Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi kondensasi yaitu reaksi pembentukan polimer dari senyawa-
senyawa yang mempunyai dua gugus fungsi. Misalnya, senyawa
polipeptida atau protein dan polisakarida merupakan senyawa biomolekul
yang dibentuk oleh reaksi polimerisasi kondensasi. Contoh pembentukan
polimerisasi kondensasi yaitu Pembentukan nylon, polyester atau dakron.

2.2.4 Polimer berdasarkan sifatnya


1) Polimer Thermoplastic
Yaitu polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jika
polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan didinginkan
akan mengeras. Proses tersebut dapat terjadi berulang kali, sehingga dapat
dibentuk ulang dalam bentuk yang berbeda untuk mendapatkan produk
polimer yang baru. Struktur molekul termoplastik sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur ikatan lurus polimer termoplastik


Gambar 2.2 Struktur ikatan bercabang polimer termoplastik

Polimer termoplastik memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut:


 Mudah untuk diregangkan.
 Titik leleh rendah.
 Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
 Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
 Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

Contoh plastik termoplastik sebagai berikut:


 Polietilena (PE) = Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum,
pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
 Polivinilklorida (PVC) = pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit
sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu,
sarung tangan dan botol detergen.
 Polipropena (PP) = karung, tali, botol minuman, serat, bak air,
insulator, kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci,
pembungkus tekstil, dan permadani. Polistirena = Insulator, sol sepatu,
penggaris, gantungan baju.

2) Polimer Thermosetting
Polimer thermosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat
permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Bila
polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki
lagi.Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah
dibentuk pada waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku
dan keras. Semakin banyak ikatan silang pada polimer ini, maka semakin
kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk kedua kalinya,
maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai
polimer.Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut :

Gambar 2.3 Struktur ikatan silang polimer termoseting

Sifat polimer termoseting sebagai berikut.


 Keras dan kaku (tidak fleksibel)
 Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
 Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
 Jika dipanaskan tidak akan meleleh.
 Tahan terhadap asam basa.
 Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul
Contoh plastik termoseting: Bakelit (asbak), fitting lampu listrik, steker
listrik, peralatan fotografi, radio, perekat plywood.

2.3 Resin Urea Formaldehid


Formaldehid adalah gas yang mudah terbakar, tak berwarna, gas beracun
dengan bau yang menusuk dan menyesakkan. Formaldehid mempunyai rumus
HCHO dengan nama IUPAC Metanal. Pembuatan formaldehid dalam industri
dengan cara oksidasi dari metanol. Larutan 37 % formaldehid dalam air (dengan
metanol sebagai zat pengstabil). Formalin dipakai sebagai desinfektan, insektisida,
larutan pengawet mayat, sedangkan dalan industri digunakan sebagai bahan
peledak, resin, plastik, tekstil, dan zat warna.
 Sifat-sifat fisika formalin:
1. Pada kondisi ruangan, formalin murni berada pada fase gas.
2. Mudah terbakar, bau merangsang, dapat merusak lendir.
3. Dapat larut dalam air.
4. Dapat membunuh kuman.
5. Titik beku: -118 oC.
6. Titik didih: -19.2 oC
 Sifat-sifat kimia Formaldehid:
1. Formaldehid dapat direduksi menjadi methanol dan dapat dioksidasi
menjadi asam format.
2. Dengan katalis asam, formaldehid dan alcohol glycol atau polyhidroksi
bereaksi menghasilkan formal methylene eter (CH3CO12)2

Resin urea formaldehid adalah hasil polimerisasi kondensasi urea dengan


formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalisd hidroksida alkali dan
kondisi reaksi dijaga tetap pada pH 8-9. Resin merupakan gabungan dari beberapa
monomer membentuk polimer seperti plastik. Resin ini termasuk dalam jenis resin
thermosetting yang mempunyai ikatan silang antar rantai molekulnya.

Gambar 2.4 Struktur Resin Urea Formaldehid


Urea merupakan butiran putih yang mengandung nitrogen(46%), biasanya
digunakan sebagai pupuk dan juga mudah larut dalam air, dan tidak mempunyai
residu garam sesudah dipakai untuk tanaman. Urea merupakan amida yang
bersifat basa karena karbonil tunggalnya tidak cukup untuk mengkompensasi dua
gugus amino. Urea adalah senyawa kovalen yang memiliki tiga atom iner (dalam).
Urea dengan formaldehid akan bereaksi membentuk kopolimer yang disebut urea
formaldehid

Gambar 2.5 Struktur urea dan metanal


 Sifat-sifat fisik urea:
1. Pada suhu kamar tidak berbau dan tidak berwarna.
2. Titik lebur 132.7 oC.
3. Indeks bias : 1,484
4. Berat molekul : 60,06 gram/mol.
 Sifat-sifat kimia Urea:
1. Dengan HNO3 membentuk urea nitrat [CO(NH2)2-NH3].
2. Urea-amonia bereaksi dengan logam alkali membentuk garam sebagai
NH2CONH2.

2.4 Polimerisasi Resin Urea Formaldehid


Adapun tahap-tahap pembentukan produk resin urea formaldeid adalah:
1. Tahap Intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa
larutan dan larut dalam air atau pelarut lainnya. Karena pada tahap
intermediete masih berupa larutan,maka pada tahap ini mudah untuk
melakukan analisa.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan
produk akhir dari polimer.
3. Tahap Curing
Proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas, dan tekanan tinggi, resin
diubah sifatnya menjadi thermosetting resin. Pada tahap curing,
kondensasi tetap berlangsung terus dimana polimer membentuk
rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi thermosetting
resin.

Sedangakan menurut prosesnya, pembentukan resin urea formaldehid dapat


diklasifasikan pada 2 tahap, yaitu:
1) Reaksi Metilolasi
Langkah pertama pada pembentukan resin ini terjadi pencampuranurea
dan formaldehid dalam suasana basa. Reaksi ini dikenal sebagai
metilolasi atau hidroksi metilolasi. Reaksi ini berada dalam keadaan
mono atau di yang dihasilkan dalam keadaan basa (pH 7-9) . Reaksinya :

Gambar 2.6 Reaksi pembentukan mono methylol dan dimethylol urea


Sedangkan dalam suasana asam, metilol urea mengalami kondensasi
menjadi Resin Urea Formaldehid.

2) Reaksi Polimerisasi Kondensasi


Polimerisasi kondensasi adalah reaksi pembentukan polimer dari
monomer-monomer yang mempunyai dua gugus fungsi. Reaksi
kondensasi juga disebut reaksi penggabungan monomer-monomer
sejenis menjadi polimer, dimana setiap tahap selalu membentuk
senyawa-senyawa antara yang stabil (dimer,trimer dst) dan selalu
disertai pengeluaran molekul kecil. Dalam reaksi polimerisasi urea
dalam formaldehid dalam fasa larutan, monomethilol urea yang
terbentuk pada reaksi awal mengalami kondensasi membentuk senyawa
rantai metilen.
Penggabungan unit asam amino dengan rantai etilen akan di
katalisasi hanya dengan asam untuk memperbolehkan proses kondensasi
menjadi butiran resin. Resin urea formaldehid adalah resin sintetik yang
dibuat lewat kopolimerisasi urea dengan formaldehid. Reaksi urea
formaldehid merupakan suatu reaksi polimerisasi kondensasi.

2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Rewsin Urea Formaldehid


1. Perbandingan Umpan
Umumnya, Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan
pada percobaan ini adalah 2 dimana perbandingan umpan berada pada batas
standar yang ditentukan, perbandingan umpan harus berada dalam range
antara 1,25 – 2,0. Sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Adapun berlebihnya
perbandingan mol umpan (>2), hal ini akan menaikan jumlah senyawa
metilol yang mengakibatkan semakin cepat terbentuknya senyawa ikatan
silang dengan hasil polimernya akan keras. Sebaliknya, berkurangnya
perbandingan mol umpan (<1,25) akan mengurangi kekuatan yang
disebabkan oleh belum terbentuknya polimer struktur 3 dimensi sehingga
memperkecil kekuatan dan tekanan.

2. Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 10 sampai 7
merupakan reaksi metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino
dari urea yang menghasilkan metilol urea. Reaksi ini berlangsung dalam
suasana basa lemah, karena itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati –
hati karena turunan metilol berkondensasi secara cepat dalam suasana asam.
Pengaturan suasana basa ini dapat dilakukan dengan penambahan amonia ,
larutan NaOH dalam air. Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi
atau hasil reaksi selama proses kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam
suasana asam akan terbentuk senyawa Goldsmith dan senyawa lain yang
tidak terkontrol sehingga molekul polimer yang dihasilkan rendah .
H – N - CH2 - N - CH2OH

C=O C=O

H – N - CH2 – N – H

Gambar 2.7 Senyawa Goldsmith

Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer


lebih pendek tetapi stabil terhadap panas. Dalam suasana basa kuat,
formaldehid akan bereaksi secara disproporsionasi dimana sebagian akan
teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian tereduksi menjadi
alkohol. Reaksi yang terjadi adalah:
2H CO H + OH- H CO O + CH3O
formaldehid basa kuat asam karboksilat alcohol
Gambar 2.8 Reaksi formaldehid dan basa kuat

3. Katalis
Katalis merupakan senyawa yang ditambahkan sedikit untuk
mempercepat reaksi. Menurut JJ. Berjelius, katalis merupakan senyawa
yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi. Artinya
katalis dapat mempercepat laju reaksi dan ikut aktif dalam reaksi. Untuk
proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat menurunkan energi aktivasi
dengan menyerap panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur
penguapan agar tidak gosong. Energi aktivasi adalah energi minimum yang
dibutuhkan agar molekul – molekul yang di dalam larutan bertumbukan, dan
menghasilkan reaksi yang cepat.
NH3 yang digunakan sebagai katalis yaitu NH3 yang sudah larut dalam
air (NH4OH). Pada fasa gas NH3 bersifat asam, namun pada fasa cair
dengan kadar 17% sifat NH4OH adalah basa. Sehingga dengan sifat basanya
akan mengatur pH reaksi metilolisasi yang berkisar 10 > x > 8 berjalan
baik.

4. Temperatur Reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lebur urea karena dimetilol
urea yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Kenaikan temperatur
akan mempercepat laju reaks. ,Semakin tinggi temperature maka laju reaksi
akan cepat, hal ini berdasarkan dengan persamaan Arrhenius yaitu :
...................................................................................
K = A e-Ea/RT (2.1)

5. Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan
untuk mengkonstankan kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal
ini pH yang diinginkan antar 8 sampai 10. Buffer yang digunakan pada
percobaan ini adalah Na2CO3.H2O.
6. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju
reaksi,dimana sebagai contoh pada reaksi A + B menjadi C. Dimana pada
waktu reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya
semakin banyak sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama
semakin sedikit. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam
hukum laju bentuk diferensial.

Persamaan umum laju reaksi:


− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶 𝐹𝑛…………………………………………………..….….(2.2)
𝑑𝑡

1. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 1 terhadap konsentrasi,


persamaan kinetika laju reaksinya adalah:
− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶 𝐹1……………………………………………….…......(2.3)
𝑑𝑡

Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut


𝐶𝐹 𝑑𝐶𝐹 𝑡
∫ = − ∫ 𝑘 𝑑𝑡………………………………………….……....(2.4)
𝐶0 𝑑𝑡 0

ln (𝐶𝐹) = −𝑘. 𝑡................................................................................(2.5)


𝐶0

ln(𝐶𝐹) = ln(𝐶0) − 𝑘𝑡......................................................................(2.6)


Dengan demikian, bila dialurkan ln Cf terhadap t (waktu) akan
diperoleh hubungan linier dengan gradien garis –k menunjukkan
konstanta laju reaksi. Dengan grafik sebagai berikut:

Ln

Gambar 2.9 Kurva orde reaksi 1

2. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 2 terhadap konsentrasi, persamaan


kinetika laju reaksinya adalah:
− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶𝐹2………………………………………………………......(2.7)
𝑑𝑡
Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
𝐶𝐹 𝑑𝐶𝐹 𝑡
∫ = − ∫ 𝑘 𝑑𝑡……………………………………..………….....(2.8)
𝐶0 𝑑𝑡 0
1

− 𝐶𝐹 = −𝑘𝑡……………………………………………………...…(2.9)
𝐶0 1

1
𝐶𝐹 = 1
+ 𝑘𝑡…………………………………………………… …...(2.10)
𝐶0

Dengan demikian, bila dialurkan 1/Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh


hubungan linier dengan gradien garis k menunjukkan konstanta laju reaksi.
Dengan grafik sebagai berikut :

1/Cf

Gambar 2.10 Kurva orde reaksi 2

7. Kemurnian Zat Umpan


Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor
dikhawatirkan akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi
samping.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan


Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Labu bundar
2. Kondensor
3. Buret 50 ml
4. Pipet volume 25 ml
5. Erlenmeyer 100 ml
6. Gelas ukur (500 ml, 10 ml)
7. Piknometer
8. Stopwatch
9. Corong
10. Motor pengaduk dan pengaduknya
11. Beaker glass (500 ml, 250 ml)
12. Filler
13. Erlenmeyer bertutup 250 ml
14. Labu ukur 500 ml
15. Termometer
16. Viskometer
17. Pipet tetes
18. Cawan porselen
19. Batang pengaduk
20. Indikator pH
21. Seal gliserin
22. Statif
23. Neraca AnalitIk
24. Pemanas air
25. Hot plate
3.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Formalin 600 mL
2. Urea 244,14 gram
3. Alkohol 96% 130 mL
4. Indikator PP
5. Asam Sulfat 13,72 mL dilarutkan dalam 250 mL
6. Na2SO3 31,5 gram dilarutkan dalam 500 mL air
7. Aquadest
8. Na2CO3 1,29 gram
9. NH3 28,54 mL

3.3 Skema Alat

Gamnbar 3.1 Rangakaian alat percobaan


3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Kalibrasi
1) Piknometer

Ditimbang piknometer kosong

Diukur suhu air(250C) yang digunakan kalibrasi

Ditimbang air+piknometer

Didapat data berat (gr) piknometer + air

Gambar 3.2 Diagram alir kalibrasi piknometer

2) Viskometer

Dimasukkan air ke dalam viskometer sampai 1/2 wadah bulat bagian bawah

Dihisap cairan menggunakan ball pipet sampai melewati batas atas

Dilepaskan ball pipet hingga air mulai mengalir

Dinyalakan stopwatch pada saat air mengalir dari batas atas sampai
dengan batas bawah

Didapatkan data waktu kalibrasi (s)

Gambar 3.3 Diagram alir kalibrasi viksometer


3.4.2 Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid

600 mL Formalin 28,54 mL NH4OH 1,29 gr Na2CO3

menyalakan stopwatch dan motor pengaduk

Dicampurkan dalam labu bundar selama 12 menit

Diambil 30 mL sampel sebagai sampel ke 0

Dianalisa sampel (temperatur , kadar formalin bebas, G4, densitas, viskositas, pH sebelum

Ditambahkan 244,14 gram urea ke dalam campuran dan mencatat waktu pelarutannya

Diambil 30 mL sampel sebagai sampel ke-1

Dimulai memanaskan campuran hingga terjadi refluks

Diambil 30 mL sampel sebagai sampel ke-2

L sampel setiap 12 menit sekali, hingga mencapai sampel ke-3 sampai ke-4, mengambil sampel setiap 12 menit untuk sampe

Dianalisa sampel menggunakan cara yang sama dengan


sebelumnya

Diperoleh data analisa

Gambar 3.4 Diagram alir pembuatan resin uera formaldehid


3.4.4 Titrasi Larutan Blangko
Alkohol 5 mL Larutan Na2CO3 25 mL 1-2 tetes indikator pp
c

mencampurkan

Labu Titrasi Tertutup

Dititrasi dengan H2SO4 0,5 N

Diperoleh data (volume titran)

Gambar 3.5 Diagram alir larutan blangko

3.4.5 Analisa Kadar Formaldehid Bersabs Menggunakan Sodium Sulfat


1) Titrasi Larutan Sampel dan Analisa pH

Alkohol 5 mL Na2CO3 25 mL 1-2 tetes indikator pp

Dicampurkan dalam labu titrasi 1 ml sampel

Dicek pH larutan sebelum titrasi

Dilakukan titrasi dengan


menggunakan titran
H2SO4
Diecek pH larutan setelah titrasi

Didapatkan data analisa

Gambar 3.6 Diagram alir analisa kadar formaldehid dan pengujian pH


2) Penentuan Kadar Resin
Ditimbang massa cawan kosong

Dimasukan larutan sampel ke dalam cawan dan

Dipanaskan di atas hot plate pada temperatur 80 oC

Ditimbang cawan + sampel

Didapat data massa cawan + sampel kering

Gambar 3.7 Diagram alir penetuan kadar resin


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh bahwa reaksi kondensasi
urea formaldehida merupakan:
a) Orde reaksi 2
b) Konstanta laju reaksi : 0,0009 Liter.Mol-1.menit-1
c) Berat molekul rata – rata resin : 6439908,19 g/mol
d) Derajat polimerisasi : 70846,1
e) pH reaksi : 10-7
f) Temperatur akhir reaksi : 85°C
g) Energi aktivasi : 74,460184 kJ/mol
h) Waktu terlarut : 24,8 menit
i) Waktu refluks : 39,2 menit
j) Kadar resin terendah (%) : 7,93 %
k) Kadar resin tertinggi (%) : 84,26 %

4.2 Pembahasan
4.21Komposisi Umpan
Perbandingan mol umpan F/U (formalin/urea) yang digunakan pada
percobaan ini adalah 2, dimana perbandingan umpan tersebut berada pada batas
acuan standar yang telah di tetapkan yaitu berada dalam rentang antara 1,25 – 2,0.
Hal tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang dihasilkan berwarna putih,
memiliki kekentalan yang cukup sehingga mempermudah dalam melakukan
analisis, baik analisis densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Jika
perbandingan umpan berada dibawah atau diatas batas acuan standar komposisi
umpan, larutan yang dihasilkan akan sulit untuk dianalisis.

4.2.2 Analisa Densitas daan Viskositas Fluida


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil densitas
sampel dan viskositas sampel yang ditunjukan pada grafik dibawah ini:
Analisa Densitas Sampel
1,240

Densitas Sampel (g/cm3)


1,220
1,200
1,180
1,160
1,140
1,120
1,100
1,080
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 4.1 Grafik densitas sampel terhadap waktu pengambilan sampel

Analisa Viskositas Sampel


0,0100
0,0080
Viskositas Sampel

0,0060
0,0040
0,0020
0,0000

0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 4.2 Grafik analisa viskositas sampel terhadap waktu pengambilan sampel

Pada gambar 4.1 menunjukkan hasil data densitas sampel terhadap waktu
pengambilan sampel. Didapatkan bahwa semakin lama waktu pengambilan
sampel, maka semakin besar nilai densitas yang dihasilkan. Pada sampel ke-0
didapatkan densitas yang rendah, dikarenakan pada sampel tersebut belum adanya
padatan urea, sementara pada sampel 2 dan 3 terlihat naik lalu turun lagi di
sampel ke 4 dan di sampel ke 4-6 terlihat konstan. Meningkatnya densitas sampel
dipengaruhi oleh berat sampel yang semakin lama semakin besar.
Pada gambar 4.2 menunjukkan hasil data viskositas terhadap waktu
pengambilan sampel. Meningkatnya nilai viskositas pada sampel menujukkan
tingkat kekentalan pada sampel. Kemudian semakin lama waktu pengambilan
sampel maka semakin besar nilai viskositas yang dihasilkan. Hal ini berbanding
lurus dengan densitas, dimana jika densitas sampel naik atau meningkat maka
viskositas sampel juga akan meningkat.

4.2.3 Kadar Formalin Bebas dan Kadar Resin


Kadar formalin atau formaldehida juga merupakan salah satu analisa yang
dilakukan pada praktikum ini, jumlah formalin yang digunakan adalah 600 mL.
Pada praktikum ini didapatkan hasil yang ditunjukkan dalam bentuk grafik
dibawah ini:

Analisa Kadar Formalin Bebas


100
Kadar Formalin (g/ml)

80
60
40
20
0

0 20 40 60 80 100 120
Waktu (menit)

Gambar 4.3 Grafik kadar formalin bebas terhadap waktu pengambilan sampel

Analisa Kadar Resin


1,50
Kadar Resin g/ml)

1,00
0,50
0,00

0 50 100 150
Waktu (menit)

Gambar 4.4 Grafik kadar resin terhadap waktu pengambilan sampel


Pada gambar 4.3 menunjukkan kadar formalin (CH 2O) bebas setiap waktu
pengambilan sampel. Analisa kadar formalin bebas ini menunjukkan seberapa
banyak formalin yang telah bereaksi dengan urea dan membentuk resin urea
formaldehid. Dilakukan analisis kadar formalin bebas dengan cara titrasi dengan
menggunakan asam sulfat. Pada gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin
bertambahnya waktu reaksi maka penurunan konsentrasi kadar formalin bebas
semakin turun. Kadar formalin bebas yang semakin bekurang menunjukkan
semakin banyak formalin yang bereaksi dengan urea sehingga resin yang
terbentuk akan semakin banyak. Dan juga adanya penurunan volume titrasi
sampel, penurunan ini juga dapat mengakibatkan terjadinya penurunan
konsentrasi formaldehid bebas, yang menunjukkan semakin banyaknya gugus
formaldehid yang terbentuk menjadi urea yang kemudian akan membentuk resin
urea formaldehid.
Pada gambar 4.4 menunjukkan pengaruh kadar resin terhadap waktu, diperoleh
dari analisa kadar resin menunjukan bahwa berat resin yang telah dipanaskan
semakin lama semakin besar, hal ini disebabkan karena rantai polimer resin urea
formaldehid yang dihasilkan semakin panjang.
Formalin terlebih dahulu akan bereaksi dengan Na2SO3 untuk membetuk
senyawa NaOH. Hal ini dikarenakan formalin tidak dapat langsung direaksikan
dengan H2SO4, sehingga formalin harus dikonversi terlebih dahulu kedalam
senyawa basa dengan cara mereaksikan dengan Na2SO3 terlebih dahulu. NaOH
merupakan sebuah basa kuat dengan kadar formaldehida bebas dalam larutan.
Pada waktu tertentu kadar resin mengalami penurunan dikarenakan temperatur
pengeringan yang tidak konstan sehingga memperaruhi kekentalan pada resin
yang dihasilkan.
Pada praktikum, hasil yang didapat dari penentuan kadar resin mengalami naik
naik turun bisa dilihat pada gambar 4.4. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
aspek saat melakukan percobaan. Pertama, karena kekurang telitian saat
pengambilan sampel, sehingga mengakibatkan kenaikan yang tidak beraturan
pada hasil kadar resinnya. Kedua, karena temperatur pemanasan yang tidak
konstan sehingga mempengaruhi kekentalan resin dan kadar resinnya.
4.2.4 Buffer dan pH reaksi
pH reaksi yang diperoleh pada praktikum ini yaitu berada dalam rentang
pH 10-7. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah. Pada saat reaksi
berlangsung harus selalu dilakukan pengontrolan pH karena turunan metilol urea
berkondensasi secara cepat dalam suasana asam dan membentuk senyawa
Goldsmith yaitu senyawa yang tidak terkontrol sehingga polimer yang dihasilkan
menjadi rendah. Agar suasananya tetap berada dalam kondisi basa lemah maka
pH nya harus di jaga, sehingga ditambahkan larutan Na2CO3 sebagai buffer.
Penambahan larutan buffer Na2CO3 ini berfungsi sebagai larutan penyangga agar
kondisi operasi berlangsung pada pH yang diinginkan.
Cara kerja buffer sendiri yaitu untuk mempertahankan pH pada kondisi
yang stabil atau yang diinginkan. Jika ada penambahan sedikit asam atau basa ke
dalam larutan ini, pH tidak akan berubah drastis. Hal ini disebabkan oleh ion H+
dari asam akan diambil oleh CO 3 dan ion OH- diambil oleh HCO 3. Sehingga
larutan buffer akan menstabilkan asam maupun basa saat reaksi berlangsung.

4.2.5 Orde Reaksi dan Konstanta Laju Reaksi

5,000
4,500
4,000
3,500
3,000
2,500
Ln Cf

2,000
1,500 y = -0,0121x + 4,3762 R² = 0,8695
1,000
0,500
0,000

02040 60 80 100 120


Waktu (menit)

Gambar 4.5 Pengaruh waktu terhadap kadar formalin asumsi orde reaksi (n)=1
0,350
0,300
0,250
0,200
0,150

1/Cf
0,100
0,050 y = 0,0009x + 0,2256 R² = 0,8903
0,000

02040 60 80 100 120


Waktu (menit)

Gambar 4.5 Pengaruh waktu terhadap kadar formalin asumsi orde reaksi (n)=1
Pada gambar 4.5 dengan orde reaksi (n)=1 didapatkan konstanta bernilai negatif
yaitu k = -0,0121 L/mol.menit, dan pada grafik menunjukan penurunan seiring
bertambahnya waktu. Sedangkan pada gambar 4.6 dengan orde (n)=2 didapat nilai
konstanta positif yaitu k = 0,0009 L/mol.menit dan regresi = 0,2256 pada gmbar
4.6 menunjukan peningkatan. Di karenakan nilai regresi itu berbanding lurus
dengan konstanta maka apabila konstanta yang di dapatkan besar maka nilai
regersi juga sama besar. Pada percobaan ini menggunakan orde reaksi 2 karna
adanya nilai konstanta positif yang menandakan adanya produk dan grafik yang
terus naik yang menandakan bahwa pada percobaan urea formaldehid ini adanya
penambahan produk.

4.2.6 Berat Molekul Rata-Rata dan Derajat Polimerisasi

80,000
70,000
60,000
50,000
40,000 y = -51,837x + 55,993 R² = 0,7709
Nsp/Cr

30,000
20,000
10,000
0,000
0,000

0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200


Cr

Gambar 4.7 Grafik Nsp/Cr terhadap Cr


Massa molekul polimer adalah hasil pengulangan massa molekul monomer
dan derajat polimerisasi. Hasil reaksi dan kecepatan reaksi sangat dipengaruhi
oleh faktor perbandingan molekul pereaksi, katalis, suhu, dan waktu reaksi.
Berdasarkan perhitungan ini diperoleh berat molekul rata-rata sebesar
6439908,19 gram/mol.
Berat molekul rata rata ini didapatkan dari hasil perhitungan intercept pada
persamaan garis linier pada grafik, dapat dilihat pada gambar 4.7. Rentang Mr
ada tiga yaitu salah satunya pada rentang Mr 7000 – 70000 g/mol. Hasil yang
diperoleh sedikit lebih tinggi, tidak sesuai dengan rentang Mr-nya , sehingga
polimer yang dihasilkan digolongkan ke dalam jenis polimer tingkat tinggi.
Sedangkan nilai derajat polimerisasi yang di dapat adalah 70846..

4.2.7 Energi Aktivasi dan Pengaruh Katalis


Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul-molekul
yang berada di dalam larutan bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat. Energi
aktivasi diatur oleh katalis, katalis adalah senyawa yang dapat mempercepat suatu
reaksi. Katalis yang dipakai adalah NH 3, atau katalis NH3 yang sudah larut dalam air
menjadi NH4OH.
Reaksi ini merupakan reaksi endoterm karena pada percobaan pembentukan resin
urea formaldehid ini membutuhkan energi dalam bentuk panas yang diserap dari
pemanas labu bundar. Selain dapat menurunkan energi aktivasi katalis juga berfungsi
sebagai penyerap panas.

4.2.8 Pengaruh Pengadukan


Dilakukannya pengadukan ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya
reaksi juga untuk mempercepat perpindahan panas massa. Selain itu pengadukan
berfungsi untuk menghambat terjadinya pembekuan resin, sehingga larutan dapat
mudah dianalisa dengan baik. Semakin cepat pengadukan maka larutan akan
semakin cepat tercampurkan. Pengadukan juga dapat menyebabkan partikel dari
zat pereaksi bergerak lebih cepat kemudian antar partikelnya saling bertumbukan,
sehingga dengan adanya pengadukan dapat mempercepat reaksi.
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :


1. Perbandingan umpan F/U (Formalin/Urea) sebesar 2 membentuk resin yang
masih berupa larutan, tidak terlalu encer dan keras sehingga memudahkan
dalam menganalisa.
2. Waktu reaksi berbanding lurus dengan densitas dan viskositas yang dihasilkan.
Yang berarti semakin lama waktu reaksi naka senakin besar pula densitas dan
viskositas yang dihasilkan.
3. pH resin uera formaldehid yang dihasilkan berkisar pada pH 10 – 7 yaitu pada
keadaan basa rendah hingga netral.
4. Semakin lama polimerisasi berlangsung maka nilai kadar formalin bebas
semakin berkurang.
5. Waktu larut urea adalah 24, 8 menit
6. Waktu refluks larutan adalah 39,2 menit
7. Kadar resin terendah 7,93% dan kadar resin tertinggi 84,26%. Resin yang
dihasilkan memiliki berat molekul rata-rata 6439908,19 gr/mol dengan derajat
polimerisasi 70846.
8. Energi aktivasi yang dihasilkan sebesar 74460,184 J/mol.K
9. Orde reaksi yang di peroleh adalah orede reaksi dengan konstanta laju reaksi
0,0009 L/mol.menit.
DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, 1997. “Dasar – dasar Kimia Organik”, Binarupa Aksara, Jakarta.


Gibson, Ronald F. 1994. Principles Of Composite Material Mechanics. New
York; Mc. Graw Hill,Inc.
J. Geankoplis, Christie. 1993. “Transport Processes and Unit Operations 3rd
editions”, Prentice Hall PTR, New Jersey
Odian, George. 2004. Priciples of Polymerization. Fourth Edition. ISBN 0-417-
27400-3. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey: US
Team Lab. TK UNJANI (2022), Diktat Petunjuk Praktikum Labolatorium Teknik
Kimia II, Fakultas Teknik, Universitas Jendral Achmad Yani, Cimahi.
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

A.1 Data Fisik Air


Tabel A.1 Data Fisik Air
Temperatur Densitas Viskositas
3 3
K o
C gr/cm kg/m [(Pa.s) 103, (kg.m.s) 103, cp]
293,15 20 0,99823 998,23 0,9142
298,15 25 0,99708 997,08 0,8937
303,15 30 0,99568 995,68 0,8737
Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process Principle

A.2 Berat Molekul dan Rumus Molekul


Tabel A.2 Data Berat Molekul dan Rumus Molekul Zat
Zat Rumus Molekul Mr (g/mol)
Urea CO(NH2)2 60,06
Formaldehid CH2O 30,03
Amonia NH3 17
Natrium karbonat Na2CO3 106
Natrium sulfit Na2SO3 126

A.3 Densitas Zat


Tabel A.3 Densitas Zat
Zat ρ (g/ml)
Formalin 1,079
Amonia 0,903

A.4 Data Tetapan Mark-Houwink & Kohn


Tabel A.4 Data Tetapan Mark-Houwink & Kohn
Rentang Mr K A
6000 - 20000 0,0002 0,80
9000 - 17000 0,0003 0,50
7000 - 70000 0,0014 0,60
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN

B.1. Bahan Percobaan


Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Formalin 600 mL
2. Katalis (NH3) 28,54 mL
3. Buffer (Na2CO3) 1,29 gram
4. Urea 244,14 gram
5. Na2SO3 31,5 gram dilarutkan dalam 500 mL air
6. Alkohol 96%
7. Indikator Phenolptalein
8. H2SO4 13,7 2 mL dilarutkan dalam 250 mL
9. Aquadest

B.2. Data pH, Volume Titrasi, Temperatur Reaksi, dan Waktu


Viskometer Ostwald
Kalibrasi Viskometer Ostwald = 1,82 s
Tabel B.1 Data pH, Volume titrasi, Temperatur Reaksi, dan Waktu Viskometer
Ostwald
pH Volume Titrasi
sampel T (°C) t visko(s)
Sebelum Sesudah 1 2 rata-rata
0 8 7 4,5 6 5,25 26 9,66
1 9 8 4 3,2 3,6 42 11,05
2 10 8 2,5 2 2,25 56 11,21
3 10 8 2,3 2,2 2,25 62 13,04
4 10 8 2 1,8 1,9 66 13,11
5 10 8 2,1 1,8 1,95 67 13,21
6 10 8 1,8 1,9 1,85 68 13,91
B.3. Data Massa Piknometer
Massa Piknometer kosong : 22,024gram
Kalibrasi Piknometer : 47,591 gram
Tabel B.2 Data Massa Piknometer

Sampel Massa Piknometer + Sampel (gr)

0 50,27
1 52,28
2 53,32
3 52,134
4 52,252
5 52,368
6 52,44

B.4. Data Berat Cawan


Tabel B.4 Data Berat Cawan
Berat Cawan (gr)
Sampel G (gr)
G1 + Sampel Basah + Sampel Kering
0 41,435 51,771 50,38 1,39
1 31,256 42,08 41,195 0,88
2 44,615 54,533 53,74 0,79
3 41,797 52,227 44,703 7,52
4 35,353 46,775 45,4 1,38
5 51,053 62,141 60,292 1,85
6 39,832 51,166 42,74 8,43

Keterangan:
G1 : berat cawan kosong (gr)
G2 : berat cawan + sampel basah (gr)
G3 : berat cawan + sampel kering (gr)
G : berat sampel (gr)
LAMPIRAN C
PERHITUNGAN ANTARA

C.1 Data Densitas, Viskositas, dan Kadar Resin(%)


Tabel C.1 Data Densitas, Viskositas, dan Kadar Resin (%)
Densitas Viskositas
Sampel Kadar resin %
Sampel Sampel
0 1,102 0,0052 13,91
1 1,18 0,0064 8,85
2 1,221 0,0067 7,93
3 1,174 0,0075 75,24
4 1,179 0,0076 13,75
5 1,183 0,0077 18,49
6 1,186 0,0081 84,26

C.2 Penentuan Kadar Formalin


Berdasarkan grafik di dapat intercept = 55,993
Sesuai perhitungan di dapatkan :
Molekul rata – rata = 6439908,19 gr/mol
Derajat polimerisasi = 70846
Tabel C.2 Penentuan Kadar Formalin
Volume Titrasi (mL) Kadar CH2O
Sampel
1 2 rata-rata (g/100mL)
0 4,5 6 5,25 0,1314
1 4 3,2 3,6 0,0901
2 2,5 2 2,25 0,0563
3 2,3 2,2 2,25 0,0563
4 2 1,8 1,9 0,0475
5 2,1 1,8 1,95 0,0488
6 1,8 1,9 1,85 0,0463
C.4 Penentuan Molekul Rata-rata dan Derajat Polimerisasi
Tabel C.3 Penentuan Molekul Rata-rata dan Derajat Polimerisasi

Sampel Nsp Cr Nsp/Cr

0 4,864 0,153 31,743


1 6,185 0,104 59,228
2 6,540 0,097 67,567
3 7,438 0,884 8,419
4 7,516 0,162 46,372
5 7,614 0,219 34,800
6 8,092 0,999 8,097

C.5 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi


Tabel C.4 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi dengan Asumsi Orde 1

Sampel t (s) Cf (mol/mL) ln(Cf0/Cf) K1

0 12 78,82875 0 0
1 36,8 54,054 0,3773 0,0157
2 51,8 33,78375 0,8473 0,0235
3 64 33,78375 0,8473 0,0177
4 76 28,5285 1,0164 0,0169
5 88 29,27925 0,9904 0,0138
6 100 27,77775 1,043 0,0124
Tabel C.5 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi dengan Asumsi Orde 1

Sampel t (s) 1/Cf (1/Cf)-(1/Cf0) K2

0 12 0,229 0 0
1 36,8 0,2506 0,0217 0,0009
2 51,8 0,2841 0,0551 0,00153
3 64 0,2841 0,0551 0,00115
4 76 0,2984 0,0695 0,00116
5 88 0,2961 0,0672 0,00093
6 100 0,3008 0,0718 0,00086

Tabel C.6 Konstanta Laju Reaksi

Sampel K1 K2 T (K) 1/T Ln K1 Ln K2

0 0 0 299 0,00334 0,00000 0,00000


1 0,0103 0,00059 315 0,00317 -4,5802 -7,4382
2 0,0164 0,00106 329 0,00304 -4.1131 -6,8457
3 0,0133 0,00086 335 0,00299 -4,3215 -7,0541
4 0,0134 0,00092 339 0,00295 -4,3119 -6,9952
5 0,0113 0,00076 340 0,00294 -4,4847 -7,1758
6 0,0105 0,00072 341 0,00293 -4,561 -7,2364
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN

D.1. Kalibrasi Piknometer


Massa air = (massa pikno + air) – (massa pikno kosong)
= 47,591 gram – 22,024 gram
= 25,567 gram
Pada suhu 25 oC, densitas air = 0,99708 gr/mL
25,567
Volume piknometer =
0,99708 = 25,64 mL

D.2. Berat Umpan


Volume formalin = 600 ml
Kemurnian Formalin = 37%
Massa Formalin total = 600 × 1,1 × 37%
= 244,2 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 f𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙i𝑛
Mol Formalin = 𝐵𝑀 f𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙i𝑛

244,2
= 30,03
= 8,13 mol
F/U = 2
𝑚𝑜𝑙 f𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙i𝑛
Mol Urea = 1,4
8,13
= = 4,065 mol
2

Massa Urea = 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑟𝑒𝑎 × 𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎


= 4,065 × 60,06
= 244,14 gram
M campuran total (x) = Massa (formalin + urea + katalis + buffer)
= (244,2 + 244.14 + 0,05 (x) + 0,05 (0,05 x ) gram
(x) = 488,34 + 0,0525 x
(x -0,0525x) = 488,34
= 515,398
Massa Katalis (NH3) = 5% x M campuran total
= 5% x 515,398 gram
= 25,77 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙i𝑠
Volume Katalis (NH3) =
𝜌 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙i𝑠

25,77
= 0,903
= 28,54 ml
Massa buffer (Na2CO3)= % buffer x massa katalis
= 5% x 25,77 gram
= 1,29 gram

D.3. Pembuatan NA2SO3 1 N dalam 500 mL


gr 1000
N
BM ek Volume

gr 1000
1 =
126 2  500

gr = 31,5 gram

D.4. Pembuatan H2SO4 0,5 N dalam 250 mL


N H SO 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 ×𝜌×𝑣
2 4 =
𝐵𝑀
97% ×1,84 ×250
= 49
= 9,106 N
V1. N1 = V2 . N2
250 ml x 0,5 N = V2 x 9,106 N
V2 = 13,72 mL

D.5. Penentuan Densitas Resin


Digunakan data sampel ke - 4
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝i𝑘𝑛𝑜 𝑟 𝑠i𝑛−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝i𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛 )
ρ resin = 𝑉 𝑝i𝑘𝑛𝑜

(52,252−22,024)
= 19,926 = 1,179 gr/mL
40
D.6. Penentuan Viskositas Resin
Digunakan data sampel ke - 4
𝑡𝑟𝑒𝑠i𝑛 ×𝜌𝑟𝑒𝑠i𝑛×𝜇
𝑎i𝑟
µ resin =
𝑡𝑎i𝑟×𝜌𝑎i𝑟

13,11×1,179×0,008937
= 1,82×0,99708

= 0,075677 g/cm.s

D.7. Viskositas Instrinsik


Digunakan data sampel ke - 4
(𝜇𝑟𝑒𝑠i𝑛−𝜇𝑎i𝑟)
Nsp = 𝜇𝑎i𝑟

(0,075677−0,008937)
= 0,008937

= 7,516

D.8. Kadar Formalin Bebas


Digunakan data sampel ke - 4
g 𝑀𝑟f𝑜r𝑚𝑎𝑙𝑑𝑒ℎi𝑑×𝑉𝐻2𝑆04×𝑁𝐻2𝑆04
𝐶𝐻2 𝑂 (𝑚𝐿 ) = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

30,03×1,9×0,5
= 600

= 0,0475 g
100𝑚𝐿

D.9. Penentuan Kadar Resin


Digunakan data sampel ke - 4
%𝑟𝑒𝑠i𝑛 = 𝐺
𝐺𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100
1,38
=10,02 × 100 = 13,75%

D.10. Konsentrasi Resin


Digunakan data sampel ke - 4
% 𝑟𝑒𝑠i𝑛 𝜌 13,75 % × 1,179
𝐶𝑟 = 𝑉 𝑟𝑒𝑠i𝑛 = 100 = 0,162

41
D.11. Berat Molekul Rata-Rata
Penentuan berat molekul rata-rata
𝑁 = 𝐾 × 𝑀 𝑟𝑎
N = merupakan intercept dari persamaan garis antara Nsp/Cr terhadap Cr =
55,993
asumsi rentang Mr = 6000 - 20000, K = 0,0002 dan a = 0,80
K = Tetapan Mark Howink
ln(𝑁) = ln(𝐾) + 𝑎 ln(𝑀)
ln(𝑁)−ln(𝐾)
𝑀𝑟 = 𝑎

𝑒 ln(55,993)−ln(0,0002)
0,80

𝑀𝑟 =
𝑒
𝑀𝑟 = 6439908,197 g𝑟𝑎𝑚
𝑚𝑜𝑙

D.12. Derajat Polimerisasi


𝐵𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Derajat polimerisasi = 6439908,197
(𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎+𝐵𝑀 f𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙i𝑛) = 60,06+30,03 = 12547,1

D.13. Energi Aktivasi


−𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
ln(𝐾) = ln(𝐴) − 𝐸𝑎
𝑅𝑇

ln(𝐾) = − 𝐸𝑎 1
+ ln(𝐴)
𝑅𝑇

Dari grafik hubungan I/T terhadap Ln K1 didapat persamaan:


ln(𝐾1) = 8956,4𝑥 − 31,106
𝐸𝑎
= 8956,4 𝐾
𝑅

𝑅 = 8,314 𝐽
𝑚𝑜𝑙.𝐾

𝐸𝑎 = 8956,4 × 8,314 = 74460,184 𝐽


𝑚𝑜𝑙.𝐾

42

Anda mungkin juga menyukai