Disusun oleh :
Kelompok : LTK-II-08
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu/ 3 November 2021
Nama Praktikan : Dean Wanda A.F (2311191027)
: Tsaniya Elani (2311191028)
Nama Asisten : Murry Maulana (2311181048)
Dosen Pembimbing : Bambang Hari P., ST., MT (NID:412124167)
1.2 TujuanPercobaan
Mempelajari pengaruh perubahan kondisi reaksi pada kecepatan reaksi dan
hasil reaksi, pada tahap intermediate.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Resin adalah setiap golongan padat, semi padat atau cairan organik umumnya
produk asal alam atau sintetik dengan berat molekul tinggi dan memiliki
viskositas yang rendah. Fungsi utama dari resin adalah untuk pengikat antara
serat-serat sehingga menghasilkan ikatan yang kuat (Gibson, 1994).
2.2 Urea
2
2.3 Polimer
Polimer adalah makro molekul yang tersusun dari monomer yang merupakan
molekul sederhana. Polimer dibagi berdasarkan asal, jenis monomer, sifat, dan
susunan rantai.
2.3.1 Polimer berdasarkan asal polimer :
1) Alam
Polimer yang terdapat dialam dan berasal dari makhluk hidup.
2) Semi sintesis
Polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan kimia.
3) Sintesis
Polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat oleh manusia.
2.3.2 Polimer berdasarkan jenis monomer :
1) Homopolimer
Polimer yang terdiri dari jenis monomer yang sama/sejenis.
2) Kopolimer
Polimer yang terdiri dari jenis monomer yang berbeda.
2.3.3 Polimer berdasarkan sifat :
1) Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak
dan didinginkan akan mengeras. Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat
khusus sebagai berikut :
Tidak tahan terhadap panas.
Fleksibel.
Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
Memiliki struktur molekul linear/bercabang.
3
Gambar 2.2 Struktur Polimer
Termoplastik Contoh plastik termoplastik sebagai berikut:
1) Polietilena (PE) : Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum,
pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
2) Polivinilklorida (PVC) : pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit
sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu,
sarung tangan dan botol detergen.
3) Polipropena (PP) : karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator,
kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus
tekstil, dan permadani.
4) Polistirena : Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
2) Polimer Termoseting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat
permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Sifat
polimer termoseting sebagai berikut :
Keras dan kaku (tidak fleksibel)
Jika dipanaskan akan mengeras.
Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
Jika dipanaskan akan meleleh.
Tahan terhadap asam basa.
Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.
4
Contoh plastik termoseting yaitu Bakelit (asbak, fitting lampu listrik, steker
listrik, peralatan fotografi, radio, perekat plywood).
5
b. Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan
produk akhir dari polimer.
c. Tahap curing
Proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas, dan tekanan tinggi, resin
diubah sifatnya menjadi thermosetting resin. Pada tahap curing,
kondensasi tetap berlangsung terus dimana polimer membentuk rangkaian
tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi thermosetting resin.
Sedangkan menurut prosesnya pembentukan resin urea formaldehi dadapat di
klasifasikan pada 2 tahap, yaitu :
a. Reaksi Metilolasi
Langkah pertama pada pembentukan resin ini terjadi pencampuran urea
dan formaldehid dalam suasana basa. Reaksi ini dikenal sebagai metilolasi
atau hidroksi metilolasi. Reaksi ini berada dalam keadaan mono atau di yang
dihasilkan dalam keadaan basa (pH 8-9) . Reaksinya :
6
monomethilolureayang terbentuk pada reaksi awal mengalami kondensasi
membentuk senyawa rantai metilen. Penggabungan unit as-amino dengan
rantai etilen akan di katalisasi hanya dengan asam untuk memperbolehkan
proses kondensasi menjadi butiran resin.
Gambar 2.6 Reaksi Polimerisasi Kondensasi
7
meningkat jika digunakan katalis. Menurut JJ. Berjelius, katalis merupakan
senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi.
Artinya katalis dapat mempercepat laju reaksi dan ikut aktif dalam reaksi. Untuk
proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat menurunkan energi aktivasi dengan
menyerap panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan
agar tidak gosong. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar
molekul – molekul yang di dalam larutan bertumbukan, dan menghasilkan reaksi
yang cepat.
2. Temperatur
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lebur urea karena dimetilol urea
yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Kenaikan temperatur akan
mempercepat laju reaks. Semakin tinggi temperature maka laju reaksi akan
cepat. hal ini berdasarkan dengan persamaan Arrhenius yaitu :
K = A e-Ea/RT
3. Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan untuk
mengkonstankan kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal ini pH
yang diinginkan antar 9 sampai 8. Buffer yang digunakan pada percobaan ini
adalah Na2CO3.H2O.
4. Kemurnian zat umpan
Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor
dikhawatirkan akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi
samping.
5. Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 9 sampai 8 merupakan
reaksi metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari urea yang
menghasilkan metilol urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah,
karena itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati – hati karena turunan
metilol berkondensasi secara cepat dalam suasana asam.
6. Perbandingan umpan
Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada percobaan
ini adalah 2 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar yang
ditentukan,
8
perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Sehingga
mempermudah analisis baik analisis densitas, viskositas, kadar resin dan formalin
bebas. Adapun berlebihnya perbandingan mol umpan (>2), hal ini akan menaikan
jumlah senyawa metilol yang mengakibatkan hasil polimer yang keras.
Sebaliknya, berkurangnya perbandingan mol umpan (<1,25) akan mengurangi
kekuatan yang disebabkan oleh belum terbentuknya polimer struktur 3 dimensi
sehingga memperkecil kekuatan dan tekanan.
7. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju
reaksi,dimana sebagai contoh pada reaksi A + B C. Dimana pada waktu
reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya semakin banyak
sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama semakin sedikit. Orde
reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial.
Persamaan umum laju reaksi:
𝑑𝐶𝐹
− = 𝑘𝐶 𝑛
………………………………………………………………….(2.1)
𝑑𝑡 𝐹
9
Ln Cf
1 1
𝐶𝐹 = + 𝑘𝑡………………………………………………………………(2.9)
𝐶0
1/Cf
t
Gambar 2.8 Kurva Orde Reaksi 2
10
polimer. Monomer ini biasanya dilepaskan dalam bentuk formaldehid atau
formalin.
2. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan
kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format
yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering,
hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
12
3.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Formalin 37%, 600 mL
2. Urea 246,39 gram
3. Alkohol 96%
4. Indikator PP
5. Asam Sulfat 13,73 mL dilarutkan dalam 250 mL
6. Na2SO3 31,5 gram dilarutkan dalam 500 mL
7. Aquadest
8. Na2CO3 1,29 gram
9. NH3 28,66 mL
Air keluar
Kolom refluks
Motor listrik
Air masuk
Seal gliserin
termometer
Pengambilan sampel
Pemanas listrik
13
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Kalibrasi
1. Piknometer
Gambar 3.2.
Mengukur Diagram
suhu Aliryang
air(250C) Kalibrasi Pinkometer
digunakan kalibrasi
Menyalakan stopwatch pada saat air mengalir dari batas atas sampai
dengan batas bawah
14
3.4.2 Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid
1. Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid
6 O3
Mencampur
00 mLFormalin ka n dalam
28,66 labu
mL NHbundar
4OHselama 12 menit
1,29 gram
Menyalakan stopwatch
dan motor pengaduk
Menganalisa sampel (temperatur , kadar formalin bebas, G4, densitas, viskositas, pH sebelum d
Menambahkan beberapa gram urea ke dalam campuran dan mencatat waktu pelarutannya
L sampel setiap 12 menit sekali, hingga mencapai sampel ke-3 sampai ke-4, mengambil sampel setiap 12 menit untuk sampel
15
3.4.3 Titrasi Larutan Blangko
Mencampurkan
Mentitrasi
Gambar 3.5 Diagram Alir Analisa Larutan Blangko
dengan
Diperoleh
data (volume
16
3.4.4.2 Penentuan Kadar Resin
Menimbang
Memasukan larutan sampel cawan
ke dalam + dan menimbangnya
cawan
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Orde reaksi : Orde 2
2. Konstanta laju reaksi : 0,00008 L/mol.menit
3. Berat molekul rata-rata resin : 17.477 gram /mol
4. Derajat polimerisasi : 194,002
5. pH reaksi : 10-7
6. Temperatur akhir reaksi : 85 oC
7. Energi aktivasi : 26411,915 J/mol
8. Waktu larut urea : 12,40 menit
9. Waktu refluks : 29,43 menit
10. Kadar resin tertinggi : 20,59 %
11. Kadar resin terendah : 6,45 %
4. 2 Pembahasan
4. 2.1 Komposisi Umpan
Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan
percobaan adalah 2,0 dimana perbandingan umpan berada pada batas yang
biasa dijadikan acuan standar yaitu berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Hal
tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk memiliki kekentalan
yang cukup, larutan resin yang dihasilkan berwarna putih keruh dengan
kekentalan yang cukup sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Hal ini dimaksudkan agar larutan
resin yang dihasilkan mengandung kadar air yang cukup. Pada praktikum ini
dihasilkan resin dengan kekentalan yang cukup sehingga memudahkan tahap
analisa.
Perbandingan umpan sangat berpengaruh terhadap resin yang
dihasilkan jika umpan berada pada perbandingan <1,25 maka resin yang
dihasilkan akan mengandung air yang terlalu sedikit sehingga berpengaruh
18
pada tahap kondensasi resin, selama tahap kondensasi berlangsung polimer
mulai membentuk rantai tiga dimensi, jika kadar air terlalu rendah maka tahap
kondensasi pun akan berlangsung sebentar dan polimer yang dihasilkan akan
memiliki ikatan tiga dimensi yang sangat sedikit. Jika umpan berada pada
perbandingan >2 maka resin yang dihasilkan akan mengandung kadar air yang
terlalu tinggi.
1.1900
1.1800
1.1700
1.1600
Densitas Sampel
1.1500
1.1400
1.1300
1.1200
1.1100
1.1000
0 1224364860728496108
waktu (s)
0.0300
0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
Viskositas
0.0050
0.0000
0 20 40 60 80
Waktu (s)
19
Pada gambar 4.1 yang menunjukan hasil data densitas sampel terhadap
waktu pengambilan sampel berbanding lurus. Pada sampel pertama didapatkan
densitas yang rendah ini karena sampel belum ditambahkan padatan urea,
sementara sampel 1-12 didapatkan densitas yang relatif besar karena sudah
ditambahkannya padatan urea ke dalam sampel. Pada gambar 4.2 yang
menunjukan hasil data viskositas sampel terhadap waktu pengambilan sampel
didapatkan hasil yang semakin lama waktunya maka semakin besar pula nilainya.
Hal ini berbanding lurus dengan nilai densitas, bisa disimpulkan apabila densitas
sampel yang didapatkan meningkat maka nilai viskositas sampel juga akan
meningkat. Viskositas adalah kekentalan dari suatu bahan sehingga apabila
nilainya semakin besar maka bahan yang didapatk an juga semakin kental.
0.1200
0.1000
Kadar Formaldehid
0.0800
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000 0 20 40 60 80 100
waktu (s)
Gambar 4.3 Grafik Kadar Formalin Bebas Sampel terhadap Waktu Pengambilan
Sampel
20
25
20
Kadar Resin
15
10
0 20 40 60 80 100
Waktu (s)
Gambar 4.4 Grafik Kadar Resin Sampel terhadap Waktu Pengambilan Sampel
Berdasarkan gambar 4.3 yang menunjukan kadar formalin bebas pada setiap
waku pengambilan sampel, dilakukan analisa seberapa banyak formalin yang
telah bereaksi dengan urea dan membentuk resin urea formaldehida. Analisis
kadar formalin bebas dapat dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan
asam sulfat.
H2O + CH2O + Na 2SO3 HO – CH2 – SO3 + NaOH
2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2 H2
Pada reaksi diatas, formalin direaksikan terlebih dahulu dengan Na2SO3
supaya membentuk senyawa NaOH. Hal ini dikarenakan formalin tidak dapat
langsung direaksikan dengan H2SO4, sehingga formalin harus dikonversi kedalam
senyawa basa dengan cara mereakasikan dengan Na2SO3 terlebih dahulu. NaOH
yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehida bebas dalam larutan. Gambar
4.3 hubungan antara kadar formalin bebas (CH2O) terhadap waktu menunjukkan
penurunan. Penurunan konsentrasi kadar formalin bebas (CH2O) menunjukkan
bahwa semakin banyak formalin yang bereaksi membentuk resin urea
formaldehida seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Pada gambar 4.4 yang
menunjukan pengaruh kadar resin terhadap waktu didapatkan hasil yang
cenderung naik-turun, dikarenakan temperatur pemanas yang tidak konstan,
sehingga mempengaruhi kadar resin. Data yang didapatkan harusnya berbanding
terbalik dengan kadar formalin bebas. Karena kadar formalin bebas (CH2O) yang
semakin berkurang akan
21
menujukan semakin banyak formalin yang bereaksi dengan urea sehingga akan
menyebabkan resin yang terbentuk akan semakin banyak.
1.6000
ln (Cfo/Cf) = 0.0143(t) + 0.0175
1.4000 R² = 0.8913
1.2000
1.0000
0.8000
ln
0.6000
0.4000
0.2000
0 20 40 60 80 100 120
0.0000 Waktu (s)
0.0120
0.0100
1/Cf = 0,00008 (t) + 0.0019
0.0080 R² = 0.9069
1/
0.0060
0.0040
0.0020
0.0000
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (s)
22
Pada gambar 4.5 dengan orde reaksi (n)=1 didapatkan konstanta
bernilai yaitu k= 0,0143 L/mol.menit, regresi = 0,8913 dan grafik menunjukan
kenaikan produk seiring bertambahnya waktu, sedangkan pada gambar 4.6
dengan orde reaksi (n)=2 didapat nilai konstanta positif yaitu k= 0,00008
L/mol.menit dan regresi = 0,9069 pada grafik menunjukan peningkatan
produk.
4. 2.5 pH Reaksi
Pada percobaan ini pH reaksi berada pada pH 10-7. Reaksi
pembentukan metilol harus dalam range pH 10-8 atau dalam keadaan basa
rendah, sehingga dilakukan penambahan buffer yang bertujuan untuk
menjaga pH reaksi agar tetap berlangsung dalam range pH 10-8. Kondisi
tersebut diperlukan agar reaksi metilolasi berlangsung sehingga harus
dilakukan pengontrolan pH, turunan metilol akan berkondensasi cepat
dalam suasana asam yang membentuk senyawa Goldsmith (senyawa yang
tidak diinginkan karena dapat menurunkan molekul polimer yang
dihasilkan). Senyawa ini tidak diinginkan karena mempunyai rantai
polimer yang pendek. Tetapi dalam praktikum terdapat pH yang tidak
masuk dalam range 10-8, hal ini terjadi karena kurangnya ketelitian pada
saat praktikum, misalnya dalam proses pengenceran larutan yang kurang
akurat.
Senyawa buffer yang digunakan adalah Na2CO3. Fungsi buffer
yaitu untuk mempertahankan pH pada kondisi yang stabil. Dengan
menambahkan sedikit asam atau basa ke dalam larutan ini, pH tidak akan
berubah drastis. Hal ini disebabkan oleh ion H+ dari asam segera
ditangkap oleh CO3 dan ion OH- ditangkap oleh HCO3. Komponen asam
berfungsi untuk menyangga kenaikan pH dan komponen basa berfungsi
untuk menyangga penurunan pH.
23
4. 2.6 Berat Molekul Rata-rata dan Derajat Polimerisasi
30.00
25.00
Nsp/Cr = -62.789(cr) + 19.725
20.00 R² = 0.2607
Nsp / Cr
15.00
10.00
5.00
0.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
Cr (g/ml)
24
4. 2.8 Pengaruh Pengadukan
Pengadukan dilakukan pada percobaan ini dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi. Selain itu pengadukan juga dapat melarutkan dan
menghomogenkan pereaksi. Pengadukan dapat menyebabkan partikel dari zat
pereaksi bergerak dan berpindah lebih cepat kemudian saling mengalami
tumbukan antar partikel. Reaksi dapat terjadi karena adanya tumbukan antar zat-
zat pereaksi, sehingga dengan adanya pengadukan dapat mempercepat reaksi dan
juga pengadukan berfungsi untuk menghambat terjadinya pembekuan resin,
sehingga larutan mudah dianalisa dengan baik.
25
BAB V
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
28
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN
29
B.2. Data pH, Volume Titrasi, Temperatur Reaksi, dan Waktu Viskometer
Ostwald
Kalibrasi Viskometer Ostwald = 1,76 s
Tabel B.1 Data pH, Volume titrasi, Temperatur Reaksi, dan Waktu Viskometer
Ostwald
pH Volume titrasi (mL) Waktu
Temperatur
Sampel Sebelum Sesudah Viskometer
I II (C)
titrasi titrasi (s)
1 62,928
2 63,40
3 63,637
4 63,75
5 63,689
30
6 63,694
7 63,770
Keterangan:
G1 : berat cawan kosong (gr)
G2 : berat cawan + sampel basah (gr)
G3 : berat cawan + sampel kering (gr)
G : berat sampel (gr)
31
LAMPIRAN C
HASIL DATA PERCOBAAN
32
C.3 Penentuan Molekul Rata-Rata dan Derajat Polimerisasi
Berdasarkan grafik didapat intercept = 19.725
Sesuai perhitungan, didapatkan :
Molekul rata-rata = 17.477 g/mol
Derajat polimerisasi = 194,002
33
C.4 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi
Tabel C.4 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi Dengan Asumsi Orde 1
Sampel t (menit) Cf (mol/L) Ln (Cf0/Cf) K1
0 12 375 0,0000 0,0000
Tabel C.5 Penentuan Orde dan Kosntanta Laju Reaksi Dengan Asumsi Orde 2
Sampel t (menit) 1/Cf (1/Cf)-(1-Cf0) K2
0 12 0,0027 0,0000 0,0000
34
Tabel C.6 Konstanta Laju Reaksi
Sampel K1 K2 T (K) 1/T Ln K1 Ln K2
0 0,0000 0,00000 300,15 0,0033 0 0
35
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN
= 28,43 mL
244,2
= 30,03
= 8,13 mol
F/U = 2,0
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛
Mol Urea = 2,0
8,13
=
2,0
= 4,066 mol
Massa Urea = 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑟𝑒𝑎 × 𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎
= 4,066 × 60,06
= 246,39 gram
36
M campuran total (x) = Massa (formalin + urea + katalis + buffer)
= (244,2 + 246,39 + 0,05 (x) + 0,05 (0,05 x ) gram
(x) = 490,59 + 0,0525 x
(x -0,0525x) = 490,59
0,9475 x = 490,59
490,59
(𝑥) = = 517,77 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,9475
25,89
= 0,903
= 28,66 ml
Massa buffer (Na2CO3)= % buffer x massa katalis
= 5% x 25,89 gram
= 1,29 gram
gr 1000
1 =
126 2 500
gr = 31,5 gram
37
V1. N1 = V2 . N2
250 ml x 0,5 N = V2 x 9,106 N
V2 = 13,73 mL
(63,778−30,12)
= 28,43
= 1,1838 gr/mL
4,66×1,1838×0,008937
= 1,76×0,99708
= 0,0281 g/cm.s
(0,0281−0,008937)
= 0,008937
= 2,1435
38
D.8. Kadar Formalin Bebas
Digunakan data sampel ke-7
𝑔 𝑀𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑑𝑒ℎ𝑖𝑑×𝑉𝐻2𝑆𝑂4×𝑁𝐻2𝑆𝑂4
𝐶𝐻2 𝑂 (𝑚𝐿 ) 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
30,03×1,2×0,5
= 600
𝑔
= 0,0300
100𝑚𝐿
N = 19,725
asumsi rentang Mr = 6000 - 20000, K = 0,0002 dan a = 0,80
K = Tetapan Mark Howink
ln(𝑁) = ln(𝐾) + 𝑎 ln(𝑀)
ln(𝑁)−ln(𝐾)
𝑀𝑟 = 𝑒 𝑎
ln(19,725)−ln(0,0002)
𝑀𝑟 = 0,80
𝑒
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 = 17.477
𝑚𝑜𝑙
39
D.12. Derajat Polimerisasi
𝐵𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Derajat polimerisasi = 17478
(𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎+𝐵𝑀 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛) = (60,06+30,03) = 194.002
0.0000
0.0000 0.0005 0.0010 0.0015 0.0020 0.0025 0.0030 0.0035 0.0040
-1.0000
-2.0000
-3.0000
-4.0000
-5.0000
ln
-8.0000
1/T
−𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
𝐸𝑎
ln(𝐾) = ln(𝐴) −
𝑅𝑇
𝐸𝑎 1
ln(𝐾) = − + ln(𝐴)
𝑅𝑇
40