Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TEKNOLOGI KIMIA II


UREA FORMALDEHID

Disusun oleh :
Kelompok : LTK-II-08
Hari/Tanggal Praktikum : Rabu/ 3 November 2021
Nama Praktikan : Dean Wanda A.F (2311191027)
: Tsaniya Elani (2311191028)
Nama Asisten : Murry Maulana (2311181048)
Dosen Pembimbing : Bambang Hari P., ST., MT (NID:412124167)

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polimer digunakan untuk menggambarkan bentuk molekul raksasa atau
rantai yang sangat panjang yang terdiri atas unit-unit terkecil yang berulang-ulang
atau mer atau meros sebagai blok-blok penyusunnya, Molekul-molekul tunggal
penyusun polimer dikenal dengan istilah monomer.
Resin urea formaldehid merupakan hasil polimerisasi kondensasi urea
dengan formaldehid. Reaksi yang terjadi disebut reaksi polimerisasi kondensasi
karena terjadi reaksi antara dua buah molekul atau gugus fungsi dari molekul
(antara gugus amida dan aldehid) yang membentuk molekul yang lebih besar
dengan melepaskan molekul-molekul kecil seperti air dan alkohol. Resin ini
termasuk ke dalam jenis resin thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap
panas, tahan terhadap asam, basa, dan tidak dapat mudah larut. Karena sifat-sifat
tersebut resin ini banyak digunakan diberbagai industri, seperti industri tekstil dan
kertas.
Dengan semakin pesatnya perkembangan industri kimia, resin thermosetting
urea formaldehid juga semakin banyak digunakan. Oleh karena itu diperlukannya
aplikasi dalam skala kecil seperti pada Laboratorium untuk mengetahui proses
pembentukan resin urea formaldehid.

1.2 TujuanPercobaan
Mempelajari pengaruh perubahan kondisi reaksi pada kecepatan reaksi dan
hasil reaksi, pada tahap intermediate.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Resin

Resin adalah setiap golongan padat, semi padat atau cairan organik umumnya
produk asal alam atau sintetik dengan berat molekul tinggi dan memiliki
viskositas yang rendah. Fungsi utama dari resin adalah untuk pengikat antara
serat-serat sehingga menghasilkan ikatan yang kuat (Gibson, 1994).

2.2 Urea

Urea merupakan butiran putih yang mengandung Nitrogen (46%), digunakan


sebagai pupuk dan mudah larut dalam air dan tidak mempunyai residu garam
sesudah dipakai untuk tanaman. Urea dengan formaldehid akan bereaksi
membentuk kopolimer yang disebut urea formaldehid. (Austin, 1997).

Gambar 2.1 Struktur Urea dan Metanal


Sifat-sifat fisik urea:
a. Pada suhu kamar tidak berbau dan tidak berwarna.
b. Titik lebur 132.7 oC.
c. Indeks bias : 1,484.
d. Berat molekul : 60,06 gram/mol.
Sifat-sifat kimia Urea:
a.
Dengan HNO3 membentuk urea nitrat [CO(NH2)2-NH3].
b.
Urea-amonia bereaksi dengan logam alkali membentuk garam sebagai
NH2CONH2.

2
2.3 Polimer
Polimer adalah makro molekul yang tersusun dari monomer yang merupakan
molekul sederhana. Polimer dibagi berdasarkan asal, jenis monomer, sifat, dan
susunan rantai.
2.3.1 Polimer berdasarkan asal polimer :
1) Alam
Polimer yang terdapat dialam dan berasal dari makhluk hidup.
2) Semi sintesis
Polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan kimia.
3) Sintesis
Polimer yang tidak terdapat di alam dan harus dibuat oleh manusia.
2.3.2 Polimer berdasarkan jenis monomer :
1) Homopolimer
Polimer yang terdiri dari jenis monomer yang sama/sejenis.
2) Kopolimer
Polimer yang terdiri dari jenis monomer yang berbeda.
2.3.3 Polimer berdasarkan sifat :
1) Polimer Termoplastik
Polimer termoplastik adalah polimer yang mempunyai sifat tidak tahan
terhadap panas. Jika polimer jenis ini dipanaskan, maka akan menjadi lunak
dan didinginkan akan mengeras. Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat
khusus sebagai berikut :
 Tidak tahan terhadap panas.
 Fleksibel.
 Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
 Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
 Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

3
Gambar 2.2 Struktur Polimer
Termoplastik Contoh plastik termoplastik sebagai berikut:
1) Polietilena (PE) : Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum,
pipa saluran, isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
2) Polivinilklorida (PVC) : pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit
sintetis, ubin plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu,
sarung tangan dan botol detergen.
3) Polipropena (PP) : karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator,
kursi plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus
tekstil, dan permadani.
4) Polistirena : Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
2) Polimer Termoseting
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan
terhadap panas. Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh.
Sehingga tidak dapat dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat
permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat pembuatan). Sifat
polimer termoseting sebagai berikut :
 Keras dan kaku (tidak fleksibel)
 Jika dipanaskan akan mengeras.
 Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
 Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
 Jika dipanaskan akan meleleh.
 Tahan terhadap asam basa.
 Mempunyai ikatan silang antarrantai molekul.

4
Contoh plastik termoseting yaitu Bakelit (asbak, fitting lampu listrik, steker
listrik, peralatan fotografi, radio, perekat plywood).

Gambar 2.3 Struktur Polimer Termoseting

2.4 Resin Urea-Formaldehid


Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan
formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan
kondisi reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu
reaksi diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk
menjaga agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke
dalam campuran.
Resin merupakan gabungan dari beberapa monomer membentuk polimer
seperti plastik. Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang
mempunyai ikatan silang antar rantai molekulnya (Obichukwu, 2006).

Gambar 2.4 Struktur Ikatan Resin Urea Formaldehid

2.5 Polimerisasi Resin Urea-Formaldehid


Adapun tahap-tahap pembentukan produk urea formaldehid adalah:
a. Tahap intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa
larutan dan larut dalam air atau pelarut lainnya. Karena pada tahap
intermediete masih berupa larutan, maka pada tahap ini mudah untuk
melakukan analisa.

5
b. Tahap persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang
dicampurkan dengan bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan
produk akhir dari polimer.
c. Tahap curing
Proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas, dan tekanan tinggi, resin
diubah sifatnya menjadi thermosetting resin. Pada tahap curing,
kondensasi tetap berlangsung terus dimana polimer membentuk rangkaian
tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi thermosetting resin.
Sedangkan menurut prosesnya pembentukan resin urea formaldehi dadapat di
klasifasikan pada 2 tahap, yaitu :
a. Reaksi Metilolasi
Langkah pertama pada pembentukan resin ini terjadi pencampuran urea
dan formaldehid dalam suasana basa. Reaksi ini dikenal sebagai metilolasi
atau hidroksi metilolasi. Reaksi ini berada dalam keadaan mono atau di yang
dihasilkan dalam keadaan basa (pH 8-9) . Reaksinya :

Gambar 2.5 Reaksi Metilolasi


Dalam suasana asam, metilol urea mengalami kondensasi menjadi UF resin.
b. Reaksi Polimerisasi Kondensasi
Reaksi polimerisasi kondesasi adalah reaksi penggabungan polimer dua
atau lebih gugus fungsi yang menghasilkan polimer dan melepaskan sedikit
air, setiap tahap selalu membentuk senyawa-senyawa antara yang stabil
(dimer,trimer dst) dan selalu disertai pengeluaran molekul kecil. Dalam
reaksi polimerisasi urea dalam formaldehid dalam fasa larutan,

6
monomethilolureayang terbentuk pada reaksi awal mengalami kondensasi
membentuk senyawa rantai metilen. Penggabungan unit as-amino dengan
rantai etilen akan di katalisasi hanya dengan asam untuk memperbolehkan
proses kondensasi menjadi butiran resin.
Gambar 2.6 Reaksi Polimerisasi Kondensasi

2.6 Kegunaan Resin Urea-Formaldehid

1. Digunakan untuk barang sehari-hari seperti pelindung cahaya, soket, alat-alat


listrik, kancing, tutup wadah, kotak, baki, dan mangkuk.
2. Sebagai bahan perekat dan pelapis kayu atau kertas.
3. Mencegah berkerut dan kusutnya kain katun dan untuk mencegah
menyusutnya kayu.
4. Laminating.
5. Karena resin ini sangat terang warnanya sehingga lebih cocok untuk
pemakaian dekoratif.
6. Dalam bidang koting, resin urea-formaldehid kadangkala dipadukan dengan
alkyd baking enemels untuk memperbaiki kekerasan.
7. Menginsulasi busa. Hal ini biasanya difabrikasi on-site dengan peralatan
pembusaan yang portable. Bahan-bahannya mencakup resin, surfaktan untuk
menstabilkan busa, katalis (biasanya asam fosfat), dan udara bertekanan.

2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Resin Urea-Formaldehid


Adapun faktor-faktor yang memengaruhi resin urea formaldehid, antara lain :
1. Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi tersebut.
Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju reaksinya akan

7
meningkat jika digunakan katalis. Menurut JJ. Berjelius, katalis merupakan
senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa ikut bereaksi.
Artinya katalis dapat mempercepat laju reaksi dan ikut aktif dalam reaksi. Untuk
proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat menurunkan energi aktivasi dengan
menyerap panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan
agar tidak gosong. Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar
molekul – molekul yang di dalam larutan bertumbukan, dan menghasilkan reaksi
yang cepat.
2. Temperatur
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lebur urea karena dimetilol urea
yang terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Kenaikan temperatur akan
mempercepat laju reaks. Semakin tinggi temperature maka laju reaksi akan
cepat. hal ini berdasarkan dengan persamaan Arrhenius yaitu :

K = A e-Ea/RT
3. Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan untuk
mengkonstankan kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal ini pH
yang diinginkan antar 9 sampai 8. Buffer yang digunakan pada percobaan ini
adalah Na2CO3.H2O.
4. Kemurnian zat umpan
Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor
dikhawatirkan akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi
samping.
5. Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 9 sampai 8 merupakan
reaksi metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari urea yang
menghasilkan metilol urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah,
karena itu harus dilakukan pengontrolan pH yang hati – hati karena turunan
metilol berkondensasi secara cepat dalam suasana asam.
6. Perbandingan umpan
Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada percobaan
ini adalah 2 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar yang
ditentukan,

8
perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Sehingga
mempermudah analisis baik analisis densitas, viskositas, kadar resin dan formalin
bebas. Adapun berlebihnya perbandingan mol umpan (>2), hal ini akan menaikan
jumlah senyawa metilol yang mengakibatkan hasil polimer yang keras.
Sebaliknya, berkurangnya perbandingan mol umpan (<1,25) akan mengurangi
kekuatan yang disebabkan oleh belum terbentuknya polimer struktur 3 dimensi
sehingga memperkecil kekuatan dan tekanan.
7. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju
reaksi,dimana sebagai contoh pada reaksi A + B C. Dimana pada waktu
reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan semakin lama jumlahnya semakin banyak
sebaliknya zat A dan zat B berkurang, dan semakin lama semakin sedikit. Orde
reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk diferensial.
Persamaan umum laju reaksi:
𝑑𝐶𝐹
− = 𝑘𝐶 𝑛
………………………………………………………………….(2.1)
𝑑𝑡 𝐹

1. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 1 terhadap konsentrasi, persamaan


kinetika laju reaksinya adalah :
𝑑𝐶𝐹
− = 𝑘𝐶 1………………………………………………………………(2.2)
𝑑𝑡 𝐹

Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut :


𝐶𝐹 𝑑𝐶𝐹 𝑡
∫ = − ∫ 𝑘 𝑑𝑡………………………………………..………………….(2.3)
𝐶0 𝑑𝑡 0
𝐶𝐹
ln ) = −𝑘. 𝑡………………………………………………………………...(2.4)
𝐶0
(
ln(𝐶𝐹) = ln(𝐶0) − 𝑘𝑡.........................................................................................(2.5)
Dengan demikian, bila dialurkan ln Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh
hubungan linier dengan gradien garis –k menunjukkan konstanta laju reaksi.
Dengan grafik sebagai berikut:

9
Ln Cf

Gambar 2.7 Kurva Orde Reaksi 1


2. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 2 terhadap konsentrasi, persamaan
kinetika laju reaksinya adalah:
𝑑𝐶𝐹
− = 𝑘𝐶 2………………………………………………………………(2.6)
𝑑𝑡 𝐹

Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut:


𝐶𝐹 𝑑𝐶𝐹 𝑡
∫ = − ∫ 𝑘 𝑑𝑡……………………………………..…………………(2.7)
𝐶0 𝑑𝑡 0
1
− 𝐶𝐹 = −𝑘𝑡……………………………………………………………..(2.8)
1
𝐶0

1 1
𝐶𝐹 = + 𝑘𝑡………………………………………………………………(2.9)
𝐶0

Dengan demikian, bila dialurkan 1/Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh


hubungan linier dengan gradien garis k menunjukkan konstanta laju reaksi.
Dengan grafik sebagai berikut :

1/Cf

t
Gambar 2.8 Kurva Orde Reaksi 2

2.8 Dampak Resin Urea-Formaldehid


1. Resin urea formaldehid ini memiliki resistensi yang rendah terhadap air dan
kondisi yang panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan
melepaskan monomer-monomer yang belum sempurna bereaksi membentuk

10
polimer. Monomer ini biasanya dilepaskan dalam bentuk formaldehid atau
formalin.
2. Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan
kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format
yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering,
hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.

11
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan


Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Labu bundar
2. Kondensor
3. Buret 50 ml
4. Pipet volume 25 ml
5. Erlenmeyer 100 ml
6. Gelas ukur (500 ml, 10 ml)
7. Piknometer
8. Stopwatch
9. Corong
10. Motor pengaduk dan pengaduknya
11. Beaker glass (500 ml, 250 ml)
12. Filler
13. Erlenmeyer bertutup 250 ml
14. Labu ukur 500 ml
15. Termometer
16. Viskometer
17. Pipet tetes
18. Cawan porselen
19. Batang pengaduk
20. Indikator pH
21. Seal gliserin
22. Statif

12
3.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Formalin 37%, 600 mL
2. Urea 246,39 gram
3. Alkohol 96%
4. Indikator PP
5. Asam Sulfat 13,73 mL dilarutkan dalam 250 mL
6. Na2SO3 31,5 gram dilarutkan dalam 500 mL
7. Aquadest
8. Na2CO3 1,29 gram
9. NH3 28,66 mL

3.3 Skema Alat

Air keluar

Kolom refluks

Motor listrik

Air masuk
Seal gliserin

termometer

Pengambilan sampel

Pemanas listrik

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Percobaan Urea Formaldehid

13
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Kalibrasi
1. Piknometer

Menimbang piknometer kosong

Gambar 3.2.
Mengukur Diagram
suhu Aliryang
air(250C) Kalibrasi Pinkometer
digunakan kalibrasi

2. Viskometer Menimbang air+piknometer

Memasukkan air ke dalam viskometer sampai 1/2 wadah bulat bagian


Mendapat data berat (gr)piknometer+air

Menghisap cairan menggunakan ball pipet sampai melewati batas atas


Gambar 3.3 Diagram Alir Kalibrasi Viskometer

Melepaskan ball pipet hingga air mulai

Menyalakan stopwatch pada saat air mengalir dari batas atas sampai
dengan batas bawah

Mendapatkan data waktu kalibrasi

14
3.4.2 Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid
1. Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid

6 O3
Mencampur
00 mLFormalin ka n dalam
28,66 labu
mL NHbundar
4OHselama 12 menit
1,29 gram
Menyalakan stopwatch
dan motor pengaduk

Mengambil 30 mL sampel sebagai sampel ke 0

Menganalisa sampel (temperatur , kadar formalin bebas, G4, densitas, viskositas, pH sebelum d

Menambahkan beberapa gram urea ke dalam campuran dan mencatat waktu pelarutannya

Mengambil 30 mL sampel sebagai sampel ke-1

Mulai memanaskan campuran hingga terjadi refluks

Mengambil 30 mL sampel sebagai sampel ke-2

L sampel setiap 12 menit sekali, hingga mencapai sampel ke-3 sampai ke-4, mengambil sampel setiap 12 menit untuk sampel

Menganalisa sampel menggunakan cara yang sama dengan sebelumnya

Diperoleh data analisa

Gambar 3.4 Diagram Alir Pembuatan Resin Urea Formaldehid

15
3.4.3 Titrasi Larutan Blangko

Alkohol 5 mL Larutan Na2SO3 25 mL 1-2 tetes indikator PP

Mencampurkan

Labu Titrasi Tertutup

Mentitrasi
Gambar 3.5 Diagram Alir Analisa Larutan Blangko
dengan
Diperoleh
data (volume

3.4.4 Analisa Kadar Formaldehid Bebas Menggunakan Sodium Sulfit


3.4.4.1 Titrasi Larutan Sampel Dan Analisa pH
Alkohol 5 mL Larutan Na2SO3 25 mL 1-2 tetes indikator PP

Mencampurkan dalam labu titrasi 1 mL sampel

Mengecek pH larutan sebelum titrasi

Melakukan titrasi dengan menggunakan titran H2SO4

Mengecek pH larutan setelah titrasi

Mendapatkan data analisa

Gambar 3.6 Diagram Alir Analisa Kadar Formaldehid dan Pengujian pH

16
3.4.4.2 Penentuan Kadar Resin

Menimbang massa cawan kosong


Setelah beberapa menit

Menimbang
Memasukan larutan sampel cawan
ke dalam + dan menimbangnya
cawan

Didapat data massa cawan + sampel


Memanaskan di atas hot plate pada temperatur 85
Gambar 3.7 Diagram AliroPenetuan
C Kadar Resin

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Percobaan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Orde reaksi : Orde 2
2. Konstanta laju reaksi : 0,00008 L/mol.menit
3. Berat molekul rata-rata resin : 17.477 gram /mol
4. Derajat polimerisasi : 194,002
5. pH reaksi : 10-7
6. Temperatur akhir reaksi : 85 oC
7. Energi aktivasi : 26411,915 J/mol
8. Waktu larut urea : 12,40 menit
9. Waktu refluks : 29,43 menit
10. Kadar resin tertinggi : 20,59 %
11. Kadar resin terendah : 6,45 %

4. 2 Pembahasan
4. 2.1 Komposisi Umpan
Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan
percobaan adalah 2,0 dimana perbandingan umpan berada pada batas yang
biasa dijadikan acuan standar yaitu berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Hal
tersebut dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk memiliki kekentalan
yang cukup, larutan resin yang dihasilkan berwarna putih keruh dengan
kekentalan yang cukup sehingga mempermudah analisis baik analisis densitas,
viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Hal ini dimaksudkan agar larutan
resin yang dihasilkan mengandung kadar air yang cukup. Pada praktikum ini
dihasilkan resin dengan kekentalan yang cukup sehingga memudahkan tahap
analisa.
Perbandingan umpan sangat berpengaruh terhadap resin yang
dihasilkan jika umpan berada pada perbandingan <1,25 maka resin yang
dihasilkan akan mengandung air yang terlalu sedikit sehingga berpengaruh

18
pada tahap kondensasi resin, selama tahap kondensasi berlangsung polimer
mulai membentuk rantai tiga dimensi, jika kadar air terlalu rendah maka tahap
kondensasi pun akan berlangsung sebentar dan polimer yang dihasilkan akan
memiliki ikatan tiga dimensi yang sangat sedikit. Jika umpan berada pada
perbandingan >2 maka resin yang dihasilkan akan mengandung kadar air yang
terlalu tinggi.

4. 2.2 Analisis Densitas dan Viskositas


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil densitas
dan viskositas sampel yang ditunjukan ada grafik dibawah ini:

1.1900
1.1800
1.1700
1.1600
Densitas Sampel

1.1500
1.1400
1.1300
1.1200
1.1100
1.1000
0 1224364860728496108
waktu (s)

Gambar 4.1 Grafik Densitas Sampel terhadap Waktu Pengambilan


Sampel

0.0300
0.0250
0.0200
0.0150
0.0100
Viskositas

0.0050
0.0000

0 20 40 60 80
Waktu (s)

Gambar 4.2 Grafik Viskositas Sampel terhadap Waktu Pengambilan Sampel

19
Pada gambar 4.1 yang menunjukan hasil data densitas sampel terhadap
waktu pengambilan sampel berbanding lurus. Pada sampel pertama didapatkan
densitas yang rendah ini karena sampel belum ditambahkan padatan urea,
sementara sampel 1-12 didapatkan densitas yang relatif besar karena sudah
ditambahkannya padatan urea ke dalam sampel. Pada gambar 4.2 yang
menunjukan hasil data viskositas sampel terhadap waktu pengambilan sampel
didapatkan hasil yang semakin lama waktunya maka semakin besar pula nilainya.
Hal ini berbanding lurus dengan nilai densitas, bisa disimpulkan apabila densitas
sampel yang didapatkan meningkat maka nilai viskositas sampel juga akan
meningkat. Viskositas adalah kekentalan dari suatu bahan sehingga apabila
nilainya semakin besar maka bahan yang didapatk an juga semakin kental.

4. 2.3 Kadar Formalin Bebas dan Kadar Resin


Kadar formalin/formaldehida juga merupakan salah satu analisa yang
dilakukan pada praktikum ini, jumlah formalin digunakan adalah 600 mL. pada
praktikum ini, didapatkan hasil yang ditunjukan dalam bentuk grafik dibawah ini:

0.1200

0.1000
Kadar Formaldehid

0.0800

0.0600

0.0400

0.0200

0.0000 0 20 40 60 80 100
waktu (s)

Gambar 4.3 Grafik Kadar Formalin Bebas Sampel terhadap Waktu Pengambilan
Sampel

20
25

20
Kadar Resin
15

10

0 20 40 60 80 100
Waktu (s)

Gambar 4.4 Grafik Kadar Resin Sampel terhadap Waktu Pengambilan Sampel
Berdasarkan gambar 4.3 yang menunjukan kadar formalin bebas pada setiap
waku pengambilan sampel, dilakukan analisa seberapa banyak formalin yang
telah bereaksi dengan urea dan membentuk resin urea formaldehida. Analisis
kadar formalin bebas dapat dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan
asam sulfat.
H2O + CH2O + Na 2SO3 HO – CH2 – SO3 + NaOH
2 NaOH + H2SO4 Na2SO4 + 2 H2
Pada reaksi diatas, formalin direaksikan terlebih dahulu dengan Na2SO3
supaya membentuk senyawa NaOH. Hal ini dikarenakan formalin tidak dapat
langsung direaksikan dengan H2SO4, sehingga formalin harus dikonversi kedalam
senyawa basa dengan cara mereakasikan dengan Na2SO3 terlebih dahulu. NaOH
yang terbentuk ekivalen dengan kadar formaldehida bebas dalam larutan. Gambar
4.3 hubungan antara kadar formalin bebas (CH2O) terhadap waktu menunjukkan
penurunan. Penurunan konsentrasi kadar formalin bebas (CH2O) menunjukkan
bahwa semakin banyak formalin yang bereaksi membentuk resin urea
formaldehida seiring dengan bertambahnya waktu reaksi. Pada gambar 4.4 yang
menunjukan pengaruh kadar resin terhadap waktu didapatkan hasil yang
cenderung naik-turun, dikarenakan temperatur pemanas yang tidak konstan,
sehingga mempengaruhi kadar resin. Data yang didapatkan harusnya berbanding
terbalik dengan kadar formalin bebas. Karena kadar formalin bebas (CH2O) yang
semakin berkurang akan

21
menujukan semakin banyak formalin yang bereaksi dengan urea sehingga akan
menyebabkan resin yang terbentuk akan semakin banyak.

4. 2.4 Orde Reaksi dan Konstanta Laju Reaksi


Pada praktikum ini Untuk menentukan konstanta dan orde reaksi
dengan metode integral yang ditunjukan pada gambar 4.5 dan 4.6 berikut:

1.6000
ln (Cfo/Cf) = 0.0143(t) + 0.0175
1.4000 R² = 0.8913
1.2000

1.0000

0.8000
ln

0.6000

0.4000

0.2000
0 20 40 60 80 100 120
0.0000 Waktu (s)

Gambar 4.5 pengaruh waktu terhadap kadar formalin asumsi orde


reaksi (n)=1

0.0120

0.0100
1/Cf = 0,00008 (t) + 0.0019
0.0080 R² = 0.9069
1/

0.0060

0.0040

0.0020

0.0000
0 20 40 60 80 100 120
Waktu (s)

Gambar 4.6 pengaruh waktu terhadap kadar formalin asumsi orde


reaksi (n)=2

22
Pada gambar 4.5 dengan orde reaksi (n)=1 didapatkan konstanta
bernilai yaitu k= 0,0143 L/mol.menit, regresi = 0,8913 dan grafik menunjukan
kenaikan produk seiring bertambahnya waktu, sedangkan pada gambar 4.6
dengan orde reaksi (n)=2 didapat nilai konstanta positif yaitu k= 0,00008
L/mol.menit dan regresi = 0,9069 pada grafik menunjukan peningkatan
produk.

4. 2.5 pH Reaksi
Pada percobaan ini pH reaksi berada pada pH 10-7. Reaksi
pembentukan metilol harus dalam range pH 10-8 atau dalam keadaan basa
rendah, sehingga dilakukan penambahan buffer yang bertujuan untuk
menjaga pH reaksi agar tetap berlangsung dalam range pH 10-8. Kondisi
tersebut diperlukan agar reaksi metilolasi berlangsung sehingga harus
dilakukan pengontrolan pH, turunan metilol akan berkondensasi cepat
dalam suasana asam yang membentuk senyawa Goldsmith (senyawa yang
tidak diinginkan karena dapat menurunkan molekul polimer yang
dihasilkan). Senyawa ini tidak diinginkan karena mempunyai rantai
polimer yang pendek. Tetapi dalam praktikum terdapat pH yang tidak
masuk dalam range 10-8, hal ini terjadi karena kurangnya ketelitian pada
saat praktikum, misalnya dalam proses pengenceran larutan yang kurang
akurat.
Senyawa buffer yang digunakan adalah Na2CO3. Fungsi buffer
yaitu untuk mempertahankan pH pada kondisi yang stabil. Dengan
menambahkan sedikit asam atau basa ke dalam larutan ini, pH tidak akan
berubah drastis. Hal ini disebabkan oleh ion H+ dari asam segera
ditangkap oleh CO3 dan ion OH- ditangkap oleh HCO3. Komponen asam
berfungsi untuk menyangga kenaikan pH dan komponen basa berfungsi
untuk menyangga penurunan pH.

23
4. 2.6 Berat Molekul Rata-rata dan Derajat Polimerisasi

30.00

25.00
Nsp/Cr = -62.789(cr) + 19.725
20.00 R² = 0.2607

Nsp / Cr
15.00

10.00

5.00

0.00
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
Cr (g/ml)

Gambar 4.7 Grafik Viskositas Intristik(Nsp)/Konsentrasi


Resin terhadap Konsentrasi Resin
Dari hasil percobaan ini diperoleh persamaan Nsp/Cr = -62.789(Cr) +
19.725 yang menunjukan bahwa -62.789 merupakan slope dan 19.725 merupakan
intercept. Berat molekul rata-rata sebesar 17.477 gram/mol. Hasil yang diperoleh
memiliki rentan Mr-nya 6000 – 20000 gr/mol. Sehingga digolongkan dalam jenis
polimer tingkat rendah. Dengan derajat polierisasi sebesar 194,002.

4. 2.7 Energi Aktivasi


Energi aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul-
molekul yang di dalam larutan bertumbukan, sehingga reaksi menjadi cepat.
Energi aktivasi diatur oleh katalis. Katalis yang dipakai adalah NH3, yaitu katalis
NH3 yang sudah larut dalam air (NH4OH).
Pada percobaan ini tidak menggunakan katali, diperoleh nilai energi
aktivasi sebesar 26411,915 J/mol. Reaksi ini merupakan reaksi endoterm karena
pada percobaan pembentukan resin urea formaldehid ini membutuhkan energi
dalam bentuk panas yang diserap dari pemanas labu bundar. Katalis selain dapat
menurunkan energi aktivasi katalis juga berfungsi sebagai penyerap panas. Maka
waktu curing dibutuhkan untuk percobaan tanpa katalis harus lebih lama untuk
menyerap panas lebih banyak.

24
4. 2.8 Pengaruh Pengadukan
Pengadukan dilakukan pada percobaan ini dengan tujuan untuk
mempercepat reaksi. Selain itu pengadukan juga dapat melarutkan dan
menghomogenkan pereaksi. Pengadukan dapat menyebabkan partikel dari zat
pereaksi bergerak dan berpindah lebih cepat kemudian saling mengalami
tumbukan antar partikel. Reaksi dapat terjadi karena adanya tumbukan antar zat-
zat pereaksi, sehingga dengan adanya pengadukan dapat mempercepat reaksi dan
juga pengadukan berfungsi untuk menghambat terjadinya pembekuan resin,
sehingga larutan mudah dianalisa dengan baik.

25
BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Hal ini
dimaksudkan agar larutan resin yang terbentuk tidak kental dan tidak
encer.
2. Semakin lama waktu reaksi maka densitas resin dan viskositas resin akan
semakin besar.
3. Faktor yang mempengaruhi polimerisasi kondensasi urea-formaldehid
yaitu temperature yaitu pada Temperatur akhir reaksi adalah 85 (ºC.),
katalis (NH3), nilai pH, perbandingan umpan, buffer Na 2CO3, konsentrasi
umpan, pengaruh pengadukan dan laju reaksi.
4. Waktu larut urea adalah 12 menit 40 detik dan waktu refluks larutan
adalah 29 menit 43 detik.
5. Orde yang kami gunakan adalah orde 2 dengan k = 0,00008 L/mol. menit-1.
6. pH resin urea formaldehid berkisar 10 – 7.
7. Energi aktivasi yang dihasilkan sebesar 26411,915 KJ/mol.
8. Semakin lama proses polimerisasi berlangsung maka nilai kadar formalin
bebas akan semakin berkurang.
9. Kadar resin terendah 6,45% dan kadar resin tertinggi 20,59%. Resin yang
dihasilkan memiliki berat molekul rata-rata 17.477 gram/mol dengan
derajat polimerisasi 194,002.

26
DAFTAR PUSTAKA

Austin B. dan D. A. Austin, 1997, Bacterial Fish Disease In Farmed and


Wild Fish Second edition,Ellis Howard limited, Chichester, England
Fessenden, Fessenden, 1997, “Dasar-dasar Kimia Organik”, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Gibson, Ronald F. 1994. Principles Of Composite Material Mechanics.
New York : Mc Graw Hill,Inc
J.Geankoplis, Christie, 1993, “Transport Processes and Unit Operations 3rd
editions”, Prentice Hall P T R, New Jersey
Obichukwu, M., 2006, Ethylated Urea – Ether – Modified Urea-
Formaldehid Resins, Part 1: Structural and Physicochemical Properties. Minna:
Federal University Of Technology.
Team Lab. TK UNJANI (2021), Diktat Petunjuk Praktikum Laboratorium
Teknik Kimia II, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi.

27
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

A.1 Data Fisik Air


Tabel A.1 Data Fisik Air
Temperatur Densitas Viskositas
3 3
K o
C gr/cm kg/m [(Pa.s) 103, (kg.m.s) 103, cp]
293,15 20 0,99823 998,23 0,9142
298,15 25 0,99708 997,08 0,8937
303,15 30 0,99568 995,68 0,8737
Sumber : C. J. Geankoplis. Transport Processes and Separation Process Principle
A.2 Berat Molekul dan Rumus Molekul
Tabel A.2 Data Berat Molekul dan Rumus Molekul Zat
Zat Rumus Molekul Mr (g/mol)
Urea CO(NH2)2 60,06
Formaldehid CH2O 30,03
Amonia NH3 17
Natrium karbonat Na2CO3 106
Natrium sulfit Na2SO3 126

A.3 Densitas Zat


Tabel A.3 Densitas Zat
Zat ρ (g/ml)
Formalin 1,079
Amonia 0,903

A.4 Data Tetapan Mark-Houwink & Kohn


Tabel A.4 Data Tetapan Mark-Houwink & Kohn
Rentang Mr K A
6000 - 20000 0,0002 0,80
9000 - 17000 0,0003 0,50
7000 - 70000 0,0014 0,60

28
LAMPIRAN B
DATA PERCOBAAN

B.1. Bahan Percobaan


Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Formalin 600 mL
2. Katalis (NH3) 29 mL
3. Buffer (Na2CO3) 1,29 gram
4. Urea 246,39 gram
5. Na2SO3 31,5 gram dilarutkan dalam 500 mL air
6. Alkohol 96%
7. Indikator Phenolptalein
8. H2SO4 13,73 mL dilarutkan dalam 250 mL
9. Aquadest

29
B.2. Data pH, Volume Titrasi, Temperatur Reaksi, dan Waktu Viskometer
Ostwald
Kalibrasi Viskometer Ostwald = 1,76 s
Tabel B.1 Data pH, Volume titrasi, Temperatur Reaksi, dan Waktu Viskometer
Ostwald
pH Volume titrasi (mL) Waktu
Temperatur
Sampel Sebelum Sesudah Viskometer
I II (C)
titrasi titrasi (s)

0 10 9 4,5 4,5 27 2,18


1 9 8 3 3,2 27 2,57
2 9 8 2,3 2,1 85 3,16
3 10 8 2,2 2 85 3,55
4 10 7 1,7 1,5 83 3,74
5 10 9 2 1,9 81 4,2
6 10 9 1,3 1,2 85 4,27
7 10 9 1,3 1,1 85 4,66

B.3. Data Massa Piknometer


Massa Piknometer kosong : 30,12 gram
Kalibrasi Piknometer : 58,47 gram
Tabel B.2 Data Massa Piknometer

Sampel Massa piknometer + sampel (gr)


0 61,564

1 62,928

2 63,40

3 63,637

4 63,75

5 63,689

30
6 63,694

7 63,770

B.4. Data Berat Cawan

Tabel B.3 Data Berat Cawan


Berat cawan (gr)
Sampel G (gr)
G1 + sampel basah + sampel kering
0 31,995 37,135 32,64 0,645

1 53,286 58,434 54,624 1,338

2 55,491 61,125 57,119 1,628

3 53,286 59,102 55,345 2,059

4 52,488 57,643 53,913 1,425

5 50,527 56,006 51,621 1,094

6 40,553 46,226 41,201 0,648

7 41,624 47,015 42,814 1,19

Keterangan:
G1 : berat cawan kosong (gr)
G2 : berat cawan + sampel basah (gr)
G3 : berat cawan + sampel kering (gr)
G : berat sampel (gr)

31
LAMPIRAN C
HASIL DATA PERCOBAAN

C.1 Data Densitas, Viskositas, dan Kadar Resin(%)


Tabel C.1 Data Densitas, Viskositas, dan Kadar Resin (%)

Sampel Densitas Sampel Viskositas Sampel Kadar Resin (%)


(g/cm3) (g/cm.s)
0 1.1059 0,0123 6,45

1 1.1539 0,0151 13,38

2 1.1705 0,0188 16,28

3 1.1788 0,0213 20,59

4 1.1828 0,0225 14,25

5 1.1806 0,0253 10,94

6 1.1808 0,0257 6,48

7 1.1838 0,0281 11,9

C.2 Penentuan Kadar Formalin


Tabel C.2 Penentuan Kadar Formalin

Volume Titrasi (mL) Kadar


CH2O
Sampel
(g/100
1 2 Rata-rata
mL)
0 4,5 4,5 4,5 0.1126

1 3 3,2 3,1 0,0776

2 2,3 2,1 2,2 0,0551

3 2,2 2 2,1 0,0526

4 1,7 1,5 1,6 0,0400

5 2 1,9 1,95 0,0488

6 1,3 1,2 1,25 0,0313

7 1,3 1,1 1,2 0,0300

32
C.3 Penentuan Molekul Rata-Rata dan Derajat Polimerisasi
Berdasarkan grafik didapat intercept = 19.725
Sesuai perhitungan, didapatkan :
Molekul rata-rata = 17.477 g/mol
Derajat polimerisasi = 194,002

Tabel C.3 Penentuan Kadar Formalin


Sampel Nsp Cr (g/mL) Nsp/Cr
0 0,3738 0,07 5,24

1 0,6898 0,15 4,47

2 1,1077 0,19 5,81

3 1,3846 0,24 5,70

4 1,5207 0,17 9,02

5 1,8256 0,13 14,13

6 1,8732 0,08 24,48

7 2,1434 0,14 15,22

33
C.4 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi
Tabel C.4 Penentuan Orde dan Konstanta Laju Reaksi Dengan Asumsi Orde 1
Sampel t (menit) Cf (mol/L) Ln (Cf0/Cf) K1
0 12 375 0,0000 0,0000

1 24 258,3333333 0,3727 0,0014

2 36 183,3333333 0,7156 0,0039

3 48 175 0,7621 0,0044

4 60 133,3333333 1,0341 0,0078

5 72 162.5 0,8362 0,0051

6 84 104,1666667 1,2809 0,0123

7 96 100 1,3218 0,0132

Tabel C.5 Penentuan Orde dan Kosntanta Laju Reaksi Dengan Asumsi Orde 2
Sampel t (menit) 1/Cf (1/Cf)-(1-Cf0) K2
0 12 0,0027 0,0000 0,0000

1 24 0,0039 0,0012 0,0001

2 36 0,0055 0,0028 0,0001

3 48 0,0057 0,0030 0,0001

4 60 0,0075 0,0048 0,0001

5 72 0,0062 0,0035 0,0000

6 84 0,0096 0,0069 0,0001

7 96 0,0100 0,0073 0,0001

34
Tabel C.6 Konstanta Laju Reaksi
Sampel K1 K2 T (K) 1/T Ln K1 Ln K2
0 0,0000 0,00000 300,15 0,0033 0 0

1 0,0121 0,00083 300,15 0,0033 -6,5413 -9,8999

2 0,0102 0,00083 358,15 0,0028 -5,5459 -9,4660

3 0,0105 0,00089 358,15 0,0028 -5,4364 -9,6646

4 0,0102 0,00089 356,15 0,0028 -4,8593 -9,4266

5 0,0087 0,00074 354,15 0,0028 -5,2695 -9,9353

6 0,0089 0,00079 358,15 0,0028 -4,3984 -9,4022

7 0,0060 0,00047 358,15 0,0028 -4,3262 -9,4797

35
LAMPIRAN D
CONTOH PERHITUNGAN

D.1. Kalibrasi Piknometer


Massa air = (massa pikno + air) – (massa pikno kosong)
= 58,47 gram – 30,12 gram
= 28,35 gram
Pada suhu 25 oC, densitas air = 0,99708 gr/mL
28,35
Volume piknometer =
0,99708

= 28,43 mL

D.2. Berat Umpan


Volume formalin = 600 ml
Kemurnian Formalin = 37%
Massa Formalin total = 600 × 1,1 × 37%
= 244,2 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛
Mol Formalin = 𝐵𝑀 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛

244,2
= 30,03
= 8,13 mol
F/U = 2,0
𝑚𝑜𝑙 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛
Mol Urea = 2,0

8,13
=
2,0

= 4,066 mol
Massa Urea = 𝑚𝑜𝑙 𝑢𝑟𝑒𝑎 × 𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎
= 4,066 × 60,06
= 246,39 gram

36
M campuran total (x) = Massa (formalin + urea + katalis + buffer)
= (244,2 + 246,39 + 0,05 (x) + 0,05 (0,05 x ) gram
(x) = 490,59 + 0,0525 x
(x -0,0525x) = 490,59
0,9475 x = 490,59
490,59
(𝑥) = = 517,77 𝑔𝑟𝑎𝑚
0,9475

Massa Katalis (NH3) = 5% x M campuran total


= 5% x 517,77 gram
= 25,89 gram
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠
Volume Katalis (NH3) =
𝜌 𝑘𝑎𝑡𝑎𝑙𝑖𝑠

25,89
= 0,903
= 28,66 ml
Massa buffer (Na2CO3)= % buffer x massa katalis
= 5% x 25,89 gram
= 1,29 gram

D.3. Pembuatan Na2SO3 1 N dalam 500 mL


gr 1000
N
BM ek Volume

gr 1000
1 =
126 2  500

gr = 31,5 gram

D.4. Pembuatan H2SO4 0,5 N dalam 250 mL


𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 ×𝜌×𝑣
N H2SO4 = 𝐵𝑀

97% ×1,84 ×250


= 49
= 9,106 N

37
V1. N1 = V2 . N2
250 ml x 0,5 N = V2 x 9,106 N
V2 = 13,73 mL

D.5. Penentuan Densitas Resin


Digunakan data sampel ke-7
(𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜+𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛−𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔)
ρ resin = 𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜

(63,778−30,12)
= 28,43

= 1,1838 gr/mL

D.6. Penentuan Viskositas Resin


Digunakan data sampel ke-7
𝑡𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 ×𝜌𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛×𝜇𝑎𝑖𝑟
µ resin
= 𝑡𝑎𝑖𝑟×𝜌𝑎𝑖𝑟

4,66×1,1838×0,008937
= 1,76×0,99708

= 0,0281 g/cm.s

D.7. Viskositas Intrinsik


Digunakan data sampel ke-7
(𝜇𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛−𝜇𝑎𝑖𝑟)
Nsp = 𝜇𝑎𝑖𝑟

(0,0281−0,008937)
= 0,008937

= 2,1435

38
D.8. Kadar Formalin Bebas
Digunakan data sampel ke-7
𝑔 𝑀𝑟𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑑𝑒ℎ𝑖𝑑×𝑉𝐻2𝑆𝑂4×𝑁𝐻2𝑆𝑂4
𝐶𝐻2 𝑂 (𝑚𝐿 ) 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

30,03×1,2×0,5
= 600
𝑔
= 0,0300
100𝑚𝐿

D.9. Penentuan Kadar Resin


Digunakan data sampel ke-7
𝐺
%𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 =
𝐺𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 100
1,19
= 10,03 × 100 = 11,86 %

D.10. Konsentrasi Resin


Digunakan data sampel ke-7
% 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 𝜌 11,86 𝑥 1,1838
𝐶𝑟 = 𝑉 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑛 = 100
= 0,14

D.11. Berat Molekul Rata-Rata


Penentuan berat molekul rata-
rata
𝑁 = 𝐾 × 𝑀 𝑟𝑎

N = 19,725
asumsi rentang Mr = 6000 - 20000, K = 0,0002 dan a = 0,80
K = Tetapan Mark Howink
ln(𝑁) = ln(𝐾) + 𝑎 ln(𝑀)
ln(𝑁)−ln(𝐾)
𝑀𝑟 = 𝑒 𝑎

ln(19,725)−ln(0,0002)
𝑀𝑟 = 0,80

𝑒
𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑀𝑟 = 17.477
𝑚𝑜𝑙

39
D.12. Derajat Polimerisasi
𝐵𝑀 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
Derajat polimerisasi = 17478
(𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎+𝐵𝑀 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑛) = (60,06+30,03) = 194.002

D.13. Energi Aktivasi

0.0000
0.0000 0.0005 0.0010 0.0015 0.0020 0.0025 0.0030 0.0035 0.0040
-1.0000
-2.0000
-3.0000
-4.0000
-5.0000
ln

-6.0000 ln K = 3176.8 (1/T) - 13.864


-7.0000 R² = 0.158

-8.0000
1/T

−𝐸𝑎
𝑘 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇
𝐸𝑎
ln(𝐾) = ln(𝐴) −
𝑅𝑇
𝐸𝑎 1
ln(𝐾) = − + ln(𝐴)
𝑅𝑇

Dari grafik hubungan I/T terhadap Ln K1 didapat persamaan:


ln K2 = 3176,8 (1/T) – 33,735
Ea/R = 3176,8 K
R = 8,314 J/mol.K
Ea = 3176,8 x 8,314 J/mol
= 26411,915 J/mol

40

Anda mungkin juga menyukai