Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI POLIMERISASI UREA FORMALDEHIDA

Mata Kuliah : Teknologi Reaksi Polimer dan Karet

Disusun Oleh:
1. Inggar Ganes Mutia (19734018)
2. Iyappateya Gelegar D.S (19734019)
3. M. Reihan (19734020)
4. Marisa Ulfa (19734021)
5. Meita Afifah (19734022)
6. M. Adib Kalyubi (19734023)
7. M. Arkan Ramadhan F (19734024)
8. Naufal Rafif Marfekuen (19734025)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polimerisasi merupakan salah satu proses yang penting dalam industri proses.
Adapun dua kelas utama dari polimer yakni resin dan emulsi (Hlaing dan Mya,
2008). Penelitian dan aplikasi dari resin urea formaldehid dalam sejarah sudah
berlangsung lebih dari 100 tahun. Karena biayanya yang rendah, teknik sintesis yang
mudah dan ikatan yang tahan air, urea formaldehid adalah salah satu perekat penting
yang digunakan dalam industri kayu. Urea formaldehid terdiri dari formaldehid bebas
dan jumlahnya proporsional dengan kekuatan ikatannya. Resin urea formaldehid
dengan sedikit formaldehid bebas bias dihasilkan dengan rasio molar F/U yang
rendah (Qiaojia, dkk., 2006).
Resin urea formaldehid merupakan suatu perekat yang digunakan dalam
pembuatan kayu lapis interior. Beberapa bahan dapat ditambahkan pada resin tersebut
untuk mengurangi penggunaan perekat. Urea formaldehid merupakan salah satu jenis
perekat yang banyak dipakai dalam industri kayu lapis di Indonesia. Perekat ini
dibuat tidak dalam bentuk siap pakai, melainkan harus dilakukan pencampuran
terlebih dahulu dengan ekstender dan pengeras (Santoso dan Sutigno 2010).
Resin urea formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan
hasil kondensasi urea dengan formaldehid. Urea formaldehid (dikenal juga sebagai
urea metanal) adalah suatu resin atau plastik termoset yang terbuat dari urea dan
formaldehid yang dipanaskan dalam suasana basa lembut seperti amoniak atau
piridin (Putri dan Nurul, 2011).
Urea Formaldehid (UF) adalah perekat sintetis hasil reaksi polimerisasi
kondensasi antara urea dengan formaldehid yang dapat digunakan sebagai bahan
perekat/lem pada industri plywood dan furniture. Bahan perekat urea formaldehid
adalah salah satu contoh polimer yang merupakan hasil polimerisasi kondensasi urea
dengan formaldehid. Kelebihan perekat jenis urea formaldehid yaitu tidak mudah
terbakar, tingkat kematangan cepat, berwarna terang, dan harganya murah (Adi, dkk.,
2015).
Selain resin alami, sekarang lebih dikembangkan resin sintetis. Salah satu
resin sintetis yang banyak digunakan adalah resin urea formaldehid. Resin urea
formaldehid diperoleh dari reaksi kondensasi antara urea dan formaldehid. Oleh
sebab itu dirasa perlu dilakukan percobaan reaksi pembuatan resin urea formaldehid
di dalam skala laboratorium.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Untuk mempelajari teknik polimerisasi kondensasi urea-formaldehid.
b. Untuk mempelajari pengaruh-pengaruh kondisi operasi terhadap hasil reaksi
polimerisasi.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini adalah:
a. Mahasiswa dapat mempelajari teknik polimerisasi kondensasi urea-formaldehid.
b. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh-pengaruh kondisi operasi terhadap hasil
reaksi polimerisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polimer
Polimer adalah zat yang mempunyai massa molekul tinggi (10 3 - 107) dan
biasanya mempunyai unit struktur berulang (monomer) dengan ikatan kovalen hingga
terbentuk molekul besar (polimer).
Polimer juga merupakan salah satu bahan rekayasa bukan logam (non-metallic
material) yang penting. Saat ini bahan polimer telah banyak digunakan sebagai bahan
substitusi untuk logam terutama karena sifat-sifatnya yang ringan, tahan korosi dan
kimia, dan murah, khususnya untuk aplikasi-aplikasi pada temperature rendah. Hal
lain yang banyak menjadi pertimbangan adalah daya hantar listrik dan panas yang
rendah, kemampuan untuk meredam kebisingan, warna dan tingkat transparansi yang
bervariasi, kesesuaian desain dan manufaktur.

2.2 Resin
Resin adalah setiap golongan padat, semi padat atau cairan organik umumnya
produk asal alam atau sintetik dengan berat molekul tinggi dan tanpa titik leleh.
Fungsi utama dari resin adalah untuk mentransfer stres antara serat penguat, bertindak
sebagai lem untuk menahan serat bersama-sama, dan melindungi serat dari kerusakan
mekanik dan lingkungan. Selain itu, resin adalah senyawa alami atau sintetis yang
dimulai dalam keadaan sangat kental dan mengeras dengan pengobatan. Biasanya,
resin larut dalam alkohol, tetapi tidak dalam air (Ishak, 2012).
Resin adalah suatu bentuk material yang masih dapat diproses menjadi bentuk
akhir suatu produk. Resin diklasifikasikan menjadi dua yaitu resin alam dan resin
sintetis. Resin alam adalah senyawa karbon yang mengandung oksigen dan nitrogen,
secara umum resin alam adalah berupa cairan kental yang lengket atau memiliki sifat
cair. Resin ini akan mengeras perlahan-lahan bila terkena udara terbuka, berwarna
agak kuning dan tidak larut dalam air, tetapi larut habis dalam CS 2 dan beberapa
pelarut seperti benzena, alkohol, dan eter.
Resin sintetis dikembangkan oleh Leo Hemdrik Bakeland pada tahun 1909.
Materialnya dibuat dari phenol dan formaldehid. Ternyata dari pengembangan ini
diketahui bahwa resin sintetis mempunyai kesamaan dengan resin alam.
Resin berguna sebagai perekat butiran-butiran sehingga menjadi bentuk
tertentu yang diinginkan. Resin akan bekerja sebagai perekat secara cepat bila kerja
resin dibantu oleh katalis. Kerja resin lebih sempurna lagi atau
proses hardening sempurna, bila ada accelerator atau panas (Santi, 2009).

2.3 Resin Urea Formaldehid


Resin urea formaldehid (UF) merupakan pengikat utama untuk komposit
kayu, seperti particle boards, fiber boards atau kayu lapis. Dalam penggunaan resin
UF, kelarutan dalam air, adhesi yang baik, tingkat curing tinggi dan biaya rendah
adalah sifat menarik. Kelemahan resin urea formaldehid adalah ketahanan terhadap
air rendah dan emisi formaldehid dari woods boards, hasil dari stabilitas rendah
ikatan amino-metilen. Parameter kunci dalam penurunan emisi formaldehid adalah
menurunkan rasio formaldehid/urea (F/U) dalam sintesis resin urea formaldehid
menjadi 1,05. Hal ini menyebabkan pengurangan ikatan kelompok silang dalam resin
urea formaldehid., menurunkan kekuatan dan ketahanan terhadap air dalam boards
(Christjanson, dkk., 2006).
Polimer termoset seperti urea formaldehid (UF) dan melamin formaldehid
merupakan resin yang paling banyak digunakan dari resin amino. Namun demikian,
penerimaan dari resin amino sebagai bahan pelarut seperti industri pelapisan
terhambat oleh beberapa di dalamnya terkandung kualitas yang kurang baik seperti
kerapuhan, tahan air yang buruk dan emisi formaldehid (Osemeahon dan Barminas,
2007).

2.4 Proses Polimerisasi Urea Formaldehid


Reaksi urea formaldehid pada pH di atas 7 adalah reaksi metilolasi, yaitu adisi
formaldehid pada gugus amino dan amida dari urea, dan menghasilkan metilol urea.
Pada tahap metilolasi, urea dan formaldehid bereaksi menjadi metilol dan dimetil
urea.
Rasio dan senyawa mono dan dimetilol yang terbentuk bergantung pada rasio
formaldehid dan urea yang diumpankan. Reaksi berlangsung pada kondisi basa
dengan amoniak (NH4OH) sebagai katalis dan Na2CO3 sebagai buffer. Buffer ini
berfungsi menjaga kondisi pH reaksi agar tidak berubah tiba-tiba secara drastis.
Analisa awal dilakukan dengan menggunakan blanko berupa larutan
formaldehid, NH4OH dan Na2CO3. Sampel ke-0 diambil setelah urea ditambahkan
pada larutan dan diaduk sempurna. Setelah itu, dilakukan pemanasan sampai 70 oC
untuk mempercepat reaksi.
Reaksi metilolasi diteruskan dengan reaksi kondensasi dari monomer-
monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus. Derivat-
derivat metilol merupakan monomer, penyebab terjadinya reaksi polimerisasi
kondensasi. Polimer yang dihasilkan mula-mula mempunyai rantai lurus dan masih
larut dalam air. Semakin lanjut kondensasi berlangsung, polimer mulai membentuk
rantai 3 dimensi dan semakin berkurang kelarutannya dalam air. Reaksi kondensasi
ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi kondensor ohm meter,
termometer, agitator, dan pipa untuk sampling point. Labu berleher ini ditempatkan
dalam waterbath.
Kondensor berfungsi mengembunkan air yang menguap selama proses
polimerisasi. Hal ini dimaksudkan mempercepat tercapainya kesetimbangan reaksi.
Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen selama proses. Pada proses
curing, kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang
sangat kompleks dan menjadi termoseting resin. Hasil reaksi dan kecepatannya,
sangat dipengaruhi oleh faktor perbandingan molekul pereaksi, katalis, pH sistem,
temperatur, waktu reaksi.
Perubahan pada kondisi reaksi akan menghasilkan resin yang sangat
bervariasi, sehingga produk akhir yang dihasilkan mempunyai sifat fisika, kimia, dan
mekanis yang berbeda. Oleh sebab itu, kondisi reaksi ditentukan oleh produk akhir
yang dikehendaki. Pada prinsipnya, pembuatan produk-produk urea formaldehid
dilakukan melalui beberapa tahapan:
1. Tahap pembuatan intermediate, yaitu sampai didapatkan resin yang masih berupa
cairan atau yang larut dalam air/pelarut lain.
2. Tahap persiapan (preparation sebelum proses curing), yaitu pencampuran dengan
zat-zat kimia, filter, dan sebagainya.
3. Tahap curing yaitu proses terakhir yang oleh pengaruh katalis, panas, dan tekanan
tinggi, resin yang dirubah sifatnya menjadi thermosetting resin (Pani, 2011).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Resin Urea Formaldehid


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan resin urea formaldehid
sebagai berikut:
1. Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi, begitu juga
yang terjadi pada reaksi urea formaldehid. Laju reaksinya akan meningkat jika
digunakan katalis. Katalis yang digunakan pada umumnya NH4OH karena reaksi
ini berlangsung dalam suasana basa (Putri dan Nurul, 2011).
2. Viskositas
Nilai viskositas produk urea formaldehid berbanding lurus dengan derajat
polimerisasi. Oleh karena itu, kualitas produk urea formaldehid dapat diamati dari
nilai viskositas, semakin lama waktu operasi maka nilai viskositasnya semakin
besar. Hal ini dikarenakan urea formaldehid yang terbentuk semakin banyak (Adi,
dkk., 2015).
3. Densitas
Nilai densitas produk urea formaldehid berbanding lurus dengan derajat
polimerisasi. Oleh karena itu, kualitas produk urea formaldehid dapat diamati juga
dari nilai densitas (Adi, dkk., 2015).
4. pH
Nilai pH untuk produk urea formaldehid dengan bertambahnya waktu relatif tetap
(Adi, dkk., 2015).
5. Temperatur
Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju reaksi. Namun
kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang terbentuk
bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm dan endoterm). Oleh karena itu,
diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan. Kenaikan
temperatur juga dapat menentukan berat molekul resin urea formaldehid. Hal
tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang baru sehingga
memperkecil ukuran molekul resin (Putri dan Nurul, 2011).
6. Waktu Reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi oleh
waktu reaksi, semakin lama waktu reaksi maka jumlah produk yang dihasilkan
juga semakin banyak akibatnya resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan
memiliki berat molekul yang tinggi (Putri dan Nurul, 2011).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Timbangan, kaca arloji, spatula, heater dan magnetic strirer, gelas ukur 250 ml,
pipet tetes, gelas beaker 250 ml, kondensor spiral, labu leher tiga, termometer,
piknometer, viskometer ostwald, stopwatch, bulp, klem dan statif.

3.1.2 Bahan
Formaldehid, urea, NaOH, Sodium Carbonate, dan kertas pH indikator.

3.2 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Merangkai alat terlebih dahulu sebelum digunakan.
3. Menghitung massa dari masing-masing bahan terlebih dahulu.
4. Masing-masing bahan yang telah diketahui massanya kemudian ditimbang.
5. Memasukkan formaldehida sebanyak 250 ml ke dalam labu tiga leher.
6. Memasukkan urea sebanyak 117 gram ke dalam labu tiga leher yang telah berisi
formaldehida, kemudian sambil di aduk menggunakan magnetic strirer dan di
panaskan dengan heater.
7. Selanjutnya memasukkan katalis (NaOH) sebanyak 20,41 gram dan buffer
(Na2CO3) sebanyak 1,0205 gram ke dalam labu tiga leher tersebut, kemudian
dipanaskan dengan suhu 80°C selama 40 menit (setiap jeda 5 menit sampel
diambil untuk diamati massa jenis, viskositas, serta pH pada sampel tersebut).
8. Setelah sampel dipanaskan selama 40 menit, kemudian heater tersebut dimatikan.
9. Kemudian membersihkan dan merapihkan area kerja.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

t Viskositas Densitas pH
0 2,26 1,158 13,5
5 2,15 1,1424 14
10 1,89 1,144 14
15 1,94 1,1176 14
20 1,84 1,132 14
25 1,86 1,139 14
30 1,79 1,142 14
35 1,85 1,140 14
40 1,86 1,147 14

1. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 51,00 gr

t = 0 menit

V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,158 g/ml

Viskositas =

= 2,26 mm2/s

2. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,59 gr


t = 5 menit

V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,1424 g/ml

Viskositas =

= 2,15 mm2/s

3. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,63 gr

t = 10 menit

V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,144 g/ml

Viskositas =

= 1,89 mm2/s

4. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,01 gr

t = 15 menit

V = 25,00 gr
Densitas =

= 1,1176 g/ml

Viskositas =

= 1,94 mm2/s

5. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,39 gr

t = 20 menit

V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,132 g/ml

Viskositas =

= 1,84 mm2/s

6. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,55 gr

t = 25 menit

V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,139 g/ml

Viskositas =
= 1,86 mm2/s

7. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,62 gr

t = 30 menit

V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,142 g/ml

Viskositas =

= 1,79 mm2/s

8. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,59 gr

t = 35 menit

V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,140 g/ml

Viskositas =

= 1,85 mm2/s

9. Pikno kosong = 22,03 gr

Pikno + isi = 50,76 gr

t = 40 menit
V = 25,00 gr

Densitas =

= 1,147 g/ml

Viskositas =

= 1,86 mm2/s

4.2. Pembahasan

Praktikum ini membahas tentang Reaksi Polimerisasi Urea Formaldehida.


Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan kondisi reaksi
dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu reaksi
diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Reaksi ini
secara umum berlangsung dalam 3 tahap yakni inisiasi, propagasi (kondensasi), dan
proses curing. Tahap metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan
amida dari urea, dan menghasilkan metilol urea. Tahap selanjutnya propagasi, yaitu
reaksi kondensasi dari monomer-monomer mono dan dimetilol urea membentuk
rantai polimer yang lurus. Tahap terakhir adalah proses curing yaitu ketika
kondensasi tetap berlangsung, polimer membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat
kompleks dan menjadi resin thermosetting.
Praktikum ini menggunakan Urea, Formaldehid, NaOH dan Na2CO3 sebagai
bahan pembuatan Urea Formaldehid. Urea yang digunakan sebanyak 117 gram,
Formaldehid 250 ml, NaOH 20 gr dan Na2CO3 1 gram. Hal pertama yang dilakukan
yaitu panaskan semua bahan yang sudah dimasukan kedalam labu leher tiga hingga
suhu 70 ˚C dalam waktu 1 jam. Setelah itu lakukan uji viskositas, densitas dan pH.
Pengujian sampel dilakukan pada rentang waktu per 5 menit (0, 5, 10, 15, 20, 25, 30,
35 dan 40).
Hasil dari praktikum didapat data antara lain; Pada waktu mula mula 0 menit
nilai densitas sebesar 1,158 g/ml, viskositas 2,26 mm2/s, dan pH 13,5. Pada waktu 5
menit nilai densitas 1,1424 g/ml, viskositas 2,15 mm2/s, dan pH 14. Pada waktu 10
menit densitas sebesar 1,144 g/ml, viskositas 1,89 mm2/s, dan pH 14. Pada waktu 15
menit nilai densitas 1,1176 g/ml, viskositas 1,94 mm2/s, dan pH 14. Pada waktu 20
menit nilai densitas 1,132 g/ml, viskositas 1,84 mm2/s, dan pH 14. Pada waktu 25
menit nilai densitas 1,139 g/ml, viskositas 1,86 mm2/s, dan pH 14. Pada waktu 30
menit nilai densitas 1,142 g/ml, viskositas 1,79 mm2/s, dan pH 14. Pada waktu 35
menit nilai densitas 1,140 g/ml, viskositas 1,85 mm2/s, dan pH 14. Pada waktu 40
menit nilai densitas 1,147 g/ml, viskositas 1,86 mm2/s, dan pH 14.
Menurut teori yang ada seharusnya semakin lama waktu pemanasan maka
semakin besar nilai dari massa jenis dan nilai viskositas. Pada hasil praktikum
menunjukan bahwa terjadi penurunan dan kenaikan nilai densitas atau pun viskositas
tidak stabil. Hal ini terjadi dikarenakan bahwa alat yang digunakan berupa timbangan
eror sehingga angka yang didapat tidak akurat. Kenaikan temperatur dapat
menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-formaldehid. Hal tersebut dikarenakan
adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang baru, sehingga memperkecil ukuran
molekul resin. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin
banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr tinggi.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan faktor-
faktor yang mempengaruhi reaksi Urea-Formaldehid antara lain katalis, temperature
dan waktu reaksi, semakin lama waktu pemanasan semakin Tinggi Nilai Densitas dan
viskositas. Namun hasil praktikum terjadi permasalahan dalam mencari nilai
viskositas dan densitas dikarenakan alat yang digunakan eror sehingga data yang
didapat tidak akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, K, Apit R, dan Mukhtar G. 2015. Reaksi Pembentukan Urea Formaldehid


Sebagai Bahan Perekat Serbuk Kayu. Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

Christjanson, Peep, Tonis Pehk dan Kadri Siimer. 2006. Structure Formation in Urea
Formaldehyde Resin Synthesis. Proc. Estonian Acad. Sci. Chem, 55, 4, 212-
225.

Ishak, Norliza Binti. 2012. Formulation of Melamine Urea Formaldehyde (MUF)


Resin by Using Various Types of Filler. Malaysia: Universiti Malaysia Pahang.

Putri, Anditania Sari Dwi dan Nurul Sarah. 2011. Resin Urea-Formaldehid dan Resin
Fenol-Formaldehid. Jurusan D-3 Teknik Kimia. Politeknik Negeri Bandung :
Bandung.

Qiaojia, Lin, Yang, Guidi, Liu Jinghong, dan Rao, Jiuping, 2006. Property of Nano-
SiO2/ Urea Formaldehyde Resin. Front For China Journal. Vol 2. Pg 230-237.

Santi, Sintha Soraya. 2009. Pengaruh Katalis pada Pembuatan Marmer Sintetis dari
Limbah Marmer. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. Vol. 9. No. 2.

Santoso, Adi dan Sutigno, Paribotro. 2010. Pengaruh Tepung Gaplek Dan Dekstrin
Sebagai Ekstender Perekat Urea Formaldehida Terhadap Keteguhan Rekat
Kayu Lapis Kapur. Puslitbang Teknologi Hasil Hutan.

Osemeahon, S.A dan Barminas J.T. 2007. Study of Some Physical Properties of Urea
Formaldehyde and Urea Proparaldehyde Copolymer Composite for Emulsion
Paint Formulation. International Journal of Physical Sciences. Vol.2 (7) p: 169-
177.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai