PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Polimer
Polimer berasal dari bahasa yunani yaitu, poly yang berarti banyak dan meros berarti
unit/bagian. Jadi polimer merupakan senyawa besar yang terbentuk dari dua atau lebih molekul
dengan rantai yang panjang, proses pembentukan polimer disebut polimerisasi. Polimer
digolongkan berdasarkan pada reaksi pembentuknya, asalnya, jenis monomer pembentuknya,
dan sifat dari polimer tersebut.
2
2.2.2 Polimer berdasarkan jenis monomernya
1) Homopolimer
Yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer yang sejenis.
2) Kopolimer
Yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer yang tidak sejenis.
3
Gambar 2.2 Struktur Ikatan Bercabang Polimer Thermoplastic
4
Gambar 2.3 Struktur Ikatan Silang Polimer Thermosetting
5
Sifat-sifat kimia Formaldehid:
1. Formaldehid dapat direduksi menjadi methanol dan dapat dioksidasi menjadi asam
format.
2. Dengan katalis asam, formaldehid dan alcohol glycol atau polyhidroksi bereaksi
menghasilkan formal methylene eter (CH3CO12)2
Resin urea formaldehid adalah hasil polimerisasi kondensasi urea dengan formaldehid. Pada
umumnya reaksi menggunakan katalisd hidroksida alkali dan kondisi reaksi dijaga tetap pada
pH 8-9. Resin merupakan gabungan dari beberapa monomer membentuk polimer seperti
plastik. Resin ini termasuk dalam jenis resin thermosetting yang mempunyai ikatan silang antar
rantai molekulnya.
6
2. Titik lebur 132.7 oC.
3. Indeks bias : 1,484
4. Berat molekul : 60,06 gram/mol.
Sifat-sifat kimia Urea:
1. Dengan HNO3 membentuk urea nitrat [CO(NH2)2-NH3].
2. Urea-amonia bereaksi dengan logam alkali membentuk garam sebagai NH2CONH2.
7
Sedangkan dalam suasana asam, metilol urea mengalami kondensasi menjadi resin urea
formaldehid.
8
2. Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 10 sampai 7 merupakan reaksi
metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari urea yang menghasilkan metilol
urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah, karena itu harus dilakukan
pengontrolan pH yang hati – hati karena turunan metilol berkondensasi secara cepat dalam
suasana asam. Pengaturan suasana basa ini dapat dilakukan dengan penambahan amonia ,
larutan NaOH dalam air. Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi
selama proses kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam suasana asam akan terbentuk senyawa
Goldsmith. Senyawa Goldsmith merupakan senyawa yang tidak terkontrol sehingga molekul
polimer yang dihasilkan rendah.
H – N - CH2 - N - CH2OH
C=O C=O
H – N - CH2 – N – H
Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi
stabil terhadap panas. Dalam suasana basa kuat, formaldehid akan bereaksi secara
disproporsionasi dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian
tereduksi menjadi alkohol. Reaksi yang terjadi adalah:
2H CO H + OH- H CO O + CH3O
9
3. Katalis
Katalis merupakan senyawa yang ditambahkan sedikit untuk mempercepat reaksi. Menurut JJ.
Berjelius, katalis merupakan senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa ikut
bereaksi. Artinya katalis dapat mempercepat laju reaksi dan ikut aktif dalam reaksi. Untuk
proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat menurunkan energi aktivasi dengan menyerap
panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar tidak gosong. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul – molekul yang di dalam
larutan bertumbukan, dan menghasilkan reaksi yang cepat.
NH3 yang digunakan sebagai katalis yaitu NH3 yang sudah larut dalam air (NH4OH). Pada fasa
gas NH3 bersifat asam, namun pada fasa cair dengan kadar 17% sifat NH4OH adalah basa.
Sehingga dengan sifat basanya akan mengatur pH reaksi metilolisasi yang berkisar 10 > x > 8
berjalan baik.
4. Temperatur Reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lebur urea karena dimetilol urea yang terjadi akan
kehilangan air dan formaldehid. Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi. Semakin
tinggi temperatur maka laju reaksi akan cepat, hal ini berdasarkan dengan persamaan
Arrhenius yaitu :
..........................................................................................................
K = A e-Ea/RT (2.1)
5. Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan untuk mengkonstankan
kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal ini pH yang diinginkan antar 8 sampai 10.
Buffer yang digunakan pada percobaan ini adalah Na2CO3.H2O.
10
6. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dimana sebagai
contoh pada reaksi A + B menjadi C. Pada waktu reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan
semakin lama jumlahnya semakin banyak, sebaliknya zat A dan zat B berkurang yang semakin
lama semakin sedikit. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk
diferensial.
1. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 1 terhadap konsentrasi, persamaan kinetika laju
reaksinya adalah:
− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶 1……………………………………………….…......(2.3)
𝐹
𝑑𝑡
Ln
2. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 2 terhadap konsentrasi, persamaan kinetika laju
reaksinya adalah:
− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶𝐹2………………………………………………………......(2.7)
𝑑𝑡
11
Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
𝐶𝐹 𝑑𝐶𝐹 𝑡
∫ = − ∫ 𝑘 𝑑𝑡……………………………………..………….....(2.8)
𝐶0 𝑑𝑡 0
1
𝐶0 − = −𝑘𝑡……………………………………………………...…(2.9)
1
𝐶
𝐹
1
𝐶𝐹 = 1
+ 𝑘𝑡…………………………………………………… …...(2.10)
𝐶0
Dengan demikian, bila dialurkan 1/Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh hubungan linier
dengan gradien garis k menunjukkan konstanta laju reaksi. Dengan grafik sebagai berikut :
1/Cf
1. Asam Sulfat
Berat molekul : 98,079 gr/mol
Densitas:1,84 gr/cm3
Titik didih: 337 °C
bersifat korosif, tidak berwarna, tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai
logam
2. Na2SO3
Massa molar: 126,43 g / mol
Densitas: 2,633 g / cm3
Titik leleh 33,4 ° C
Titik didih 1,429 ° C
pH: 9
3. Aquadest
12
Berat molekul: 18,02 g/mol
pH: 7
Titik didih: 100 ° C
Berbentuk cairan, tak berwarna, tak berbau, dan tidak korosif
4. NH3
Berat Molekul : 17,03 Kg/Kmol
Wujud: Gas
Densitas: 0,934 gr/liter (pada suhu 250C)
Spesifik Gravity: 0,817
Warna: Tidak Berwarna
5. NH4OH
Massa Molar : 35.05 g/mol.
Kelarutan : Dapat larut di air
Titik Didih : Berkisar antara 38°C – 100°C sesuai dengan konsentrasinya.
Titik Lebur : Mencari pada −57.5°C (untuk konsentrasi 25%).
Densitas : 0.91 g/cm3 (untuk konsentrasi 25 %).
6. Na2CO3
Berat molekul : 106 gram/mol
Densitas : 2,533 g/cm3
Titik lebur : 851°C
Bentuk fisik : Serbuk putih
Larut dalam air dan gliserol
Tidak larut dalam alkohol dan eter
Tidak mudah terbakar
7. Indikator PP
Berupa serbuk padatan
Berwarna putih
Densitas: 1,277 g/cm3
Tidak larut dalan benzena
Sangat larut dalan etanol dan eter
8. Alkohol
Berupa cairan
13
Memiliki bau yang has
Tidak berwarna
Larut dalam air
Dapat mengalami proses eterifikasi
14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
15
3.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Formalin 600 mL
2. Urea 244,14 gram
3. Alkohol 96% 130 mL
4. Indikator PP
5. Asam Sulfat 13,72 mL dilarutkan dalam 250 mL
6. Na2SO3 31,5 gram dilarutkan dalam 500 mL air
7. Aquadest
8. Na2CO3 1,29 gram
9. NH3 28,54 mL
16
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Kalibrasi
1) Piknometer
Ditimbang air+piknometer
2) Viskometer
Dimasukkan air ke dalam viskometer sampai 1/2 wadah bulat bagian bawah
Dinyalakan stopwatch pada saat air mengalir dari batas atas sampai
dengan batas bawah
17
3.4.2 Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid
18
Alkohol 5 mL Larutan Na2CO3 25 mL 1-2 tetes indikator pp
c
mencampurkan
Labu Titrasi Tertutup
19
2) Penentuan Kadar Resin
Ditimbang massa cawan kosong
20