Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Polimer digunakan untuk menggambarkan bentuk molekul besar atau rantai yang
sangat panjang yang terdiri atas unit-unit terkecil yang berulang-ulang atau meros
sebagai blok-blok penyusunnya, Molekul-molekul tunggal penyusun polimer dikenal
dengan istilah monomer.
Resin urea formaldehid merupakan hasil polimerisasi kondensasi urea dengan
formaldehid. Reaksi yang terjadi disebut reaksi polimerisasi kondensasi karena terjadi
reaksi antara dua buah molekul atau gugus fungsi dari molekul (antara gugus amida
dan aldehid) yang membentuk molekul yang lebih besar dengan melepaskan
molekul-molekul kecil seperti air dan alkohol. Resin ini termasuk ke dalam jenis resin
thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap panas, tahan terhadap asam, basa,
dan tidak dapat mudah larut. Karena sifat-sifat tersebut resin ini banyak digunakan
diberbagai industri, seperti industri tekstil dan kertas.
Semakin pesatnya perkembangan industri kimia, resin thermosetting urea
formaldehid juga semakin banyak digunakan. Oleh karena itu diperlukannya aplikasi
dalam skala kecil seperti pada laboratorium untuk mengetahui proses pembentukan
resin urea formaldehid.
1.2 Tujuan Percobaan
Mempelajari pengaruh perubahan kondisi reaksi pada kecepatan reaksi, dan
hasil reaksi pada keadaan intermediate

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Resin


Resin adalah setiap golongan padat, semi padat, ataupun cairan organik yang umumnya
produk asal alam atau sintetik dengan berat molekul tinggi dan memiliki viskositas rendah.
Fungsi utama dari resin adalah untuk pengikat antara serat-serat sehingga menghasilkan ikatan
yang kuat (Gibson,1994). .

2.2 Polimer
Polimer berasal dari bahasa yunani yaitu, poly yang berarti banyak dan meros berarti
unit/bagian. Jadi polimer merupakan senyawa besar yang terbentuk dari dua atau lebih molekul
dengan rantai yang panjang, proses pembentukan polimer disebut polimerisasi. Polimer
digolongkan berdasarkan pada reaksi pembentuknya, asalnya, jenis monomer pembentuknya,
dan sifat dari polimer tersebut.

2.2.1 Polimer berdasarkan asalnya


1) Alam
Polimer yang terdapat dialam dan berasal dari makhluk hidup. Contoh dari polimer ini
adalah pati/amilum, selulosa ,protein, asam nukleat dan karet alam. Polimer alam mudah
mengalami kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme atau rayap.
2) Sintesis
Polimer yang dibuat oleh manusia melalui reaksi kimia yang mengubah mamnomer atau
molekul-molekul kecil menjadi rantai panjang atau jaringan tiga dimensi dari molekul
yang berulang. Jenis polimer ini terbentuk sebagai hasil reaksi dari bahan-bahan kimia.
Contoh dari polimer ini adalah polietena, polipropena, PVC, polivinil alkohol, Teflon
dan dakron.

2
2.2.2 Polimer berdasarkan jenis monomernya
1) Homopolimer
Yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer yang sejenis.
2) Kopolimer
Yaitu polimer yang terbentuk dari monomer – monomer yang tidak sejenis.

2.2.3 Polimer berdasarkan reaksi pembentukan


1) Reaksi Adisi
Reaksi adisi adalah reaksi pemecahan ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal sehingga ada
atom yang bertambah di dalam senyawa yang terbentuk. Jadi, polimerisasi adisi adalah reaksi
pembentukan polimer dari senyawa-senyawa yang bergugus fungsi berikatan rangkap (ikatan
tak jenuh). Polimer adisi ini biasanya identik dengan plastik, karena hampir semua plastik
dibuat dengan polimerisasi adisi.
2) Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi kondensasi yaitu reaksi pembentukan polimer dari senyawa- senyawa yang
mempunyai dua gugus fungsi. Misalnya, senyawa polipeptida atau protein dan polisakarida
merupakan senyawa biomolekul yang dibentuk oleh reaksi polimerisasi kondensasi. Contoh
pembentukan polimerisasi kondensasi yaitu Pembentukan nylon, polyester atau dakron.

2.2.4 Polimer berdasarkan sifatnya


1) Polimer Thermoplastic
Yaitu polimer yang mempunyai sifat tidak tahan terhadap panas. Jika polimer jenis ini
dipanaskan, maka akan menjadi lunak dan didinginkan akan mengeras. Proses tersebut dapat
terjadi berulang kali, sehingga dapat dibentuk ulang dalam bentuk yang berbeda untuk
mendapatkan produk polimer yang baru. Struktur molekul termoplastik sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Ikatan Lurus Polimer Thermoplastic

3
Gambar 2.2 Struktur Ikatan Bercabang Polimer Thermoplastic

 Polimer thermoplastic memiliki sifat – sifat khusus sebagai berikut:


 Mudah untuk diregangkan.
 Titik leleh rendah.
 Dapat dibentuk ulang (daur ulang).
 Mudah larut dalam pelarut yang sesuai.
 Memiliki struktur molekul linear/bercabang.

 Contoh plastik thermoplastic sebagai berikut:


 Polietilena (PE) = Botol plastik, mainan, bahan cetakan, ember, drum, pipa saluran,
isolasi kawat dan kabel, kantong plastik dan jas hujan.
 Polivinilklorida (PVC) = pipa air, pipa plastik, pipa kabel listrik, kulit sintetis, ubin
plastik, piringan hitam, bungkus makanan, sol sepatu, sarung tangan dan botol
detergen.
 Polipropena (PP) = karung, tali, botol minuman, serat, bak air, insulator, kursi
plastik, alat-alat rumah sakit, komponen mesin cuci, pembungkus tekstil, dan
permadani. Polistirena = Insulator, sol sepatu, penggaris, gantungan baju.
2) Polimer Thermosetting
Polimer thermosetting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika
polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang
kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer thermosetting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu
dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang
pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk
kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.
Bentuk struktur ikatan silang sebagai berikut :

4
Gambar 2.3 Struktur Ikatan Silang Polimer Thermosetting

Sifat polimer thermosetting sebagai berikut.

 Keras dan kaku (tidak fleksibel)

 Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).


 Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
 Jika dipanaskan tidak akan meleleh.
 Tahan terhadap asam basa.
 Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul
Contoh plastik thermosetting: Bakelit (asbak), fitting lampu listrik, steker listrik, peralatan
fotografi, radio, perekat plywood.

2.3 Resin Urea Formaldehid


Formaldehid adalah gas yang mudah terbakar, tak berwarna, gas beracun dengan bau yang
menusuk dan menyesakkan. Formaldehid mempunyai rumus HCHO dengan nama IUPAC
Metanal. Pembuatan formaldehid dalam industri dengan cara oksidasi dari metanol. Larutan 37
% formaldehid dalam air (dengan metanol sebagai zat pengstabil). Formalin dipakai sebagai
desinfektan, insektisida, larutan pengawet mayat, sedangkan dalan industri digunakan sebagai
bahan peledak, resin, plastik, tekstil, dan zat warna.

 Sifat-sifat fisika formalin:


1. Pada kondisi ruangan, formalin murni berada pada fase gas.
2. Mudah terbakar, bau merangsang, dapat merusak lendir.
3. Dapat larut dalam air.
4. Dapat membunuh kuman.
5. Titik beku: -118 oC.
6. Titik didih: -19.2 oC.

5
 Sifat-sifat kimia Formaldehid:
1. Formaldehid dapat direduksi menjadi methanol dan dapat dioksidasi menjadi asam
format.
2. Dengan katalis asam, formaldehid dan alcohol glycol atau polyhidroksi bereaksi
menghasilkan formal methylene eter (CH3CO12)2

Resin urea formaldehid adalah hasil polimerisasi kondensasi urea dengan formaldehid. Pada
umumnya reaksi menggunakan katalisd hidroksida alkali dan kondisi reaksi dijaga tetap pada
pH 8-9. Resin merupakan gabungan dari beberapa monomer membentuk polimer seperti
plastik. Resin ini termasuk dalam jenis resin thermosetting yang mempunyai ikatan silang antar
rantai molekulnya.

Gambar 2.4 Struktur Resin Urea Formaldehid


Urea merupakan butiran putih yang mengandung nitrogen(46%), biasanya digunakan sebagai
pupuk dan juga mudah larut dalam air, dan tidak mempunyai residu garam sesudah dipakai
untuk tanaman. Urea merupakan amida yang bersifat basa karena karbonil tunggalnya tidak
cukup untuk mengkompensasi dua gugus amino. Urea adalah senyawa kovalen yang memiliki
tiga atom iner (dalam). Urea dengan formaldehid akan bereaksi membentuk kopolimer yang
disebut urea formaldehid

Gambar 2.5 Struktur Urea dan Metanal


 Sifat-sifat fisik urea:
1. Pada suhu kamar tidak berbau dan tidak berwarna.

6
2. Titik lebur 132.7 oC.
3. Indeks bias : 1,484
4. Berat molekul : 60,06 gram/mol.
 Sifat-sifat kimia Urea:
1. Dengan HNO3 membentuk urea nitrat [CO(NH2)2-NH3].
2. Urea-amonia bereaksi dengan logam alkali membentuk garam sebagai NH2CONH2.

2.4 Polimerisasi Resin Urea Formaldehid


Adapun tahap-tahap pembentukan produk resin urea formaldehid adalah:
1. Tahap Intermediate
Merupakan suatu tahap untuk mendapatkan resin yang masih berupa larutan dan larut dalam
air atau pelarut lainnya. Karena pada tahap intermediete masih berupa larutan,maka pada tahap
ini mudah untuk melakukan analisa.
2. Tahap Persiapan
Pada tahap ini resin merupakan produk dari tahap intermediate yang dicampurkan dengan
bahan lain. Penambahan bahan akan menentukan produk akhir dari polimer.
3. Tahap Curing
Proses terakhir oleh pengaruh katalis, panas, dan tekanan tinggi, resin diubah sifatnya menjadi
thermosetting resin. Pada tahap curing, kondensasi tetap berlangsung terus dimana polimer
membentuk rangkaian tiga dimensi yang sangat kompleks dan menjadi thermosetting resin.
Sedangakan menurut prosesnya, pembentukan resin urea formaldehid dapat diklasifasikan
pada 2 tahap, yaitu:
1) Reaksi Metilolasi
Langkah pertama pada pembentukan resin ini terjadi pencampuranurea dan formaldehid dalam
suasana basa. Reaksi ini dikenal sebagai metilolasi atau hidroksi metilolasi. Reaksi ini berada
dalam keadaan mono atau di yang dihasilkan dalam keadaan basa (pH 7-9) . Reaksinya :

Gambar 2.6 Reaksi Pembentukan Mono-Methylol dan Dimethylol urea

7
Sedangkan dalam suasana asam, metilol urea mengalami kondensasi menjadi resin urea
formaldehid.

2) Reaksi Polimerisasi Kondensasi


Polimerisasi kondensasi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang
mempunyai dua gugus fungsi. Reaksi kondensasi juga disebut reaksi penggabungan monomer-
monomer sejenis menjadi polimer, dimana setiap tahap selalu membentuk senyawa-senyawa
antara yang stabil (dimer,trimer dst) dan selalu disertai pengeluaran molekul kecil. Dalam
reaksi polimerisasi urea dalam formaldehid dalam fasa larutan, monomethilol urea yang
terbentuk pada reaksi awal mengalami kondensasi membentuk senyawa rantai metilen.
Penggabungan unit asam amino dengan rantai etilen akan di katalisasi hanya dengan asam
untuk memperbolehkan proses kondensasi menjadi butiran resin. Resin urea formaldehid
adalah resin sintetik yang dibuat lewat kopolimerisasi urea dengan formaldehid. Reaksi urea
formaldehid merupakan suatu reaksi polimerisasi kondensasi.

2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Resin Urea Formaldehid


1. Perbandingan Umpan
Umumnya, Perbandingan mol umpan (formalin/urea) yang digunakan pada percobaan ini
adalah 2 dimana perbandingan umpan berada pada batas standar yang ditentukan,
perbandingan umpan harus berada dalam range antara 1,25 – 2,0. Sehingga mempermudah
analisis baik analisis densitas, viskositas, kadar resin dan formalin bebas. Adapun berlebihnya
perbandingan mol umpan (>2), hal ini akan menaikan jumlah senyawa metilol yang
mengakibatkan semakin cepat terbentuknya senyawa ikatan silang dengan hasil polimernya
akan keras. Sebaliknya, berkurangnya perbandingan mol umpan (<1,25) akan mengurangi
kekuatan yang disebabkan oleh belum terbentuknya polimer struktur 3 dimensi sehingga
memperkecil kekuatan dan tekanan.

8
2. Pengaruh pH
Reaksi formaldehid yang berlangsung pada pH antara 10 sampai 7 merupakan reaksi
metilolasi, yaitu reaksi formaldehid pada gugus amino dari urea yang menghasilkan metilol
urea. Reaksi ini berlangsung dalam suasana basa lemah, karena itu harus dilakukan
pengontrolan pH yang hati – hati karena turunan metilol berkondensasi secara cepat dalam
suasana asam. Pengaturan suasana basa ini dapat dilakukan dengan penambahan amonia ,
larutan NaOH dalam air. Kondisi reaksi sangat berpengaruh terhadap reaksi atau hasil reaksi
selama proses kondensasi polimerisasi terjadi. Dalam suasana asam akan terbentuk senyawa
Goldsmith. Senyawa Goldsmith merupakan senyawa yang tidak terkontrol sehingga molekul
polimer yang dihasilkan rendah.
H – N - CH2 - N - CH2OH

C=O C=O

H – N - CH2 – N – H

Gambar 2.7 Senyawa Goldsmith

Senyawa Goldsmith tidak diinginkan karena mempunyai rantai polimer lebih pendek tetapi
stabil terhadap panas. Dalam suasana basa kuat, formaldehid akan bereaksi secara
disproporsionasi dimana sebagian akan teroksidasi menjadi asam karboksilat dan sebagian
tereduksi menjadi alkohol. Reaksi yang terjadi adalah:

2H CO H + OH- H CO O + CH3O

formaldehid basa kuat asam karboksilat alkohol

Gambar 2.8 Reaksi Formaldehid dan Basa Kuat

9
3. Katalis
Katalis merupakan senyawa yang ditambahkan sedikit untuk mempercepat reaksi. Menurut JJ.
Berjelius, katalis merupakan senyawa yang ditambahkan untuk mempercepat reaksi tanpa ikut
bereaksi. Artinya katalis dapat mempercepat laju reaksi dan ikut aktif dalam reaksi. Untuk
proses ini digunakan katalis NH3 yang dapat menurunkan energi aktivasi dengan menyerap
panas pada saat curing, fungsinya adalah untuk mengatur penguapan agar tidak gosong. Energi
aktivasi adalah energi minimum yang dibutuhkan agar molekul – molekul yang di dalam
larutan bertumbukan, dan menghasilkan reaksi yang cepat.
NH3 yang digunakan sebagai katalis yaitu NH3 yang sudah larut dalam air (NH4OH). Pada fasa
gas NH3 bersifat asam, namun pada fasa cair dengan kadar 17% sifat NH4OH adalah basa.
Sehingga dengan sifat basanya akan mengatur pH reaksi metilolisasi yang berkisar 10 > x > 8
berjalan baik.
4. Temperatur Reaksi
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lebur urea karena dimetilol urea yang terjadi akan
kehilangan air dan formaldehid. Kenaikan temperatur akan mempercepat laju reaksi. Semakin
tinggi temperatur maka laju reaksi akan cepat, hal ini berdasarkan dengan persamaan
Arrhenius yaitu :
..........................................................................................................
K = A e-Ea/RT (2.1)

5. Buffer
Buffer (larutan penyangga) atau yang disebut larutan garam digunakan untuk mengkonstankan
kondisi operasi pada pH yang diinginkan. Dalam hal ini pH yang diinginkan antar 8 sampai 10.
Buffer yang digunakan pada percobaan ini adalah Na2CO3.H2O.

10
6. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dimana sebagai
contoh pada reaksi A + B menjadi C. Pada waktu reaksi berlangsung, zat C terbentuk dan
semakin lama jumlahnya semakin banyak, sebaliknya zat A dan zat B berkurang yang semakin
lama semakin sedikit. Orde reaksi adalah jumlah pangkat konsentrasi dalam hukum laju bentuk
diferensial.

Persamaan umum laju reaksi:


− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶 𝑛…………………………………………………..….….(2.2)
𝐹
𝑑𝑡

1. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 1 terhadap konsentrasi, persamaan kinetika laju
reaksinya adalah:
− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶 1……………………………………………….…......(2.3)
𝐹
𝑑𝑡

Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut


𝐶𝐹 𝑑𝐶𝐹 𝑡
∫ = − ∫ 𝑘 𝑑𝑡………………………………………….……....(2.4)
𝐶0 𝑑𝑡 0

ln (𝐶𝐹) = −𝑘. 𝑡.......................................................................................................(2.5)


𝐶0

ln(𝐶𝐹) = ln(𝐶0) − 𝑘𝑡.............................................................................................(2.6)


Dengan demikian, bila dialurkan ln Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh hubungan linier
dengan gradien garis –k menunjukkan konstanta laju reaksi. Dengan grafik sebagai berikut:

Ln

Gambar 2.9 Kurva Reaksi Orde 1

2. Jika diasumsikan reaksi mengikuti orde 2 terhadap konsentrasi, persamaan kinetika laju
reaksinya adalah:
− 𝑑𝐶𝐹 = 𝑘𝐶𝐹2………………………………………………………......(2.7)
𝑑𝑡

11
Integrasi persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
𝐶𝐹 𝑑𝐶𝐹 𝑡
∫ = − ∫ 𝑘 𝑑𝑡……………………………………..………….....(2.8)
𝐶0 𝑑𝑡 0
1
𝐶0 − = −𝑘𝑡……………………………………………………...…(2.9)
1
𝐶
𝐹
1
𝐶𝐹 = 1
+ 𝑘𝑡…………………………………………………… …...(2.10)
𝐶0

Dengan demikian, bila dialurkan 1/Cf terhadap t (waktu) akan diperoleh hubungan linier
dengan gradien garis k menunjukkan konstanta laju reaksi. Dengan grafik sebagai berikut :

1/Cf

Gambar 2.10 Kurva Reaksi Orde 2

7. Kemurnian Zat Umpan


Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor dikhawatirkan akan
mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi samping.

2.6 MSDS Bahan

1. Asam Sulfat
 Berat molekul : 98,079 gr/mol
 Densitas:1,84 gr/cm3
 Titik didih: 337 °C
 bersifat korosif, tidak berwarna, tidak berbau, sangat reaktif dan mampu melarutkan berbagai
logam
2. Na2SO3
 Massa molar: 126,43 g / mol
 Densitas: 2,633 g / cm3
 Titik leleh 33,4 ° C
 Titik didih 1,429 ° C
 pH: 9
3. Aquadest
12
 Berat molekul: 18,02 g/mol
 pH: 7
 Titik didih: 100 ° C
 Berbentuk cairan, tak berwarna, tak berbau, dan tidak korosif
4. NH3
 Berat Molekul : 17,03 Kg/Kmol
 Wujud: Gas
 Densitas: 0,934 gr/liter (pada suhu 250C)
 Spesifik Gravity: 0,817
 Warna: Tidak Berwarna
5. NH4OH
 Massa Molar : 35.05 g/mol.
 Kelarutan : Dapat larut di air
 Titik Didih : Berkisar antara 38°C – 100°C sesuai dengan konsentrasinya.
 Titik Lebur : Mencari pada −57.5°C (untuk konsentrasi 25%).
 Densitas : 0.91 g/cm3 (untuk konsentrasi 25 %).
6. Na2CO3
 Berat molekul : 106 gram/mol
 Densitas : 2,533 g/cm3
 Titik lebur : 851°C
 Bentuk fisik : Serbuk putih
 Larut dalam air dan gliserol
 Tidak larut dalam alkohol dan eter
 Tidak mudah terbakar
7. Indikator PP
 Berupa serbuk padatan
 Berwarna putih
 Densitas: 1,277 g/cm3
 Tidak larut dalan benzena
 Sangat larut dalan etanol dan eter
8. Alkohol
 Berupa cairan

13
 Memiliki bau yang has
 Tidak berwarna
 Larut dalam air
 Dapat mengalami proses eterifikasi

14
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan


Alat yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Labu bundar
2. Kondensor
3. Buret 50 ml
4. Pipet volume 25 ml
5. Erlenmeyer 100 ml
6. Gelas ukur (500 ml, 10 ml)
7. Piknometer
8. Stopwatch
9. Corong
10. Motor pengaduk dan pengaduknya
11. Beaker glass (500 ml, 250 ml)
12. Filler
13. Erlenmeyer bertutup 250 ml
14. Labu ukur 500 ml
15. Termometer
16. Viskometer
17. Pipet tetes
18. Cawan porselen
19. Batang pengaduk
20. Indikator pH
21. Seal gliserin
22. Statif
23. Neraca AnalitIk
24. Pemanas air
25. Hot plate

15
3.2 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Formalin 600 mL
2. Urea 244,14 gram
3. Alkohol 96% 130 mL
4. Indikator PP
5. Asam Sulfat 13,72 mL dilarutkan dalam 250 mL
6. Na2SO3 31,5 gram dilarutkan dalam 500 mL air
7. Aquadest
8. Na2CO3 1,29 gram
9. NH3 28,54 mL

3.3 Skema Alat

Gamnbar 3.1 Rangakaian Alat Percobaan

16
3.4 Prosedur Percobaan
3.4.1 Kalibrasi
1) Piknometer

Ditimbang piknometer kosong

Diukur suhu air(250C) yang digunakan kalibrasi

Ditimbang air+piknometer

Didapat data berat (gr) piknometer + air

Gambar 3.2 Diagram Alir Kalibrasi Piknometer

2) Viskometer

Dimasukkan air ke dalam viskometer sampai 1/2 wadah bulat bagian bawah

Dihisap cairan menggunakan ball pipet sampai melewati batas atas

Dilepaskan ball pipet hingga air mulai mengalir

Dinyalakan stopwatch pada saat air mengalir dari batas atas sampai
dengan batas bawah

Didapatkan data waktu kalibrasi (s)

Gambar 3.3 Diagram Alir Kalibrasi Viksometer

17
3.4.2 Proses Pembuatan Resin Urea Formaldehid

600 mL Formalin 28,54 mL NH4OH 1,29 gr Na2CO3


menyalakan stopwatch
dan motor pengaduk

Dicampurkan dalam labu bundar selama 12 menit

Diambil 30 mL sampel sebagai sampel ke 0

Dianalisa sampel (temperatur , kadar formalin bebas, G4,


densitas, viskositas, pH sebelum dan sesudah titrasi)

Ditambahkan 244,14 gram urea ke dalam campuran dan


mencatat waktu pelarutannya

Diambil 30 mL sampel sebagai sampel ke-1

Dimulai memanaskan campuran hingga terjadi refluks

Diambil 30 mL sampel sebagai sampel ke-2

Diambil 30 mL sampel setiap 12 menit sekali, hingga


mencapai sampel ke-3 sampai ke-4, mengambil sampel setiap
12 menit untuk sampel ke- 5 dan seterusnya.

Dianalisa sampel menggunakan cara yang sama dengan


sebelumnya

Diperoleh data analisa

Gambar 3.4 Diagram Alir Pembuatan Resin Uera Formaldehid

18
Alkohol 5 mL Larutan Na2CO3 25 mL 1-2 tetes indikator pp
c

mencampurkan
Labu Titrasi Tertutup

Dititrasi dengan H2SO4 0,5 N


3.4.4 Titrasi Larutan Blangko

Diperoleh data (volume titran)

Gambar 3.5 Diagram Alir Larutan Blangko

3.4.5 Analisa Kadar Formaldehid Bebas Menggunakan Sodium Sulfat


1) Titrasi Larutan Sampel dan Analisa pH

Alkohol 5 mL Na2CO3 25 mL 1-2 tetes indikator pp

Dicampurkan dalam labu titrasi 1 ml sampel

Dicek pH larutan sebelum titrasi

Dilakukan titrasi dengan menggunakan


titran H2SO4

Diecek pH larutan setelah titrasi

Didapatkan data analisa

Gambar 3.6 Diagram Alir Analisa Kadar Formaldehid dan Pengujian


pH

19
2) Penentuan Kadar Resin
Ditimbang massa cawan kosong

Dimasukan larutan sampel ke dalam cawan dan

Dipanaskan di atas hot plate pada temperatur 80 oC

Ditimbang cawan + sampel

Didapat data massa cawan + sampel kering

Gambar 3.7 Diagram Alir Penetuan Kadar Resin

20

Anda mungkin juga menyukai