Anda di halaman 1dari 10

PROSES PEMBUATAN POLIMER MELAMIN DENGAN

PELARUT ETANOL + AQUABIDES

DISUSUN OLEH :

NAMA : NOVIANTY

NIM : 08021181722009

KELOMPOK : I (SATU)

LABORATORIUM FISIKA MATERIAL

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melamin merupakan suatu senyawa organik dengan rumus kimia 𝐶3 𝐻6 𝑁6


dengan struktur molekul seperti Gambar 1 Nama lainnya secara IUPAC (International
Union of Pure and Aplied Chemistry) adalah 1,3,5- triazine-2,4,6- triamine. Memiliki
massa molekuler sekitar 126 g/mol, berbentuk prisma monosiklik dengan titik beku
<250 °𝐶. Melamin sedikit larut dalam air, sangat larut dalam alkohol dan praktis tidak
larut dalam eter. Melamin memiliki kandungan nitrogen sekitar 66%. Peralatan makan
melamin merupakan sejenis plastik hasil kombinasi antara melamin dengan
formadehida yang menghasilkan melamin resin, yaitu suatu polimer yang tahan panas
dengan stabilitas dimensi yang sempurna. Melamin resin biasanya dikenal dengan nama
Thermoset Plastic karena jenis plastik ini mempunyai bentuk yang tetap. Jika terkena
bahan atau cairan yang panas melamin dapat melebur (Lena, 2017).

Larutan formaldehida atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin,


formol, atau mikrobisida dengan rumus molekul 𝐶𝐻2 𝑂 mengandung kira – kira 37%
gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10 – 15% methanol untuk
menghindari polimerisasi. Penggunaan formaldehida pada proses pembuatan peralatan
makan melamin berfungsi sebagai pencerah dan pengawet. Formaldehida dalam
senyawa melamin dapat muncul kembali dengan adanya peristiwa yang dinamakan
depolimerisasi (degradasi) dimana partikel-partikel formalde hida kembali muncul
sebagai monomer dan otomatis menghasilkan racun yang berbahaya bagi kesehatan
apabila masuk ke dalam tubuh manusia. Melihat begitu banyak dampak buruk dari
penggunaan formaldehida sebagai pelarut yang digunakan. Maka pada percobaan kali
ini akan dilakukan proses pembuatan polimer melamin dengan menggunakan pelarut
etanol + aquabides tanpa menggunakan zat aktif (Lena, 2017).

1.2 Tujuan

Memahami cara pembuatan polimer melamin dengan menggunakan pelarut


etanol + aquabides tanpa menggunakan zat aktif
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Polimer

Polimer adalah molekul besar yang tersusun secara berulang dari molekul molekul
kecil yang saling berikatan. Polimer mempunyai massa molekul relatif sangat besar,
yaitu sekitar 500 10.000 kali berat molekul unit ulangnya. Istilah polimer berasal dari
bahasa yunani, polys = banyak dan meros = bagian, yang berarti banyak bagian atau
banyak monomer. Polimer merupakan molekul besar (makromolekul) yang terbentuk
dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada
polimer, biasanya ekivalen dengan monomer, yaitu bahan dasar polimer tersebut
(Ahmadai dan Arnata, 2015).

2.2 Sifat Termal Polimer

Bahan polimer mempunyai sifat khas yaitu sangat mudah berubah dengan adanya
perubahan temperatur. Bila terjadi perubahan temperatur maka akan terjadi pergerakan
molekul, pergerakan molekul ini membuat struktur bahan polimer berubah (terutama
yang dimensinya besar). Dengan semakin meningkatnya suhu menyebabkan oksigen
dan air bersama memicu reaksi kimia pada molekul, maka akan terjadi depolimerisasi,
oksidasi dan hidrolisa. Sifat termal dapat dicontohkan dari polimer plastik, dimana
plastik memiliki sifat unggul yaitu bisa dilunakan dan dikeraskan kembali secara
berulang-ulang. Sifat ini disebut sifat termoplastik. Ada beberapa plastik yang
mempunyai sifat khas, yaitu pada pelarut yang sesuai lebih mudah larut, menjadi lunak
pada suhu tinggi, namun akan kembali keras bila didinginkan dan punya struktur
molekul linier atau bercabang dimana antar rantai tidak ada ikatan silangnya. Bahan
yang memiliki sifat termoplastik pengolahannya sangat mudah, hanya dengan
pemanasan bahan tersebut dapat diubah menjadi berbagai bentuk sesuai yang
diingingkan dan dibutuhkan, misalnya polietilen (PE) dan polivinilklorida (PVC)

( Harsojuwono, 2015 ).

Sifat termal lainnya dari beberapa jenis plastik memiliki sifat tak bisa larut
dalam berbagai pelarut, tak melebur biladipanaskan, punya ketahanan yang tinggi
terhadap asam dan basa, bila dipanaskan rusak dan tak bisa kembali seperti sediakala
dan struktur molekulnya memiliki ikatan silang antar rantai. Polimer jenis ini bersifat
tetap dimana bahan ini hanya bisa dibentuk seperti keadaan semula/pertama kali bahan
ini dicetak yang disebut polimer termosetting. Plastik termosetting sifatnya keras sebab
bahan ini memiliki ikatanikatan silang, dan akan semakin keras lagi saat proses
pamanasan sebab dalam kondisi panas ikatan-ikatan silang ini lebih mudah dibentuk.
Polimer jenis ini banyak dipakai untuk peralatan rumah tangga karena tahan terhadap
panas dan awet. Misalnya polimer poli (melanin formaldehida), poli (urea
formaldehida) dan bakelit ( Harsojuwono, 2015 ).

2.3 Polimerisasi Adisi

Pada polimerisasi adisi terjadi reaksi rantai, dimana reaksi rantai dapat
disebabkan oleh radikal bebas yaitu partikel reaktif yang mengandung elektron tak
berpasangan atau ion. Terbentuknya radikal bebas karena adanya penguraian zat nisbi
tidak mantap disebut pemicu. Pemicu inilah yang memancing/ memicu reaksi rantai
pada pembentukan polimer dan proses polimerisasi ini berlangsung sangat cepat bahkan
sering kali hanya dalam hitungan detik. Polimerisasi adisi hanya berlangsung pada
senyawa yang memiliki ikatan rangkap, dimana padapolimerisasi ini bersamaan dengan
pemotongan ikatan rangkap yang disertai oleh adisi monomer, misalnya vinil dan
turunan-turunannya.

Gambar 2.1. Reaksi Polimerisasi polivinilklorida dari vinilklorida

Polimerisasi adisi dalam reaksinya melibatkan reaksi rantai. Tiga tahap mekanisme
reaksi polimerisasi adisi antara lain: 1) Inisiasi, 2) Propagasi, 3) Terminasi

( Harsojuwono, 2015 ).
2.4 Polimerisasi Kondensasi

Reaksi antara dua molekul bergugus fungsi banyak disebut polimerisasi


kondensasi. Molekul bergugus fungsi banyak maksudnya adalah molekul yang
mengandung dua atau lebih gugus fungsi yang dapat bereaksi yang menghasilkan satu
molekul besar bergugus fungsi banyak pula dan diikuti terbentuknya molekul kecil,
seperti misalnya air . Polimer kondensasi ini dapat terjadi pada gugus fungsi yang
mempunyai monomer yang sama atau berbeda. Pada polimerisasi kondensasi biasanya
juga dihasilkan hasil sampingan misalnya air (𝐻2 𝑂), amoniak (𝑁𝐻3 ) atau asam klorida
(HCl). Karena polimerisasi kondensasi tersebut biasanya terjadi pada monomer yang
memiliki gugus fungsi, misal gugus -OH; -COOH dan 𝑁𝐻3 Dari hasil polimerisasi
kondensasi biasanya terbentuk hasil sampingan berupa air (H2O), karena atom hidrogen
pada monomer berikatan dengan gugus-OH pada monomer yang lainnya

( Harsojuwono, 2015 ).

2.5 Melamin

Melamin merupakan suatu senyawa organik dengan rumus kimia 𝐶3 𝐻6 𝑁6 .Nama


lainnya secara IUPAC (International Union of Pure and Aplied Chemistry) adalah
1,3,5- triazine-2,4,6- triamine. Memiliki massa molekuler sekitar 126 g/mol, berbentuk
prisma monosiklik dengan titik beku <250 ℃. Melamin sedikit larut dalam air, sangat
larut dalam alkohol dan praktis tidak larut dalam eter. Melamin memiliki kandungan
nitrogen sekitar 66%. Peralatan makan melamin merupakan sejenis plastik hasil
kombinasi antara melamin dengan formadehida yang menghasilkan melamin resin,
yaitu suatu polimer yang tahan panas dengan stabilitas dimensi yang sempurna.
Melamin resin biasanya dikenal dengan nama Thermoset Plastic karena jenis plastik ini
mempunyai bentuk yang tetap. Jika terkena bahan atau cairan yang panas melamin
dapat melebur. Oleh karena itu peralatan makan melamin sebaiknya tidak digunakan
pada suhu yang tinggi seperti dimasukkan ke dalam oven dan microwave ( Lena, 2017).

2.6 Formaldehida

Larutan formaldehida atau larutan formalin mempunyai nama dagang formalin, formol,
atau mikrobisida dengan rumus molekul CH2O mengandung kira – kira 37% gas
formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10 – 15% methanol untuk menghindari
polimerisasi. Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan formalin 100% atau formalin
40%, yang mengandung 40 gram formaldehid dalam 100 mL pelarut. Formaldehid
adalah gas dengan titik didih 210℃ sehingga tidak dapat disimpan dalam keadaan cair
ataupun gas. Dalam perdagangan dijumpai formalin, yaitu larutan formaldehida yang
mengandung 34% – 38% b/b 𝐶𝐻2 𝑂 dengan metil alkohol sebagai stabilisator untuk
memperlambat polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid yang padat (Cahyadi,
2012). Penggunaan formaldehida pada proses pembuatan peralatan makan melamin
berfungsi sebagai pencerah dan pengawet. Formaldehida dalam senyawa melamin dapat
muncul kembali dengan adanya peristiwa yang dinamakan depolimerisasi (degradasi)
dimana partikel-partikel formaldehida kembali muncul sebagai monomer dan otomatis
menghasilkan racun yang berbahaya bagi kesehatan apabila masuk ke dalam tubuh
manusia. Hal ini terjadi jika senyawa melamin terkena air panas, sinar ultraviolet,
adanya gesekangesekan, maupun abrasi terhadap permukaan melamin (Harjono, 2006).

2.7 Analisis FT – IR (Fourier Transform Infrared Spectroscopy)

Instrumen yang digunakan untuk mengukur resapan radiasi infra merah pada
berbagai panjang gelombang disebut spektrofometer infra merah . Alat spektrofotometer
infra merah pada dasarnya terdiri dari komponen-komponen pokok yang sama dengan
alat spektrofotometer ultra lembayung dan sinar tampak, yaitu terdiri dari sumber sinar,
monokromator berikut alat-alat optik seperti cermin dan lensa, sel tempat cuplikan,
detektor amplifier dan alat dengan skala pembacaan atau alat perekam spektra
(recorder) akan tetapi disebabkan kebanyakan bahan dalam menstransmisikan radiasi
infra merah berlainan dengan sifatnya dalam menstransmisikan radiasi ultra lembayung,
sinar tampak, sifat dan kemampuan komponen alat tersebut diatas berbeda untuk kedua
jenis alat spektrofotometer itu ( Harsojuwono, 2015 ).

Spektroskopi infra merah merupakan metode yang sangat luas digunakan untuk
karakterisasi struktur molekul polimer, karena memberikan banyak informasi.
Perbandingan posisi absorpsi dalam spectrum infra merah suatu sampel polimer dengan
daerah absorpsi dalam spectrum infra merah suatu sampel polimer dengan daerah
absorpsi karekteristik, menunjukkan identifikasi pada keberadaan ikatan dan gugus
fungsi dalam polimer. Sampel yang digunakan untuk analisa dapat berupa padat, cair
dan gas. Metode penyiapan untuk polimer antara lain melarutkan polimer ke dalam
suatu pelarut seperti karbon bisulfida, karbon tetra klorida atau kloform, pembuatan film
transparan dan metode pellet Kbr. Pada saat ini spektrofotometer infra merah sering
digunakan untuk keperluan analisa kuantitatif, akan tetapi sering digunakan untuk
analisa kualitatif dengan spektrofotometer ultralembayung dan sinar tampak.
Penggunaan spektrofotometer infra merah dimaksudkan untuk analisa yang lebih
banyak ditujukan untuk identifikasi senyawa organik ( Harsojuwono, 2015 ).
BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 ALAT PERCOBAAN

1. Tabung reaksi digunakan sebagai tempat untuk mereaksikan bahan.

2. Cawan dan penggerus digunakan untuk menghancurkan atau menghaluskan.


sampel bahan hingga menjadi serbuk.

3. Spatula digunakan untuk mengambil bahan.

4. Gelas beker digunakan untuk mencampurkan bahan yang akan digunakan.

5. Pipet pirek digunakan untuk mengambil larutan yang ada pada botol larutan.

6. Magnetic stirrer digunakan sebagai alat pengaduk.

7. Furnace digunakan untuk memanaskan sampel.

8. Neraca digital digunakan untuk menimbang sampel yang akan digunakan.

9. Botol kaca kecil berfungsi sebagai wadah penyimpanan larutan.

10.Lemari pendingin berfungsi untuk menghilangkan kadar oksigen yang


terkandung dalam larutan.

3.1.2 BAHAN PERCOBAAN

1. Methacrylic acid atau MAA sebagai monomer fungsional.

2. Benzoil peroksida atau BPO digunakan sebagai inisiator reaksi.

3. Ethylene glycol dimethacrylate atau EDMA sebagai cross-linker.

4. Asam asetat digunakan sebagai pelarut.

5. Aquabides digunakan sebagai pelarut.

6. Metanol merupakan salah satu bahan kimia yang biasa digunakan sebagai
bahan pembersih.

7. Asetonitril digunakan sebagai bahan pelarut organik.


3.2 Proses Sintesis

1. Masukanmonomer fungsi (MAA) sebanyak 0,25 mL ke dalam pelarut (etanol 2,5


mL dan aquabides 0,75 mL), lalutambahkan cross-linker (EDMA) sebanyak
2,825 mL, dan inisiator (BPO) sebanyak 0,03 g.

2. Setelah semua bahan dimasukkkan ke dalam gelas beker, kemudian dilakukan


pengadukan sambil dipanaskan pada suhu 40°C selama 15 menit untuk
memperoleh campuran yang homogen.

3. Larutan pra-polimer yang dihasilkan kemudian dimasukan dalam vial atau botol-
botol kecil dan ditutup rapat, lalu dilakukan pendinginan dengan memasukan
botol-botol kecil tersebut kedalam freezer dengan suhu -5°C selama 60 menit.
Kemudian dilakukan proses pemanasan dengan memasukan botolbotol kecil
tersebut kedalam furnace dengan suhu 75°C selama 3 jam, 80°C selama 3 jam,
dan 85°C selama 1 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Admadi, B. H. dan Arnata, W. I ., 2015. Modul Kuliah 1 Teknlogi Polimer. Bali :


Universitas Udayana.
Cahyadi, W. 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Edisi 2.
Cetakan 3. Jakarta: Bumi Aksara.
Harjono, Y.2006. Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Kompas.
Harsojuwono, B. A., 2015. Teknologi Polimer Industri Pertanian. Denpasar : Intras
Publishing.
Lena, M. G. E. Sudewi, S. dan Citraningtyas, G., 2017. Analisis Kadar Formaldehida
pada Peralatan Makan yang Beredar di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasih,
3(6): 106.

Anda mungkin juga menyukai