Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

UREA FORMALDEHIDA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Limbah

Disusun Oleh :

1. Mardiyanti Dwi Pratiwi (21030116120009)


2. Nazma Afiati Sholiha (21030116130085)
3. Noer Indah Ardiani (21030113140121)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO

2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan alam, Nabi Muhammad SAW.
Makalah berjudul ”Pengolahan Limbah Industri Urea Formaldehid” ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teknologi Pengolahan Limbah. Pada penyusunan
makalah ini, penyusun banyak mendapat bantuan, saran dan motivasi dari berbagai pihak
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai acuan dalam pembuatan makalah yang lainnya. Semoga amal baik yang telah diberikan
mendapatkan balasan dari Allah SWT dan laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi pembaca.

Semarang, Juni 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


a. Polimer dan Monomer
Polimer adalah Molekul besar (makromolekul) yang terbangun oleh susunan
unit ulangan kimia yang kecil, sederhana dan terikat oleh ikatan kovalen. Unit ulangan
ini biasanya setara atau hampir setara dengan monomer yaitu bahan awal dari polimer.
Sedangkan monomer adalah zat yang dapat dikonversi menjadi suatu polimer.
Untuk contoh, etilena adalah monomer yang dapat dipolimerisasi menjadi polietilena
(lihat reaksi berikut). Asam amino termasuk monomer juga, yang dapat dipolimerisasi
menjadi polipeptida dengan pelepasan air.
Sumber polimer dibagi dua yaitu alami contohnya Pati, Selulosa, Protein, Lipid,
Asam Nukleat, dsb dan Sintetik contohnya Polietilena, Polivinil Klorida, dsb. Cara
Pembuatan dibagi menjadi dua proses yaitu Polimer Adisi dan Polimer Kondensasi.
Polimerisasi Adisi, Monomer mengadisi monomer lain sehingga produk polimer
mengandung semua atom yang ada pada monomer awal. Polimerisasi Kondensasi,
Sebagian dari molekul monomer tidak termasuk dalam polimer akhir. Polimer memiliki
2 Reaksi terhadap Kalor yaitu Polimer Termoplastik Bila dipanaskan melunak dan
dapat dibentuk dengan bantuan tekanan dan Polimer Termoset Dapat dilebur dalam
pembuatannya tapi menjadi keras selamanya tidak melunak dan tidak dapat dicetak
ulang.
b. Resin Fenol
Resin Fenol Merupakan resin sintetik yang dibuat dengan mereaksikan phenol
dengan formaldehida, wujud nya keras, kuat, awet dan dapat dicetak pada berbegai
kondisi.Bahan ini mempunyai daya tahan panas dan air yang baik dan dapat diberi
macam-macam warna,sering digunakan sebagai bahan pelapis dan laminating, pengikat
batu gerinda, pengikat logam atau gelas, dapat dicetak menjadi kotak, isolator listrik,
tutup botol dan tangkai pisau.
c. Resin Amino
Terdapat 2 jenis resin amino, yakni: formaldehida urea dan formaldehida
melamin. Formaldehida melamin banyak di pasarkan dalam bentuk serbuk, untuk
kemudian di cetak, sedangkan bila bentuk cair (larutan), untuk digunakan sebagai
perekat. Untuk meningkatkan sifat mekanik dan listrik, maka pada melamin
ditambahkan bahan pengisi,sehingga dapat juga digunakan untuk membuat sendok-
garpu, bagian busi, tombol-tombol dan alat cukur.
Formaldehida urea merupakan Resin urea, dapat dicetak tekan, memiliki
permukaan yang keras dan mempunyai nilai dielektrik yang tinggi dan dapat diberi
berbagai warna. Produk yang dihasilkan dari resin urea adalah: peralatan listrik,
kancing, dll. Kedua jenis resin ini banyak juga digunakan untuk mencegah berkerut dan
kusut nya kain katun dan untuk mencegah menyusutnya kayu.
d. Resin Silikon Polimer dengan Silikon sebagai Bahan Dasar
Resin silikon mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan bahan dasar plastik
(atom karbon) lainnya. Sifat-sifat spesifiknya adalah: stabilitas (tahan terhadap suhu
tinggi), kedap air, oleh karena itu sering digunakan untuk membuat: minyak gemuk
(fat), resin, perekat dan karet sintetis. Contoh polimer termoplastik ialah Selulosa yang
dibuat dari serat kapas dan kayu, namun sangat kuat dan ulet serta dapat diberi ber-
bagai warna.

1.2 Pengertian Resin


Resin adalah suatu campuran yang kompleks dari ekskret tumbu-tumbuhan dan
insekta, biasanya berbentuk padat dan amorf dan merupakan hasil terakhir dari
metabolisme dan dibentuk dari ruang-ruang skizogen dan skizolisigen. Secara fisis, resin
ini biasanya keras, transparan plastis dan pada pemanasan menjadi lembek. Secara kimiawi,
resin adalah campuran yang kompleks dari asam-asam resinat, alkohol resinat,
resinotannol, ester-ester dan resene-resene. Bebas dari zat lemas dan mengandung sedikit
oksigen karena mengandung zat karbon dalam kadar tinggi, maka kalau dibakar
menghasilkan angus.
Ada juga yang menganggap bahwa resin terdiri dari zat-zat terpenoid, yang dengan
jalan adisi dengan air menjadi dammar dan fitosterin sifatny tidak larut dalam air, sebagian
larut dalam alcohol, larut dalam eter, aseton, petroleum eter, kloroform, dan lain-lain.
Apabila resin-resin dipisahkan dan dimurnikan, biasanya dibentuk dalam zat padat yang
getas dan amorf, yang kalau dipanaskan akan menjadi lembek dan akan habis terbakar.
Resin ini juga tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol dan pelarut organic lainnya.
Isi dari resin pada umumnya adalah asam-asam resinat dan alkohol-alkohol resinat
1.3 Urea dan Formalin
Urea adalah senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengikat gugus
amida.Urea disintesis di industri dari amonia dan karbon dioksida untuk digunakan sebagai
bahan dalam sintesa polimer, obat – obatan, sumber nitrogen non-protein bagi ternak
ruminansia dan untuk pupuk nitrogen .
Formalin adalah gas yang mudah terbakar, tidak berwarna, gas beracun dengan bau
yang menusuk dan menyesakkan. Formalin biasa digunakan sebagai desinfektan dan
pengawet untuk spesimen hayati. Resin urea formaldehid adalah hasil polimerisasi
kondensasi urea dengan formaldehid. Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting
yang mempunyai sifat tahan terhadap asam ,basa , tidak dapat melarut dan tidak dapat
meleleh. Karena sifat-sifat tersebut, aplikasi resin urea-formaldehid yang sangat luas
sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat. Contoh industri yang
menggunakan industri formaldehid adalah laminating, coating, tekstil resin finishing.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan resin urea formaldehid?
2. Bagaimana proses pembuatan resin urea formaldehid?
3. Apa saja yang mempengaruhi reaksi urea formaldehid?
4. Bagaimana proses pencetakan resin urea formaldehid?
5. Apa saja kegunaan resin urea formaldehid?
6. Apa saja dampak resin urea formaldehid?
7. Bagaimana penanggulangan limbah polimer resin urea formaldehid?

1.5 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu resin urea-formaldehid.
2. Untuk mengetahui proses pembuatan resin urea-formaldehid
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi reaksi urea-formaldehid.
4. Untuk mengetahui bagaimana pencetakan resin urea formaldehid.
5. Untuk mengetahui kegunaan resin urea-formaldehid.
6. Untuk mengetahui dampak resin urea-formaldehid.
7. Untuk mengetahui penanggulangan limbah polimer resin urea-formaldehid.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Resin Urea Formaldehid


Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan hasil
kondensasi urea dengan formaldehid. Urea-formaldehid (dikenal juga sebagai urea-
metanal) adalah suatu resin atau plastik thermosetting yang terbuat dari urea dan
formaldehid yang dipanaskan dalam suasana basa lembut seperti amoniak atau piridin.
Thermosetting merupakan jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang karena plastik jenis
ini akan langsung mengeras dan menjadi arang jika dipanaskan.
Sifat fisik
• Memiliki sifat tidak dapat meleleh
• Absorpsi air yang rendah
• Dapat dicetak tekan atau transfer
• Memiliki permukaan yang keras
• Dapat diberi berbagai jenis warna
Sifat mekanik
• Massa jenis 1,47-1,52 (g/cm3)
• Kekuatan tarik 4,2-9,1 (kgf/mm2)
• Perpanjangan 0,4-1,0%
• Ketahanan panas 750C
Sifat kimia
• thermosetting
• Tidak larut dalam pelarut apapun
• Kenaikan temperatur dapat menurunkan berat molekul (Mr) resin urea-
formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif
yang baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
• Resin urea formaldehid lebih buruk dari pada resin fenol, resin melamin, dsb
yaitu dalam hal ketahanan air, kestabilan dimensi, dan ketahanan terhadap
penuaan, sehingga sifat-sifat tersebut diperbaiki dengan penambahan bahan lain
atau diproses menjadi kopolimer dengan fenol, melamin, dsb.
2.2 Pembuatan Resin Urea Formaldehid
1. Sintesis amonia dari karbondioksida
Amonia dan karbondioksida (reaktan) dicampurkan pada tekanan tinggi
menghasilkan ammonium karbamat. Amonium karbamat selanjutnya dipekatkan pada
evaporator vakum menghasilkan urea. Urea yang dihasilkan dari hasil reaksi akan
dipisahkan menggunakan evaporator. Evaporator bekerja dengan prinsip destilasi, yatu
berdasarkan perbedaan titik didih. Komponen yang akan dipisahkan adalah urea dari
air yang melarutkannya. Air akan terpisahkan menuju labu lan karena titik didihnya
yang lebih rendah dari urea, yaitu 100oC sedangkan urea 132,7oC. Prinsip kerja :
Evaporator berfungsi untuk mengurangi bahkan menghilangkan kadar air dari suatu zat
cair, sehingga didapat zat cair yang lebih pekat, berkonsentrasi tinggi, dan lebih murni.
Dalam hal ini zat yang menjadi lebih murni dan pekat adalah urea.
2. Kondensasi urea dengan formaldehid
Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea dengan
formaldehid. Pada umumnya reaksi menggunakan katalis hidroksida alkali dan kondisi
reaksi dijaga tetap pada pH 8-9 agar tidak terjadi reaksi Cannizaro, yaitu reaksi
diproporsionasi formaldehid menjadi alkohol dan asam karboksilat. Untuk menjaga
agar pH tetap maka dilakukan penambahan ammonia sebagai buffer ke dalam
campuran. Reaksi ini secara umum berlangsung dalam 3 tahap yakni metilolasi,
propagasi (kondensasi), dan proses curing.
 Tahap Metilolasi, yaitu adisi formaldehid pada gugus amino dan amida dari
urea, dan menghasilkan metilol urea. Urea dan formaldehid direaksikan dengan
ditambahkannya katalis basa. Basa yang digunakan dapat berupa barium
hidroksida ataupun kalium hidroksida. Dari reaksi tsbt diperoleh monomer atau
yang disebut mono-metilol dan dimetilol. Monometilol adalah hasil reaksi
penggabungan antara 1 molekul urea dengan 1 molekul formaldehid, sedangkan
dimetilol adalah hasil reaksi penggabungan 2 molekul formaldehid dan 1
molekul urea. Baik mono-metilol urea maupun dimetilol urea larut dalam air
sehingga reaksi pembentukannya dilakukan dalam fasa pelarut air.
 Tahap Propagansi (kondensasi), yaitu reaksi kondensasi dari monomer-
monomer mono dan dimetilol urea membentuk rantai polimer yang lurus.
Kondensasi lanjutan ini akan menghasilkan jembatan metilen antara dua
molekul urea.
 Tahap Curring, yaitu proses terakhir yang dipengaruhi oleh katalis, panas dan
tekanan tinggi. Pada proses ini, ketika kondensasi tetap berlangsung, polimer
membentuk rangkaian 3 dimensi yang sangat kompleks dan menjadi resin
thermosetting. Temperatur curing dilakukan pada sekitar temperatur 120
Celcius dan pH < 5.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reaksi Urea Formaldehid


1. Katalis
Penggunaan katalis pada suatu reaksi akan meningkatkan laju reaksi tersebut.
Begitu juga yang terjadi pada reaksi urea-formaldehid ini. Laju reaksinya akan
meningkat jika digunakan katalis. Katalis yang digunakan pada percobaan ini adalah
NH4OH karena reaksi ini berlangsung pada kondisi basa.
2. Temperatur
Kenaikan temperatur selalu mengakibatkan peningkatan laju suatu reaksi.
Namun, kenaikan temperatur ini dapat mempengaruhi jumlah produk yang terbentuk,
bergantung pada jenis reaksi tersebut (eksoterm atau endoterm). Oleh karena itu,
diperlukan suatu optimasi untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Kenaikan temperatur juga dapat menurunkan berat molekul (BM) resin urea-
formaldehid. Hal tersebut dikarenakan adanya pembentukan pusat-pusat aktif yang
baru, sehingga memperkecil ukuran molekul resin.
Temperatur reaksi tidak boleh melebihi titik lelehnya karena dimetilol urea yang
terjadi akan kehilangan air dan formaldehid. Menurut Kadowaki dan Hasimoto
temperatur optimum reaksi adalah 85oC. Sedangkan titik lelehnya menurut De Chesne
adalah 150 oC. Dan menurut Einhorn adalah 126 oC. Kenaikan temperatur akan
mempercepat laju reaksi, hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan Arrhenius yaitu
K = A e-Ea/RT
3. Zat umpan
Zat umpan yang digunakan harus murni karena adanya zat pengotor
dikhawatirkan akan mempengaruhi terbentuknya polimer atau terjadinya reaksi
samping .
4. Waktu Reaksi
Jumlah dan sifat produk yang dihasilkan dari suatu reaksi juga dipengaruhi
oleh waktu reaksi. Makin lama waktu reaksi, jumlah produk yang dihasilkan makin
banyak akibatnya, resin yang dihasilkan akan berkadar tinggi dan memiliki Mr tinggi.
Pembuatan resin urea – formaldehid skala laboratorium dapat dilakukan dengan
langkah kerja sebagai berikut:
Reaksi kondensasi ini dilakukan dalam sebuah labu berleher yang dilengkapi
kondensor ohm meter, termometer, agitator. Kondensor berfungsi mengembunkan air
yang menguap selama proses polimerisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat
tercapainya kesetimbangan reaksi. Agitator berfungsi membuat larutan tetap homogen
selama proses berlangsung.
Kerugian penggunaan urea-formaldehid sebagai resin dibandingkan polimer
lain adalah resistensinya terhadap kadar air (moisture) apalagi jika dikombinasikan
dengan panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan melepaskan monomer
– monomer yang belum sempurna bereaksi membentuk polimer. Monomer ini biasanya
beracun misalnya formaldehid yang dapat menyebabkan kanker. Oleh sebab itu, ada
baiknya bila kita akan menggunakan peralatan makan yang terbuat dari bahan polimer,
sebaiknya peralatan tersebut direndam dahulu dengan air panas dengan tujuan agar
monomer – monomer yang belum sempurna bereaksi terlepas pada air rendaman.

2.4 Pencetakan Resin Urea Formaldehid


1. Cetak Tekan
Prinsip cetak tekan dibambarkan pada gambar di bawah ini. Sejumlah bahan
dimasukan dalam cetakan logam yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Pada waktu
cetakan ditutup, bahan yang telah lunak tertekan sehingga mengalir mengisi rongga
cetakan. Bahan yang digunakan dapat berbentuk serbuk atau tablet prabentuk. Tekanan
yang lazim digunakan berkisar antara 0,7 sampai 55 Mpa, tergantung pada bahan yang
digunakan dan bentuk produk. Suhunya berkisaran antara 120 hingga 205˚C. Panas
sangat penting bagi resin termosetting, karena pertama-tama diperlukan untuk
plastisasi, kemudian untuk polimerisasi atau untuk pengerasan. Serbuk perlu
dipanaskan secara merata, suatu hal yang cukup sulit karena daya hantar panas bahan
tidak baik.
Beberapa jenis bahan diolah dengan penekanan, akan tetapi siklus pemanasan
dan pendinginan cetakan yang cepat akan menimbulkan kesulitan. Produk mungkin
cacat sewaktu dikeluarkan bila pendinginan cetakan tidak sempurna.
Ada bermacam jenis mesin pres hidrolik, mulai dari yang dikendalikan dengan
tangan sampai kepada jenis otomatik. Fungsi dari pres adalah memberikan tekanan dan
panas yang cukup sekaligus sehingga terjadi plastisasi yang sempurna dari bahan. Panas
yang diperlukan dapat dialirkan melalui pelat pemanas, atau langsung ke cetakan dan
berasal dari uap, cairan yang dipanaskan, listrik atau berfrekuensi tinggi.
2. Cetak Transfer
Pada proses cetak transfer, serbuk termosetting atau benda prabentuk diletakkan
pada tempat tersendiri atau alam ruang tekanan di atas rongga cetakan, seperti tampak
pada gambar di bawah ini. Di sini bahan mengalami plastisasi akibat panas dan tekanan
dan diinjeksikan ke dalam rongga cetakan, sebagai cairan panas, di sini bahan tersebut
kemudian mengalami pengerasan. Waktu reaksi pengerasan untuk cetak-transfer lebih
singkat dibandingkan proses cetak-tekan.
Waktu pengisian pun lebih singkat karena digunakan bahan pembentuk yang
lebih besar yang dapat dipanaskan lebih cepat. Proses ini sangat cocok untuk membuat
bagian-bagian yang memerlukan sisipan logam yang kecil, karena bahan plastik yang
panas memasuki rongga cetakan secara bertahap tanpa tekanan yang tinggi. Bentuk
yang rumit dan bentuk dengan variasi penampang yang besar dapat juga dihasilkan
dengan cara cetak transfer. Keterbatasan dari proses ini ialah: kehilangan bahan dalam
saluran pengalir, spru dan harga cetakan yang lebih mahal dibandingkan dengan
cetakan pada proses cetak-tekan.

2.5 Cara Injeksi Bahan Termoset


Bahan termoset dalam batas-batas tertentu dapat dibentuk dengan cara cetak-
jet. Setelah dimodifikasi mesin cetak-injeksi untuk bahan termoplastik, dapat diubah
untuk keperluan cetak jet. Nosel, yang merupakan bahan terpenting dari mesin harus
dapat dipanaskan dan didinginkan selama siklus injeksi. Mula-mula resin dipanaskan
dalam silinder yang mengelilingi penekanan, sampai lunak namun belum
terpolimerisasi. Pada waktu penekan menekan resin melalui nosel ke dalam cetakan,
terjadi panas tambahan. Pada saat cetakan penuh, nosel didinginkan dengan cepat
dengan mengalirkan air untuk mencegah polimerisasi bahan yang tersisa.
Mesin ulir umpan balik kini mulai digantikan dengan mesin cetak-jet. Bahan masuk, (di
bawah pengaruh gravitasi), sementara didorong oleh ulir yang berputar, bahan sekaligus
dipanaskan. Pada waktu ulir berputar, bahan terplastisasi di muka ulir, dan masih terhalang
oleh plunyer sampai terkumpul sejumlah bahan tertentu. Plunyer kemudian turun, dan ulir
memaksa bahan memasuki ruang transfer. Bahan kemudian ditekan memasuki rongga
cetakan.

2.6 Kegunaan Resin Urea Formaldehid


1. Bahan ini digunakan untuk barang-barang kecil yang digunakan sehari-hari seperti
pelindung cahaya, soket, alat-alat listrik, kancing, tutup wadah, kotak, baki, dan
mangkuk.
2. Salah satu jenis resin yang digunakan sebagai bahan perekat dan pelapis kayu atau
kertas.
3. Resin ini digunakan untuk mencegah berkerut dan kusutnya kain katundan untuk
mencegah menyusutnya kayu.
4. Digunakan untuk laminating.
5. Karena resin ini sangat terang warnanya dan sehingga lebih cocok untuk pemakaian
dekoratif. Contohnya : Counter berwarna cerah dan taplak-taplak dibuat dengan kertas
yang diimpregnasi resin urea, serta kayu lapis interior dekoratif biasanya menempel
dengan resin urea karena resin fenol yang berwarna gelap bisa menandai lapisan
pernisnya. Akan tetapi, kayu lapis eksterior merekat dengan damar fenol karena
mempunyai ketahanan cuaca yang lebih baik.
6. Dalam bidang koting, resin urea-formaldehid kadangkala dipadukan dengan alkyd
baking enemels untuk memperbaiki kekerasan.
7. Resin urea dipergunakan untuk memberikan ketahanan crease dan shrink kepada
produk melalui reaksi-reaksi ikat silang.
8. Aplikasi utama lainnya dari polimer urea-formaldehid adalah dalam menginsulasi busa.
Hal ini biasanya difabrikasi on-site dengan peralatan pembusaan yang portable. Bahan-
bahannya mencakup resin, surfaktan untuk menstabilkan busa, katalis (biasanya asam
fosfat), dan udara bertekanan. Surfaktan dan katalis biasanya dicampur terlebih dahulu.
Ketiga komponen tersebut (resin, surfaktan plus katalis, dan udara) kemudian
dipompakan secara terpisah ke dalam wadahnya untuk diisikan. Busa terbentuk dalam
beberapa menit dan mengeras secara sempurna dalam sehari. Telah banyak kontroversi
di sekitar pemakaian busa urea-formaldehid untuk menginsulasi rumah karena aspek-
aspek kesehatan yang timbul dari lepasnya uap formaldehida.

2.7 Dampak Resin Urea Formaldehid


1. Dampak terhadap tubuh
Resin urea formaldehid ini memiliki resistensi yang rendah terhadap air
dan kondisi yang panas. Kondisi ini dapat menyebabkan reaksi balik dan
melepaskan monomer – monomer yang belum sempurnya bereaksi membentuk
polimer. Monomer ini biasanya dilepaskan dalam bentuk formaldehid atau
formalin.
Jika terpapar formaldehida dalam jumlah banyak, misalnya terminum,
bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi
jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi
pendek dan sering, hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya.
Apabila bahan yang menggunakan resin urea formaldehid terpapar
panas, maka resin urea ini akan melepaskan molekul formaldehid. Formaldehid
dalam suhu ruangan ditemukan dalam bentuk gas. Apabila kadar di udara lebih
dari 0.1 mg/kg, formaldehida yang terhisap bisa menyebabkan iritasi kepala dan
membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata, pusing, tengorokan
serasa terbakar, serta kegerahan.
Iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluar air mata,
pusing, teggorokan serasa terbakar, serta kegerahan
Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh
protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal. Binatang
percobaan yang menghisap formaldehida terus-terusan terserang kanker dalam
hidung dan tenggorokannya, sama juga dengan yang dialami oleh para pegawai
pemotongan papan artikel. Tapi, ada studi yang menunjukkan apabila
formaldehida dalam kadar yang lebih sedikit, seperti yang digunakan dalam
bangunan, tidak menimbulkan pengaruh karsinogenik terhadap makhluk hidup
yang terpapar zat tersebut.
2. Dampak terhadap lingkungan
Resin ini termasuk kedalam golongan polimer thermosetting sehingga
tahan terhadap panas. Penanggulangan bahan ini tidak dapat dilakukan secara
sederhana. Karena bahan ini jika rusak tidak dapat dibentuk kembali, maka hal
yang dapat dilakukan adalah :
 Membuatnya menjadi barang baru (recycle)
 Dibakar dengan suhu pemanasan yang sangat tinggi, yaitu
menggunakan insenerator ( suhu 800-1000oC)

2.8 Penanggulangan Limbah Polimer Resin Urea Formaldehid


1. Insenerator skala kecil
Alat yang digunakan untuk melakukan pembakaran polimer ini adalah insenerator.
Insenerator dapat membakar dan mengubah limbah hingga yang tersisa hanya abu dan
gasnya saja. Insenerator akan membakar polimer ini dengan suhu sangat tinggi, yaitu 800-
1000oC.
2. Insenerator skala besar
Gas hasil pembakaran polimer tersebut masih mengandung zat berbahaya, maka
untuk meminimalisirnya dilakukan proses pengolahan lanjutan, yaitu dengna kondensasi.
Kondensasi merupakan satu metoda untuk mengubah gas menjadi zat cair. Hasil dari
kondensasi ini (cairan) akan mengandung za berbahaya lebih sedikit dari limbah dalam
bentuk gasnya. Setelah cair, limbah tersebut dapat diolah atau difiltrasi untuk menjadi air
pemakaian luar (bukan untuk konsumsi makhluk hidup) atau dapat langsung dibuang ke
lingkungan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
1. Resin urea-formaldehid adalah salah satu contoh polimer yang merupakan hasil
kondensasi urea dengan formaldehid dimana Urea-formaldehid (dikenal juga sebagai
urea-metanal) adalah suatu resin atau plastik thermosetting yang terbuat dari urea dan
formaldehid yang dipanaskan dalam suasana basa lembut seperti amoniak atau
piridin.
2. Proses pembuatan resin urea-formaldehid dibagi menjadi dua, yaitu : Sintesis amonia
dari karbondioksida (Amonia dan karbondioksida (reaktan) dicampurkan pada
tekanan tinggi menghasilkan ammonium karbamat. Amonium karbamat selanjutnya
dipekatkan pada evaporator vakum menghasilkan urea ) dan Kondensasi urea dengan
formaldehyd (Reaksi urea-formaldehid merupakan reaksi kondensasi antara urea
dengan formaldehid).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pembutan resin urea-formaldehida
adalah katalis, temperatur, zat umpan dan waktu reaksi.
4. Pecetakan resin formaldehida dapat dilakukan dengan cara cetak tekan dan cetak
tansfer.
5. Kegunaan resin urea-formaldehid salah satunya yaitu digunakan untuk barang-barang
kecil yang digunakan sehari-hari.
6. Resin urea formaldehida memiliki banyak kegunaan selain itu juga memiliki dampak
yang sangat berbahaya bagi tubuh dan terhadap lingkungan sekitar.
7. Penanggulangan limbah resin urea formaldehida yaitu dapat dilakukan dengan
Insenerator skala kecil dan Insenerator skala besar yang proses pengolahannya
dilanjutkan dengan proses kondensasi.

3.2 Saran
1. Kami harapkan kepada pembaca setelah membaca makalah ini, agar dapat memahami
apa itu resin urea formaldehida dan mengetahui dampak yang akan muncul ketika resin
urea formaldehida diaplikasikan ke masyarat.
2. Kami harapkan kepada pembaca setelah membaca makalah ini, agar dapat memberikan
kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
3. Kami harapkan kepada pembaca, setelah membaca makalah ini, ikut serta dalam
mengurangi pemakaian resin urea formaldehida yang termasuk dalam polimer sehingga
mencegah semakin banyaknya limbah dari resin urea formaldehida yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/20977114/Urea-Formaldehid Diakses pada hari Jum’at 7 Juni


2013 pukul 18.50 WIB

http://che.ft-untirta.ac.id/download-center/category/1-operasi-teknik-
kimia?download=109%3Amodul-polimerisasi-revisi Diakses pada hari Jum’at 7 Juni 2013
pukul 19.45 WIB

http://eprints.unipa.ac.id/437/1/Susim,Benyamin_Perekat%20Urea%20Formaldehida(UF)
%20pd%20Papan%20Laminasi%20Kayu%20Resak.pdf.pdf Diakses pada hari Jum’at 7
Juni 2013 pukul 19.48 WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/Resin_Urea-Formaldehid Diakses pada hari Jum’at 7 Juni


2013 pukul 19.52 WIB

http://taritania.blogspot.com/2012/01/makalah-resin-fenol-urea-formaldehid.html Diakses
pada hari Jum’at 7 Juni 2013 pukul 19.50 WIB

Pradana, Angga Resala. 2013. Urea Formaldehid. Online http://www.scribd.com/doc/

20977114 /Urea-Formaldehid 15 Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai