Anda di halaman 1dari 26

PERPINDAHAN KALOR

1. Tujuan Percobaan
Sistem melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :

Mengetahui fenomena perpindahan kalor terutama jenis konduksi dan konveksi


Menghitung koefisien perpindahan kalor dan efisiensi kerja peralatan penukar kalor di

laboratorium OTK Politeknik Negeri Sriwijaya


Melakukan praktek dengan aman

2. Dasar Teori
Dalam membicarakan pertukaran kalor pada alat penukar kalor diperlukan pengertian
dasar perpindahan kalor yang mendasar berkerjanya alat penukar kalor yang mendasar pada
kerja praktek (penerapan) dari alat penukar kalor. Perpindahan kalor dapat berlangsung
berdasarkan pada 3 macam dasar, dalam berbagai kejadian sebagai berikut:
1. Perpindahan kalor secara rambatan (konduksi) dimana perpindahan kalor secara
rambatan kebanyakan terjadi pada benda padat, di dalam benda padat itu sendiri
(satu titik dalam benda padat yang bersinggungan permanen).
2. Perpindahan kalor secara pancaran (konveksi) dimana kalor berpindah dari satu
posisi ke posisi lainnya didalam fluida secara memancar yang biasanya disertai
dengan adanya perpindahan massa (disebabkan adanya difusi ataupun arus Eddy).
Pancaran lebih sering terjadi pada media fluida cair.
3. Perpindahan kalor secara radiasi dimana kalor berpindah dari sumber kalor menuju
suatu benda secara pancaran melalui gelombang elektro magnetik tertentu tanpa
memerlukan media perantara (fluida atau padat)
Keberlangsungan ketiga proses perpindahan kalor di atas dapat terjadi pada waktu yang
bersamaan yang amat ditentukan oleh proses yang terjadi saat perpindahan kalor.
Perpindahan Kalor Secara Konduksi (Rambatan)
Dasar perpindahan kalor secara konduksi ini adalah hukum FOURIER :
dQ
dT
=kA
dt
dx
Dimana :
Dq/dt =
k
=
A
=
-dT/dx =

pers 1

jumlah kalor dipindahkan persatuan waktu


konstanta perpindahan kalor material/bahan
luas penampaang kontak perpindahan
kecepatan perubahan temperatur yang tergantung dari jarak dalam/luar benda padat

Dalam keadaan steady, maka harga dQ/dt dari persamaan 1 tetap sehingga dapat
diganti

Q=

dengan

q,

sehingga

persamaan

tersebut

dapat

disederhanakan

kA avg ( t 2 t 1 )
(x 2x 1)

menjadi:

pers 2

Dimana :
A adalah luas permukaan yang berlangsungnya perpindahan kalor rata-rata (avg) dan (t2-t1)
merupakan daya penggerak untuk terjadinya perpindahan kalor antara dua batas perpindahan,
(x2-x1) adalah jarak perpindahan. Sebagai penghambat berlangsungnya perpindahan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
R = X/ (Ka)
Dimana :
R adalah tahanan/ rambatan terhadap berlangsungnya perpindahan kalor.

pers 3

PERPINDAHAN KALOR PADA LEMPENGAN BERLAPIS PARALEL


Bila ada tiga padatan yang tersusun secara paralel maka perpindahan kalor persatuan
waktu (q) ditentukan oleh karakteristik dari ketiga padatan tersebut, maka :
Q = (1/R1 + 1/R2 + 1/R3)

pers 4

Perpindahan Kalor Secara Konveksi


Perpindahan kalor yang terjadi antara dua fluida (cair dan gas) pada umumnya disertai
dengan perpindahan massa, baik pada konveksi alamiah ataupun konveksi paksa.

Perpindahan kalor yang terjadi antara dua fluida yang dipisahkan oleh lempengan
dengan ketebalan dan pengaruh kotoran/ kerak. Pada gambar tersaji perpindahan kalor dari
fluida 1 dengan temperatur rata-rata fluida t1 melalui lempengan sebagai pemisah antara fluida
1 dan aliran pada fluida 2 t2 temperatur fluida 2 tebal dinding pemisah antara kedua fluida.
Persamaan neraca energi tiga dimensi yang berlangsung dapat ditulis sebagai berikut :
Cp (T/t + T/x + T/y + wT/z) = (kT2/x2 + t2/y2 + T2/z2) + Q2 +
pers 5
Dimana :
adalah kalor hilang yang dipengaruhi oleh viskositas fluida. Q 2 adalah kalor yang diserap
oleh media/ regent. Pada proses perpindahan energi antara dua fluida seperti gambar diatas,
ada pengaruh yang terjadi diperbatasan antara kedua fluida tersebut dengan lempengan
pemisah.
Dengan adanya penyempurna/ penurunan berbagai persamaan, untuk perpindahan kalor
secara konveksi dapat disajikan oleh persamaan :
Dq = hi x dAi (t1-t3)
Dq = h0 x Da0 (t5-t7)

pers 6
pers 7

Koefisien Perpindahan Kalor Keseluruhan


Dalam pengujian alat penukar kalor tidak dilakukan pengukuran temperatur antara
kedua fluida dengan permukaan lempengab, sehingga koefisien perpindahan kalor yang
digunakan dalam perhitungan kebutuhan luas permukaan perpindahan digunakan koefisien
perpindahan kalor keseluruhan U, sehingga persamaan yang digunakan berdasarkan pada
perbedaan temperatur rata-rata antara kedua fluida yang mengalami penukaran kalor.
Q = UA (t1-t7)
pers 8
Dimana :
Q = jumlah kalor yang berpindah persatuan waktu

U = koefisien perpindahan kalor keseluruhan


(t1-t7) = selisih temperatur atau aliran rata-rata
A = luas permukaan kontak perpindahan kalor
Pada proses perpindahan kalor secara konveksi dapat terjadi berbagai jenis konveksi,
dari konveksi alamiah yang berdasarkan perbedaan density fluida, konveksi paksa laminier
dan konveksi paksa turbulen dan lain-lain. Atau konveksi yang tergantung pada fluida yang
terlibat. Penggambaran dari berbagai macam faktor tersebut dapat disajikan melalui
persamaan sebagai berikut :
NNU = x NRe x NPr x Ngr
pers 9
Dimana :
NNU = bilangan nusselt
= hD/k
Re
N = bilangan reynold
= DG/
NPr = bilangan grassof = D32gAT/2
Ngr = bilangan ptandalt
= c/k
Bilangan Russelt merupakan fungsi dari bilangan Prandalt dan bilangan Grassof
Penukar Kalor Lempeng
Penukar panas yang terjadi pada alat penukar panas lempeng didasarkan pada
permukaan datar/ lempengan, dimana lempengan tersusun sedemikian rupa sehingga luas
permukaan pertukaran panas yang diperlukan. Penukar kalor lempengan terdapat dalam
beberapa bentuk dasar :
a. Penukar kalor lempeng dimana susunan dari lempengan dinamakan PLATE FRAME
HEAT EXCHANGER
b. Spiral plate exchanger, yang terdiri dari lempengan bersirip biasa digunakan untuk
pesawat (1950) atau untuk proses penukaran kalor pada temperatur yang cukup rendah
(-100-2000)
c. Plate and fin tube surface
d. Graphiter block exchanger
Masing-masing alat penukar kalor mempunyai kelebihan dan kekurangan karena
disesuaikan dengan kebutuhannya. Plate HE terdiri dari lempengan standar sebagai
permukaan berlangsungnya perpindahan dan rangka penyangga dimana susunan lempeng
tersebut. Penurunan tekanan antara penukar kalr relative kecil, permukaan plate HE berlubang
untuk memberikan efek turbulensi terhadap aliran-aliran dalam penukar kalor dapat
berlawanan arah dan searah.
Antara kedua lempeng plate HE terdapat gasket sebagai penyekat dan juga menyediakan
ruang yang menyerupai pada flate dan frame filter press. Untuk perhitungan jumlah kalor
yang dipertukarkan didalam alat menggunakan :
Q = (UA/Tm)
Dimana :

pers 10

U
hi
k
D
Tm
TLMTD

= koefisien panas keseluruhan = hi + 2k/2. 3D


= koefisien perpindahan panas lempeng logam
= konduktivitas termal
= diameter aliran fluida
= perpindahan arah temperatur logaritmik rata-rata (TLMTD)
= aliran searah

Keterangan :
T = temperatur fluida dingin
t = temperatur fluida panas
1 = masuk
2 = keluar
Dimana :
1 = t1 T1
2 = t2 T2

t1
T1

t2
T2

t1
T2

t2
T1

TLMTD untuk aliran berlawanan arah :


12
ln 1 2
Keterangan :
T = temperatur fluida dingin
t = temperatur fluida panas
1 = panas
2 = dingin
Dimana:
1=t 1T 1
2=t 2T 2

Data spesifikasi peralatan penukar kalor Lab. OTK Jurusan Teknik Kimia Politeknik
Negeri Sriwijaya :
Tipe
Bahan

= Penukar Panas Lempeng


= Baja 50%

Zinc 50%
Luas Permukaan Kontak = 1,00
Diameter aliran fluida
= 3,8
Temp. Operasi max
= 100oC

PERHITUNGAN KALOR
Kalor yang dilepas fluida pemanas Q0
Q0=M 0 Cp 0 T

pers 11

Dimana :
M0 = Laju massa fluida panas (kg/jam)
Cp0 = Kalor spesifikasi panas pada temperatur masuk (J/kgoK)
T = Perbedaan temperatur fluida panas keluar masuk (oK)
Kalor yang dilepa fluida dingin Q1
Q1=M 1 Cp1 T
Dimana :
M1 = Laju massa fluida dingin (kg/jam)
Cp0= Kalor spesifikasi dingin pada temperatur masuk (J/kgoK)
T = Perbedaan temperatur fluida panas keluar masuk (oK)

Teori Tambahan
Plate Heat Exchanger

pers 12

Fungsi dan cara kerja:


Plate Heat Exchanger (PHE) berfungsi sebagai sistem pemanas atau pendingin dari
suatu sistem produksi. Meskipun terdapat beberapa sistem lain, tetapi dari pengalaman
dilapangan dapat disimpulkan bahwa PHE memiliki kinerja yang baik dan sulit untuk
ditandingi sistem yang lain, salah satu contoh nyata, pada industri permen sistem PHE
digunakan sebagai pemanas permen (hard candy) yang akan dicetak, dengan digunakannya
sistem PHE, maka permen yang dihasilkan jauh lebih bening dibandingkan dengan
menggunakan sistem pemanas yang lainnya. Sesuai dengan bidang usaha (rubber products),
pembahasan singkat ini berfokus pada PHE Gasket (Seal PHE). Dari semua komponen yang
ada pada sistem PHE, PHE Gasket merupakan komponen yang paling sering diganti, karena
setiap pembongkaran PHE sebagian besar PHE Gasket sudah tidak dapat digunakan lagi krn
mengalami deformasi bentuk (gepeng).
PHE yang banyak dijumpai di industri dapat dikelompokan menjadi menjadi dua
jenis:

Glue Type. Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang Gasket pada plat PHE.
lem yang digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan terhadap panas
yang baik.
Jika persamaan diatas dibandingkan dengan persamaan sebelumnya terlihat bahwa beda

suhu rata-rata merupakan pengelompokan suku-suku dalam kurung, Jadi,

Beda suhu ini disebut beda suhu rata-rata log (log mean temperature difference = LMTD).
Dengan kata lain, LMTD ialah beda-suhu pada satu ujung penukar-kalor dikurangi beda-suhu
pada ujung yang satu lagi dibagi dengan logaritma alamiah dari perbandingan kedua beda
suhu tersebut.
Penurunan persamaan LMTD tersebut didasarkan atas dua asumsi :
(1) Kalor spesifik fluida tidak berubah menurut suhu
(2) Koefisien perpindahan-kalor konveksi tetap, untuk seluruh penukar-kalor.
Jika suatu penukar-kalor yang bukan jenis pipa-ganda digunakan, perpindahan-kalor
dihitung dengan menerapkan faktor koreksi terhadap LMTD untuk susunan pipa-ganda
aliran lawan-arah dengan suhu fluida-panas dan fluida dingin yang sama. Bentuk persamaan
perpindahan-kalor menjadi:

Metode NTU Efektivitas


Dalam analisis penukar-kalor, pendekatan dengan metode LMTD berguna apabila suhu

masuk dan suhu keluar fluida diketahui atau dapat ditentukan dengan mudah sehingga LMTD,
luas permukaan dan koefisien perpindahan kalor dapat dengan mudah ditentukan. Namun,
apabila kita harus menentukan terlebih dahulu suhu masuk dan suhu keluar fluida maka
analisis lebih mudah dilakukan dengan metode yang berdasarkan efektivitas penukar kalor
dalam memindahkan jumlah kalor tertentu atau disebut juga metode NTU (Number of
Transfer Unit). Metode NTU dikhususkan untuk menghitung perpindahan secara counter
currentHeat Exchanger sendiri adalah alat/perangkat yang energinya ditransfer dari satu fluida
menuju fluida lainnya melewati permukaan padat.
Metode NTU ini dijalankan/dikerjakan dengan menghitung laju kapasitas panas
(contohnya laju alir dikalikan dengan panas spesifik) Ch dan Cc berturut-turut untuk fluida
panas dan dingin. Dalam kasus dimana hanya ada temperatur awal untuk fluida panas dan cair
yang diketahui, LMTD tidak dapat dihitung sebelumnya dan aplikasi/penerapan metode
LMTD memerlukan pendekatan secara iterasi. Pendekatan yang dianjurkan adalah metode
keefektifan atau -NTU. Keefektifan dari Heat Exchanger, , didefinisikan dengan :

dimana : q adalah nilai laju sebenarnya dari perpindahan panas dari fluida panas menuju
fluida dingin, dan qmax merepresentasikan laju maksimum yang mungkin dari perpindahan
panas, yang diberikan dengan hubungan :

dimana Cmin adalah laju kapasitas dari dua panas yang terkecil. Dengan demikian laju
perpindahan panas sebenarnya diekspresikan sebagai :

dan dihitung, memberikan keefektifan heat exchanger, , laju alir massa, dan panas spesifik
dua fluida dan temperatur awal.
Untuk geometris aliran, , dapat dihitung menggunakan korelasi dengan istilah rasio
kapasitas panas :

dan Bilangan Satuan Perpindahan, NTU :

dimana U merupakan koefisien perpindahan panas keseluruhan dan A adalah area


perpindahan panas.
4. Langkah Percobaan
Praktikum 1
a. Hidupkan pompa pada alat penukar kalor jenis plat, lalu atur laju alirnya dimulai dari
100 liter/jam hingga 500 liter/jam.
b. Lakukan kalibrasi pada alat heat exchanger dengan mengukur waktu yang diperlukan
untuk menampung air dengan volume 100 ml di dalam gelas kimia.
c. Lakukan langkah b untuk setiap laju alir yang berbeda.
d. Catat waktu yang diperlukan.
Praktikum 2
a. Hidupkan pompa pada alat penukar kalor jenis plat, lalu atur laju alirnya dimulai dari
b.
c.
d.
e.
f.

300 liter/jam.
Diatur set point pada temperature 50oC
Tunggu hingga temperatur aliran masuk mencapai suhu 50oC
Ukur temperature masuk dan keluar air panas serta air dingin.
Ukur temperature plat pada sisi panas dan dingin menggunakan termokopel
Catat data temperature yang diperoleh

5. Data Percobaan
Minggu Pertama

Data laju alir fluida panas dan dingin terhadap suhu


Laju alir

T1

T2

T3
3

T4

(L/min)
3

51,

51,

49,

48,

47,4 47,6 32,8 34,5

6
52

8
51,

3
50,

4
49,

48,6 48,2 33,6 33,3 31,8 31,8 29,2 29,4

52,

9
51,

2
50,

9
50,

49,3 48,8 37,3 33,9 33,1 32,5 34,3 29,2

1
52,

8
51,

6
50,

2
49,

49,3 48,7 35,9 35,1 34,1 33,6 31,4 31,3

3
52

3
51,

9
50,

8
50,

49,8 49,1 36,7 36,2

52,

4
52

8
50,

7
50,

50,3 50,1 37,5 37,7 35,8 36,4 33,3 34,2

1
51,

50,

8
50,

8
45,

43,1

38

38

6. Perhitungan
1. Menghitung Log Mean Temperature Difference (LMTD)
Pada laju alir fluida dingin 3 L/menit
t 2 t 1
0,1
LMTD=
=
=18,87114
2,3 log t 2/ t 1
18,8
2,3 log
18,9

2. Menghitung diameter equivalent dan luas aliran (aa)


2
2
( D 2 D 1 )
De=
D1
Dimana :

D2 = Diameter luar
D1 = Diameter dalam

Pada pipa inch BWG 12 (Fluida Panas)


( 0,5 inch )2 ( 0,282inch )2
De=
0,532 inch
2

(0,0127 m) (0,007163 m)

=0,0153 meter
0,0153
D 22D11
a a= )/4

T6

50

T5

31

35

33,1 28,5 31,1

35

32,3 32,6

36,3 36,8 33,9 34,9

0,0127 m 0,007163 /4
3,14
5

8,63377 x 10 m

Fluida Dingin

D = inch
= 0,01905 meter
ap = D2/4
= 3,14 x (0,01905)2/4
= 0,000285 m2 = 2,85 x 10-4 m2
Dengan menggunakan rumus yang sama, maka hasilnya sebagai berikut :

No

Laju Alir (L/menit)

LMTD (C)

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

3
4
5
6
7
8
9

18,87114
18,91683
14,91652
17,15832
16,39378
15,7873
14,77845

ii. Aliran pada laju alir fluida dingin 4 L/min


Pada laju alir fluida panas 3 L/min
Fluida Panas
51,8 (T1)

Fluida Dingin
Temperatur Tertinggi 34,5 (T4)

Perbedaan
17,3

47,6 (T3)

(C)
Temperatur Terendah 31,1 (T6)

16,5

(C)
t 2 t 1

0,8

LMTD=

t 2 t 1
0,8
=
=16,91583
2,3 log t 2 / t 1 2,3 log 17,3 /16,5

No

Laju Alir (L/min)

LMTD

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

3
4
5
6
7
8
9

16,91583
18,72084
18,75821
16,81173
15,85892
15,10282
10,29803

3. Menghitung ho (aliran air antara pipa annulus)


w=P .Q dimana G = w/a
Pada aliran fluida dingin 3 L/min
3
kg 3 dm
998 3 .
.10 m3 /dm 3
m
w p.q
m
G= =
=
=10505,26 kg/m2 min
4 2
ap a p
2,85 x 10 m
Pada 18C , =1,03375 cp
Rep=

D .Gp 0,01905(10505,26)
=
=193,5914(laminar)

1,03375
Cp = 1 Btu/lbF = 1,49 kgcal/(hr)(m3)(C/m)

JH = 2,2
1

C 3
=(1,49.1,03375)
k

Sehingga G dan Rep nya adalah


Laju alir air
panas (L/menit)
3
4
5
6
7
8
9
Laju Alir Air Panas
(L/menit)
3
4
5
6
7
8
9

G laju alir massa G (kg/m2jam)


Fluida Panas
Fluida Dingin
3
177.8940
237.1022
296.3082
355.5490
414.7828
473.9539
533.3391

4
177.8796
237.1301
296.3778
355.7160
414.9411
473.9957
533.5956

3
179.2332
238.9056
298.4880
358.0344
417.5640
477.0470
536.5651

Pr
Panas
3
4
3.586
3.5716
3.532
3.544
3.508
3.532
3.502
3.55
3.496
3.535
3.478
3.487
3.505
3.5572

4. Menghitung TAVG (suhu rata-rata)


Pada laju alir fluida

Dingin
3
4
5.3433
5.0896
5.2548
5.2607
5.1132
5.1781
4.9893
5.0424
4.889
4.9008
4.7892
4.7331
4.7331
4.6821

4
179.0784
238.9104
298.5540
358.0992
417.5808
476.9467
536.4625

T AVG =

T 4T 5 32,828,5
=
=30,65
2
2

Sehingga hasilnya didapatkan


TAVG (suhu ratarata)
3
4
5
6
7
8
9

Fluida Panas
3
4
49.5
49.7
50.3
50.1
50.7
50.3
50.8
50
50.9
50.25
51.2
51.05
50.75
49.9

Fluida Dingin
3
4
30.65
32.8
31.4
31.35
32.6
32.05
33.65
33.2
34.5
34.4
35.4
35.95
35.95
36.45

5. Menghitung Densitas, Viskositas pada suhu T di table


Laju Alir Air Panas
(L/menit)

DENSITY
PANAS
3
4
988.3
988.22
987.926
988.042
987.694
987.926
987.636
988.1
987.578
987.955
987.404
987.491
987.665
988.14

3
4
5
6
7
8
9

DINGIN
3
4
995.74
994.88
995.44
995.46
994.96
995.18
994.54
994.72
994.2
994.24
993.848
993.639
993.639
993.449

6. Kapasitas Panas (Cp) terhadap laju alir pada suhu T


Laju Alir Air
Panas (L/menit)
3
4
5
6
7
8
9

Cp
Panas
Dingin
3
4
3
4
4180.9 4180.94
4178
4178
4181.12 4181.04
4178
4178
4181.28 4181.12
4178
4178
4181.32
4181
4178
4178
4181.36 4181.1
4178
4178
4181.48 4181.42 4178.08 4178.19
4181.3 4180.96 4178.19 4178.29

7. Prandtl Number (Pr)


Laju ALir Air
Panas (L/menit)
3

Pr
Panas
3
4
3.586
3.5716

Dingin
3
4
5.3433
5.0896

4
5
6
7
8
9

3.532
3.508
3.502
3.496
3.478
3.505

3.544
3.532
3.55
3.535
3.487
3.5572

5.2548
5.1132
4.9893
4.889
4.7892
4.7331

5.2607
5.1781
5.0424
4.9008
4.7331
4.6821

8. Mencari nilai hi dan ho


Nuk 10,370323(380)
hi=
=
=654690755,4
a.
di
0,0209296
b.

ho=

Nu k 0,0163857
=
=531931097,2
d2
0,02667

Tabel fluida panas (hi) dan (ho)


Fluida

Panas hi
3
(L/menit)
3
654690755,4
4
719437163,1
5
774231436,9
6
822195059,4
7
865050908,2
8
903859880,2
9
939948556,9

ho
3

654573345,1
719533586,3
774349552,2
822544966,1
865395534,2
903385423,3
939345566,3

531955845,2
584539332,3
628445833,8
666684324,2
700434355,7
732123485,8
76034853,8

530545637,4
584537534,9
628800503,1
667055788,9
701034663,4
7314855694
7610348245,2

9. Koefisien panas menyeluruh (UD) dan hio


ID
0,0209296
=654690755
=513776364,3
a. hio = hi OD
0,02667

( )

b.

Ud=

ho . hi 531931097,2(513776364,3)
=
=1954444,526
ho+ hio 531931097,2+513776364,3

Sehingga ditabulasikan
Fluida Panas
(L/meint)
3
4
5

hio
Fluida Dingin
3
513776364.
3
564586878.
5
607587321.

4
513683637.
3
564652989.
3
607730572.

Ud
Fluida Panas
3
1954444.5
3
2659082.4
5
3629820.6

4
1723865.6
2375544.5
3
2894287.7

5
645227360.
9
678858748.
9
709314801.
2
737625237.
4

6
7
8
9

9
645530978.
8
679119296.1
709378396.
1
737148775.
6

2
4496026.0
4
5367672.3
3
6079637.8
4
7134604.8
7

5
3876737.4
9
4541583
5296585.5
7
5929751.0
7

10. Mencari nilai Uc dan RD


1
1
7
+ R D=
+ 5,067977.10 =205895048,6
UC = U D
1954444,526
Dimana:
1
1
R D=

UC U D
Sehingga dapat ditabulasikan
Laju Alir Fluida
Panas (L/menit)
3
4
5
6
7
8
9

Uc
Fluida Dingin
3
4
205895048. 2.06E+0
6
8
218023171. 2.18E+0
4
8
227563520 2.28E+0
8
235442750. 2.36E+0
2
8
242151505. 2.42E+0
3
8
247971942 2.48E+0
8
253169161. 2.53E+0
7
8

Rd
Fluida Panas
3
4
5.068E-07
5.7523E07
3.7148E-07
4.1637E07
2.711E-07
3.4111E07
2.1817E-07 2.537E-07
1.8217E-07
1.6045E-07
1.3621E-07

2.1606E07
1.8477E07
1.6469E07

Minggu Kedua
Data Pengamatan
V fluida
dingin
(L/menit
)
2

V fluida
panas
(L/menit
)
2

T Fluida Panas (C)


T
T
T
awal avg akhir

T Fluida Dingin (C)


T
T avg
T
awal
akhir

45.5

26.1

22.3

20.1

28.3

24.3

21.9

29.5

25.5

22.9

30.3

30.3

24.3

41. 43.4
3
2
4
45.6
43. 44.5
4
2
6
45.4
43. 44.65
9
2
8
46.1
44. 45.35
6
Panjang lintasan (L) = 130 cm = 1,3 m
Pipa fluida dingin (1/2 inch) :
OD = 0,02667 m : ID = 0,0209 m
Pipa fluida panas (3/4 inch) : D = 0,0158 m
Perhitungan

1. Neraca Panas
Pada V fluida dingin 2 L/menit dan V fluida panas 2 L/menit
Tmasuk +Tkeluar
Tavg =
2

Untuk fluida dingin


T + T 26,1+20,1
Tavg= 4 6 =
=23,1
2
2

Untuk fluida panas


T +T
45,5+ 41,3
Tavg= 1 3 =
=43,4
2
2
Pada fluida dingin
Q = m.cp.dt
Dimana: cp = 1100 cal/kgC
T =T 4T 6=26,120,1=6

padaTavg=23,1 ; =997,5 kg/m 3


m= . v=

997,5

kg 2 L
min 1 m3
.
.60
.
=119,7 kg /hr
hr 1000 L
m3 menit

Q = 199,7 kg/hr.1100 cal/kgC.6,0C = 790020 cal/hr


Pada fluida panas

W=

Q
=
Cp . T

790020 cal/hr
=188,1 kg /hr
cal
1000
.(45,541,3)
kg

Dengan menggunakan rumus yang sama, maka dapat ditabulasikan :

Fluida dingin

T
awa
l

T
akhir

T
avg

viskositas
(kg/mjam
)

26.1

20.1

23.1

28.3

21.9

25.1

29.5

22.9

26.2

30.3

24.3

27.3

0.000933
2
0.000889
1
0.000868
7
0.000848
2

T
awal
45.5
45.6
45.4
46.1

viskosita
s
(kg/m.hr
)
3.35952

density
(kg/m3
)

Cp(joule/kg
C)

m(kg/hr)

Q(cal)

997.38

4180.76

119.6856

3.20076

996.98

4180.04

119.6376

3.12732

996.76

4180.48

119.6112

3.05352

996.54

4180.92

119.5848

3002260.61
4
3200575.70
2
3300212.71
4
2999846.89
2

Fluida panas
Fluida panas
T
T
viskositas
viskositas(kg/m
Cp
density(g/ml W
akhir avg
(kg/ms)
hr)
)
41.3 43.4
0.0006142
2.21112 4179.6
990.74 171.023
8
6
43.4 44.5
0.0006017
2.16612 4179.9
990.3 348.048
3
43.9 44.6
0.0005977
2.15172 4179.9
990.16 526.353
5
7
5
44.6 45.3
0.0005926
2.13336 4180.0
989.96 478.436
5
7
5

2. LMD (Log Mean Temperature Differences)


2,3 log ( 45,526,1)/( 41,3 20,1)=20,3094
t 2 t 1
( 45,526,1 ) (41,320,1)
LMTD=
=

2,3 log t 2 / t 1
Dengan menggunakan rumus yang sama, maka dapat ditabulasikan :
T1

T4

45,5
45,6
45,4
46,1

26,1
28,3
29,5
30,3

T2
19,4
17,3
15,9
15,8

T3

T6

41,3
43,4
43,9
44,6

20,1
21,9
22,9
24,3

T1
21,2
21,5
21
20,3

LMTD
20,3094
19,3457
18,3525
17,9763

3. Flow Area (A)


Fluida dingin, annulus
OD = 0,02667 m (D2) ; ID = 0,0209 m (D1)
( D2 D 1)
=0,000214 m2
Aa =
4

Dimaeter Equivalent
D22 D21
=0,01305 meter
De =
D1

Fluida panas
D = 0,01579 m
. D2
=0,000196 m2
Ap =
4

4. Kecepatan Massa (G)


w
G= A

Pada laju alir fluida panas 2 L/menit


Fluida dingin
w
188,1 kg /hr
=
=876947,6727 kg/m2 hr
2
G = Aa 0,000214494 m
Fluida panas
w
188,1 kg /hr
=
=959999,3438 kg /m2 hr
G = Ap 0,000196 kg /m2 hr

Sehingga kecepatan massa dapat ditabulasikan :


Laju Alir Fluida
Panas
2

Fluida Dingin
Ga
12683691.52

25812444.59

39036162.26

35482473.03

Fluida Panas
Gp
872847.165
8
1776321.90
7
2686331.77
9
2441779.34
9

5. Bilangan Reynold (Re)


Pada fluida dingin, annulus

De . Ga

Pada laju alir fluida panas 2 L/menit


2
0,01305543m . 876947,6727 kg/ m hr
=3347,58878(laminer)
kg
Re =
3,42 .hr
m

=2,376 pada T =43,4


De. Gp
=

0,0157988m . 959999,3438 kg/m 2 hr


=6383,349172(laminer )
kg
Re =
32,376 . hr
m

Sehingga ditabulasikan sebagai berikut :


Laju Alir Fluida
Panas
2

Fluida Dingin

6618.443034

10244.11869

9536.585832

3098.476806

Fluida
Panas
6236.63021
6
12955.7709
4
19724.1362
8
18082.8287
7

6. jH (pada figure 24 kern:heat exchanger)


Laju Alir Fluida
Panas
2
4
6
8

Fluida Dingin
14
32
48
46

7. ho , hi , dan hio
Laju alir fluida panas 2 L/menit
Fluida dingin, annulus
0,14
=2003675,141
Nw
1
cp 3

ho =
k
k
jH

De

Fluida panas

Fluida
Panas
30
58
80
78

ho =

hio =

0,14
=1503911,689
Nw
1
cp 3

k
k
jH

De
hi x

ID
=1180213
OD

sehingga dapat ditabulasikan :


Fluida dingin
Fluida Panas
Cp U / k
(Cp U / k) ^ ho
Cp U / k
(Cp U / k) ^ hi
hio
1/3
1/3
6.46390740 2.154635802 22184.8725 4.04226153 1.34742051 1624.90787 1593.95
6
9
6
2
7
7
6.17600632 2.058668774 48303.6514 3.95198904 1.31732968 3077.71599 3019.09
1
6
8
3
3
5.96397388 1.987991294 70800.4706 3.92319347 1.307731158 4216.97524 4136.65
2
5
5
5
2
5.80706154 1.935687182 66256.2563 3.88572288 1.29524096 4076.56572 3998.91
5
5
2
2
7

8. Mencari Uc, UD, dan RD


Fluida dingin, annulus
hio. ho
Uc = hio+ hi
Pada laju alir fluida panas 2 L/menit
Uc = 742728,0239 kg.cal/hr.m2 (C/m)
Rd = 0,003 (cooling power)
1
1
1
=
+ Rd=
+0,003=333,1838018 kg . cal /hr . m2( C /m)
U D Uc
742728,0239
Sehingga dapat ditabulasikan:
Uc(Kg-cal/ hr m2
(C/m)
1487.110121
2841.492787

Ud

Rd

272.298143
9
298.335791
1

0.003
0.003

3908.301947
3771.298937

307.137985
6
306.263646
3

0.003
0.003

9. Pressure Drop
Laju alir fluida panas 2 L/menit
De = OD ID = 0,2267m 0,0209296m = 0,0057404 m
'
D e . Ga
=1471,938719
Re =

'

0,42
f=

0,264
0,0035+

4 f .Ga2 . L
Fa=
=437016,131
2 g . . De '
V=

Ga
=242987,6 m/s
3600.

V2
Ft = 3 2 g =9037188693 m
Pa=

( Fa+ft ) .
=62604386423 Pa
144

Fluida Panas
Pada laju alir fluida panas 2 L/menit
D . G 0,42

f=

0,264
0,0035+

Fp=

4 f .Ga 2 . L
=170578,7345meter
2 g . . De'

Pp=

Fp x
=1175097,95 Pa
144

Fluida Dingin

Re'
1534.34188
3277.40207
9
5072.80877
7
4722.44394
6

f
0.0125223
9
0.0100597
4
0.0089601
5
0.0091267
7

Sp.Gr
997.38

delta Fa
367238.6452

V(m/s)
3514017

996.98

1222821.628

7148470

996.76

2492065.146

996.54

2098197.221

1080824
6
9822140

Fluida Panas

f
0.010225505
0.008447313
0.007646721
0.007800828

delta Fp
142281.47
78
487231.00
83
1008998.0
54
850794.73
58

delta P
978916.32
9
3350728.2
5
6937982.7
3
5848977.4
8

delta P
26882545.
1
57958403.
1
92064013.
9
82493699.
7

7. Analisa Percobaaan
Setelah melakukan percobaan ini dapat dianalisa bahwa heat exchanger (penukar kalor)
adalah alat yang digunakan untuk memindahkan sejumlah panas dari fluida panas menuju
fluida dingin. Pada alat ini, fluida dingin dan panas mengalir berlawanan arah (counter flow).
Laju alir fluida panas divariasikan dari 2 l/min sampai 9 L/min sedangkan laju alir fluida
dingin tetap pada 3 L/min dan 4 L/min untuk masing-masing fluida panas.
Pada percobaan ini, terdapat perbedaan suhu fluida panas dan dingin. T1,T2, dan T3 adalah
suhu fluida panas. Sedangkan T4,T5, dan T6 adalah suhu fluida dingin. Perbedaan suhu
tersebut dirata-ratakan berdasarkan logaritmik measure temperature difference (LMTD).
Persamaan energy (panas) dapat dilakukan dengan mencari kecepatan massa, kapasitas panas,
dan perbedaan temperature. Sedangkan kecepatan massa per satuan luas waktu didapatkan
dari data sifat fisik massa jenis, viskositas air pada suhu tersebut. Pada akhirnya didapatkan
ho, hi, UD, UC dari percobaan ini.
8. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Heat exchanger adalah alat yang digunakan untuk memindahkan sejumlah kalor dari
fluida panas menuju fluida dingin.
2. Jenis alat heat exchanger pada percobaan ini yaitu double pupe dengan arah aliran
counter current.
3. Setelah terjadi penukaran kalor, didapatkan nilai hi,ho, De, LMTD, UC, UD, Nu, NRe,dll.

DAFTAR PUSTAKA

Jobsheet Praktikum Analisis Sistem Termal Politeknik Negeri Sriwijaya. 2013

LAPORAN TETAP

SATUAN OPERASI 2
Heat Exchanger

DISUSUN OLEH :
Kelompok : 2
Kelas : 4 KC
Kiki Riski Midia
Mardian
Muhammad Farhan
Pusta Aryani
Susi Susanti
Wahyu Sisilia Deviana

0613 3040 0347


0613 3040 0349
0613 3040 0351
0613 3040 0353
0613 3040 0358
0613 3040 0359

Dosen Pembimbing : Ibnu Hajar, S.T, M.T.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TEKNIK KIMIA 2015

Gambar Alat

Seperangkat Alat Heat Exchanger

Anda mungkin juga menyukai