Anda di halaman 1dari 55

Pertemuan ke-14

05 Desember 2016

By Retno Ringgani, S.T., M.Eng


BAB VI

PERPINDAHAN PANAS DENGAN PERUBAHAN FASA

6.1. Perpindahan panas didih

Bila suatu permukaan bersentuhan dengan zat cair dan dipelihara pada suhu tinggi dari
suhu jenuh zat cair itu akan terjadi pendidihan,

fluks kalor yang berlangsung tergantung pada perbedaan antara suhu permukaan dan
suhu jenuh .

Perpindahan panas ke cairan yang sedang mendidih adalah


suatu proses konveksi yang menyangkut perubahan fasa dari cairan menjadi uap ,
perpindahan panas ini lebih rumit dari pada konveksi tanpa perubahan fasa, banyak faktor
yang berpengaruh.

Tcair = Tjenuh → didih jenuh ( saturated boiling)

Tcair < Tjenuh → didih dingin lanjut ( subcooled boiling)


Bila zat cair dialirkan melalui saluran atau permukaan yang T > Tjenuh → pendidihan
secara konveksi paksa =

Diffus Boelten → tabungnya licin

Nud = 0,019 ∆T = Tw − TH

m = 0,4 → pemanasan

0,3 → pendinginan
Fluks total :

=( + (

Hubungan sederhana untuk perpindahan kalor didih air

Untuk didih local konveksi paksa didalam tabung vertikal ;

h = 2,54 ( ∆ Tx)3 untuk 5<P< 170

dimana : ∆ Tx : beda suhu antara permukaan dan zat cair jenuh, ° C

P : tekanan max Newton / m2

h : koefisien perpindahan panas , W/m2 °C


Contoh :

Air pada 5 atm mengalir dalam tabung, diameternya


= 1 inchi pada kondisi didih local, dimana suhu
dinding adalah 10° C diatas suhu jenuh,

Hitung perpindahan panas pada tabung sepanjang


1,0 m
Jawab ;

∆ Tx = 10°C

P= ( 5 atm) ( 1,032 x 105 N/m2 ) = 0,5066 N/ m2

h = 2,54 (∆ Tx )3

= 2,54 (10)3

= 3521 W/ m2 °C

Luas permukaan untuk L = 1 m

A = π d L = π (0,0254) (1,0) = 0,0798 m2

q = h A ( Tw − T )

= (3521) (0,0798) (10)

= 2810 W/ m
6.2. Perpindahan panas kondensasi

Bila uap jenuh bersentuhan dengan permukaan yang T < → akan terjadi
kondensasi

→ karena pengaruh gravitasi → embun mengalir ke bawah.

Jika permukaan plat basah karena zat cair akan terbentuk film halus
yang disebut kondensasi film.
Untuk plat vertikal dan silinder

= 0,943 [ → Pk > 0,5

< 1,0

Tabung horizontal Laminer

= 0,725 [

𝐷𝐻 𝜌 𝑉
RRe
e =
=
𝜇𝑓

4𝐴𝜌𝑉
=Re = 𝑃 𝜇𝑓
q = =

4𝐴𝜌𝑉
Re = 𝑃 𝜇𝑓

dimana : ρAV =

maka : Re =

= panas pengembunan

= =
Re = L = tinggi plat

Re = W = lebar

A = L.W

P = w
Contoh :

Sebuah plat vertical bujur sangkar 30 x 30 cm,


bersentuhan dengan uap air pada tekanan atmosfer.
Suhu plat 98 °C.

Hitung panas massa uap yang mengembun?


Penyelesaian ;

Tf = = 99°C

Sifat ditentukan dari Tf

ρf = 960 kg/m2 ; μf = 2,82 . 10-4 kg/ms ; kf = 0,68 W/ m °C

Puap < Pcair → P ( P - Pv ) = P2


Andaikan kondensasi aliran Laminer

Tjenuh = 100°C ; hfg = 2255 kj / kg

→ = 0,943 [

= 0,943 [

Periksa Ref

Ref =

= = 49,6
→ pengandaian Laminer benar

q = = (13150) (0,3)2 (100 - 98) = 2367 W

Aliran massa kondensasi total :

m= = = 1,05.10-3 kg/s

= 3,78 kg/j
BAB 7.
ALAT PENUKAR PANAS
Pembahasan alat penukar panas akan
menggunakan analisis teknik, yaitu :

“Metode untuk meramalkan daya guna


(performance) penukar panas, terutama
menggunakan ragam perpindahan panas konduksi
dan konveksi dengan mengabaikan perpindahan
panas secara radiasi”
Tipe Dasar Alat Penukar Panas
Penukar panas adalah suatu alat yang menghasilkan
perpindahan panas dari satu fluida ke fluida lainnya.

Jenis penukar panas tersederhana ialah sebuah wadah


dimana fluida yang panas dan fluida yang dingin
dicampur secara langsung`sehingga suhu fluida akan
mencapai suhu akhir yang sama.

Contoh peralatan yang menggunakan tipe ini adalah


desuperheater, jet condenser dan pemanas air-pengisi
ketel terbuka (open feed water heater).
Tetapi yang lazim digunakan adalah alat penukar panas
dimana fluida panas dan fluida dingin terpisah oleh
suatu dinding/sekat yang disebut rekuperator. Alat
ini terdapat dalam berbagai bentuk.

Secara umum aliran 2 fluida di dalam alat penukar


panas mengalir secara:
 Aliran silang (cross flow).
 Searah (co-current). Jika kedua fluida itu mengalir
dalam arah yang sama, maka penukar panas ini
bertipe aliran-searah (parallel-flow; aliran sejajar)
 Berlawanan (counter-current) jika fluida – fluida
tersebut mengalir dalam arah yang berlawanan, maka
penukar panas ini bertipe aliran lawan (counterflow)
Aliran silang banyak dipakai dalam pemanasan dan
pendinginan udara atau gas.

Ada 2 tipe alat jenis ini:


Sistem mixed-unmixed stream.
Gas dialirkan menyilang tabung sedang fluida lain
dialirkan di dalam tabung digunakan sebagai pendingin
atau pemanas.
Dalam alat ini fluida yang mengalir melintas tabung
disebut arus campur (mixed stream) karena gas bergerak
dengan bebas di dalam alat.
Sedangkan yang mengalir di dalam tabung disebut arus
tak campur (unmixed stream) karena fluida ini terkurung
di dalam tabung dan tidak dapat bercampur selama proses.
 Sistem unmixed-unmixed stream.
Dalam hal ini gas mengalir melintas berkas tabung
tabung bersirip, dan karena terkurung di dalam saluran-
saluran di antara sirip-sirip tidak bercampur pada saat
mengalir. Alat jenis ini dipakai dalam penyejuk udara
7.1. Tipe Alat Penukar Panas yang
digunakan di Industri :
 Pipa ganda (double pipe)
Alat ini terdiri dari sebuah pipa yang terletak konsentrik
(sesumbu)didalam pipa lainnya. Salah satu fluidanya
mengalir melalui pipa dalamnya, fluida lainnya mengalir
melalui cincin (anulus) yang terbentuk di antara pipa
dalam dan pipa luar.
Dalam alat penukar jenis ini dapat digunakan aliran
searah (co-current) atau berlawanan arah (counter-
current) antara ke dua fluida. Alat ini dipilih bila
diperlukan luas transfer panas yang kecil.
yaitu A<100ft2
HE Double Pipe
 Selongsong dan tabung (shell-and-tube).
Fluida yang satu mengalir melalui selongsong (shell)
melintasi tabung, sedang fluida yang lain mengalir di
dalam tabung-tabung (pipe).
Untuk menjamin fluida yang mengalir di dalam
selongsong, melintasi diantara tabung-tabung, dipasang
sekat-sekat (baffles), sehingga memperbesar luas
permukaan perpindahan panas efektif per volume
satuan.

Didasarkan jumlah lintasan fluida di dalam shell dan


tabung, dikenal HE1-2,4,6,8,... ; HE 1-3,6,9,12,.... ; HE 2-
4,8,12,16,... dst. Dalam alat penukar jenis ini juga dapat
digunakan aliran searah (co-current) atau berlawanan arah
(counter-current) antara ke dua fluida. Untuk A>200ft2
HE Shell & Tube
1 shell pass and 1 tube pass ( 1-1 exchanger)

1 shell pass and 2 tube pass ( 1-2 exchanger)


Click : Video HE shell and Tube (pass)
7.2. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh
U (Overall Heat Transfer Coeffisient)
Koefisien perpindahan panas menyeluruh (U)
didefinisikan dengan hubungan . Ditinjau aliran 2
Fluida A dan B dalam alat penukar panas tipe pipa
ganda. Dalam penerapannya salah satu fluida yang
bersuhu TA mengalir di dalam tabung yang kecil sedang
fluida lain yang bersuhu TB mengalir di dalam anulus
diantara kedua tabung.
 Perpindahan panas melalui dinding datar :

𝑘𝐴
q = h1 A ( TA - T1 ) = ( T1 - T2 ) = h2 A ( T2 - TB )
∆𝑥

( TA − TB )
q = 1 ∆𝑥 1
+ +
ℎ 𝐴
1 𝑘𝐴 ℎ 𝐴
2

q = U A ∆ Tmenye luruh
 Perpindahan panas pada pipa ganda (double pipe):
Laju perpindahan panas :
Koefisien perpindahan panas menyeluruh dapat
didasarkan atas luas dalam atau luas luar tabung:
Note :
Dalam kasus praktis nilai U banyak ditentukan
oleh salah satu koefisien perpindahan panas
konveksi.
Tahanan konduksi sangat kecil dibanding
tahanan konveksi, sedangkan salah satu nilai h
jauh lebih kecil dari yang lain dan ini yang
mempunyai pengaruh terbesar dalam
persamaan U.

Nilai U pada beberapa situasi fisik diberikan


pada Tabel 10.1 dan 10.2 (Holman) yang dapat
memberikan gambaran untuk konsep ini.
7.3. Tahanan Pengotor (𝑹𝒅 )
Alat penukar panas (HE) yang telah digunakan beberapa
lama, kemungkinan pada permukaannnya akan dilapisi
oleh berbagai endapan yang terdapat dalam sistem aliran
karena aktivitas mikroba, atau permukaan mengalami
korosi sebagai akibat interaksi antara fluida dengan
material alat.

Pada keadaan ini lapisan tersebut akan memberikan


tahanan tambahan terhadap aliran panas, sehingga
menurunkan kinerja alat karena terjadi penurunan laju
perpindahan panas.
Pengaruh menyeluruh tersebut dinyatakan sebagai faktor
pengotor (fouling factor ) atau tahanan pengotor Rd.

Nilai Rd di dapat dari percobaan dengan menentukan U


pada kondisi bersih (Uc) dan U pada kondisi kotor (Ud)

1 1 1
Rd   
hd U d U c
 Rd → harus diperhitungkan dalam menghitung L
Tabel 10.2 (Holman)
Nilai faktor pengotor yang disarankan untuk beberapa fluida.
7.4. Beda Suhu Rata – Rata Log (LMTD)
Suhu fluida – fluida didalam penukar panas pada
umumnya tidak konstan, tetapi berbeda dari satu titik
ke titik lainnya pada waktu panas mengalir dari fluida
panas ke yang lebih dingin.

Maka dari itu untuk tahanan termal yang konstan pun,


laju aliran panas akan berbeda – beda sepanjang
lintasan penukar panas karena harganya bergantung
pada beda suhu antara fluida yang panas dan yang
dingin pada penampang tertentu
 Nilai laju perpindahan panas dihitung dengan
persamaan:
Gambar 10-7 Holman atau gambar 8-10 s/d 8.13 Kreith,
menunjukkan profil suhu untuk aliran untuk aliran searah dan
berlawanan arah.
Gambar 10-7 Holman atau gambar 8-10 s/d 8.13 Kreith,
menunjukkan profil suhu untuk aliran untuk aliran searah dan
berlawanan arah.
Ditinjau alat penukar pipa ganda aliran
searah (co-current)
 Neraca panas total:
Panas yang diberikan oleh fluida panas = panas yang
diterima oleh fluida dingin.
∆TLMTD adalah beda suhu rata-rata log (log mean
temperature difference) yaitu beda suhu pada satu
ujung alat dikurangi beda suhu pada ujung yang
satunya lagi dibagi dengan logaritma alamiah
perbandingan kedua beda suhu tersebut.

Bila jenis alat penukar panas yang digunakan bukan


pipa ganda, maka nilai LMTD dikoreksi dengan
faktor koreksi F yang dapat dibaca dari Fig 10-8 s/d 10-
11 (Holman),

sehingga persamaan laju alir panas:


Contoh ;

Air dengan Laju 68 kg/mi dipanaskan dari suhu 35°C hingga 75°C , dengan
minyak yang mempunyai kalor spesifik 1,9 kj/kg ° C. Kedua fluida itu dipakai
dalam penukar kalor pipa ganda secara counter current, dimana minyak masuk
pada suhu 110°C dengan keluar pada 75°C. Koefisien perpindahan panas
menyeluruh = 320 W m2 °C.

a) Hitung Luas penukar kalor (A) ?

b) Hitung luas penukar kalor jika digunakan HE 1-2 , dengan ketentuan sama dengan
soal a).
Penyelesaian :

qair = mw Cw ∆ Tw = 68 (4180) ( 75 -35)


= 11,37 .106 kj/menit = 189,5 kw

( 𝑇ℎ 2 − 𝑇𝑐2 )− ( 𝑇ℎ 2 − 𝑇𝑐2 )
∆ Tm =
ln [ ( 𝑇ℎ 2 − 𝑇𝑐2 )/ ( 𝑇ℎ 2 − 𝑇𝑐2 ) ]

( 𝑇ℎ 2 − 𝑇𝑐2 )− ( 𝑇ℎ 2 − 𝑇𝑐2 )
∆ Tm = = 37,44
ln (75−35)/ ( 110 − 75 )

𝑞
q = U A ∆ Tm → A = 𝑈 ∆ 𝑇𝑚

189,5 .10 3
A = = 15,82 m2
(320) (37,44)
b) Untuk HE 1-2
𝑡2 − 𝑡1 75 − 110
P = = = 0,467
𝑇1 − 𝑡 1 35 − 110

𝑇1 − 𝑇2 35 −75
R = = = 1,143
𝑡2 − 𝑡1 75 −110

→ gambar 10 - 8 → F = 0,81

q = U A F ∆ Tm

𝑞 189,5 .10 3
A = = (320 )( 0,81) (37,44)
= 19,53 m
𝑈𝐴 𝑇𝑚

Anda mungkin juga menyukai