= T T h q"
s
dengan:
q = heat flux konveksi (W/m
h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m
Ts = temperature
T = temperature
2.a. Konveksi Alami (Natural/Free Convection
Pergerakan fluida murni disebabkan oleh adanya kenaikan temperatur pada
fluida tersebut.
Rapat jenis /Density
Terjadi sirkulasi antara fluida yang lebih panas dengan yang lebih di
Gambar 5. Visualisasi aliran konveksi alami
2.b. Konveksi Paksa (Force Convection
Aliran relatif fluida antara fluida dengan permukaan benda disebabkan oleh
gaya luar (ekternal force
Gambar 6. Konveksi paksa dengan
Hukum Pendinginan Newton
= heat flux konveksi (W/m
2
)
= koefisien perpindahan panas konveksi (W/m
2
K)
temperature permukaan material (K)
temperature fluida (K)
Natural/Free Convection)
Pergerakan fluida murni disebabkan oleh adanya kenaikan temperatur pada
Density fluida makin berkurang dengan kenaikan temperatur.
Terjadi sirkulasi antara fluida yang lebih panas dengan yang lebih di
Gambar 5. Visualisasi aliran konveksi alami
Force Convection)
Aliran relatif fluida antara fluida dengan permukaan benda disebabkan oleh
ekternal force), mislanya: fan, blower
Gambar 6. Konveksi paksa dengan fan
3
Pergerakan fluida murni disebabkan oleh adanya kenaikan temperatur pada
fluida makin berkurang dengan kenaikan temperatur.
Terjadi sirkulasi antara fluida yang lebih panas dengan yang lebih dingin
Aliran relatif fluida antara fluida dengan permukaan benda disebabkan oleh
4
3. Radiasi Termal (Thermal Radiation)
Tidak memerlukan media transfer
Energi panas ditransfer/diemissikan oleh radiasi infrared dari permukaan
benda
Propagasi dari gelombang elektromagnetik
Terjadi pada solid, liquid, dan gas
Merupakan Volumetric dan Surface phenomenon
Gambar 7. Thermal radiation : 10
-1
-10
2
m spektrum Electro-magnetic
Hukum Stefan-Boltzmann untuk Emisive Power dari Radiasi
4
s
T q" =
dengan
q = emissive power black body (W/m
2
)
= konstanta Stefan-Boltzmann (5.67 x 10
-8
W/m
2
K
4
)
Ts = suhu permukaan (K)
= emissivity (0 1)
Meningkatkan penyerapan radiasi:
Black surface
Dull/rough surface
wide surface area
Mengurangi penyerapan radiasi:
White/shiny surface
smooth surface
narrow surface area
5
Walaupun mode-mode perpindahan panas dipelajari secara terpisah,
namun dalam aplikasinya yang sering terjadi adalah proses perpindahan panas
yang melibatkan ketiga-ketiganya (combined heat transfer mode)
Gambar 8. Combined heat transfer mode
Mata kuliah Perpindahan Panas dan Massa (Heat and Mass Transfer)
adalah sangat penting dalam engineering, karena banyak peralatan-peralatan
yang melibatkan pengetahuan akan perpindahan panas dan massa. Seperti
misalnya: Internal Combustion engine, Power Plant, Heat Exchanger, Cold
Storage, Oven, serta yang lainnya
Summary
Mode Heat Flux Equation
Coefficient
Konduksi
dx
dT
k q"
x
= (W/m
2
)
k (W/m.K)
Konveksi
( )
= T T h q"
s
(W/m
2
) h (W/m
2
.K)
Radiasi Termal
4
s
T q" = (W/m
2
)
dengan:
= Konstanta Stefan- Boltzmann
= 5,67 x 10
-8
W/m
2
K
4
= emisivitas
(0 1)
6
II. KONDUKSI
Gambar 1. Contoh perpindahan panas Konduksi
Gambar 2. Silent feature perpindahan panas konduksi
adalah transisi energi dalam bentuk panas karena adanya perbedaan suhu/
temperature gradient
secara alami Perpindahan Panas/Heat Transfer terjadi ke arah suhu yang lebih
rendah
sakin besar temperature gradient, makin besar pa
tidak terjadi perpindahan panas pada kondisi kesetimbangan termal (Thermal
Equillibrium)
Gambar 3.
Gambar 2.
Hukum Fourier
A k q
x
=
sakin besar temperature gradient, makin besar panas yang dipindahkan
tidak terjadi perpindahan panas pada kondisi kesetimbangan termal (Thermal
Gambar 3. Konduksi oleh lattice vibration
Gambar 2. Konduksi oleh Molecular collisions
dx
dT
7
nas yang dipindahkan
tidak terjadi perpindahan panas pada kondisi kesetimbangan termal (Thermal
Laju Perpindahan Panas bertambah ketika:
Temperature Gradient
bertambah
Luas permukaan yang tegak lurus dengan arah konduksi bertambah
Ketebalan material berkurang
Konduktivitas panas bertambah
dengan:
qx = total laju perpindahan panas/heat rate (W)
qx = heat flux perpindahan panas arah
k = konduktivitas panas material (W/m K)
A = cross sectional area (m
dT = perbedaan suhu (K)
dx = panjang/tebal material (m)
Konduktivitas Panas (Thermal Conductivity
Kemampuan atau sifat material didalam menghantarkan panas
Materialnya dianggap isotropik, sehingga k independent t
koordinat
Konduktivitas termal Solid > Liquid > Gas.
Nilai dari k untuk beberapa material padat, cair, dan gas dapat dilihat pada
Appendix A, Incopera & De Witt (
Laju Perpindahan Panas bertambah ketika:
(perbedaan temperatur) antara kedua permukaan
Luas permukaan yang tegak lurus dengan arah konduksi bertambah
Ketebalan material berkurang
Konduktivitas panas bertambah
dx
dT
A k q
x
=
dx
dT
k
A
q
x
=
dx
dT
k q
"
x
=
= total laju perpindahan panas/heat rate (W)
= heat flux perpindahan panas arah x (W/m
2
)
= konduktivitas panas material (W/m K)
= cross sectional area (m
2
)
= perbedaan suhu (K)
= panjang/tebal material (m)
Thermal Conductivity), k
Kemampuan atau sifat material didalam menghantarkan panas
Materialnya dianggap isotropik, sehingga k independent ter
ermal Solid > Liquid > Gas.
Nilai dari k untuk beberapa material padat, cair, dan gas dapat dilihat pada
Appendix A, Incopera & De Witt (Fundamnetals of Heat and Mass Transfer
8
antara kedua permukaan
Luas permukaan yang tegak lurus dengan arah konduksi bertambah
erhadap arah
Nilai dari k untuk beberapa material padat, cair, dan gas dapat dilihat pada
Fundamnetals of Heat and Mass Transfer)
9
k Solid > k Liquid > k Gas
Gambar 3. Konduktivitas panas beberapa material pada temperature 25
0
C
10
Gambar 4. Variasi Konduktivitas panas terhadap temperatur
Diffusivitas Panas (Thermal Diffusivity),
Cepat lambatnya penyebaran panas di dalam suatu material
perbandingan antara konduktivitas panas dengan kapasitas panas
p
c
k
=
dengan:
= thermal diffusivity (m
2
/s)
k = thermal conductivity (W/m K)
= density/massa jeniss (kg/m
3
)
cp = specific heat/panas jenis (J/kg K)
Material dengan yang lebih besar berarti akan lebih cepat merespon
perubahan panas yang terjadi di sekitarnya
Syarat Batas/Boundary Conditions
Gambar 5. Tiga model syarat batas
Contoh Soal:
1. Jika luas permukaan isothermalnya
adalah 10 m
2
, ketebalannya 2.5 m
memiliki konduktivitas panas 0.2
W/m.K. Tentukan:
a. Temperature permukaan luar
dinding
b. Heat flux
Material dengan yang lebih besar berarti akan lebih cepat merespon
perubahan panas yang terjadi di sekitarnya
Boundary Conditions (BC)
Gambar 5. Tiga model syarat batas
Jika luas permukaan isothermalnya
ketebalannya 2.5 m
memiliki konduktivitas panas 0.2
Temperature permukaan luar
11
Material dengan yang lebih besar berarti akan lebih cepat merespon
12
Penyelesaian:
a. Temperatur permukaan luar dinding
dx
dT
A k q
x
=
= |
\
|
L
T T
kA
cold hot
kA
Lq
T T
x
hot cold
=
=
0.2x10
2.5x3000
415 = 378
0
C:
b. Heat flux
10
3
A
q
q
x "
x
= = = 0.3 kW/m
2
Persamaan Umum Diffusi Panas (Heat Diffusivity Equation)
Analisa distribusi temepratur (temperatur field) di dalam medium sebagai fungsi
koordinat
Metoda control volume/sistem tertutup
Kekekalan energi untuk control volume
st out g in E E E E
= +
Selanjutnya dari kekekalan energi dan Hukum Fourier diturunkan persamaan
umum Diffusi Panas untuk sistem kordinat Kartesius, Silinder, dan Sphere.
Koordinat Kartesius (x-y-z Coordinate)
Gambar 6. Control volume untuk sistem kartesius
Energy Source,
dxdydz q Eg
=
Perubahan energy yang tersimpan di dalam medium
dxdydz
t
T
c E
p
st
Subsitusi out E
dy
y
q
dx
x
q
y
x
z Coordinate)
Gambar 6. Control volume untuk sistem kartesius
Perubahan energy yang tersimpan di dalam medium
dxdydz
Selanjutnya dari konservasi energi
dxdydz
t
T
c q q q dxdydz
p dy z dy y dx x
=
+ + +
dz dy dx
t
T
c dxdydz q dz
z
q
p
z
= +
13
dxdydz
dari Hukum Fourier
x
T
dydz k q
x
=
x
T
dydz k q
x
=
z
T
dxdy k q
z
=
Persamaan Diffusi Panas untuk Koordinat Kartesius:
dy
T
k
y x
T
k
x
\
|
+
|
\
|
dimana:
p
c
k
=
adalah thermal diffusivity
Koordinat Silinder (Cylindrical Coordinate
untuk Koordinat Kartesius:
t
T
c q
z
T
k
z dy
T
p
= +
|
\
|
+
|
|
|
(k seragam pada arah x, y, dan z)
t
T
=
thermal diffusivity material
Cylindrical Coordinate)
14
15
st out g in E E E E
= +
dz z d dr r z r
q q q z .d d r dr. q q q q
+ + +
+ + +
dz . d dr.r
t
T
c
p
=
dari Hukum Fourier
r
T
dz d r k q
r
=
r
T
dz dr k q
z
T
rd dr k q
z
=
Persamaan Diffusi Panas untuk Koordinat Silinder:
t
T
c q
z
T
k
z d
T
k
r
1
r
T
k
r r
1
p
2
= +
|
\
|
+
|
|
\
|
+
|
\
|
Atau jika Isotropik material
t
T
1
k
q
z
T T
r
1
r
T
r
1
2
2
2
2
2 2
2
= +
Koordinat Bola (Spherical Coordinate)
Gambar 8. Control Volume untuk Sphere
dari Hukum Fourier
rd d rsin k q
r
=
rsin
rd dr k q
=
d rsin dr k q
=
Persamaan Diffusi Panas untuk Koordinat Bola:
sin r
1
r
T
kr
r r
1
2 2
2
2
+
|
\
|
Koordinat Bola (Spherical Coordinate)
Gambar 8. Control Volume untuk Sphere
r
T
rd
rsin
T
r
T
d
untuk Koordinat Bola:
q
z
T
k
z sin r
1
d
T
k
2
= +
|
\
|
+
|
|
\
|
16
t
T
c
p
=
1. SISTEM KOORDINAT KARTESIUS
Persamaan Umum Diffusi Panas 3D Kooordinat Kartesius
Gambar 1. Analisa
dy
T
k
y x
T
k
x
\
|
+
|
\
|
Untuk 1D (One Dimensional):
Konduksi hanya satu arah (1D)
Temperature gradient hanya pada satu arah koordinat
Heat transfer hanya terjadi pada arah tersebut
Steady State/keadaan tunak:
Tidak tejadi perubahan storage energy terhadap waktu (
III. KONDUKSI 1D STEADY STATE
SISTEM KOORDINAT KARTESIUS
Persamaan Umum Diffusi Panas 3D Kooordinat Kartesius
Gambar 1. Analisa control volume
t
T
c q
z
T
k
z dy
T
p
= +
|
\
|
+
|
|
|
):
Konduksi hanya satu arah (1D)
hanya pada satu arah koordinat
hanya terjadi pada arah tersebut
Steady State/keadaan tunak:
Tidak tejadi perubahan storage energy terhadap waktu (
t
T
c
p
=
17
KONDUKSI 1D STEADY STATE
0 =
)
Plane Wall/Dinding Datar Tanpa Pembangkitan Panas
Gambar 2. Konduksi 1D, tanpa pembangkitan panas dan batas konveksi
T = f(x), Temperatur sebagai fungsi dari
Heat transfer hanya ditinjau pada arah sb. x
Konveksi ke dan dari plane wall
Konduksi di dalam plane wall
Pers. Umum Konduksi 1D Plane Wall, tanpa pemba
0
dx
dT
k
dx
d
=
|
\
|
Integralkan 2 kali
( )
2 1
C x C x T + =
Batas:
x = 0 T = Ts,1
x = L T = Ts,2
Maka Distribusi Temperatur pada plane wall steady state, tanpa generasi panas
( ) ( )
s,1 s,2
T T T
L
x
x T + =
Plane Wall/Dinding Datar Tanpa Pembangkitan Panas
Konduksi 1D, tanpa pembangkitan panas dan batas konveksi
T = f(x), Temperatur sebagai fungsi dari -x
Heat transfer hanya ditinjau pada arah sb. x
Konveksi ke dan dari plane wall
Konduksi di dalam plane wall
Pers. Umum Konduksi 1D Plane Wall, tanpa pembagkitan panas, Steady State
Maka Distribusi Temperatur pada plane wall steady state, tanpa generasi panas
s,1
T
18
Konduksi 1D, tanpa pembangkitan panas dan batas konveksi
gkitan panas, Steady State
Maka Distribusi Temperatur pada plane wall steady state, tanpa generasi panas
Sedangkan Persamaan Lalu Perpindahan Panas (
menjadi
(
s,1 x
T
L
kA
dx
dT
kA q = =
dan Heat Flux
(
s,2 s,1
x ' '
x
T T
L
k
A
q
q = =
Tahanan Termal/Thermal Resistance
Persamaan tahanan termal dapat ditentukan dengan menganalogikannya
persamaan Fourier dengan Persamaan Arus Listrik
I analog dengan q
V analog dengan T, sehingga didapatkan:
Tahanan Termal Konduksi:
Tahanan Termal Konveksi:
Rangkaian Tahanan Termal (Thermal Resistance Circuit
Sedangkan besar tahanan termal totalnya adalah
Lalu Perpindahan Panas (heat transfer rate) Konduksi 1 D
)
s,2 s,1
T
)
s,2
Thermal Resistance
Persamaan tahanan termal dapat ditentukan dengan menganalogikannya
Persamaan Arus Listrik
V analog dengan T, sehingga didapatkan:
kA
L
R
cond
=
hA
1
R
conv
=
Thermal Resistance Circuit) dari gambar diatas
Sedangkan besar tahanan termal totalnya adalah
19
) Konduksi 1 D
Persamaan tahanan termal dapat ditentukan dengan menganalogikannya
) dari gambar diatas menjadi
h
1
kA
L
A h
1
R
2 1
tot
+ + =
Plane Wall/Dinding Datar Dengan Pembangkitan Panas
Gambar 3. Konduksi 1D, dengan pembangkitan panas (
Dari persamaan umum konduksi koordinat
Sehingga persamaan konduksi 1D, denganpembangkitan panas dan steady state
0
k
q
dx
T d
2
2
= +
Sedangkan distribusi temperature secara umum dapat dituliskan sebagai
1
2
C x C x
2k
q
T + + =
A
1
2
Plane Wall/Dinding Datar Dengan Pembangkitan Panas
Gambar 3. Konduksi 1D, dengan pembangkitan panas (
q )
Dari persamaan umum konduksi koordinat kartesius
Sehingga persamaan konduksi 1D, denganpembangkitan panas dan steady state
Sedangkan distribusi temperature secara umum dapat dituliskan sebagai
2
C
20
Sehingga persamaan konduksi 1D, denganpembangkitan panas dan steady state
Distribusi temperatur untuk kondisi batas yang tidak
Boundary Condition)
( )
L
x
1
2k
L q
x T
2
2 2
+
|
|
\
|
=
Distribusi temperatur untuk Kondisi batas yang sama (
Condition)
Boundary Condition:
s L x
T T =
=
dan
L x
T =
=
Temperature Distribution:
( T
Temperatur Maksimum (pada sumbu simetri)
Distribusi temperatur untuk kondisi batas yang tidak simetri (Asymmetrical
2
T T
L
x
2
T T
s,2 s,1 s,1 s,2
+
+
+
Distribusi temperatur untuk Kondisi batas yang sama (Symmetrical Boundary
s
T
( ) Ts
L
x
1
2k
L q
x
2
2 2
+
|
|
\
|
=
Temperatur Maksimum (pada sumbu simetri) :
( ) s
2
0 0 x
T
2k
L q
T T + = =
=
21
Asymmetrical
Symmetrical Boundary
Dinding Datar Komposit (Composite Plane Wall
Dinding/bidang datar yang tersusun dari beberapa material yang memiliki
konduktivitas panas yang berbeda
Susunannya dapat secara seri ataupun secara pararel.
Rangkaian Tahanan Termal digambarkan seperti pada penggambaran tahanan
listrik begitu pula tahanan termal total susunan seri maupun pararel dihitung
seperti pada perhitungan tahanan listrik
Gambar 4. Misal composite plane wall
Susunan Seri
Gambar 5. Material tersusun secara seri
Thermal Resistance Circuit
Tahanan Total
R
Composite Plane Wall)
Dinding/bidang datar yang tersusun dari beberapa material yang memiliki
konduktivitas panas yang berbeda-beda.
Susunannya dapat secara seri ataupun secara pararel.
Rangkaian Tahanan Termal digambarkan seperti pada penggambaran tahanan
listrik begitu pula tahanan termal total susunan seri maupun pararel dihitung
seperti pada perhitungan tahanan listrik
composite plane wall dari material A,B, dan C
Gambar 5. Material tersusun secara seri
Thermal Resistance Circuit (rangkaian tahanan termal)
3 2 1 tot
R R R + + =
22
Dinding/bidang datar yang tersusun dari beberapa material yang memiliki
Rangkaian Tahanan Termal digambarkan seperti pada penggambaran tahanan
listrik begitu pula tahanan termal total susunan seri maupun pararel dihitung
Susunan Paralel
Gambar 5. Material tersusun secara
Thermal Resistance Circuit
Tahanan Total
R
1
Berikut adalah contoh perpindahan panas pada
A k
L
A h
1
R
A
A
1
tot
+ + =
tot
cold hot
x
R
T T
q
=
Gambar 5. Material tersusun secara seri
Thermal Resistance Circuit (Circuit tahanan termal)
2 1 tot
R
1
R
1 1
+ =
Berikut adalah contoh perpindahan panas pada Composite Plane Wall:
A h
1
A k
L
A k
L
2 C
C
B
B
+ + +
23
2 1
2 1
tot
R R
R R
R +
+
=
tot
1
x
R
T T
q
=
Contoh Soal
1. Jika jendela kaca pada gambar dibawah mempunyai koefisien konduksi k = 1.4
W/m.K, dan luas penampang isohtermal A= 1 m
a. Gambar Rangkaian Tahanan Termalnya
b. Tahanan Termal Total
c. Heat transfer rate
d. Ts,i dan Ts,o
conv 3
R R + +
Jika jendela kaca pada gambar dibawah mempunyai koefisien konduksi k = 1.4
W/m.K, dan luas penampang isohtermal A= 1 m
2
, maka tentukan:
Gambar Rangkaian Tahanan Termalnya
24
Jika jendela kaca pada gambar dibawah mempunyai koefisien konduksi k = 1.4
Penyelesaian:
a. Rangkaian Tahanan Termal
b. Tahanan Termal Total
A h
1
kA
L
A h
1
R
i o
tot
+ + =
|
\
|
+ + =
65
1
1.4
0.004
30
1
1
1
c. Heat Transfer Rate/Laju perpindahan panas
0.052
( 40
R
T T
q
tot
,0 i ,
x
=
=
d. Temperature Ts,i
q =hi A (T,i Ts,i)
Ts,i =T,i {q/(hi A)} = 40
Rangkaian Tahanan Termal
A
|
|
\
|
+ + =
i o
h
1
k
L
h
1
A
1
= 0.052 K/W
/Laju perpindahan panas
0.052
10)
= 961.5 W
A)} = 40 {961.5/(30 x 1)} = 7.95
0
C
25
Temperature Ts,o:
( )
o s, i s, x
T T
L
kA
q =
kA
l q
T T
x
i s, o s,
= 7.95 =
2. Ukuran dari jendela thermopane diatas (80
kaca, kc = 1.4 W/m.K, Konduktivitas panas udara, k
a. Gambarkan rangkaian tahanan termalnya
b. Tentukan tahanan termal total dari composite wall diatas
c. Tentukan Heat Loss dari jendela thermopane diatas
Penyelesaian:
a. RAngkaian Tahanan Termal:
b. Tahanan Termal Total:
A k
L
A k
L
A h
1
R
a k i
tot + + =
1 x 1.4
0.004 961.5x
= 5.2
0
C
Ukuran dari jendela thermopane diatas (80 mm x 50 mm), Konduktivitas panas
= 1.4 W/m.K, Konduktivitas panas udara, ka = 0.0245 W/m.K
Gambarkan rangkaian tahanan termalnya
Tentukan tahanan termal total dari composite wall diatas
Tentukan Heat Loss dari jendela thermopane diatas
RAngkaian Tahanan Termal:
A h
1
A k
L
A
o k
+ +
26
Konduktivitas panas
10
1
(
) (0.08x0.05
1
+ =
c. Heat Loss = Heat transfer rate
102.1
10) ( 20
R
T T
q
tot
,0 i ,
x
=
=
3. Jika diketahui Konduktivitas Panas:
Brick; kbrick = 0.72 W/m.
Plaster; kplester = 0.22 W/m.
Maka tentukan:
a. Gambar rangkaiana tahanan termalnya
b. Tentukan tahanan termal total dari composite wall diatas
Penyelesaian:
a. Gambar rangkaiana tahanan termal
Modifikasi gambar sehingga lebih mudah dianalisa rangkaiannya
Ada beberapa kemungkinan rangkaian sesuai dengan modifikasi yang
dilakukan terhadap gambar
Walupun pendekatan yang dilakukan berbeda, namun hasilnya akan sama
)
80
1
1.4
0.007
0.0245
0.007
1.4
0.007
+ + + +
= 102.1 K/W
Heat Loss = Heat transfer rate
102.1
10)
= 0.29 W
Konduktivitas Panas:
= 0.72 W/m.
0
C
= 0.22 W/m.
0
C
Gambar rangkaiana tahanan termalnya
Tentukan tahanan termal total dari composite wall diatas
Gambar rangkaiana tahanan termal
Modifikasi gambar sehingga lebih mudah dianalisa rangkaiannya
Ada beberapa kemungkinan rangkaian sesuai dengan modifikasi yang
dilakukan terhadap gambar
Walupun pendekatan yang dilakukan berbeda, namun hasilnya akan sama
27
= 102.1 K/W
Ada beberapa kemungkinan rangkaian sesuai dengan modifikasi yang
Walupun pendekatan yang dilakukan berbeda, namun hasilnya akan sama
Misal modifikasi/pembagian dilak
Rangkaian Tahanan termalnya menjadi:
Disederhanakan menjadi
Sehingga Tahanan termal total menjadi:
Rtot = RpI + RpII
Dimana:
2 1
PI R
1
R
1
R
1
+ + =
5 4
PII R
1
R
1
R
1
+ =
b. Menentukan tahanan thermal total dari composite wall diatas
Tentukan masing-masing A
A1 = 4 x 12 = m
Sampai dengan
Misal modifikasi/pembagian dilakukan seperti gambar berikut
Rangkaian Tahanan termalnya menjadi:
Disederhanakan menjadi
Sehingga Tahanan termal total menjadi:
3
R
1
+
Menentukan tahanan thermal total dari composite wall diatas
masing A1, A2, A3, A4, dan A5
= 4 x 12 = m
2
, dst
28
A5 = 3 x 12 = . m
Tentukan masing-masing R
1 1
1
1
A k
L
R =
sampai
Gunakan R1, R2, R3, R
2 1
PI R
1
R
1
R
1
+ + =
5 4
PII R
1
R
1
R
1
+ =
Akhirnya didapatkan tahanan thermal total
Rtot = RpI + RpII
2. SISTEM KOORDINAT SILINDER
Gambar 6. Analisa control volume
Persamaan Umum Konduksi pada Koordinate Silinder
r
1
r
T
kr
r r
1
2
+
|
\
|
= 3 x 12 = . m
2
masing R1, R2, R3, R4, dan R5
sampai
5 5
5
5
A k
L
R =
, R4, dan R5 ke dalam persamaan RpI dan RPII
3
R
1
+
Akhirnya didapatkan tahanan thermal total
SISTEM KOORDINAT SILINDER
Gambar 6. Analisa control volume koordinat silinder
Persamaan Umum Konduksi pada Koordinate Silinder
c q
z
T
k
z d
T
k
p
= +
|
\
|
+
|
|
\
|
29
t
T
Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation
Persamaan Umum Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation
r
T
kr
r r
1
=
|
\
|
\
|
=
Heat Transfer Rate
Luas penampang Isothermal silinder = luas dinding silinder
A = 2 r L
arah perpindahan panasnya adalah ke arah radial (r)
Dari Hukum Fourier:
Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation
Persamaan Umum Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation
0
persamaan diatas:
2
C +
dan
( ) s,2 r r
T T
2
=
=
Temperature Distribution/Distribusi temperatur pada ketebalan silinder
s,2
2
s,2
T
r
r
ln +
|
|
\
|
Luas penampang Isothermal silinder = luas dinding silinder
arah perpindahan panasnya adalah ke arah radial (r)
Dari Hukum Fourier:
30
Persamaan Umum Konduksi 1D, Steady State, No Heat Generation
Distribusi temperatur pada ketebalan silinder
dr
dT
kA q
r
= =
=
2
1
T
T
r
r
r
r
dr
L 2
q
Heat transfer rate Konduksi pada silinder
(
\
|
=
s,1
r
ln
T k L 2
q
Sedangkan dari Hk. Pendinginan Newton
( = T T A h q
s X
Heat Transfer Rate Konveksi
= L r 2 h q
r
Tahanan Termal sistem Silinder
Ingat: Analogikan Heat transfer Konduksi dan Konveksi dengan Tahanan Listrik
untuk mendapatkan tahanan termal untuk dinding silinder
T V
qr I
Sehingga:
( )
dr
dT
L r 2 k =
( )
s,2
s,1
T
T
dT T k
Heat transfer rate Konduksi pada silinder
)
|
|
1
2
s,2 s,1
r
r
T T
Sedangkan dari Hk. Pendinginan Newton
)
T
Konveksi pada Silinder
( )
T T L
s
Tahanan Termal sistem Silinder
Ingat: Analogikan Heat transfer Konduksi dan Konveksi dengan Tahanan Listrik
mendapatkan tahanan termal untuk dinding silinder
31
Ingat: Analogikan Heat transfer Konduksi dan Konveksi dengan Tahanan Listrik
Tahanan Termal Konduksi dinding Silinder
Tahanan Termal Konveksi dinding Silinder
Contoh dinding komposit silinder
Rangkaian Tahanan Termalnya:
Tahanan termal total:
Heat Transfer Rate
tot
,2 ,1
r
R
T T
q
=
Tahanan Termal Konduksi dinding Silinder
( )
L 2 k
/r r ln
R
1 2
cond
=
Tahanan Termal Konveksi dinding Silinder
L r 2 h
1
R
conv
=
Contoh dinding komposit silinder
Tahanan Termalnya:
32
)
Silinder 1D, Steady State, Heat Generation
Radius Kritis Penginsulasian
Silinder 1D, Steady State, Heat Generation
Radius Kritis Penginsulasian
33
3. SISTEM KOORDINAT BOLA
Gambar 7. Analisa control volume koordinat bola
Persamaan umum Konduksi
r r
T
kr
r r
1
2
2
2
+
|
\
|
SISTEM KOORDINAT BOLA/SPHERE
Gambar 7. Analisa control volume koordinat bola
Persamaan umum Konduksi untuk Koordinat Bola:
q
z
T
k
z sin r
1
d
T
k
sin
1
2 2
+
|
\
|
+
|
|
\
|
34
t
T
c q
p
Dari Hukun Fourier
dr
dT
kA q
r
= =
=
2
1
T
T
r
r
2
r
r
dr
4
q
Dengan pengintegralkan persamaan diatas, maka didapatkan:
Heat Transfer Rate
(
|
|
\
|
=
1
s,1
r
r
1
T k 4
q
Dengan menganalogikan persamaan heat transfer rate untuk bola diatas dengan
tahanan listrik, maka;
Tahanan Termal Konduksi
Contoh Soal:
1. Steam dengan temperatur 320
berdiameter 5 cm dan ketebalan 0.5 cm. Pipa diinsulasi gelas wool dengan
ketebalan 3 cm (kw = 0.05 W/m
konveksi, h2 = 18 W/m
2 0
C. Jika steam mempunyai koefisien konveksi, h
0
C,
( )
dr
dT
r 4 k
2
=
( )
s,2
s,1
T
T
dT T k
Dengan pengintegralkan persamaan diatas, maka didapatkan:
)
|
|
\
|
2
s,2 s,1
r
1
T
menganalogikan persamaan heat transfer rate untuk bola diatas dengan
ermal Konduksi Bola
|
|
\
|
=
2 1
cond
r
1
r
1
k 4
1
R
Steam dengan temperatur 320
0
C dialirkan dalam pipa (kp = 80 W/m
ketebalan 0.5 cm. Pipa diinsulasi gelas wool dengan
= 0.05 W/m
0
C). Udara luar diketahui 5
0
C dengan koefisien
C. Jika steam mempunyai koefisien konveksi, h
Maka tentukan:
a. Rangkaian tahanan t
b. Tentukan tahanan termal
c. Tentukan heat lossnya per
panjang pipa
d. Tentukan temperature drop
35
menganalogikan persamaan heat transfer rate untuk bola diatas dengan
= 80 W/m
0
C)
ketebalan 0.5 cm. Pipa diinsulasi gelas wool dengan
C dengan koefisien
C. Jika steam mempunyai koefisien konveksi, h1 = 60 W/m
2
termalnya
ermal total
eat lossnya per
temperature drop
Penyelesaian:
a. Tahanan termal circuit
b. Tahanan termal total
Tentukan luas penampang isothermal
Tentukan tahan termal masing sebelum dijumlahkan
tahanan termal total
c. Steady Heat Loss dari Steam per panjang pipa
2.61
320
R
T T
q
tot
2 1
=
=
d. Temperature drop (penurunan temperature
Pada pipa:
121 x C/W 0.0002 T =
Pada Insulator
W 121 x C/W 2.35 T =
Tentukan luas penampang isothermal
Tentukan tahan termal masing sebelum dijumlahkan untuk mendapatkan
Steady Heat Loss dari Steam per panjang pipa
pipa) panjang meter (per W 121
2.61
5 320
=
= T T hA q
s
onveksi dapat ditingkatkan dengan memperluas area kontak
permukaan isothermal (A) dengan fluida konveksinya yaitu dengan penambahan sirip
Uniform Cross Sectional Area
37
EXTENDED SURFACE
adjascent fluid
Mempercepat terjadinya proses perpindahan panas dari solid ke fluid atau
onveksi dapat ditingkatkan dengan memperluas area kontak
permukaan isothermal (A) dengan fluida konveksinya yaitu dengan penambahan sirip
b. Non Uniform Cross Sectional Area:
Analisa Heat Transfer pada Fin (Gardner
1 D, Steady State dan Tanpa Heat Generation didalam Sirip
Thermal konduktivity, k adalah konstan dan uniform
Koefisien konveksi, h adalah konstan dan uniform pada permukaan Sirip
Surrounding Temperature adalah konstan
Base Temperature adalah konstan dan uniform
Tidak ada bond resistance antara permukaan base dan Sirip
Neraca Energi pada Sirip/Fin
Konduksi melalui sirip/fin:
dx
d
k
dx
dT
kA q
c dx x
=
+
Non Uniform Cross Sectional Area:
Analisa Heat Transfer pada Fin (Gardner-Murray)
1 D, Steady State dan Tanpa Heat Generation didalam Sirip
Thermal konduktivity, k adalah konstan dan uniform
Koefisien konveksi, h adalah konstan dan uniform pada permukaan Sirip
Surrounding Temperature adalah konstan
Base Temperature adalah konstan dan uniform
Tidak ada bond resistance antara permukaan base dan Sirip
Fin
Konduksi melalui sirip/fin:
dx
dx
dT
A
dx
c
|
\
|
38
Koefisien konveksi, h adalah konstan dan uniform pada permukaan Sirip
39
Konveksi pada permukaan:
Neraca Energi pada Fin menjadi: qx = qx+dx + dqconv
( )
+
|
\
|
= T T hdA dx
dx
dT
A
dx
d
k
dx
dT
kA
dx
dT
kA
s c c c
( ) 0 T T hdA dx
dx
dT
A
dx
d
k
s c
= +
|
\
|
sama-sama dibagi k dan dx
( ) 0 T T
dx
dA
k
h
dx
dT
A
dx
d
s
c
= |
\
|
selanjutnya didefferensialkan:
( ) 0 T T
dx
dA
k
h
dx
dT
dx
dA
dx
dT
dx
d
A
s c
c
= |
\
|
+ |
\
|
dan dibagi dengan Ac: untuk mendapatkan bentuk umum persamaan energi 1D
untuk extended surface
( ) 0 T T
dx
dA
k
h
A
1
dx
dT
dx
dA
A
1
dx
T d
s
c
c
c
2
=
|
|
\
|
|
|
\
|
+
Fin Effectiveness, f
Fin Efficiency, f
Contoh Efficiency Beberapa Bentuk Sirip/Fin (bentuk yang lain dapat dilihat pada
Incropera & DeWitt)
Efisiensi sirip dapat pula ditentukan dengan grafik efisiensi untuk masing
geometri sirip. Berikut adalah grafik efisiensi sirip untuk geometri
Contoh Efficiency Beberapa Bentuk Sirip/Fin (bentuk yang lain dapat dilihat pada
siensi sirip dapat pula ditentukan dengan grafik efisiensi untuk masing
geometri sirip. Berikut adalah grafik efisiensi sirip untuk geometri tertentu
40
Contoh Efficiency Beberapa Bentuk Sirip/Fin (bentuk yang lain dapat dilihat pada
siensi sirip dapat pula ditentukan dengan grafik efisiensi untuk masing-masing
tertentu
41
42
Efficiency Permukaan Menyeluruh, o
Bila pada suatu permukaan dipasang beberapa Fin (N),
Total luas permukaan kontak:
Total laju perpindahan panas secara koveksi pada permukaannya adalah:
Maksimum laju perpindahan panas:
Efficiency Permukaan Menyeluruh, o
Atau:
Tahanan Termal Sirip
f
b
f t,
q
R =
Tahanan thermal menyeluruh didasarkan pada jumlah luas sirip dan luas yang tidak
tertanam sirip
t o t
b
o t,
hA
1
q
R = =
Contoh Soal:
1. Tentukan kenaikan heat transfer rate jika sebuah Pin Fin dengan panjang 10 cm dan
diameter 4 mm digunakan pada sebuah permukaan Aluminium dengan base
temperature 2000C. Temperature adjascent adalah 300C dengan koefisien
konveksi, h = 30 W/m2K. Konduktivitas thermal Aluminium, k
Tahanan thermal menyeluruh didasarkan pada jumlah luas sirip dan luas yang tidak
transfer rate jika sebuah Pin Fin dengan panjang 10 cm dan
diameter 4 mm digunakan pada sebuah permukaan Aluminium dengan base
temperature 2000C. Temperature adjascent adalah 300C dengan koefisien
konveksi, h = 30 W/m2K. Konduktivitas thermal Aluminium, kAl = 240 W/m.K
43
Tahanan thermal menyeluruh didasarkan pada jumlah luas sirip dan luas yang tidak
transfer rate jika sebuah Pin Fin dengan panjang 10 cm dan
diameter 4 mm digunakan pada sebuah permukaan Aluminium dengan base
temperature 2000C. Temperature adjascent adalah 300C dengan koefisien
l = 240 W/m.K
44
2. Silinder sebuah mesin terbuat dari Aluminium (k = 186 W/m.K) dengan panjang 15
cm dan diameter luar 5 cm. Pada kondisi umum temperature permukaan luar
silinder adalah 500 K dan dikenai udara luar pada suhu 300 K (h = 50 W/m2K).
Untuk menaikan laju pendingi
dengan profil rectangular
Hitunglah kenaikan heat transfer ratenya
Silinder sebuah mesin terbuat dari Aluminium (k = 186 W/m.K) dengan panjang 15
cm dan diameter luar 5 cm. Pada kondisi umum temperature permukaan luar
silinder adalah 500 K dan dikenai udara luar pada suhu 300 K (h = 50 W/m2K).
Untuk menaikan laju pendinginan silinder ditambahkan 6 buah Circular Fins
rectangular dimana ketebalannya 6 mm dan panjangnya 20 mm.
Hitunglah kenaikan heat transfer ratenya
45
Silinder sebuah mesin terbuat dari Aluminium (k = 186 W/m.K) dengan panjang 15
cm dan diameter luar 5 cm. Pada kondisi umum temperature permukaan luar
silinder adalah 500 K dan dikenai udara luar pada suhu 300 K (h = 50 W/m2K).
Circular Fins
dimana ketebalannya 6 mm dan panjangnya 20 mm.
46
3. Pada soal no.2 tentukan base temperature jika diameter dalam Silinder adalah 3 cm
dengan temperature permukaan dalam Silinder adalah 500 K.
Pada soal no.2 tentukan base temperature jika diameter dalam Silinder adalah 3 cm
gan temperature permukaan dalam Silinder adalah 500 K.
47
Pada soal no.2 tentukan base temperature jika diameter dalam Silinder adalah 3 cm
Objective:
Menentukan distribusi temperature sebagai fungsi dari koordinat x, y
Menentukan heat transfer rate serta heat flux
Persamaan Umum Diffusi Panas:
dy
T
k
y x
T
k
x
\
|
+ |
\
|
Untuk analisa 2D (sb. x dan sb.y), Steady State dan tanpa pembangkitan panas,
Istropik material:
sehingga
0
y
T
x
T
2
2
2
2
=
= + |
\
|
+
|
|
|
Untuk analisa 2D (sb. x dan sb.y), Steady State dan tanpa pembangkitan panas,
Laplace Partial Differential Equation)
Persamaan diatas merupakan bentuk umum diffuse panas untuk 2D, Tanpa
Pembangkitan Panas, Steady State, serta konduktivitas panas yang konstan.
48
KONDUKSI 2D STEADY STATE
Menentukan distribusi temperature sebagai fungsi dari koordinat x, y T(x,y)
Untuk analisa 2D (sb. x dan sb.y), Steady State dan tanpa pembangkitan panas, serta
panas untuk 2D, Tanpa
Pembangkitan Panas, Steady State, serta konduktivitas panas yang konstan.
Sebelum heat transfer rate a
ditentukan T(x,y) yaitu distribusi temperature
temperatur ini dapat kita tentukan dengan menyelesaikan persamaan Differential
Partial diatas. Persamaan Differential Partial tersebut dapat diselesaikan dengan 3
(tiga) metode pendekatan, yaitu:
1. Analytical Method Pemisahan Variabel
2. Numerical Method Finite Difference
3. Graphical Method Shaped Factor
1. Metode Pemisahan Variabel (
Transform persamaan Differential Partial
0
y
T
x
T
2
2
2
2
=
menjadi
0
y
2
2
2
2
=
dimana:
1 2
1
T T
T T
=
atau heat flux bisa kita hitung, terlebih dahulu harus
ditentukan T(x,y) yaitu distribusi temperature sebagai fungsi dari x dan y.
temperatur ini dapat kita tentukan dengan menyelesaikan persamaan Differential
Partial diatas. Persamaan Differential Partial tersebut dapat diselesaikan dengan 3
(tiga) metode pendekatan, yaitu:
Pemisahan Variabel
Finite Difference
Shaped Factor
Metode Pemisahan Variabel (Separation of Variable Method)
Transform persamaan Differential Partial
49
bisa kita hitung, terlebih dahulu harus
x dan y. Distribusi
temperatur ini dapat kita tentukan dengan menyelesaikan persamaan Differential
Partial diatas. Persamaan Differential Partial tersebut dapat diselesaikan dengan 3
Dan memerlukan 2 syarat batas (BC)
2 BC untuk masing-masing kordinat:
(0,y) = 0 (x,0) = 0
(L,y) = 0 (x,W) = 1
Solusi Persamaan Differential
( ) ( ) ( ) y Y x y x, =
Product dari 2 fungsi
Pers. I hanya tergantung
Pers. II hanya tergantung pada y
Differensialkan
( ) y x, =
dx
dX
Y
x
2
2
2
2
dx
X d
Y
x
Dan
Dan memerlukan 2 syarat batas (BC)
masing kordinat:
(x,0) = 0
(x,W) = 1
0
y
2
2
2
2
=
adalah:
)
Pers. I hanya tergantung pada x
Pers. II hanya tergantung pada y
( ) ( ) y Y x =
50
51
dy
dY
X
y
2
2
2
2
dy
Y d
X
y
subsitusi ke
0
y
2
2
2
2
=
, maka:
0
dy
Y d
Y
1
dx
d
1
2
2
2
2
= +
2
2
2
2
dy
Y d
Y
1
dx
d
1
=
Sebelah kiri hanya merupakan fungsi x dan sebelah kanan hanya fungsi y, maka ruas
kanan dan kiri harus mempunyai konstanta yang sama (konstanta pemisah)
dengan
2
sebagai konstanta pemisah;
2
2
2
2
2
dy
d
1
dx
d
1
= =
, maka
2
2
2
dx
d
1
=
0
dx
d
2
2
2
= +
(Pers I)
dan
2
2
2
dy
d
1
=
0 Y
dx
Y d
2
2
2
=
(Pers. II)
Syarat kedua persamaan diatas dapat diselesaikan, bila
2
> 0
Untuk
2
> 0 , maka Penyelesaian Pers. II dan Pers. II diatas adalah:
sin C x cos C X
2 1
+ =
y
4
y
3
e C e C Y + =
Substitusi X dan Y diatas ke persamaan
( ) (
1
x cos C y x, + =
Dengan ke empat BC:
(0,y) = 0 (x,0) = 0
(L,y) = 0 (x,W) = 1
Akhirnya penyelesaian persamaan Differential Partial
( )
( )
n
1
2
y x,
1 n
n
=
Contoh Soal:
1. Misal sebuah plat persegipanjang dengan BC sebagai berikut
a. Tentukan temperature yang terjadi di tengah
menggunakan 3 deret ganjil pertama.
b. Tentukan laju perpindahan panas melalui permukaan bawah plate jika
konduktivitas panasnya k = 50 W/m.K
> 0 , maka Penyelesaian Pers. II dan Pers. II diatas adalah:
x
Substitusi X dan Y diatas ke persamaan
( ) ( ) ( ) y x y x, =
, sehingga:
)( )
y
4
y
3 2
e C e C x sin C + +
(x,0) = 0
(x,W) = 1
Akhirnya penyelesaian persamaan Differential Partial
0
y
2
2
2
2
=
( )
( ) L W/ n sinh
y/L n sinh
L
x n
sin
n
1
1 n+
+
Misal sebuah plat persegipanjang dengan BC sebagai berikut
Tentukan temperature yang terjadi di tengah-tengah plat tersebut dengan
kan 3 deret ganjil pertama.
Tentukan laju perpindahan panas melalui permukaan bawah plate jika
konduktivitas panasnya k = 50 W/m.K
52
tengah plat tersebut dengan
Tentukan laju perpindahan panas melalui permukaan bawah plate jika
53
Penyelesaian:
L = 2 m , W = 1 m
a. Temperature di tengah-tengah plat
Kordinat titik tengah plate : (x,y) = (1 , 0.5)
dari:
( )
( ) ( )
( ) L W/ n sinh
y/L n sinh
L
x n
sin
n
1 1
2
y x,
1 n
1 n
=
+
+
=
Dan 3 deret ganjil pertama: n = 1, 3, 5
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
( ) ( )
( )
+
+
(
+
+
(
+
=
1/2 5 sinh
0.5/2 5 sinh
2
1 5
sin
5
1 1
1/2 3 sinh
0.5/2 3 sinh
2
1 3
sin
3
1 1
1/2 1 sinh
0.5/2 1 sinh
2
1 1
sin
1
1 1
2
1,0.5
6
4 2
( )
( )
( )
( )
( )
( )
( )
\
|
+
(
\
|
+
(
\
|
=
/2 5 sinh
/4 5 sinh
2
5
sin
5
2
/2 3 sinh
/4 3 sinh
2
3
sin
3
2
/2 sinh
/4 sinh
2
2sin
2
1,0.5
( ) { } 0.46 0.008 0.063 0.755
2
1,0.5 = + =
sedangkan:
1 2
1
T T
T T
=
maka:
50 150
50 T(1,0.5)
0.46
=
T (1, 0.5) = 96
0
C
b. Laju perpindahan panas melalui permukaan bawah plat
dengan:
melalui permukaan bawah plat
54
qout = 3.183 kW/m [1.738+0.024+0.00062] =
2. Metode Finite Difference (
Membagi objek menjadi beberapa region
m, n mewakili x, y
Nodal m, n mewakili daerah didalam garis putus
Temperature Gradient
qout = 3.183 kW/m [1.738+0.024+0.00062] = 5.610 kW/m
(Finite Difference Method)
Membagi objek menjadi beberapa region
Nodal m, n mewakili daerah didalam garis putus-putus
55
56
Temperature Gradient -x
x
x
T
x
T
x
T
n 1/2, m n 1/2, m
n m,
2
2
+
x
x
T T
x
T T
n 1, - m n m, n m, n 1, m
=
+
2
n m, n 1, m n 1, m
x) (
2T T T +
=
+
Temperature Gradient -y
y
y
T
y
T
y
T
1/2 n m, 1/2 n m,
n m,
2
2
+
y
y
T T
y
T T
1 - n m, n m, n m, 1 n m,
=
+
2
n m, 1 n m, 1 n m,
y) (
2T T T +
=
+
dari Bentuk Finite-Difference Heat Equation 0
y
T
x
T
2
2
2
2
=
2
n m, n 1, m n 1, m
x) (
2T T T +
=
+
+
2
n m, 1 n m, 1 n m,
y) (
2T T T +
+
Untuk x = y
Persamaan Finite Difference (FDE) untuk Interior node No Heat Generation
0 4T T T T T
n m, n 1, m n 1, m 1 n m, 1 n m,
= + + +
+ +
Selanjutnya Heat Transfer dihitung dengan:
y
T
x k q =
Metode Kesetimbangan Energi
( ) ( ) (
+
4
1 i
x q n m, i q
Heat rate dari tiap node i ke arah interior node m, n
( ) ( )
( 1 y k q
n m, n 1, m
=
( ) ( )
( 1 y k q
n m, n 1, m
=
+
( ) ( )
( 1 x k q
n m, 1 n m,
=
+
( ) ( )
( 1 x k q
n m, 1 - n m,
=
T T T
n 1, m 1 n m, 1 n m,
+ + +
+ +
Selanjutnya Heat Transfer dihitung dengan:
Metode Kesetimbangan Energi
) = 0 1 y x
Heat rate dari tiap node i ke arah interior node m, n
)
x
T T
1
n m, n 1, m
)
x
T T
1
n m, n 1, m
+
)
y
T T
1
n m, 1 n m,
+
)
y
T T
1
n m, 1 n m,
+
( )
0 4T
k
y x q
T
n m, n 1, - m
=
+ +
57
Tanpa Pambangkitan Panas
T T T
n 1, m 1 n m, 1 n m,
+ +
+ +
Beberapa Konfigurasi node dan FDE untuk
1. Interior Node
T T T
1, m 1 n m, 1 n m,
+ +
+ +
2. Node pada Sudut Dalam dengan Konveksi
( ) (T T T 2
1 n m, n 1, m
+ +
+
0 4T T
n m, n 1, m n
= +
dan FDE untuk x = y
0 4T T
n m, n 1, m n 1,
= +
Node pada Sudut Dalam dengan Konveksi
)
k
h
3 2 T
k
x h
2 T T
1 n m, n 1, m
\
|
+
|
\
|
+ +
+
58
0 T
x
n m,
=
|
|
3. Node pada Plane Surface dengan Konveksi
( T T 2T
1 n m, 1 n m, n 1, m
+ +
+
Untuk Adiabatic Surface: Set h = 0
4. Node pada Sudut Luar dengan Konveksi
( )
k
h
2 T T
1 n m, n 1, m
\
|
+ +
Node pada Plane Surface dengan Konveksi
) 0 T
k
h
2 2 T
k
h
2
n m, 1
=
|
\
|
+
|
\
|
+
Set h = 0
Node pada Sudut Luar dengan Konveksi
0 T
k
h
1 2 T
k
n m,
=
|
\
|
+
|
59
5. Node pada Plane Surface dengan
( T T 2T
n m, 1 n m, n 1, m
+ +
+
Untuk Symmetry Surface: Set q = 0
Penyelesaian Persamaan Finite Difference (
Misal kita memiliki N node (N pers. FDE)
Nodal 1: a11T1 + a12
Nodal 2: a21T1 + a22
Nodal 3: a31T1 + a32
dst sampai
Nodal N: aN1T1 + aN2
Dimana
T = temperatur
a, C = suatu bilangan
Persamaan Finite Difference (FDE)
1. Iterasi Gauss-Siedel
2. Matrik Inversi dengan
Node pada Plane Surface dengan Uniform Heat Flux
) 0 4T
k
x 2q"
n m, 1 n
= +
Set q = 0
Persamaan Finite Difference (FDE)
Misal kita memiliki N node (N pers. FDE)
12T2+a13T3++a1NTN = C1
22T2+a23T3++a2NTN = C2
32T2+a33T3++a3NTN = C3
N2T2+aN3T3++aNNTN = CN
(FDE) diatas dapat diseleselaikan dengan:
Matrik Inversi dengan Matlab
60
61
1. Penyelesaian FDE dengan Iterasi Gauss-Siedel
Langkah-langkah:
a. Setiap persamaan diatur urutannya sehingga mendapatkan elemen diagonal dengan
nilai terbesar
1N 13 12 11
a ,..... a , a a >
2N 23 21 22
a ,..... a , a a >
dst
b. Masing-masing persamaan dituliskan dalam bentuk explicit; temperature yang
bersesuaian dengan elemen diagonal
= + =
=
1 i
1 j
N
1 i j
1) (k
j
ii
ij (k)
j
ii
ij
ii
i
(k)
i
T
a
a
T
a
a
a
C
T
i = 1,2,3,..N
k = jumlah iterasi
c. Initial iterasi (k=0), pilih nilai yang rasional untuk tiap Ti
d. Selanjutnya hitung Ti
(k)
dari nilai Tj
(k)
,dengan 1 j i-1, dan Tj
(k-1)
dari iterasi
sebelumnya (i+1) j N
e. Lakukan iterasi ini sampai tercapai kriteria Convergen yang ditentukan (Iterasi
dengan acceptable error , )
T T
1) (k
i
(k)
i
Meminimalkan jumlah iterasi untuk mendapatkan kriteria konvergen, sangat perlu
diperhatikan pemilihan Ti untuk k=0 (Initial Guess Value)
Misal:
Tentukan temperature T1, T2, T
sisi-sisinya seperti pada gambar
Penyelesaian:
Pilih Persamaan Finite Difference (FDE)
Node 1, 2, 3 dan 4 adalah Interior Node
T T T
n 1, m 1 n m, 1 n m,
+ +
+ +
Tentukan Persamaan untuk masing
Node 1: 500+ T3 + T
-4T1 + T2 + T3 =
Node 2: 500 + T4 + 100 + T
T1 4T2 + T
Node 3: T1 + 100 + T
T1 -4T3 + T
Node 4: T2 + 100 + 100 + T
T2 + + T3
Transform (1), (2), (3), dan (4) ke bentuk
, T3, dan T4 sebuah slab dengan kondisi temperature pada
sisinya seperti pada gambar
Pilih Persamaan Finite Difference (FDE) untuk masing-masing node, untuk kasus
Interior Node
0 4T T
n m, n 1, m
= +
Tentukan Persamaan untuk masing-masing Node
+ T2 + 150 - 4T1 = 0
4T1 + T2 + T3 = -650 (1)
+ 100 + T1 - 4T2 = 0
4T2 + T4 =-600 (2)
+ 100 + T4 +150 - 4T3 = 0
4T3 + T4 = -250 (3)
+ 100 + 100 + T3 - 4T4= 0
- 4T4= -200 (4)
Transform (1), (2), (3), dan (4) ke bentuk square equation
62
kondisi temperature pada
, untuk kasus
-4T1 + T2 + T3 + 0 =
T1 4T2 + 0 + T4
T1 + 0 -4T3 + T4 =
0 + T2 + + T3 - 4T4
Susun dalam bentuk Matrik Diagonal
Dari matrik diatas, ubah ke bentuk
=
=
1 i
1 j
(k)
j
ii
ij
ii
i (k)
i
T
a
a
a
C
T
Sehingga didapatkan bentuk
4T1 + T2 + T3 + 0 = -650 (N1)
4 =-600 (N2)
= -250 (N3)
4= -200 (N4)
Susun dalam bentuk Matrik Diagonal
Dari matrik diatas, ubah ke bentuk Explicit
+ =
N
1 i j
1) (k
j
ii
ij (k)
T
a
a
Sehingga didapatkan bentuk Explicit untuk masing-masing Node:
63
64
162.5 0.25T 0.25T T
1) (k
3
1) (k
2
(k)
1
+ + =
150 0.25T 0.25T T
1) (k
4
(k)
1
(k)
2
+ + =
62.5 0.25T 0.25T T
1) (k
4
(k)
1
(k)
3
+ + =
50 0.25T 0.25T T
(k)
3
(k)
2
(k)
4
+ + =
Untuk mendapatkan T1, T2, T3, dan T4, selanjutnya lakukan Iterasi pada keempat
bentuk explicit diatas serta pilih Initial Guess Value (misal untuk k=0; T1 = 250, T2 =
250, T3 = 120, dan T4 = 150)
Iterasi T1 T2 T3
T4
k=0 250 250 150
150
k=1
k=2
k=N
Lakukan N Iterasi sampai T T
1) (k
i
(k)
i
(misal sampai ecceptable error/galat, 0.1)
2. Penyelesaian dengan MATLAB
65
Langka-langkah:
a. Tuliskan FDE untuk masing-masing Node
1N 13 12 11
a ,..... a , a a >
2N 23 21 22
a ,..... a , a a > dst
b. Ubah dalam notasi matrik [A] [T] = [C]
(
(
(
(
NN N2 N1
2N 22 21
1N 12 11
a ... a a
... ... ... ...
a ... a a
a ... a a
+
(
(
(
(
N
2
1
T
...
T
T
=
(
(
(
(
N
2
1
C
...
C
C
c. Tentukan temperature tiap nodal dgn metode Inversi Matrik [T] = [A]
-1
[C]
Dimana matik [A]
-1
adalah Invers dari matrik [A]
(
(
(
(
N
2
1
T
...
T
T
=
1
(
(
(
(
NN N2 N1
2N 22 21
1N 12 11
a ... a a
... ... ... ...
a ... a a
a ... a a
(
(
(
(
N
2
1
C
...
C
C
Script MATLAB:
>> A=[a11 a12 a13 ; a21 a22 a23 ; a31 a32 a33];
>> C=[C1 ; C2 ; C3];
>> T=inv(A) * C
Misal:
Sebuah slab diketahui kondisi temperature pada sisi
a. Tentukan temperature T1, T
b. Tentukan heat transfer rate
Penyelesaian:
a. Temperature T1, T2, T3, dan T
Pilih Persamaan Finite Difference (FDE) yang digunakan, untuk kasus diatas
gunakan FDE untuk Interior Node
T T T
n 1, m 1 n m, 1 n m,
+ + +
+ +
Tentukan Persamaan untuk masing
Node 1: 500+ T3 + T
-4T1 + T2 + T3 =
Node 2: 500 + T4 + 100 + T
T1 4T2 + T
Node 3: T1 + 100 + T
T1 -4T3 + T
Node 4: T2 + 100 + 100 + T
T2 + + T3
Transform (1), (2), (3), dan (4) ke bentuk
Sebuah slab diketahui kondisi temperature pada sisi-sisinya seperti pada gambar
, T2, T3, dan T4 dari slab tersebut
eat transfer rate
, dan T4
Pilih Persamaan Finite Difference (FDE) yang digunakan, untuk kasus diatas
gunakan FDE untuk Interior Node
0 4T T
n m, n 1, m
= +
untuk masing-masing Node
+ T2 + 150 - 4T1 = 0
4T1 + T2 + T3 = -650 (1)
+ 100 + T1 - 4T2 = 0
4T2 + T4 =-600 (2)
+ 100 + T4 +150 - 4T3 = 0
4T3 + T4 = -250 (3)
+ 100 + 100 + T3 - 4T4= 0
- 4T4= -200 (4)
Transform (1), (2), (3), dan (4) ke bentuk square equation
66
sisinya seperti pada gambar
Pilih Persamaan Finite Difference (FDE) yang digunakan, untuk kasus diatas
-4T1 + T2 + T3 + 0 =
T1 4T2 + 0 + T4 =
T1 + 0 -4T3 + T4 =
0 + T2 + + T3 - 4T4=
Susun dalam bentuk Matrik Diagonal
4 1 1 0
1 4 0 1
1 0 4 1
0 1 1 4
Jadikan ke bentuk
(
(
(
(
N
2
1
T
...
T
T
=
1 0
0 1
4 1
1 4
Dengan menggunakan MATLAB maka T
>> A=[-4 1 1 0 ; 1 -4 0 1 ; 1 0
>> C=[-650 ; -600 ; -250 ;
>> T=inv(A) * C
T=
268.7500
256.2500
168.7500
156.2500
Maka Temperature T1, T2, T
(
(
(
(
4
3
2
1
T
T
T
T
=
(
(
(
(
156.25
168.75
256.25
268.75
b. Laju Heat Transfer:
4T1 + T2 + T3 + 0 = -650 (N1)
=-600 (N2)
= -250 (N3)
= -200 (N3)
trik Diagonal
(
(
(
(
(
4
+
(
(
(
(
4
3
2
1
T
T
T
T
=
(
(
(
(
200
250
600
650
1
4 1
1 4
1 0
0 1
(
(
(
(
(
(
(
(
200
250
600
650
Dengan menggunakan MATLAB maka T1, T2, T3, dan T4 didapatkan
4 0 1 ; 1 0 -4 1 ; 0 1 1 -4];
250 ; -200];
, T3, dan T4 adalah
(
(
(
(
(
67
y
T
x k - q = =
Dihitung dari surface 500
0
C:
500) k{(268.75 q =
Atau:
Dari surface 150
0
C kiri
268.25) - k{(150 q =
Dari surface 100
0
C bawah:
168.75) k{(100 q =
Dari surface 100
0
C kanan:
256.25) k{(100 q =
Laju Heat Transfer: q =
Terdapat perbedaan 0.5k dengan jika dihitung dari surface 500
Cacatan:
Makin kecil dimensi mesh (fine
Contoh Soal (Dengan Finite Difference Method)
(
(
(
(
4
3
2
1
T
T
T
T
=
(
(
(
(
156.25
168.75
256.25
268.75
)} T (T ) T {(T
y
x
k s 2 s 1 +
C:
475k 500)} (256.25 500) = +
kiri:
137k 168.75)} (150 268.25) = +
C bawah:
125k 156.25)} (100 168.75) = +
C kanan:
212.5k 156.25)} (100 256.25) = +
Laju Heat Transfer: q = 137k + 125k + 212.5k = 474.5 k
dengan jika dihitung dari surface 500
0
C
Makin kecil dimensi mesh (fine mesh) semakin akurat hasil yang didapatkan
Contoh Soal (Dengan Finite Difference Method)
68
mesh) semakin akurat hasil yang didapatkan.
1. Column sebuah furnace terbuat dari fireclay brick dengan sisi 1 x 1 m. Pada
keadaan steady ketiga permukaan column dijaga temperaturenya, sedangkan satu
sisi diekspos ke udara luar. Tentukan distribusi temperature 2D dan laju aliran
panas rata-rata per panjang column.Gunakan grid dengan ukuran 0.25 m x 0.25 m
Penyelesaian:
Bagi object dengan ukuran
Node 1, 3, dan 5 : Interior Nodes
T T T
1 n m, 1 n m,
+ +
+
Node 1: 500 + T3 + T2 + 500
- 4T1 + T2 + T3 = -
Column sebuah furnace terbuat dari fireclay brick dengan sisi 1 x 1 m. Pada
keadaan steady ketiga permukaan column dijaga temperaturenya, sedangkan satu
diekspos ke udara luar. Tentukan distribusi temperature 2D dan laju aliran
rata per panjang column.Gunakan grid dengan ukuran 0.25 m x 0.25 m
Kbrick@478 K = 1
W/m.K
T = 300 K
h = 10 W/m
2
.K
Bagi object dengan ukuran grid yang sama, yaitu 0.25 m x 0.25 m
Node 1, 3, dan 5 : Interior Nodes
0 4T T T
n m, n 1, m n 1, m
= +
+
+ 500 4T1 = 0
- 1000 (1)
69
Column sebuah furnace terbuat dari fireclay brick dengan sisi 1 x 1 m. Pada
keadaan steady ketiga permukaan column dijaga temperaturenya, sedangkan satu
diekspos ke udara luar. Tentukan distribusi temperature 2D dan laju aliran
rata per panjang column.Gunakan grid dengan ukuran 0.25 m x 0.25 m
Node 3: T1 + T5 + T4+ 500
T1 -4T3+ T4 + T5 =
Node 5: T3+ T7 + T6+ 500
T3 -4T5+ T6 + T7 =
Node 2,4 dan 6 : symmetry adiabat (set h = O)
Node 2: 2T1+ 500 + T4 4T
2T1 -4T2+ T4 = - 500
Node 4: 2T3+ T2 + T6 4T
T2 + 2T3 - 4T4 + T
Node 6: 2T5+ T4 + T8 4T
T4 + 2T5 - 4T6 + T
Node 7 dan 8 : Node with surface convection
( ) T T 2T
1 n m, 1 n m, n 1, m
+ + +
+
dengan
2.5
1
0.25 x 10
k
x h
= = |
\
|
Node 7: 2T5+ T8 + 500 +2 x2.5x300
2T5 - 9T7+ T8 = -
Node 8: 2T6+ T7+ T7 +2 x2.5x300
2T6 + 2T7 - 9T8 =
Selanjuntya 8 FDE tersebut dituliskan dalam
+ 500 4T3 = 0
= - 500 (3)
+ 500 4T5 = 0
= - 500 (5)
Node 2,4 dan 6 : symmetry adiabat (set h = O)
4T2 = 0
500 (2)
4T4 = 0
+ T6= 0 (4)
4T6 = 0
+ T8= 0 (6)
Node 7 dan 8 : Node with surface convection
0 T
k
h
2 2 T
k
h
2
n m,
= |
\
|
+ |
\
|
+
+ 500 +2 x2.5x300 (2x4.5)T7 = 0
2000 (7)
+2 x2.5x300 (2x4.5)T8 = 0
= - 1500 (8)
Selanjuntya 8 FDE tersebut dituliskan dalam square equation
70
71
- 4T1 + T2 + T3 +0 + 0 + 0 + 0 + 0 = - 1000 (N1)
2T1 - 4T2+ 0 + T4 + 0 + 0 + 0 + 0 = - 500 (N2)
T1 + 0 - 4T3+ T4 + T5 + 0 + 0 + 0 = - 500 (N3)
0 + T2 + 2T3 - 4T4 + 0 +T6 + 0 + 0 = 0 (N4)
0 + 0 + T3 + 0 - 4T5+ T6 + T7 + 0 = - 500 (N5)
0 + 0 + 0 +T4 + 2T5 - 4T6 + 0 + T8= 0 (N6)
0 + 0 + 0 + 0 + 2T5 + 0 - 9T7+ T8 = - 2000 (N7)
0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 2T6 + 2T7 - 9T8 = - 1500 (N8)
Tuliskan dalam notasi matrik [A] [T] = [C]
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
9 2 2 0 0 0 0 0
1 9 0 2 0 0 0 0
1 0 4 2 1 0 0 0
0 1 1 4 0 1 0 0
0 0 1 0 4 2 1 0
0 0 0 1 1 4 0 1
0 0 0 0 1 0 4 2
0 0 0 0 0 1 1 4
+
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
=
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
1500
2000
0
500
0
500
500
1000
T
T
T
T
T
T
T
T
8
7
6
5
4
3
2
1
Gunakan Invers Matrik [A] untuk menentukan [T]
=
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
8
7
6
5
4
3
2
1
T
T
T
T
T
T
T
T
1
9 2 2 0 0 0 0 0
1 9 0 2 0 0 0 0
1 0 4 2 1 0 0 0
0 1 1 4 0 1 0 0
0 0 1 0 4 2 1 0
0 0 0 1 1 4 0 1
0 0 0 0 1 0 4 2
0 0 0 0 0 1 1 4
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
1500
2000
0
500
0
500
500
1000
Masukkan Matrik diatas ke script MATLAB
>> A=[-4,1,1,0,0,0,0,0;2,-4,0,1,0,0,0,0;1,0,
0,0,0,1,2,-4,0,1;0,0,0,0,2,0,
>> C =[-1000;-500;-500;0;-
>> T = inv(A)*C
T =
489.30
485.15
472.07
462.01
436.95
418.74
356.99
339.05
Akhirnya temperature masing-
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
(
=
=
=
=
=
=
=
=
339.05 T
356.99 T
418.74 T
436.95 T
462.01 T
472.07 T
485.15 T
489.30 T
8
7
6
5
4
3
2
1
0
C
Menentukan heat transfer rate per panjang
4,0,1,0,0,0,0;1,0,-4,1,1,0,0,0;0,1,2,-4,0,1,0,0;0,0,1,0,
4,0,1;0,0,0,0,2,0,-9,1;0,0,0,0,0,2,2,-9];
-500;0;-2000;-1500];
-masing Node adalah:
Menentukan heat transfer rate per panjang column
72
4,0,1,0,0;0,0,1,0,-4,1,1,0;
q = 2(qa + qb + qc)
q = 2[h(x/2)(T8-T) +h(
(
\
|
= |
\
|
T T
2
x
2h
L
q
8
Heat rate dari column ke air stream
(
\
|
=
|
\
|
T T
2
x
2h
L
q
8
(
\
|
= 339.05
2
0.25
2x10
= 883 W/m
) +h(x) (T7-T)+ h(x/2)(Ts-T)]
) ( ) ( )
(
(
|
\
|
+ +
T T
2
x
T T x
s 7
Heat rate dari column ke air stream
) ( ) ( )
(
\
|
+ +
T T
2
x
T T x T
s 7
) ( ) ( |
\
|
+ + 500
2
0.25
300 356.99 0.25 300 339.05
VI. KONDUKSI TRANSIENT
73
)
(
(
300 500
KONDUKSI TRANSIENT
Konduksi Transient (Transient Conduction
Temperature bervariasi terhadap waktu
Lumped Capacitance Method
Graphical Method
Lump Capacitance Method
Lumped Capacitance digunakan untuk menentukan waktu t yang diperlukan oleh solid
material untuk mencapai temperature tertentu T(t)
out st E E
=
( )
(T hA dT mC
t s p
=
( )
( = T hA
dt
dT
VC
t s p
dimana:
m = V (massa material)
= rapat jenis material (kg/m
v= volume material (m
3
Transient Conduction):
Temperature bervariasi terhadap waktu
Lumped Capacitance Method
digunakan untuk menentukan waktu t yang diperlukan oleh solid
material untuk mencapai temperature tertentu T(t)
)dt T
T
V (massa material)
= rapat jenis material (kg/m
3
)
3
)
74
digunakan untuk menentukan waktu t yang diperlukan oleh solid
75
Selanjutnya dengan temperature difference,
( )
= T T
t
dan |
\
|
= |
\
|
dt
dT
dt
d
dt
d
hA
VC
s
p
=
Kelompokan Variabel dan Integralkan
=
t
0
s
p
dt
d
hA
VC
i
t
ln
hA
VC
i
s
p
=
s
p
i
hA
VC
t -
ln =
( )
t
VC
hA
i
t
i
p
s
e
T T
T T
|
|
\
|
=
(Pers. Lump Capacitance)
dengan Thermal Time Constant
( )
t t p
s s
p
t
C R VC
hA
1
hA
VC
=
|
|
\
|
= =
dimana:
Rt = Convection Resistance
Ct = Lumped Thermal Capacitance of Solid
Sehingga Pers. Lump Capacitance bisa juga dituliskan sebagai
( )
t
t
i
t
i
e
T T
T T
=
t
t
i
e
=
Thermal time constant
Rt atau Ct makin bertambah, maka material solid akan semakin lambat
merespons perubahan temperature sekitarnya
Rt atau Ct makin bertambah, maka akan semakin lama material solid untuk
mencapai kesetimbangan thermal (
Laju PP konveksi antara solid dan lingkungan sekitarnya pada waktu t
= =
t
0
t
0
s
dt hA qdt q
t
t
t
i s
e
t
hA
|
|
\
|
=
|
|
\
|
=
t
t
i s
e
t
hA
t
\
|
=
t
i p
e 1 VC q
makin bertambah, maka material solid akan semakin lambat
merespons perubahan temperature sekitarnya
makin bertambah, maka akan semakin lama material solid untuk
mencapai kesetimbangan thermal ( = 0)
Laju PP konveksi antara solid dan lingkungan sekitarnya pada waktu t
t
0
t
t
i s
t
e
t
hA
|
|
\
|
=
t t
0
t
i s
e
t
hA
|
|
\
|
|
|
\
|
t
i s
t
hA
|
|
|
76
makin bertambah, maka material solid akan semakin lambat
makin bertambah, maka akan semakin lama material solid untuk
Laju PP konveksi antara solid dan lingkungan sekitarnya pada waktu t
Validasi Lumped Capacitance Method
Keseragaman distribusi temperature di dalam benda solid dipengaruhi oleh Biot
Number, Bi
Lumped Capacitance Method akan Valid bila Bi << 1
Hitung Biot Number, Bi sebelum
Biot Number, Bi
Koefisien perpindahan panas tak berdimensi
Temperature Drop didalam solid relatif terhadap perbedaan temperature
permukaan solid dengan fluida
Perbandingan PP konveksi antara permukaan solid dgn fluida terhadap PP
konduksi di dalam solid
Dari Energi Permukaan Steady State:
( ) ( = hA T T
L
kA
s,2 s,1
( )
( )
hA
1
kA
L
T T
T T
s,2
s,2 s,1
= =
k
hL
B
i
=
(Biot Number
atau,
0.1
k
hL
B
c
i
< =
Validasi Lumped Capacitance Method
Keseragaman distribusi temperature di dalam benda solid dipengaruhi oleh Biot
Lumped Capacitance Method akan Valid bila Bi << 1
Hitung Biot Number, Bi sebelum memakai Lumped Capacitance Method
Koefisien perpindahan panas tak berdimensi
Temperature Drop didalam solid relatif terhadap perbedaan temperature
permukaan solid dengan fluida
Perbandingan PP konveksi antara permukaan solid dgn fluida terhadap PP
konduksi di dalam solid
Dari Energi Permukaan Steady State: qcond = qconv
( )
T T
s,2
k
hL
=
Biot Number)
77
Keseragaman distribusi temperature di dalam benda solid dipengaruhi oleh Biot
memakai Lumped Capacitance Method
Temperature Drop didalam solid relatif terhadap perbedaan temperature
Perbandingan PP konveksi antara permukaan solid dgn fluida terhadap PP
78
dimana:
Lc = Characteristic Length,
s
c
A
V
Area Surface
Volume
L = =
s
c
A
V
L =
Selanjutnya dari Eksponensial Lump Capacitance
t
VC
hA
p
s
|
|
\
|
c p p
s
L C
t h
C V
t A h
=
2
c p
c
L
t
C
k
k
L h
=
2
c
c
L
t
k
L h
=
Didapatkan koefisien Tak Berdimensi (Non Domensional)
k
L h
B
c
i
=
: Biot Number
2
c
o
L
t
F
=
: Fourier Number:
Sehingga Lump Capacitante dapat pula ditulis sebagai:
( ) ( )
o i
F B
i
t
i
e
T T
T T
=
(bentuk lain Pers. Lump Capacitance)
Misal:
1. Temperature dari aliran udara akan diukur dengan termocouple yang memiliki
junction berbentuk sphere seperti gambar.
Tentukan waktu yang diperlukan termocouple untuk membaca 99% initial temperature
difference
Penyelesaian:
Junction Characteristic Length:
D
6
1
D
D
A
V
L
2
3
6
1
s
c
= = =
Biot Number:
35
210x1.67x1
k
L h
B
c
i =
=
Lump Capacitance valid digunakan
( )
VC
i
t
i
e
T T
T T
\
|
=
c p p
s
L C
t h
C V
t A h
=
=
( )
VC
hA
i
t p
s
e
T T
T T
|
|
\
|
( ) t 0.462
e 0.01
=
( ) t 0.462 ln0.01 =
t = 10 s
Tentukan waktu yang diperlukan termocouple untuk membaca 99% initial temperature
( ) m 1.67x10 0.001
6
1
D
4
= =
0.001
0 210x1.67x1
4
=
Lump Capacitance valid digunakan, sehingga
t
VC
hA
p
s
|
|
|
1
4
0.462s
.67x10 8500x320x1
210t
=
t
79
Tentukan waktu yang diperlukan termocouple untuk membaca 99% initial temperature
80
Lumped Capacitance Method sesuai untuk body yang relatif kecil dengan konduktivitas
thermal yang tinggi. Jika body relatif besar dengan konduktivitas thermal yang rendah,
maka lumped capacitance kurang akurat (Temperature gradient yang terjadi di dalam
body bervariasi terhadap posisi dan waktu). Sehingga untuk body yang besar Konduksi
Transient dapat ditentukan dengan Hiesler Chart (Hiesler, M.P., 1947)
Konduksi 1D Transient: Metode Grafik
Penyelesaian dengan Hiesler Chart
Beberapa Non Dimensional Parameter yang diperlukan dalam penggunaan Heisler
Chart:
Dimensionless Temperature:
( )
( )
=
T T
T t x, T
t x,
i
Dimensionless Distance from Center:
L
x
X =
Dimensionless heat transfer Coefficient:
k
hL
Bi =
Dimensionless time:
2
L
t
=
Masing-masing geometri memiliki 3 macam grafik (chart):
1. Temperature at Mid plane (1
st
Chart)
2. Symmetrically Temperature Distribution (2
nd
chart)
3. Heat Transfer rate (3
rd
chart)
81
Hiesler Chart untuk Plat
1
st
Chart. Temperature at Mid plane
2
nd
Chart. Symmetrically Temperature Distribution
3
Hiesler Chart untuk Silinder
1
st
Chart
3
rd
Chart. Heat Transfer rate
Chart. Temperature at Mid plane
82
2
nd
Chart. Symmetrically Temperature Distribution
3
Symmetrically Temperature Distribution
3
rd
Chart. Heat Transfer rate
83
Misal:
Plat Tembaga tebalnya 4 cm dengan initial temperature 20
oven pada temperature 500
0
C selama 7 menit. Jika koefisien konduksi h = 120 W/m
tentukan temperature permukaan plat ketika dikeluarkan dari oven
Penyelesaian:
Penggunaan 1
st
Chart:
( C W/m 120
W/m. 100
hL
k
Bi
1
0 2
= =
.
(
( m 0.02
/s m 33.9x10
L
t
2 6
2
= =
=
T T
T T
i
0
0
Lihat arah garis biru pada gambar (cara menggunakan 1
st
Chart)
dan 35.6 = maka
0.46
T T
T T
i
0
0
84
C dimasukkan ke dalam
C selama 7 menit. Jika koefisien konduksi h = 120 W/m
2
.
0
C,
1
st
Chart
Penggunaan 1
st
Chart:
45.8
Bi
1
=
1
L
L
L
x
= =
Lihat arah garis tebal pada gambar (cara menggunakan
Maka: 0.99
T T
T T
0
Chart. Temperature at Mid plane
pada gambar (cara menggunakan 2
st
Chart)
85
2
nd
Chart. Symmetrically Temperature Distribution
Selanjutnya dengan Chain Rule
T T
T T
T T
T T
T T
T T
i
0
0 i
emperature permukaan plate saat keluar oven:
( ) C 282 500 20 0.455 500
0
= + =
ditentukan dari 3
rd
Chart
Bi = 1/1/Bi = 1/45.8 = 0.02
x 35.6 = 0.014
86
3
Qmax = m Cp (T - Ti)
atau per unit volume benda
Qmax = Cp (T - Ti)
= 8530 kg/m
3
x 380 J/kg.
= 1555.8 MJ/m
3
Dari 3
rd
Chart Q/Qmax = 0.4
Maka:
Q = 0.4 x Qmax
Q = 0.4 x 1555.8 = 622.35 MJ/m
3
rd
Chart. Heat Transfer rate
x 380 J/kg.
0
C x (500 - 20)
0
C
= 0.4
622.35 MJ/m
3
87
Latihan
1. Sebuah poros ST304 diameter 20 cm dikeluarkan dari oven pada temperature
600
0
C. Poros didinginkan didalam sebuah
Tentukan:
a. Center line temperature setelah 45 menit pendinginan
b. Heat transfer rate per unit length
Sebuah poros ST304 diameter 20 cm dikeluarkan dari oven pada temperature
C. Poros didinginkan didalam sebuah chamber bertemperature 200
Center line temperature setelah 45 menit pendinginan
Heat transfer rate per unit length
88
Sebuah poros ST304 diameter 20 cm dikeluarkan dari oven pada temperature
chamber bertemperature 200
0
C.
89
DAFTAR PUSTAKA:
1. Cengel, Y.A., Turner, R.H, Fundamental of Thermal-Fluid Science, E-book
2. Holman, J.P., 1986, Heat Transfer, 6
th
Ed., McGraw-Hill, Singapore
3. Holman, J.P., 2005, Experimental Method for Engineers, 7
th
Ed. Tata McGraw-Hill,
New Delhi.
4. Long, C., Sayma, N., 2009, Heat Transfer, Ventus Publishing ApS, Free ebook at
www.bookboon.com
5. Incropera, F.P., DeWitt, D.P, 1981, Fundamental of Heat and Mass Transfer, John
Willey and Sons, New York.
6. Ivesen, S., PhD., Perpindahan Panas (Heat Transfer), pdf file.
90
Further Contact:
A. Agung Putu Susastriawan, ST., M.Tech.
Teknik Mesin-IST. AKPRIND Yogyakarta
Mobile: +62 8179400013
E-mail: a_agungs@yahoo.com