Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Perpindahan Panas
Ketika dua objek yang memiliki suhu yang berbeda dikontakkan, panas
akan mengalir dari objek yang memiliki suhu yang lebih tinggi ke objek yang
memiliki suhu yang lebih rendah. Mekanisme perpindahan panas meliputi
konduksi,

konveksi

dan

radiasi.

Konduksi

terjadi

apabila

ada

perubahan/kenaikan suhu secara terus menerus sehingga panas dapat mengalir


tanpa disertai oleh adanya perpindahan/ gerakan bahan yang dapat dilihat.
Konduksi dapat terjadi pada zat padat, cair, dan gas.
Konveksi terjadi apabila arus atau partikel makroskopik dari fluida
melewati suatu permukaan. Perpindahan panas akan terjadi antara permukaan
bahan dan fluida tersebut. Terdapat dua jenis konveksi, yaitu:
1. Konveksi secara alami, apabila arus yang menimbulkan konveksi terjadi
karena adanya perbedaan suhu yang menyebabkan perbedaan densitas.
2. Konveksi secara paksa, apabila arus yang menimbulkan konveksi terjadi
dengan menggunakan pompa atau pengaduk.
Sedangkan radiasi merupakan perpindahan energi melalui suatu ruang dengan
gelombang elektromagnetik.
(McCabe,1986)
II.2. Proses Perpindahan Panas
Jalannya peristiwa perpindahan panas meliputi perpindahan panas dari
bulk aliran panas ke dinding (secara konveksi), dalam plate atau pipa (secara
konduksi), dalam lapisan film pengotor (bila ada, - secara konduksi), ujung
dinding ke bulk aliran dingin (secara konveksi).

T2
T3

T1
Aliran panas
(A)

Aliran dingin
(B)

T4
T6

T5

Gambar 2.1. Profil perpindahan panas dari fluida yang satu ke fluida
yang lain pada HE
Proses perpindahan panas sering kita temui sehari-hari, dan tidak selalu
melibatkan alat HE yang kompleks seperti proses diatas, akan tetapi secara
konsep tetap mengikuti ilustrasi diatas. Sebagai contohnya adalah cara kerja
radiator mobil. Air yang ada pada radiator akan dialirkan pada bagian luar
mesin untuk memindahkan panas dari dalam mesin keudara sekitar.
Refrigerasi dan cara kerja AC (Air Conditioner) adalah contoh lain dari proses
Heat Exchanger.
Pada proses perpindahan panas, luas permukaan perpindahan panas
memegang peranan yang sangat krusial terhadap kecepatan maupun
efektivitas dari suatu proses perpindahan panas. Makin luas permukaan
terjadinya perpindahan panas, makin cepat dan efektif pula perpindahan panas
yang terjadi.

II.3. Persamaan Perpindahan Panas


Dari data suhu air panas dan suhu air dingin pada masing masing aliran
(co-current dan counter current) dapat dibuat diagram antara T dan t, dimana
T adalah suhu air panas dan t adalah suhu air dingin.

Untuk aliran co-current


T1
T2
t2
t1

t ( LMTD )

(T1 t1 ) (T2 t 2 )
ln(T1 t1 ) /(T2 t 2 )

....( 1

)
Untuk aliran counter-current.

T1
T2
t2
t1

t ( LMTD )

(T1 t 2 ) (T2 t1 )
...
ln(T1 t 2 ) /(T2 t1 )

(2)
(Kern, 1965)
II.4. Heat Exchanger
Heat Exchanger adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan
panas dari satu fluida (zat cair atau gas) ke fluida yang lain tanpa
mencamprkan kedua fluida tersebut. Secara umum, terdapat sebuah dinding
pemisah yang diletakkan diantara fluida yang akan bertukar panas. Dinding

pemisah tersebut terbuat dari logam yang konduktif dan tahan korosif
sehingga memudahkan proses pertukaran panas.
Pada kenyataannya, akan dijumpai berbagai macam tipe Heat Exchanger.
Tipe yang paling sering ditemui adalah DPHE (Double Pipe Heat Exchanger)
dan PHE (Plate Heat Exchanger). Masing-masing memiliki kelebihan dan
kegunaannya masing-masing.
DPHE adalah alat perpindahan panas yang berbentuk suatu pipa (shell)
yang terdapat dalam suatu tangki atau pipa yang lebih besar (tube). DPHE
memiliki kelebihan untuk melakukan perpindahan panas dalam kondisi suhu
atau tekanan yang diinginkan sangat tinggi. Kelebihan lainnya adalah dapat
digunakan pada fluida yang mengandung partikel lain yang mungkin dapat
menyebabkan penyumbatan pada PHE.
DPHE seringkali digunakan dalam industri yang bukan memproduksi
bahan makanan karena kemampuannya suhu dan tekanan yang dapat
ditampung cukup besar. Sebagai contoh adalah untuk pemanasan pada boiler
yang mana steam yang dihasilkan dari proses perpindahan panas bisa
bertemperatur dan bertekanan sangat tinggi. Selain itu, zat atau fluida penukar
panasnya bisa berupa fluida cair ataupun gas. Salah satu aplikasinya adalah
pada pabrik asam sulfat.
(www.heatexchangers.org)
II.5. Plate Heat Exchanger
Plate heat exchanger sering digunakan untuk larutan yang memiliki
viskositas yang rendah dengan suhu dan tekanan yang tidak terlalu tinggi,
biasanya dibawah 150oC. bahan gasket dipilih untuk mempertahankan suhu
operasi dan sifat-sifat dari fluida yang diproses. Terdapat beberapa jenis dari plate
heat exchanger, yaitu gasketed, brazed, welded dan semi-weld atau jenis hybrid.
Jenis plate heat exchanger yang paling umum digunakan adalah gasketed
plate and frame heat exchanger. Gasketed plate and frame heat exchanger terdiri
dari rangkaian saluran plate yang ditempelkan pada frame dan diapit bersamasama. Setiap plate terbuat dari bahan yang dapat ditekan (stainless steel, nikel,

titanium, dll) dan bahan tersebut dibentuk menjadi bergelombang. Setiap plate
juga terdiri dari elastomer gasket. Gasket juga menahan tekanan dan mengontrol
aliran dari setiap media. Plate gasketed disusun dalam pak, ditempelkan pada
bagian atas dan bawah susunan, dan ditekan diantara dua frame terakhir dengan
baut penekan. Gasket membuat saluran dari tiap plate untuk mendistribusikan
media panas dan dingin.
Brazed plate heat exchanger terdiri dari plate yang bentuknya khusus,
vacuum brazed bersama-sama untuk membentuk perlengkapan perpindahan
panas. Welded plate heat exchanger tidak membutuhkan gasket, alat tersebut
sepenuhnya tersusun atas welded dan biasanya terbuat dari satu jenis bahan saja
(biasanya stainless steel). Sedangkan pada semi-weld atau hybrid plate heat
exchanger, satu aliran fluida mengalir pada saluran welded dan aliran lainnya
dalam saluran gasketed.
(http://heatexchangers.globalspec.com/LearnMore/Processing_Equipment/Heat_

Transfer_Equipment/Heat_Exchangers)

Gambar 2.2. Gambar Sederhana dari PHE dengan Aliran Counter-current


(http://www.heatexchangersuk.com/about/graphics/PLATE%20ANIMATION

%20sharp.gif)

Plate heat exchanger adalah salah satu jenis heat exchanger yang
menggunakan plate metal untuk memindahkan panas diantara dua liquid. Alat ini
memiliki keuntungan bila dibandingkan dengan alat heat exchanger lainnya yaitu
fluida akan memiliki luas permukaan yang lebih besar, sebab fluida akan
menyebar pada plate. Hal tersebut membantu perpindahan panas, dan sangat
mempengaruhi kenaikan kecepatan perubahan suhu.
Konsep sebelumnya dari heat exchanger adalah menggunakan pipa atau
bahan lainnya untuk memanaskan atau mendinginkan suatu liquid dengan
memindahkan panas ke yang lainnya. Plate heat exchanger merupakan
pengembangan dari model heat exchanger yang menggunakan pipa. Desain dari
plate heat exchanger memberikan perpindahan panas yang lebih cepat. Pada
bagian pipa melewati suatu ruang, terdapat dua ruangan, biasanya tidak terlalu
dalam, dan permukaannya dipisahkan oleh plate metal. Plate menghasilkan luas
permukaan yang besar, yang memberikan perpindahan panas yang lebih cepat.
Setiap ruangan dibuat tipis untuk memastikan sebagian besar dari liquid berkontak
dengan plate, hal tersebut juga menambah luas perpindahan panas.
Dalam Plate Heat Exchanger (PHE) biasanya plate disusun dalam suatu
cara untuk membentuk saluran untuk liquid panas dan liquid dingin. Dengan
adanya gelombang-gelombang pada plate, dapat menghasilkan aliran yang
turbulen sehingga meningkatkan laju perpindahan panas. Jika dibandingkan
dengan Shell & Tube Heat Exchanger, PHE dapat mencapai 1C, sedangkan Shell
& Tube Heat Exchanger mencapai hingga 5C. untuk jumlah panas yang sama
yang dipindahakan, luas area yang dibutuhkan oleh PHE jauh lebih sedikit.
Perluasan area perpindahan panas dapat dilakukan untuk PHE. Berdasarkan alasan
diatas, PHE dapat digunakan untuk perpindahan panas yang lebih baik dan
terkontrol.
(http://en.wikipedia.org/wiki/Plate_heat_exchanger)

Skema arah aliran

Gambar 2.3. Skema arah aliran co-current

Gambar 2.4. Skema arah aliran counter-current


(http://heatex.mit.edu/Images/EQ-Fig04.jpg)
II.5. Landasan Teori
II.5.1. Perhitungan Pada Heat Exchanger
Sasaran utama merancang penukar kalor adalah untuk menentukan
seberapa luas permukaan yang diperlukan untuk memindahkan kalor pada laju
tertentu dengan suhu zat cair dan laju aliran tertentu. Hal ini akan lebih mudah

bila menggunakan koefisien perpindahan kalor menyeluruh (U) dalam persamaan


fundamental perpindahan kalor
q = U A TLMTD
di mana TLMTD adalah beda suhu rata-rata logaritmik untuk keseluruhan
penukar kalor.
II.5.2. Persamaan Perpindahan Panas
Dari data suhu air panas dan suhu air dingin pada masing-masing aliran
(co-current dan counter-current) dapat dibuat diagram antara T dan t, dimana T
adalah suhu air panas dan t adalah suhu air dingin.
1.

Untuk aliran co current


T1
T2
t1

t2

t ( LMTD )

2.

(T1 t1 ) (T2 t 2 )
ln(T1 t1 ) /(T2 t 2 )

Untuk aliran counter-current.


T1
T2
t2
t1

t ( LMTD )

(T1 t 2 ) (T2 t1 )
ln(T1 t 2 ) /(T2 t1 )

Efisiensi perpindahan panas dari heat exchanger dapat dicari dengan


persamaan berikut :

q
Q

10

dimana:

q = panas yang diterima oleh fluida dingin, cal/detik.


Q = panas yang diberikan oleh fluida panas, cal/detik.
(Kern
, 1965)

II.5.3. Konstanta Bilangan Tak Berdimensi Persamaan Dittus-Boelter


Jalannya peristiwa perpindahan panas dalam PHE meliputi perpindahan
panas dari bulk aliran panas ke dinding kanan plate (secara konveksi), ujung
dinding kanan plate ke bulk aliran dingin (secara konveksi).
Persamaan perpindahan panas dijabarkan oleh persamaan Dittus-Boelter
sebagai berikut :

Nnu = a. Nre . Npr .


b

Dengan a,b,c,dan d sebagai konstanta


Nre = (.D.V)

Npr = (Cp.)
k
(Geankoplis, 1997)
II.5.4. Perancangan Plate Heat Exchanger
II.5.4.1. Luas Permukaan dan Panjang Efektif
Luas permukaan total, A, ditentukan dengan :
A=

M .Cp.t
(1)
U .t LMTD

M = mass flow rate


t = perbedaan suhu
Cp = panas spesifik
U = overall heat transfer coefficient
tLMTD = perbedaan suhu rata-rata logaritmik.

11

Harga U dapat dihitung berdasarkan persamaan :


1
1
1


(2)
U 1 2

N Nu .
(3)
de

= film heat transfer coefficient, tergantung pada karakteristik fisik


liquid.
NNu = bilangan Nusselt
= konduktifitas panas
= ketebalan plate
de = diameter efektif
Jumlah plate yang mengalami proses perpindahan panas, n, adalah jumlah
plate total yang dapat ditentukan dari :
A = n . A1 (4)
A1 = luas area perpindahan panas untuk satu plate.
Hubungan antara luas area, A1, lebar aliran, W, dan panjang efektif, L,
diberikan sebagai berikut :
A1 = L . W(5)
Biasanya pabrik hanya memberikan harga vertical dan horizontal port
centre distance (VPCD dan HPCD) yang dapat digunakan untuk mengestimasi L
dan W.
W = (HPCD) + D + 0,015 (6)
Semua satuan dinyatakan dalam meter. Angka 0,015 perlu ditambahkan
apabila harga W harus ditentukan. Harga L dapat ditentukan dengan persamaan
(5) atau dapat diasumsi untuk L = (VPCD).
II.5.4.2. Flow Area
Luas area tiap channel, Sc, dinyatakan sebagai :
Sc = W . b (7)

12

Di mana b adalah jarak plate rata-rata yang setara dengan compressed


pitch per plate dikurangi dengan tebal plate.

II.5.4.3. Perpindahan Panas Pada PHE Tipe Chevron


Perpindahan panas pada PHE tipe chevron dengan aliran turbulen dapat
dinyatakan oleh persamaan Dittus-Boelter sebagai berikut :

NNu = 0,28 . NRe0,65 . NPr0,4 .

Di mana N Re

0 ,14

(8)

m.d e
Cp.
dan N Pr

Untuk aplikasi dalam aliran turbulen biasanya perbandingan viskositas


Sieder Tate dapat diabaikan sehingga persamaan di atas dapat disederhanakan
menjadi :
NNu = 0,28 . NRe0,65 . NPr0,4 (9)
Sedangkan untuk tipe intermating dibedakan untuk aliran turbulen dan
aliran laminar seperti terlihat pada persamaan (10) dan (11)

0 ,1

NNu = 0,2 . NRe0,67 . NPr0,4 .


w

NNu = 0,29 . (NRe . NPr)

0,4

(10)

0 ,1

(11)

II.5.4.4. Pressure Drop


Pressure drop pada PHE dapat diprediksi dengan persamaan :
P

2. f .m 2 .L
(12)
.D

Untuk setiap plate m = channel flowrate / luas area tiap channel dan D =
diameter efektif (13)
Untuk setiap port G = port flowrate / luas area tiap port dan D = port
nozzle (14)

13

Dan untuk aliran turbulen f

1,17
N Re

0 , 27

sedangkan untuk aliran laminar

32
N Re

(Aylianawati, 1999)

14

Anda mungkin juga menyukai