Anda di halaman 1dari 2

ISI

Proses pembuatan karet lembaran diawali dengan mencampurkan serbuk ban bekas
berukuran 60 mesh dan lateks kebun cair, dengan perbandingan 40%, 45%, 50% : 60%, 55%,
50%. Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
Kemudian, setelah beberapa jam, lateks yang sudah dicampurkan dengan serbuk ban bekas
akan membeku menjadi gumpalan karet. Setelah itu, getah karet yang sudah dibekukan
diletakkan diatas roll, untuk proses penggilingan. Selanjutnya, gumpalan karet dimasukkan
ke dalam mesin penggiling, dan diatur ketebalan karetnya. Mesin tersebut akan menghasilkan
lembaran-lembaran karet yang diinginkan. Setelah itu, lembaran karet harus melalui proses
pengasapan selama beberapa jam, agar lembaran karet mengering.
Selanjutnya, proses yang terpenting yaitu tahap pengujian karakteristik lembaran
karet. Dalam hal ini, lembaran karet akan melalui uji mekanik. Pertama, pengujian tegangan
putus dan perpanjangan putus. Dalam proses ini, komposisi kimia serbuk ban bekas yang
mengandung karet sintetis, sulfur, minyak, antioksidan memiliki kesamaan dengan bahan
kimia penyusun Karet lembaran dengan bahan kimia penyusun karet lembaran ( Karet alam,
sulfur, minyak, ZnO, carbon). Serbuk ban bekas berfungsi sebagai pengisi dan unsur carbon
dalam pembuatan karet lembaran. Hal ini menyebabkan perubahan tegangan putus yang
signifikan, dari penambahan komposisi serbuk ban bekas 40%, 45% dan 50% mengebabkan
kekuatan tegangan putusnya semakin naik. Tahap berikutnya yaitu pengujian perpanjangan
putus. Perpanjangan putus semakin kecil untuk rasio serbuk ban bekas yang semakin besar,
sebab energi yang merekatkan komponen material itu semakin lemah dikarenakan unsur
karbon yang ada pada serbuk ban bekas. Karbon membuat sifat karet semakin keras dan
dapat mengurangi perpanjangan putus karet lembaran. Kemudian, tahap pengujian kekerasan.
Tahap ini memperlihatkan bahwa semakin banyak kandungan serbuk ban beka,s maka sifat
kekerasan karet lembaran tersebut semakin tinggi. Serbuk ban bekas memberikan kontribusi
untuk menaikkan nilai kekerasan dari sampel yang diuji. Hal ini dimungkinkan bahwa sifat
bahan serbuk ban bekas memberikan kontribusi positif terhadap sifat adesif pembuatan karet
lembaran. Selanjutnya, yaitu pengujian ketahanan sobek. Tahap ini menunjukkan tenaga yang
dibutuhkan untuk menyobek vulkanisat karet alam. Semakin banyak bahan pengisi serbuk
ban bekas, maka hasil vulkanisat akan makin keras, sehingga makin sulit untuk disobek.
Setelah itu, yaitu tahap pengujian pengujian bobot jenis. Bobot jenis yang rendah akan lebih
menguntungkan. Karet lembaran yang dihasilkan tidak terlalu berat dan sesuai dengan
keinginan konsumen pada umumnya. Kemudian, pengujian ketahanan kikis. Nilai ketahanan
kikis adalah volume karet yang dapat dikikis oleh pengikis, sehingga semakin rendah nilai
ketahanan kikisnya, berarti sifat karet semakin baik. Yang terakhir, yaitu pengujian ketahanan
retak lentur 150 KCS. Dalam tahap ini, vulkanisat karet lembaran mendapat gaya lenturan
sebanyak 150.000 kali. Hasil terbaik diperoleh ketika vulkanisat karet lembaran mempunyai
nilai ketahanan retak lentur di atas 150 Kcs, artinya tidak terlihat ada keretakan pada sampel
karet lembaran.
Proses lanjutannya yaitu pengujian karakteristik pematangan kompon karet. Pengujian
ini seperti modulus torsi maksimum dan minimum, modulus torsi optimum, waktu scorch
(ts2) dan waktu optimum vulkanisasi (t90). Hasil pengujian karakteristik pematangan
kompon karet diperoleh dari kurva Rheometer. Kurva ini memberikan informasi mengenai
waktu optimum terjadinya proses vulkanisasi (t90), waktu pravulkanisasi (ts2), modulus torsi
maksimum (MHR), modulus torsi minimum (ML) dan modulus torsi optimum (M90).
Besaran-besaran ini diperlukan untuk pembuatan barang jadi karet.
Dalam pembuatan barang jadi karet, waktu vulkanisasi yang lambat diperlukan untuk
kompon tebal, sedangkan waktu vulkanisasi yang singkat biasanya untuk kompon karet.
Proses vulkanisasi kompon karet merupakan suatu reaksi kimiawi yang bersifat tidak dapat
balik (irreversible) melalui pembentukan ikatan silang bahan pemvulkanisasi pada rantai
molekul karet. Derajat vulkanisasi dapat diperkirakan melalui selisih antara modulus torsi
maksimum (MHR) dengan modulus torsi minimum (ML), maupun dari nilai modulus torsi
optimum (M90). Derajat vulkanisasi ini menunjukkan derajat ikatan silang yang terbentuk
pada molekul karet, semakin tinggi nilai derajat vulkanisasi maka semakin tinggi pula derajat
ikatan silang yang terbentuk. Nilai derajat vulkanisasi ini juga dapat mempengaruhi sifat fisik
vulkanisat, seperti tegangan putus, kekerasan, modulus, dan lainnya.

KESIMPULAN
Hasil dari proses ini mampu meminimalisir penumpukan ban, dan mengurangi skala
pembuangan ban kepada pihak lain. Artinya, ada penurunan biaya pembuangan limbah ban.
Pengelolaan ini akan meningkatkan nilai dari limbah tersebut. Bahkan, produksi serbuk ban
yang dikonversikan menjadi lembaran karet dapat memberikan continuous revenue selama
perusahaan masih beroperasi. Ide pemanfaatan limbah ban seperti ini akan membuka
wawasan masyarakat sekitar PT Gajah Tunggal. Dengan ide ini, secara tidak langsung, ada
suatu makna persuasif, bahwa diperlukan adanya riset berkelanjutan melalui kreativitas
mahasiswa Politeknik Gajah Tunggal. Riset ini merupakan awal kemajuan Politeknik Gajah
Tunggal. Dengan adanya riset yang berkesinambungan, diharapkan dapat membawa
kemajuan linier bagi Politeknik Gajah Tunggal, dan secara umum membangun citra yang
baik bagi PT Gajah Tunggal Tbk.

Anda mungkin juga menyukai