Anda di halaman 1dari 8

PENGUJIAN KUAT REKAT ADHESIVE CHLOROPRENE

PADA MATERIAL KULIT DAN KARET

Disusun oleh :
Nama

: Maulana Panji Dewantoro

Nim

: 1503048

Prodi/kelas

: TPKP-B

Dosen

: Himawan Hendro Santopo

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET dan PLASTIK


POLITEKNIK A T K
Yogyakarta
2016

1. Tujuan Intruksional Umum


Mempelajari dan melaksanakan pengujian kuat rekat dari perekat karet (rubber adhesive)
Chloroprene sistem pelarut pada material kulit, karet, dan kombinasi kulit dengan karet
menggunakan metoda JIS S-5050.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah melaksanakan praktek, mahasiswa diharapkan mampu memahami dengan baik
secara mandiri, tentang berbagai hal yang berhubungan dengan :
a. Cara penyiapan contoh uji kuat rekat sesuai metoda JIS. S-5050.
b. Cara pengujian kuat rekat perekat karet (rubber adhesive) Chloroprene dengan
menggunakan metoda JIS S-5050.
c. Pelaksanaan pengujian kuat rekat pada material kulit, karet, dan kombinasi kulit
dengan karet yang menggunakan alat uji Tensile Strength Tester.
d. Evaluasi hasil pengujian kuat rekat pada material kulit, karet, dan kombinasi kulit
dengan karet dibandingkan dengan standard JIS (Japan International Standard) S5050.
3. Pokok Bahasan Materi
Pengujian bahan perekat atau lem (adhesive) pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui
daya rekat suatu perekat jika digunakan untuk merekatkan dua material, baik untuk
material yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Pada proses perekatan (pengeleman)
antara material yang satu dengan material lainnya, diperlukan perekat kompon karet yang
sesuai agar diperoleh kuat rekat yang tinggi (Pramono, 2007).
Beberapa faktor yang mendukung proses perekatan atau pengeleman adalah :
a. Sifat kekerasan dari solid surface
b. Kekuatan mekanik, yakni hubungan mekanik yang diterapkan pada proses
perekatan akan menambah kekuatan dari perekat tersebut.
c. Pemanasan dan penekanan, dalam proses perekatan maka faktor panas dan tekanan
dapat menambah kemampuan dari perekat untuk mengabsorbsi, membasahi
(wetting) dan menyebarnya perekat kedalam permukaan benda yang akan
direkatkan (adherent). Disamping itu, faktor panas juga dapat membantu
meningkatkan reaksi kimia antara perekat dengan perekat yang telah mengering

(kehilangan solventnya). Karena perekat yang sudah mengering pada adheren dan
perekat panas akan memperkuat daya rekat perekat pada adheren, apabila ditambah
dengan penekan yang memadai dengan demikian pengaktifan perekat yang sudah
mulai mengering pada adheren akan menambah daya rekatnya.
d. Perlakuan permukaan (surface treatment) pada adheren sesuai dengan teori surface
energetics bahwa permukaan yang dikenai perlakuan dengan menggunakan bahan
kimia akan menghasilkan suatu permukaan yang mempunyai Critical Surface
Tension yang lebih besar. Dengan demikian maka dalam peristiwa perekatan akan
terjadi kontak yang sempurna antara adhesive dan solid surface (yang sudah diberi
perlakuan), sehingga menghasilkan daya rekat yang lebih baik (Brian,2008).
4. Formula Adhesive Chloroprene adalah :

Nama Bahan
Chloroprene Rubber
Calsium Silikat
Coumaron Resin
Zn O
Stearic Acid
AOSP
MBTS
TMTD
Belerang

Phr
100
5
15
10
2
2
0,8
0,2
2

Keterangan
Raw material
Filler
Tackifer agent
Activator
Activator
Anti oksidan
Accelerator
Accelerator
Vulcanizing Agent

Pelarut yang digunakan adalah MEK, wetting agent yang digunakan adalah primer
dan hardener yang digunakan adalah Desmodur RFE.
5. Langkah Kerja
a. Penyiapan adhesive Chloroprene
1) Ambil secukupnya adhesive yang telah dilarutkan.
2) Timbang desmodur RFE sebanyak 0,50 gr larutkan ke dalam primer sebanyak
100 ml.
b. Penyiapan contoh uji
1) Siapkan masing-masing contoh uji yang terdiri dari material kulit, karet, kulit dan
kombinasi kulit dengan karet sebanyak 6 contoh uji.
2) Masing-masing contoh uji mempunyai ukuran :
Panjang
: 10 cm
Lebar
: 2,5 cm
Tebal
: 2 mm

c. Prosedur Pengujian
1) Pengujian Fisis
Pengasaran permukaan adheren

Pembersihan permukaan adheren

Pengolesan wetting agent pada permukaan


adheren
Pengolesan perekat pada adheren

Perekatan adheren
P=40 kg/cm2, waktu 10 detik
Pemanasan
t=500C, waktu 5 menit
Pengujian Kuat Rekat
2) Pengujian Viskositas Adhesive
Uji viskositas menggunakan alat Viscosimeter
Pengujian dengan menggunakan standard JIS S 5050 :
(a) Tuangkan adhesive kedalam cup atau beaker dengan ketentuan sbb :
Pengguanaan rotor No.1 dan No.2 contoh uji adhesive sebanyak 300 ml
Penggunaan rotor No.3 contoh uji adhesive sebanyak 170 ml
(b) Lakukan pengujian viskositas adhesive sesuai dengan nomor rotornya.
3) Bentuk Contoh Uji :

2,5 cm

7cm

3cm

10 cm
5. Dasar Teori
Adhesive atau Perekat adalah suatu substansi yang dapat mengikat bahan bersama
melalui permukaannya. Bahan yang diikat dinamakan adherent. Macam-macam perekat
sintetis merekat dengan cara evaporasi, misalnya PVC. Sedangkan karet untuk bahan baku
adhesive yaitu perekat karet alami berupa translucent, light brown, larutan solvent dan putih

susu. Perekat ini menunjukkan fleksibilitas yang sangat ekselen, initial lack dan tack
retention. Menunjukkan ketahanan yang baik terhadap air dan biodegradation tetapi
mempunyai ketahanan yang buruk terhadap minyak, solvent dan agen pengoksidasi. Karet
yang tidak tervulkanisasi akan menjadi jelek diatas 65 0C dimana karet yang tervulkanisasi
akan tahan sampai 900C. Perekat basis karet alam digunakan pada pengaplikasian tegangan
rendah seperti untuk bonding kertas, kulit, kain, tekstil, karpet, dan bahan yang berpori dalam
otomotif mobil, sepatu, upholstery (meja, kursi).
Karet sintetik dan karet bekas banyak digunakan untuk berbagai macam jenis perekat.
Perekat tersebut mempunyai banyak kelebihan, seperti mempunyai sifat perekatan yang
bagus untuk berbgai macam permukaan substrat dan lapisan perekatnya fleksibel melebihi
perekat berbasis resin sintetik. Perekat berbasis karet meliputi jenis perekat dari karet semen,
perekat tekan sensitif, perekat self seal untuk amplop sampai perekat struktural. Semuanya
merupakan jenis perekat water based dan solvent based. Karet membentuk basis perekat
dengan spektrum sifat yang sangat luas. Sifat yang terkenal dari perekat berbasis karet adalah
tack. Tack merupakan sifat substansi perekat yang memiliki kontak singkat dari bahan yang
diikuti dengan ketahanan dari pemisahan. Karet yang sudah divulkanisasi tidak menunjukkan
tack, tetapi karet alami yang tidak mengalami vulkanisasi jika dimastikasi (dihancurkan) akan
sangat tacky dan akan menempel pada setiap substrat. Tackifier seperti resin dan derivatifnya,
resin coumarine, resin polyterpene, dan resin fenol thermoplastik sering digunakan untuk
menambah sifat tack, aplikasi yang sering digunakan adalah perekat tekan sensitif.
Hampir semua perekat fleksibel yang dibuat dari senyawa polimer untuk memperkuat
dan menambah fleksibilitas perekat. Untuk mendapatkan perekat yang fleksibel dan kuat,
penggunaan resin alami maupun resin sintetik merupakan cara yang terbaik. Resin tersebut
meliputi resin phenolic, coumaron, arpus, kopal, epoksidan petrosin. Semua karet alam
maupun karet sintetik terdiri dari rantai molekul panjang yang secara mekanis dan gerakan
fisik saling terjalin. Pada sepanjang deretan rantai interval akan terjadi reaksi yang dapat
digunakan untuk membentuk jembatan kimia pendek antara masing-masing rantai secara
individual. Oleh karena itu struktur tiga dimensi yang baru akan terbentuk, akibatnya akan
menghasilkan modulus yang lebih tinggi, lebih lentur, lebih kuat dan aliran lelah akan
berkurang, sehingga dapat dieleminir dari sejumlah rantai yang terbentuk. Proses ini disebut
crosslinking. Crosslinking adalah resin fenol yang berfungsi untuk mengurangi creep, untuk
menambah rigiditas dan ketahanan terhadap temperatur tinggi. Filler seperti carbon black,
zinc oksida, bentonit, titanium oksida, barit, kapur, dan calsium silikat digunakan untuk

menurunkan biaya produksi, untuk rheologi modifier. Curing agent atau vulcanizing agent
digunakan untuk membantu proses curing, seperti belerang.
Vulkanisasi ini biasanya memerlukan tambahan bahan kimia khusus untuk
membentuk jembatan reaksi pada belerang (sulfur) di dalam konjungsi dengan akselerator
MgO dan ZnO bagi sistem curing karet. Karena reaksi antara molekul-molekul karet dengan
belerang terjadi suatu ikatan kimia yang luas. Elastisitas karet alam dapat dipertinggi apabila
substansi diberi belerang antara rantai polimer yang membentuk sejumlah kecil crosslinking.
Dengan cara ini komposisi perekat menjadi lebih kuat walau sedikit bersifat thermoplastic
namun daya rekat yang diberikan lebih stabil. Akselerator seperti MBT, TMTD digunakan
untuk menambah laju curing. Pada umumnya perekat memiliki senyawa lain disamping unsur
pokok baik itu perekat sintetik maupun yang bukan sintetik, begitu juga pada pembuatan
karet sintetik maupun karet alam dan plastik.
6. Hasil Pengujian

Adheren
Kulit-Kulit
Karet-Karet
Kulit-Karet
Standard JIS S
5050

I.

Jenis
Adhesive
Chlotopre
ne
Chlotopre
ne
Chlotopre
ne

Viskosita
s
(cp)

Tebal = 2,6+2,7+2,7/3 = 2,67


b.) Karet dengan kulit

2150
2150
17502250

a.) Karet dengan karet

2,8

2150

Data Sampel

2,7

Kuat Rekat (kg/cm2)

2,9

60,00

Rata-rata

Karet : 2,7

2,7

2,65

Kulit : 2,5

2,4

2,4

Tebal = 3,2+3,0+3,1/3 = 3,1


c.) Kulit dengan kulit

2,7

2,6

2,55

Tebal = 2,8+2,8+2,8/3 = 2,8


II.

Perhitungan

Kuat rekat = F/W=........N/mm


Kecepatan saat pengujian 250 mm/menit
Contoh uji putus tetapi tidak terpisah = 3 N/mm
Contoh uji yang lepas = 4 N/mm
Untuk Sampel 1
Kekuatan rekat

= F/W
= 27,459/28
= 0,98 N/mm

Untuk Sampel 2

= F/W
= 15,691/25,6
= 0,61 N/mm

Untuk Sampel 3

= F/W

= 7,845/26,2
= 0,3 N/mm

7. Pembahasan
Dari hasil pengujian yang telah dilaksanakan, perekatan/adhesive pembuatan bapak
himawan sangat bagus dan luar biasa, kelebihannya antara lain tidak mudah menguap atau
kering saat tidak ditutup, warna dari lemnya sendiri sangat jernih atau berwarna putih, secara
manual hasil pengeleman sangat kuat saat ditarik dibanding lem pasaran lainnya, Pada saat
dilakukan pengujian untuk sampel kulit dengan kulit menghasilkan kekuatan rekat 0,3 N/mm,
dan untuk contoh uji karet dengan kulit mendapatkan nilai kekuatan rekat sebesar 0,61 N/mm
sedangkan untuk contoh uji karet dengan karet mendapatkan nilai kekuatan rekat sebesar 0,98
N/mm dan pada Standar Nasional Indonesia (SNI), seharusnya nilai kekuatan rekat sebesar 4
N/mm. Pada perhitungan ini untuk daya menggunakan force @ peak karena nilai force @
break 0,000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuatan rekat berada dibawah Standar
Nasional Indonesia dan hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain terdapat
kesalahan dalam pemberian adhesive dan juga tidak imbangnya antara pemberian primer dan
adhesive juga pada saat mengamplas sampel juga kurang benar sehingga membuat hasil bisa
dibawah standar, selain itu mungkin saat wetting dilakukan tidak merata/belum kering sudah
dioleskan

lemnya,

yang

terakhir

dari

alat

ujinya

sendiri

mungkin

mengalami

kerusakan/human error karena harusnya jika sampel itu kuat yakni tidak mudah putus maka
hasil yang didapatkan harus melebihi standar yang ditentukan, dan sampel menunjukkan
sangat kuat jika dibandingkan dengan menggunakan lem pasaran yang ada.
8. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan untuk ketiga sampel uji nilai kekuatan rekatnya
berada dibawah Standar Nasional Indonesia dan hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor.
9. Referensi
A.Achyar.2008.Pengantar Seputar Perekat Karet.Bogor. BPTKB.
Santoso,A.Muji.2008.Bahan Kimia Kompon Karet. Bogor. BPTKB.
Santoso,A.Muji.2008.Mastikasi dan komponding. Bogor. BPTKB.

Anda mungkin juga menyukai