= ..........................(2.5)
16
Persamaan (2.5) diatas menentukan taksiran kecenderungan dari
periode waktu yang satu ke periode waktu berikutya
m b a F
t t t
= ..........................(2.6)
Persamaan (2.6) diatas menunjukkan bagaimana memperoleh ramalan
untuk m periode ke depan dari t.
3. Metode Weighted Moving Average (WMA)
Pada metode WMA, setiap data permintaan actual memiliki
bobot yang berbeda. Data yang lebih baru akan mempunyai bobot
yang tinggi karena data tersebut mempresentasikan kondisi yang
terakhir terjadi.
Secara matematis WMA dapat dinyatakan sebagai berikut :
( )
t t
X Wt F = ...(2.7)
Dimana :
W
t
= bobot permintaan aktual pada periode-t dengan keterbatasan
W=1
X
t
= permintaan aktual pada periode t
4. Metode Single Exponential Smoothing (SES)
Kelemahan teknik MA dalam kebutuhan akan data-data masa
lalu yang cukup banyak dapat diatasi dengan teknik SES. Model
matematis SES dapat dikembangkan dari persamaan berikut :
17
|
.
|
\
|
+ =
+
N
X
N
X
F F
N t t
t t 1
(2.8)
Dimana bila data permintaan aktual yang lama A
t-N
tidak tersedia,
maka dapat digantikan dengan nilai pendekatan yang berupa nilai
ramalan sebelumnya F
t,
sehingga persamaan (2.8) dapat dituliskan
menjadi :
|
.
|
\
|
+ =
+
N
F
N
X
F F
t t
t t 1
...........................(2.9)
t t t
F
N
X
N
F
|
.
|
\
|
+
|
.
|
\
|
=
+
1
1
1
1
..........................(2.10)
Dari persamaan (2.10) dapat dilihat bahwa ramalan ini (F
t+1
)
didasarakan atas pembobotan observasi yang terakhir dengan suatu
niali bobot (1/N) dan pembobotan peramalan yang terakhir
sebelumnya (F
t
) dengan suatu bobot [1-91/N)]. Karena N merupakan
suatu bilangan positif, 1/N akan menjadi suatu konstanta antara nol
(jika N tak terhingga) dan 1 (jika N=1).
mengganti 1/N dengan , persamaan (2.10) menjadi :
t t t
)F (1 X F + = ..........................(2.11)
Cara lain untuk menuliskan persamaan (2.11) adalah dengan susunan
sebagai berikut :
) F (X F
t t t 1 t
+ =
+
o F ..........................(2.12)
18
5. Metode Double Exponential Smoothing
Model matematis DES dapat dinyatakan sebagai berikut:
..........................(2.13)
Dimana:
Untuk t = 1,
6. Metode Holt Winters Additif
Model matematis HWA dapat dinyatakan sebagai berikut:
..........................(2.14)
Dimana:
= (
) + (1- ) (
= (
) + (1- )
= (
) + (1- )
19
E. Ukuran Akurasi Hasil Peramalan
Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan ukuran kesalahan
peramalan yaitu tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan
yang sebenarnya terjadi. Ada 3 ukuran yang dapat digunakan yaitu :
1. Mean Absolute Deviation (MAD)
MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode
tertentu tanpa memperhatikan apakah hasil peramalan lebih
besar atau kecil dibandingkan kenyataannya. Secara matematis
MAD dirumuskan sebagai berikut :
n
F X
MAD
n
1 t
t t
=
= .......................(2.15)
Dimana :
Xt = Permintaan actual pada periode t
Ft = Peramalan permintaan pada periode t
N = Jumlah periode peramalan yang terlibat
2. Mean Square Error (MSE)
MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan
peramalan pada setiap periode dan membaginya dengan jumlah
periode peramalan.
( )
n
F X
MSE
n
1 t
2
t t
=
= ..........................(2.16)
20
3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)
MAPE merupakan ukuran kesalahan relative. MAPE menyatakan
presentase kesalahan hasil peramalan terhadap permintaan aktual
selama periode tetentu yang akan memberikan informasi
presentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.
=
|
.
|
\
|
=
n
1 t t
t
t
X
F
X
n
100
MAPE ..........................(2.17)
Akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila nilai-nilai MAD,MSE,
dan MAPE semakin kecil. Apabila suatu data aktual dinyatakan sebagai Xt
nilai ramalan dinyatakan sebagai Ft, maka galat ramalan (forecast error)
dinyatakan sebagai :
e
t
= Xt Ft jadi Error = Data Aktual Forecast
F. Pemeriksaan (verifikasi) Dan Pengendalian Peramalan
Setelah membuat peramalan, langkah selanjutnya adalah memeriksa
bahwa hasil peramalan tersebut benar-benar mencerminkan data masa lalu
dan sistem sebab akibat yang mendasari permintaan produk. Sepanjang
aktualitas peramalan tersebut dapat dipercaya, hasil peramalan akan terus
digunakan. Jika selama proses pemeriksaan/verifikasi ditemukan keraguan
validitas metode peramalan yang digunakan, harus dicari metode lain yang
lebih cocok. Validitas tersebut harus ditentukan dengan uji statistika yang
sesuai. Bentuk termudah dari cara pengendali peramalan adalah peta kendali
21
statistik yaitu peta kendali bergerak (Moving Range Chart/MR Chart). MR
Chart dirancang untuk membandingkan nilali yang diramalkan dengan nilai
permintaan aktual dari suatu permintaan pada periode yang sama.
Rentang bergerak didefinisikan sebagai:
..........................(2.18)
Rata-rata rentang bergerak
-
..........................(2.19)
Garis tengah peta MR adalah pada titik nol.
Batas-batas kontrol adalah:
.........................(2.20)
Perubahan atau perbedaan yang digambarkan pada peta MR adalah:
..........................(2.21)
Jika semua titik-titik yang diplot masuk kedalam batas-batas kendali, maka
persamaan peramalan tersebut benar/valid. Jika ditemukan satu titik yang
berada diluar batas kendali pada saat peramalan diverifikasi, maka harus
ditentukan apakah data tersebut harus diabaikan atau membuat peramalan
baru.
Pengujian untuk suatu kondisi tak terkendali adalah suatu titik diluar batas-
batas kendali. Untuk maksud pengujian tersebut, peta MR dibagi kedalam 6
daerah dengan lebar yang sama.
22
..........................(2.22)
Daerah C terdiri dari bagian diatas dan dibawah garis tengah.
Pengujian untuk suatu kondisi tak terkendali adalah:
1. Dari 3 titik yang berurutan, 2 titik atau lebih terdapat pada salah
satu daerah A
2. Dari 5 titik yang berurutan, 4 titik atau lebih terdapat pada salah
satu daerah B
3. Dari 8 titik yang berurutan pada salah satu sisi dari garis tengah
G. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi dibuat untuk menyesuaikan kemampuan
produksi dalam menghadapi permintaan pasar yang tidak pasti dengan
mengoptimumkan penggunaan tenaga kerja dan peralatan produksi yang
tersedia sehingga ongkos total produksi dapat ditekan seminim mungkin. Jika
pesanan yang diterima bersifat tetap dalam waktu yang relatif panjang, maka
perencanaan produksi tidak akan mengalami kesulitan dalam menetapkan
rencana produksi bulanan. Akan tetapi pada kenyataannya pola permintaan
seringkali menunjukkan pola yang dinamis daripada pola statis, sehingga
menyulitkan dalam menetapkan rencana produksi bulanan. Disinilah peranan
perencanaan produksi dalam mengatasi kesulitan tersebut.
Dalam sistem manufaktur, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
membuat perencanaan produksi adalah semua sumber daya yang berupa
23
kapasitas mesin yang tersedia, jumlah tenaga kerja yang ada, tingkat
persediaan yang ditentukan, dan penjadwalannya. Sebagai gambaran,
perencanaan produksi di pabrik cat akan dinyatakan dalam berapa liter cat
yang akan diproduksi meskipun permintaan tersebut terdiri atas warna,
kualitas, dan ukuran kaleng yang berbeda. Demikian juga perencanaan
agregat untuk kebutuhan tenaga kerja, perencanaan produksi akan dinyatakan
dalam berapa jumlah total tenaga kerja yang dibutuhkan, tanpa merinci jenis
keterampilan tenaga kerja apa yang dibutuhkan (tinggi, sedang, atau rendah).
Dengan demikian. Perencanaan produksi akan dimulai dengan langkah
menyamakan satuan kuantitas dari total jenis item yang akan diproduksi.
Langkah berikutnya adalah menterjemahkan peramalan permintaan kedalam
tingkat produksi bulanan.
H. Strategi Perencanaan Produksi
Pada umumnya, ada empat jenis strategi yang dapat dipilih dalam
membuat perencanaan produksi. Pemilihan strategi tersebut tergantung dari
kebijakan perusahaan, keterbatasan perusahaan dalam prakteknya dan
pertimbangan biaya. Keempat jenis strategi tersebut adalah: (Arman
Hakim,2003,hal 69-70).
1. Memproduksi banyak barang pada saat permintaan rendah dan
menyimpan kelebihannya sampai saat dibutuhkan (variasi tingkat
persediaan). Pada strategi ini jumlah karyawan dan waktu kerja
dipertahankan tetap sehingga akan menghasilkan tingkat produksi relatif
24
konstan. Kelebihan produksi yang terjadi pada periode permintaan rendah
disimpan sebagai persediaan yang nantinya digunakan untuk menutupi
kekurangan pada waktu terjadinya permintaan yang lebih tinggi adri
tingkat produksi. Kelemahan sistem ini adalah mengakibatkan ongkos
persediaan yang tinggi, yang berupa biaya sewa gudang, administrasi,
asuransi, kerusakan material, dan bertambahnya modal tertanam. Namun
dipihak lain, pada saat terjadi permintaan tinggi perusahaan dapat
menghindar terjadinya kehilangan penjualan karena memiliki kelebihan
persediaan yang diperoleh pada saat permintaan rendah. Kekurangan
persediaan membawa pengaruh kepada ketidakpuasan pelanggan, bahkan
beralihnya pelanggan kepada pihak pesaing.
2. Merekrut (menambah) tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan
memberhentikannya (mengurangi) pada saat permintaan rendah
(variasi jumlah tenaga kerja). Penambahan tenaga kerja memerlukan
biaya rekruitmen dan pelatihan. Biaya konpensasidan reorganisasi
seringkali harus dikeluarkan jika dilakukan pengurangan tenaga kerja.
Biaya-biaya ini biasanya diikuti oleh biaya tak tampak seperti
kemerosotan moral kerja da turn over tenaga kerja yang tinggi. Karena
kapasitas fasilitas produksi tetap, maka penurunan produktivitas mungkin
akan terjadi jika penambahan tenaga kerja tanpa disertai dengan
penambahan peralatan produksi.
3. Variasi jam kerja. Alternatif ini sering kali dipakai dalam perencanaan
produksi, tetapi keterbatasannya dalam menjadwalkan kapasitas mesin
25
dan tenaga kerja yang ada. Pada strategi ini, jumlah karyawan dijaga tetap
untuk suatu tingkat produksi tertentu. Jika permintaan naik, maka
kapasitas produksi dapat dinaikkan dengan melemburkan pekerja. Tetapi
penggunaan lembur hanya dapat dilakukan dalam batas-batas maksimum
kerja lembur yang diijinkan. Jika permintaan turun, maka kapasitas
produksi dapat disesuaikan dengan menganggurkan pekerja (undertime).
Undertime bisa dalam bentuk seluruh karyawan bekerja dalam kecepatan
yang lebih lambat.
4. Mensubkontrakkan sebagian pekerjaan pada saat sibuk. Subkontrak
dilakukan apabila terjadi permintaan yang bertambah sementara kapasitas
produksi tidak cukup untuk memenuhinya, sedangkan perusahaan tidak
menghendaki hilangnya pelanggan. Subkontrak yang dipilih tentunya
yang dapat memenuhi standar mutu yang disyaratkan dan dapat
memenuhi jadwal pengiriman.
I. Ongkos-Ongkos yang Terlibat
Berdasarkan keterangan diatas, maka ongkos-ongkos yang terlibat
dalam perencanaan agregat adalah:
1. Hiring Cost (ongkos penambahan tenaga kerja). Penambahan tenaga
kerja menimbulkan ongkos-ongkos untuk iklan, proses seleksi dan
training. Ongkos training merupakan ongkos yang besar apabila
tenaga kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum
berpengalaman.
26
2. Firing Cost (ongkos pemberhentian tenaga kerja). Pemberhentian
tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan
akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun
dengan drastis. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus
mengeluarkan uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK,
menurunnya moadl kerja dan produktivitas karyawan yang masih
bekerja, dan tekanan yang bersifat sosial. Kesemua akibat ini dianggap
sebagai ongkos pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggung
oleh perusahaan.
3. Overtime Cost dan Undertime Cost (ongkos lembur dan ongkos
menganggur). Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk
meningkatkan output produksi, tetapi konsekuensinya perusahaan
harus mengeluarkan ongkos tambahan lembur yang biasanya 150%
dari ongkos kerja reguler. Disamping ongkos tersebut, adanya lembur
akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan
dari kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan
tenaga kerja dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini
kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif
meskipun tidak efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang
efektif, maka perusahaan dianggap menanggung ongkos menganggur
yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang
tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
27
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (ongkos persediaan dan ongkos
kehabisan persediaan). Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi
timbulnya kenaikan permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekuensi
dari kebijaksanaan persediaan dari perusahaan adalah timbulnya
ongkos penyimpanan yang berupa ongkos tertahannya modal, pajak,
asuransi, kerusakan bahan, dan ongkos sewa gudang. Kebalikan dari
kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan sepertinya
menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian
dalam bentuk ongkos kehabisan persediaan. Ongkos kehabisan
persediaan ini dihitung berdasarkan berapa permintaan yang datang
tetapi tidak dapat dilayani karena tidak tersedianya barang yang
diminta tidak tersedia. Kekecewaan pelanggan karena tidak
tersedianya barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai
kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan
dikelompokkan sebagai ongkos kehabisan persediaan. Ongkos
kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan ongkos pemesanan
kembali bila konsumen masih bersedia menunggu.
5. Subcontract Cost (ongkos subkontrak). Pada permintaan melebihi
kemampuan kapasitas reguler, biasanya perusahaan
mensubkontrakkan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya
sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijakn ini adalah
timbulnya ongkos subkontrak, dimana biasanya ongkos
28
mensubkontrakkan ini lebih mahal dibandingkan memproduksi sendiri
dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari kontraktor.
J. Fase-Fase Perencanaan Produksi
Pengembangan perencanaan agregat mengikuti prosedur yang terdiri
atas empat fase yaitu:
1. Fase 1. Persiapan peramalan permintaan agregat. Peramalan
permintaan agregat mencakup berapa permintaan yang
diperkirakan pada tiap-tiap periode selama horison perencanaan
dalam satuan unit yang sama untuk semua jenis item produk yang
dihasilkan. Peramalan ini dapat menggunakan analisis deret
waktu, rata-rata bergerak, dan lain-lain.
2. Fase 2. Mengkhususkan kebijaksanaan organisasi untuk
melancarkan penggunaan kapasitas. Pada fase ini, manajemen
mencoba mengidentifikasi kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dapat melancarkan perkiraan permintaan agregat yang telah
diramalkan pada fase sebelumnya. Kombinasinya dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang paling diinginkan akan
merugikan strategi terbaik untuk mengantisipasi permintaan
dimasa mendatang yang bersifat musiman dan berfluktuasi secara
acak. Penentuan kebijaksanaan ini akan melibatkan kerjasama
divisi marketing dengan divisi produksi, di mana kebijaksanaan-
kebijaksanaan umum yang biasa diambil adalah:
29
1. Memperkenalkan produk pelengkap pada saat permintaan
tahunan produk utama menurun, misalnya produsen AC
akan memperkenalkan produk berupa unit pemanas pada
saat musim dingin tiba.
2. Memberikan diskon harga pada saat yang tidak sibuk,
misalnya tarif pulsa telepon pada malam hari lebih murah
75% dibanding jam-jam sibuk.
3. Meningkatkan kegiatan promosi untuk mempengaruhi
konsumen.
4. Menawarkan perjanjian khusus kepada konsumen untuk
mendapatkan batas waktu pengiriman barang yang fleksibel
sehingga kegiatan produksi dapat dijadwalkan lebih merata.
3. Fase 3. Menentukan alternatif produksi yang layak. Fase ini terdiri
dari 2 alternatif, yaitu:
1. Merubah tingkat produksi dengan tenaga kerja yang sama, hal
ini dilakukan dengan melemburkan karyawan yang ada pada
saat permintaan tinggi, dan mengalokasikan karyawan yang
ada kepekerjaan non produksi pada saat permintaan turun.
2. Merubah tingkat produksi dengan merubah jumlah tenaga
kerja, hal ini dilakukan dengan merekrut tenaga kerja baru
pada saat permintaan tinggi dan memberhentikan tenaga kerja
pada saat permintaan turun.
30
4. Fase 4. Menentukan strategi produksi yang optimal. Setelah
alternatif produksi yang layak telah dipilih dan dihitung perkiraan
ongkosnya, langkah berikutnya adalah menentukan strategi
produksi yang optimal. Langkah ini melibatkan pengalokasian
peramalan permintaan dengan menggunakan alternatif-alternatif
dalam setiap periode yang meminimasi ongkos total untuk
keseluruhan horison perencanaan. Metode perencanaan agregat
untuk mengalokasikan permintaan selama periode produksi adalah
bervariasi tergantung asumsi-asumsi yang dibuat pada alternatif-
alternatif yang dianggap layak dan biayanya (Linier atau non
Linier). Secara matematis, maka ongkos produksi selama periode
t adalah:
t
=
R
S
...............(2.23)
Dimana:
t
= Ongkos produksi pada periode t
= Ongkos backorder
2
n
t
..............(2.24)
K. Metode-Metode Perencanaan Produksi
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan pada perencanaan produksi agregat. Beberapa di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Jumlah tenaga kerjanya tetap dan struktur biayanya linear
- Trial dan Error
- Tabulasi
- Program linier
- Transportasi
- Programa Dinamis
2. Jumlah tenaga kerjanya berubah-ubah dan struktur biayanya
linear
- Program linear
3. Jumlah tenaga kerjanya berubah-ubah dan struktur biayanya
non linear
- Linear Decision Rule
- Heuristic Search
32
Metode perencanaan produksi yang dipilih pada penelitian ini adalah
yang berdasarkan jumlah tenaga kerjanya tetap dan biayanya linier dengan
menggunakan metode tabulasi.
L. Metode Tabulasi
Perencanaan produksi dapat menggunakan metode tabulasi yang
merupakan perencanaan agregat dengan jumlah tenaga kerja (work-force)
tetap. Metode ini mengijinkan penggunaan produksi reguler time, overtime,
dan inventori, backorder, dan subkontrak. Hasil perencanaan yang diperoleh
dapat dijamin optimal dengan asumsi optimistik bahwa tingkat produksi
(yang dipengaruhi oleh hiring dan training pekerja) dapat dirubah dengan
cepat. Agar metode ini dapat diaplikasikan, kita harus memformulasikan
persoalan perencanaan produksi sehingga:
1. Kapasitas tersedia (supply) dinyatakan dalam unit yang sama dengan
kebutuhan (demand).
2. Total kapasitas untuk horison perencanaan harus sama dengan total
peramalan kebutuhan. Bila tidak sama kita gunakan variabel bayangan
(dummy) sebanyak jumlah selisih tersebut dengan unit cost = 0
3. Semua hubungan biaya merupakan hubungan linier.
Model tabulasi ini dilakukan dengan menggunakan bantuan tabel tabulasi
sebagaimana terlihat pada tabel 2.1.
33
Tabel 2.1
Contoh suatu tabel tabulasi dengan horison perencanaan 3 bulan
Periode Demand Januari Februari Maret
Total RT OT RT OT RT OT
Jan
Kapasitas
Biaya
rencana
Feb
Kapasitas
Biaya
rencana
Mar
Kapasitas
Biaya
rencana
Total
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penelitian sebelum melakukan pemecahan masalah yang akan dibahas, sehingga
penelitian dapat dilakukan terarah dan memudahkan untuk memecahkan suatu
masalah yang ada. Setiap tahapan yang dilalui akan saling berkaitan, oleh karena
itu perlu adanya suatu kerangka pemecahan masalah dalam menyelesaikan
masalah ini.
Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung untuk
memperoleh gambaran yang jelas terhadap permasalahan yang sering terjadi.
Setelah itu peneliti melakukan wawancara dengan orang-orang yang berkompeten
guna mendapatkan informasi yang lebih terperinci sesuai dengan tujuan
penelitian.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, diperlukan suatu urutan
prosedur atau tahapan-tahapan secara sistematik sehingga penelitian ini mampu
menjadi alternatif untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Adapun
urutan prosedur atau tahapan-tahapan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Penelitian Pendahuluan
Tahap awal yang dilakukan dalam suatu penelitian adalah mengadakan
penelitian pendahuluan dengan meninjau langsung untuk mengetahui situasi dan
35
kondisi dari perusahaan yang akan diteliti, sehingga dapat menentukan masalah
yang akan diangkat menjadi objek penelitian.
Dalam penelitian pendahuluan, peneliti melakukan wawancara dengan
orang-orang yang berkompeten dengan cara tanya jawab guna mendapatkan
informasi dan penjelasan sehingga data yang diperoleh merupakan data-data yang
dapat mendukung penelitian ini. Selain itu peneliti juga melakukan studi pustaka
untuk memberikan informasi yang lebih lanjut sebagai penuntun dalam
memecahkan masalah yang menjadi topik dalam penelitian ini. Serta untuk
memberikan pegangan dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data
dengan baik.
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara konsultasi (wawancara) pada
bagian persediaan dan bagian produksi. Konsultasi dilakukan untuk mendapatkan
data-data yang diperlukan dalam penelitian. Data-data yang diperlukan yaitu :
1. Data permintaan produk cat berbahan dasar minyak merk Alkyd
periode Januari 2007 sampai Desember 2009.
2. Biaya-biaya yang digunakan dalam perencanaan produksi yaitu biaya
regular time, overtime cost, dan biaya penyimpanan.
3. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
4. Kapasitas produksi reguler time
5. Kapasitas produksi overtime
6. Persediaan cat yang masih ada di gudang.
36
C. Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, data tersebut kemudian diolah sebelum diproses
(analisis) lebih lanjut, yaitu dengan :
1. Melakukan perhitungan beberapa metode peramalan yang memadai
yaitu dengan metode time series
2. Menghitung kesalahan peramalan ( Mean Absolute Percentage Error )
MAPE.
3. Memverifikasi metode peramalan dengan menggunakan MR Chart.
4. Memilih metode peramalan yang terbaik.
D. Analisis
Pada tahap ini berisi tentang analisis terhadap pengolahan data yang telah
dilakukan yaitu analisis terhadap metode peramalan yang terpilih, dengan
membuat peramalan permintaan cat merk Alkyd untuk periode Januari 2010
Desember 2010, membuat perencanaan produksi cat merk Alkyd selama periode
Desember 2009 November 2010, serta menganalisis biaya produksi berdasarkan
perencanaan produksi yang telah dibuat.
E. Simpulan Dan Saran
Pada tahap akhir penelitian akan dikemukakan kesimpulan yang telah
diperoleh beserta keterbatasannya serta saran yang akan disampaikan kepada
perusahaan.
37
Keseluruhan langkah metodologi penelitian di atas secara ringkas dapat
dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1 Alur Metodologi Penelitian
Tujuan Penelitian
Membuat peramalan dan membuat perencanaan produksi
dengan mengoptimumkan penggunaan sumber daya yang dimiliki
perusahaan dalam upaya meminimumkan biaya produksi
Identifikasi Masalah
Studi Pendahuluan
a. Observasi langsung di lantai produksi
b. Wawancara dengan pihak terkait
c. Studi pustaka
Pengumpulan Data
1. Data permintaan cat merk Alkyd selama tahun 2007 - 2009.
2. Biaya-biaya yang digunakan adalah biaya reguler time,
overtime cost, dan biaya penyimpanan.
3. Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
4. Jam kerja reguler.
5. Kapasitas waktu lembur yang disediakan perusahaan.
6. Persediaan cat yang masih ada di gudang.
Pengolahan data
1. Perhitungan Metode Peramalan
2. Menghitung Kesalahan Peramalan
3. Uji Validitas dengan MR Chart
4. Pemilihan Metode Peramalan
Simpulan dan Saran
Analisis
1. Meramalkan permintaan cat
2. Membuat Perencanaan Produksi
38
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
A. Sejarah Umum Perusahaan
PT. SIGMA UTAMA merupakan pelopor pabrik cat di Indonesia yang
berdiri sejak tahun 1932. Awal berdirinya perusahaan bernama Lindeteves Pieter
Schan and Zoon ( NV LP & Z ) sebagai anak perusahaan dari NV Lindeteves
sebuah perusahaan yang berpusat di Belanda, kemudian berubah nama menjadi
PT. Cat Utama. Dalam tahun 1980-an perusahaan melakukan relokasi
perusahaan dan membangun fasilitas pabrik baru dilahan yang cukup luas
dengan mesin termodern dan unit pengolahan limbah di Cibinong, Jawa Barat,
sejak saat itu perusahaan berubah nama lagi menjadi PT. SIGMA UTAMA dan
bernaung dibawah konglomerasi PT. Mega Eltra sebuah perusahaan milik
Negara. Kerja sama keteknikan dan teknologi cat dilakukan dengan coating BV
Holland.
Pada saat ini perusaahaan telah melangkah maju dengan produk-produk
berkualitas dengan merek Sigma Utama sebagai perpaduan pengalaman selama
lebih dari 70 tahun di daerah tropis serta pengetahuan teknis yang dimiliki dalam
produksi cat yang terus dikembangkan adalah untuk jenis Heavy Duty Coating
meliputi Cat Merine, Offshore, Protective, dan Industrial Paint serta cat untuk
kebutuhan arsitektural. Perusahaan senantiasa menjaga kualitas mulai dari bahan
39
baku sampai dengan barang jadi dengan pengendalian yang sangat ketat dan
diikuti oleh pelaksanaan riset dan pengembangan yang terus menerus. PT.
SIGMA UTAMA dapat menghasilkan produksi sebesar 120 ton per hari dengan
menggunakan 4 mesin, dan untuk masing-masing cat dengan menggunakan 1
mesin menghasilkan produksi sebesar 30 ton per hari.
B. Proses Produksi
1. Penimbangan dan Penuangan Bahan Baku
Untuk proses awal pembuatan cat pada PT. SIGMA UTAMA adalah
bagian R & D menyiapkan formula untuk cat apa yang ingin di hasilkan,
selain menyiapkan formula bagian R & D juga menyiapkan takaran atau
berapa banyak formula yang di butuhkan dan sudah divalidasi. Setelah di
siapkan formula itu diberikan ke laboratorium atau bagian QC untuk di
periksa, apakah takaran formula telah pas atau masih kurang, setelah
diperiksa di laboratorium dan tidak ada masalah maka akan di teruskan ke
proses selanjutnya.
Setelah pembuatan formula selesai, diberikan kepada PPC ( Planning
Product Control ) menyerahkan laporan formula tersebut ke bagian gudang
bahan baku untuk dipersiapkan, bagian gudang bahan baku bekerja untuk
mempersiapkan formula apa saja yang akan digunakan hingga proses
penimbangan. Pada proses penimbangan terdapat 2 orang pekerja mereka
bekerja secara manual dengan menggunakan alat timbang manual selama
40
15 menit, setelah bahan-bahan telah dipersiapkan dan telah menjalani
proses penimbangan formula tersebut di tuangkan ke dalam drum untuk
menjalani proses selanjutnya.
2. Pengadukan ( Pencampuran )
Dari gudang bahan baku masuk ke proses pengadukan yang
menggunakan mesin SPEED DISSOLVER 785 yang mempunyai
kecepatan 0 1500 Rpm dan mampu mengaduk bahan sampai 10.000 kg,
semua bahan dimasukkan kedalam mesin ini dicampur menjadi satu, pada
bagian ini kurang lebih mengalami proses pencampuran selama 60 menit
dengan 2 orang pekerja, lalu masuk dalam laboratorium untuk diperiksa,
yang diperiksa adalah appearance dan finenes ini adalah pemeriksaan
kehalusan dengan menggunakan alat Grind Gauge dan ada juga yg
menggunakan visual, setelah lulus tes laboratorium dan mendapatkan
persetujuan dari bagian QC baru dapat masuk ke proses selanjutnya.
3. Pewarnaan
Setelah melalui proses pengadukan masuk kedalam proses pewarnaan,
proses pewarnaan ini menggunakan mesin WALL MIXER 802 dengan
kecepatan 500 1000 Rpm dan memiliki kapasitas 4.000 kg yang kurang
lebih mengalami proses selama 15 menit dengan 2 orang pekerja, setelah
proses pewarnaan selesai baru masuk ke proses terakhir yaitu pengisian.
Sebelum itu terlebih dahulu masuk dalam laboratorium untuk diperiksa,
karena pewarnaan adalah proses terakhir maka banyak sekali yang
diperiksa, antara lain adalah finenes, film, warna, kekeringan dan kilap
41
dengan menggunakan alat Grind Gauge dan ada juga yg menggunakan
visual, setelah lulus tes laboratorium dan mendapatkan persetujuan dari
bagian QC barulah bagian PPC mengeluarkan lembar LPP ( Lembar
Perintah Pengisian ) sebagai bukti bahwa proses pengisian sudah bisa
dilakukan, karena apabila surat LPP ( Lembar Perintah Pengisian ) belum
dikeluarkan oleh bagian PPC itu berarti pengisian belum bisa dilakukan.
4. Pengisian ( Packing )
Apabila semua proses dan pemeriksaan sudah dijalankan barulah
masuk ke proses terakhir yaitu proses pengisian, pada bagian ini terdapat
sebanyak 4 orang pekerja dengan 1 orang sebagai penuang cat, 1 orang
menutup pail, dan 1 orang memberi sampel warna cat serta 1 orang lagi
menempelkan label. Jenis muatannya adalah kaleng ukuran 5 kg dan 20
kg. Mesin yang digunakan untuk menuang cat adalah VIBRATING
SEIVE MERK 772 dan 773 yang digerakkan secara manual, selain itu
juga menggunakan alat press tutup pail untuk menutup kaleng dan
timbangan untuk mengukur berat cat, setelah kaleng cat sudah terisi dan
sudah di tutup barulah diberi sampel warna cat, serta dilakukan
pemasangan label, Semua proses packing tersebut dari proses penuangan
sampai pemasangan label membutuhkan waktu 12,48 detik per kaleng.
5. Gudang Penyimpanan
Setelah proses pengisian selesai, maka cat-cat tersebut telah siap
untuk di pasarkan, semua catcat tersebut akan di bawa ke dalam gudang
penyimpanan untuk menunggu pengiriman.
42
Gambar 4.1 Gambar aliran proses cat Alkyd
DIAGRAM ALIRAN
Nama Obyek : Cat Alkyd
Nomor Peta : 1
Sekarang Usulan
Dipetakan Oleh : Chahyo Hendro. P
Tanggal Dipetakan : 20 April 2010
Bahan Baku
15 Menit Penimbangan dan Penuangan Bahan Baku
O-1
O-2 Pengadukan
60 Menit
Quality Control
I-1
15 Menit
Bahan Pewarna
15 Menit Pewarnaan O-3
45 Menit
Quality Control
I-2
Kaleng
O-5
104 Menit Pengisian dan Packing
Penyimpanan
43
C. Pengumpulan Data
Datadata yang dibutuhkan dalam membuat perencanaan produksi cat
merk Alkyd terbagi dalam beberapa kelompok data sebagai berikut:
1. Data permintaan cat berbahan dasar minyak merk Alkyd tahun 2007-
2009. Adapun besarnya permintaan produk tersebut dapat dilihat pada
tabel 4.1.
2. Biaya regular time sebesar Rp. 28.167,- per ton.
3. Biaya overtime sebesar Rp. 58.500,- per ton.
4. Kapasitas produksi regular per hari sebesar 30 ton.
5. Kapasitas produksi overtime per hari sebesar 30% dari kapasitas
regular time, maka kapasitas produksi overtime per hari sebesar 10 ton.
6. Jumlah operator selama tahun 2009 sebanyak 13 orang.
7. Harga pokok produksi Rp. 14.000,- per kg
= Rp. 14.000,- per kg x 1000 kg = Rp. 14.000.000,- per ton.
8. Biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh PT. Sigma Utama dalam
proses penyimpanan barang jadi untuk cat berbahan dasar minyak
merk Alkyd adalah sebesar 9 % per tahun dari harga barang jadi.
Biaya- biaya penyimpanan itu meliputi:
a. Biaya kerusakan, penyusutan dan keusangan sebesar 3 %
b. Biaya penanganan barang jadi seperti upah buruh, pemindahan
barang dan biaya fasilitas penyimpanan sebesar 3,5 %
c. Biaya asuransi 2,5 %
44
Biaya penyimpanan =
HPP x 9% = Rp. 105.000,- per bulan per ton
12 bulan
9. Persediaan yang masih ada digudang pada akhir bulan november 2009
sebanyak 16 ton.
Tabel 4.1 Data Permintaan Cat Berbahan Dasar Minyak Merk Alkyd
Periode Januari 2007 Desember 2009
Permintaan Aktual (Ton)
Alkyd
1 Jan-07 453
2 Feb-07 606
3 Mar-07 373
4 Apr-07 629
5 Mei-07 569
6 Jun-07 556
7 Jul-07 556
8 Agust-07 519
9 Sep-07 303
10 Okt-07 340
11 Nop-07 266
12 Des-07 350
13 Jan-08 440
14 Feb-08 543
15 Mar-08 359
16 Apr-08 611
17 Mei-08 560
18 Jun-08 550
19 Jul-08 569
20 Agust-08 541
21 Sep-08 310
22 Okt-08 717
23 Nop-08 387
24 Des-08 379
25 Jan-09 328
26 Feb-09 559
27 Mar-09 409
28 Apr-09 881
29 Mei-09 737
30 Jun-09 700
31 Jul-09 726
32 Agust-09 836
33 Sep-09 261
34 Okt-09 983
35 Nop-09 447
36 Des-09 314
Jan-10
Periode Bulan
45
Data pada tabel 4.1. akan ditampilkan dalam bentuk grafik dengan nilai aktual
diletakkan pada sumbu tegak, dan periode waktu pada sumbu datar, untuk melihat
pola data permintaan cat setiap bulannya.
Gambar 4.2 Grafik Permintaan Cat Merk Alkyd
Periode Januari 2007 Desember 2009
D. Perhitungan Peramalan
Perhitungan peramalan yang dilakukan adalah menggunakan metode
Moving Average, Double Moving Average, Weighted Moving Average, Single
Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Holt Winters Additif
( lihat lampiran B ). Setelah melakukan perhitungan peramalan maka langkah
selanjutnya yaitu menghitung kesalahan peramalan yang merupakan tingkat
perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.
0
200
400
600
800
1000
1200
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35
P
e
r
m
i
n
t
a
a
n
(
T
o
n
)
Periode (Bulan)
46
Kesalahan peramalan dapat dihitung dengan MAPE (Mean Absolute Percentage
Error) ( lihat lampiran B ). Langkah selanjutnya yaitu memverifikasi hasil
peramalan dengan menggunakan MR Chart untuk mengetahui bagaimana
baiknya suatu peramalan dalam memperkirakan nilai-nilai aktual ( lihat lampiran
B ). Untuk memantau akurasi metode peramalan digunakan MR Chart yang
memiliki batas kontrol atas (upper control limit) dan batas kontrol bawah (lower
control limit). Apabila nilai MR Chart berada diluar batas-batas pengendalian,
maka model peramalan perlu ditinjau kembali, karena akurasi peramalan tidak
dapat diterima.
Kemudian metode peramalan yang mempunyai nilai MAPE terkecil serta
berada dalam batas-batas pengendalian merupakan metode yang terbaik,
sehingga dapat digunakan untuk menghitung peramalan permintaan. Dari
perhitungan peramalan yang telah dilakukan, maka hasil perhitungan kesalahan
peramalan dan MR Chart dapat diringkas seperti yang ditunjukkan pada tabel
4.3.
47
Tabel 4.2 Contoh Perhitungan Peramalan dengan Metode
Holt Winters Additif (dengan = 0,20 ; = 0 ; = 1), MAPE, dan MR Chart
s = 12 = 0,20 = 0,00 = 1,00
Bulan A(t) A(s+1)-A(t)/s L(t) b(t) S(t) F(t) |(A(t)-F(t))/A(t)| F(t)-A(t) MR
1 453 -1,08 -7,00
2 606 -5,25 146,00
3 373 -1,17 -87,00
4 629 -1,50 169,00
5 569 -0,75 109,00
6 556 -0,50 96,00
7 556 1,08 96,00
8 519 1,83 59,00
9 303 0,58 -157,00
10 340 31,42 -120,00
11 266 10,08 -194,00
12 350 2,42 460,00 3,10 -110,00
13 440 459,9 3,10 -19,9 456,10 0,04 16,10
14 543 449,8 3,10 93,2 608,98 0,12 65,98 49,88
15 359 451,5 3,10 -92,5 365,88 0,02 6,88 59,10
16 611 452,1 3,10 158,9 623,60 0,02 12,60 5,72
17 560 454,3 3,10 105,7 564,18 0,01 4,18 8,42
18 550 456,8 3,10 93,2 553,44 0,01 3,44 0,74
19 569 462,5 3,10 106,5 555,85 0,02 -13,15 16,59
20 541 468,9 3,10 72,1 524,58 0,03 -16,42 3,27
21 310 471,0 3,10 -161,0 314,96 0,02 4,96 21,38
22 717 546,7 3,10 170,3 354,06 0,51 -362,94 367,89
23 387 556,0 3,10 -169,0 355,75 0,08 -31,25 331,68
24 379 545,1 3,10 -166,1 449,10 0,18 70,10 101,35
25 328 508,1 3,10 -180,1 528,30 0,61 200,30 130,20
26 559 502,1 3,10 56,9 604,43 0,08 45,43 154,86
27 409 504,5 3,10 -95,5 412,72 0,01 3,72 41,71
28 881 550,5 3,10 330,5 666,50 0,24 -214,50 218,22
29 737 569,1 3,10 167,9 659,23 0,11 -77,77 136,74
30 700 579,1 3,10 120,9 665,47 0,05 -34,53 43,24
31 726 589,7 3,10 136,3 688,75 0,05 -37,25 2,73
32 836 627,0 3,10 209,0 664,91 0,20 -171,09 133,83
33 261 588,5 3,10 -327,5 469,12 0,80 208,12 379,21
34 983 635,8 3,10 347,2 761,91 0,22 -221,09 429,21
35 447 634,3 3,10 -187,3 469,88 0,05 22,88 243,97
36 314 605,9 3,10 -291,9 471,32 0,50 157,32 134,44
37 428,917 428,917 MAPE = MRbar = 137,02
38 548,96 669,003 16,59 UCL = 364,47
39 539,222 519,747 LCL = -364,47
40 641,628 948,846 A = 242,52
41 671,161 789,293 -242,52
42 683,532 745,388 B = 121,95
43 695,019 763,937 -121,95
Sumber Pengol ahan Data
Holt Winter's Additive
48
Pada tabel diatas penghitungan Holt Winters Additif (dengan = 0,20 ; = 0 ;
= 1). Pertama mencari:
= 460
= 453 460
= -7
Dan seterusnya hingga
= -1,08
Dan seterusnya sampai ke 12
= 2,42
=
12
= 3,10
49
= 0,2 (440 (-7)) + (1 0,2) (460 3,10)
= 459,9
= 0 (459,9 460) + (1 0).3,10
= 3,10
= 1 (440 459,9 ) + ( 1 1 ) . -7
= -19,9
= 460 + 1 . 3,1 + (-7)
= 456,10
MAPE =
. (0,04 + 0,12 + 0,02 + 0.02 + 0,01 + 0,01 + 0,02 + 0,03 + 0,02 +0,51 + 0,08 + 0,18 +
0,61 + 0,08 + 0,01 + 0,24 + 0,11 + 0,05 + 0,05 + 0,20 + 0,8 + 0,22 + 0,05 + 0,5)
= 16,59
50
Contoh penghitungan nilai MR pada tabel 4.2 adalah sebagai berikut:
= 49.88
Dan seterusnya hingga
= 137,02
Dengan nilai rata-rata rentang bergerak
= 605,9 + 1 . 3,1 + (-180,1)
= 428,92
= 605,9 + 2 . 3,1 + 56,9
= 669
56
Gambar 5.2
Grafik peramalan Metode Holt Winters Additif (dengan = 0,20 ; = 0 ; = 1)
B. Perhitungan Rencana Produksi
Setelah proses peramalan permintaan diselesaikan (diakhiri dengan
pemilihan salah satu metode peramalan untuk memprediksi permintaan masa
datang), maka langkah selanjutnya hasil peramalan permintaan tersebut
dijabarkan untuk mendapatkan suatu rencana produksi yang layak. Metode
perencanaan produksi yang digunakan ialah metode tabulasi.
Dalam perhitungan peramalan cat Alkyd diperoleh hasil peramalan
permintaan pada bulan Januari 2010 sampai Desember 2010, secara berurutan
dalam ton adalah 428,92 ; 669 ; 519,75 ; 948,85 ; 789,29 ; 745,39 ; 763,94 ;
839,72 ; 306,34 ; 984,13 ; 452,70 dan 351,17. Kemudian mencari kapasitas
produksi regular time dan kapasitas produksi overtime seperti yang ditunjukkan
pada tabel 5.3.
0
200
400
600
800
1000
1200
J
a
n
-
0
7
M
a
r
-
0
7
M
a
y
-
0
7
J
u
l
-
0
7
S
e
p
-
0
7
N
o
v
-
0
7
J
a
n
-
0
8
M
a
r
-
0
8
M
a
y
-
0
8
J
u
l
-
0
8
S
e
p
-
0
8
N
o
v
-
0
8
J
a
n
-
0
9
M
a
r
-
0
9
M
a
y
-
0
9
J
u
l
-
0
9
S
e
p
-
0
9
N
o
v
-
0
9
J
a
n
-
1
0
M
a
r
-
1
0
M
a
y
-
1
0
J
u
l
-
1
0
S
e
p
-
1
0
N
o
v
-
1
0
A(t) HWA
57
Tabel 5.3 kapasitas produksi regular time dan overtime (ton)
Regular Time Overtime
Des-09 20 600 200
Jan-10 20 600 200
Feb-10 19 570 190
Mar-10 22 660 220
Apr-10 21 630 210
Mei-10 19 570 190
Jun-10 22 660 220
Jul-10 22 660 220
Agust-10 21 630 210
Sep-10 19 570 190
Okt-10 21 630 210
Nop-10 21 630 210
7410 2470
kapasitas ton
bulan jmlh hari kerja
Total
Sumber : Pengol aha Data
Contoh Perhitungannya :
Kapasitas regular time Bulan Des 10
= Jumlah Hari kerja x kapasitas produksi regular time per hari
= 20 hari x 30 ton
= 600 ton
Kapasitas overtime Bulan Des 10
= Jumlah Hari kerja x kapasitas produksi overtime per hari
= 20 hari x 10 ton
= 200 ton
Karena sekali pengadukan dilakukan per 10 ton maka perencanaan
produksi setiap bulan akan dibuat sesuai dengan proses mixing
(kelipatan 10 ton), pembulatan akan dilakukan keatas. Hasil penentuan
jumlah produksi per bulan dapat dilihat pada tabel 5.4.
58
Tabel 5.4 Penentuan Jumlah Produksi
Bulan Demand Hasil Peramalan Jumlah Produksi
Des-09 412,92 420
Jan-10 669,00 670
Feb-10 519,75 520
Mar-10 948,85 950
Apr-10 789,29 790
Mei-10 745,39 750
Jun-10 763,94 770
Jul-10 839,72 840
Agust-10 306,34 310
Sep-10 984,13 990
Okt-10 452,70 460
Nop-10 351,17 360
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Contoh Perhitungannya :
Hasil peramalan permintaan bulan Januari 2010 dikerjakan pada bulan Desember
2009 karena waktu pengiriman barang ke konsumen yang berada diluar pulau
jawa seperti PT. HUTAMA KARYA di Aceh, PT. KALTIM METHANOL
INDUSTRI di Kalimantan, BADAK NGL di Kalimantan, PUPUK SRIWIJAYA
di Palembang, DPU Sumatera Barat di Padang, DPU Bangka Belitung di Bangka
Belitung, PT. TITIAN KALTIM di Kalimantan, PT. PULAU SEROJA JAYA di
Kalimantan, yang membutuhkan waktu pengiriman kurang lebih 2 minggu
sehingga = Peramalan Inventori bulan november 2009
428,92 16 = 412,92 ton
Sehingga dibulatkan keatas, jumlah produksinya menjadi 420 ton
Hasil perencanaan produksi cat Alkyd dapat dilihat pada tabel 5.5. dengan
menggunakan metode Tabulasi.
59
Tabel 5.5 Rencana Produksi Cat Alkyd Dengan Biaya Minimum Menggunakan Persediaan
R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T. R.T. O.T.
600 200 600 200 570 190 660 220 630 210 570 190 660 220 660 220 630 210 570 190 630 210 630 210
Tersedia 600 200
Biaya 28167 58500
Rencana 420 0
Tersedia 180 200 600 200
Biaya 104000 134333 28167 58500
Rencana 600 70
Tersedia 0 130 570 190
Biaya 134333 28167 58500
Rencana 520 0
Tersedia 50 190 660 220
Biaya 104000 134333 28167 58500
Rencana 50 20 660 220
Tersedia 0 170 0 0 630 210
Biaya 210166 28167 58500
Rencana 630 160
Tersedia 0 50 570 190
Biaya 134333 28167 58500
Rencana 570 180
Tersedia 0 10 660 220
Biaya 134333 28167 58500
Rencana 660 110
Tersedia 0 110 660 220
Biaya 134333 28167 58500
Rencana 660 180
Tersedia 0 40 630 210
Biaya 134333 28167 58500
Rencana 310 0
Tersedia 320 210 570 190
Biaya 104000 134333 28167 58500
Rencana 230 0 570 190
Tersedia 90 210 0 0 630 210
Biaya 179833 210166 28167 58500
Rencana 460 0
Tersedia 170 210 630 210
Biaya 104000 134333 28167 58500
Rencana 360 0
R.T.
O.T.
Nop-10
Mei-10 750
Jun-10 770
Mei-10
Apr-10 790
Agust-10 Sep-10 Okt-10 Jul-10
Bulan
Kebutuhan /
Jumlah Produksi
(Ton)
Des-09 Jan-10
Des-09 420
Feb-10 Mar-10 Apr-10
Jan-10
190
460
0
360
0 Produksi 110
660
180
540
0
600
70
570
20
660 420
0
570
220
630
160
570
180
660
Okt-10 460
Nop-10 360
Jumlah Rencana
Jul-10 840
Agust-10 310
Sep-10 990
Jun-10
670
Feb-10 520
Mar-10 950
60
Berdasarkan tabel 5.5 diatas, untuk bulan Februari 2010 kapasitas regular
time yang tersedia sebesar 570 ton dan overtime sebesar 190 ton. Sedangkan
permintaan yang dibutuhkan sebesar 520 ton, sehingga akan menimbulakan sisa
sebesar 570 - 520 = 50 ton dengan biaya Rp. 133.167,- per ton dan tidak
melakukan overtime. Namun karena permintaan yang dibutuhkan pada bulan
Maret sebesar 950 ton yang melebihi kapasitas regular time dan overtime yang
tersedia maka perlu melakukan persediaan sebesar dengan menggunakan sumber
daya pada bulan Februari 2010 sebesar 50 ton untuk regular time dan 20 ton
untuk overtime. Maka rencana produksi untuk bulan Februari 2010 untuk regular
time sebesar 520 ton dengan biaya Rp. 28.167,- per ton. Persediaan sebesar 50 ton
untuk regular time dengan biaya Rp. 133.167,- per ton dan overtime sebesar 20
ton dengan biaya sebesar Rp. 163.500,- per ton. Perhitungan ini digunakan juga
untuk bulan Agustus 2010 karena memiliki kondisi yang sama.
Rencana produksi untuk bulan Maret 2010 kapasitas regular time yang
tersedia sebesar 660 ton dan overtime sebesar 220 ton. Sedangkan permintaan
yang dibutuhkan sebesar 950 ton. Karena permintaan melebihi kapasitas regular
time dan overtime yang tersedia, maka akan terjadi kekurangan produksi sebesar
950 880 = 70 ton sehingga harus melakukan persediaan dengan menggunakan
sumber daya bulan Februari 2010. Maka rencana produksi untuk bulan Maret
2010 untuk regular time sebesar 660 ton dengan biaya Rp. 28.167,- per ton dan
untuk overtime sebesar 220 ton dengan biaya sebesar Rp. 58.500,- per ton.
Perhitungan ini digunakan juga untuk bulan September 2010 karena memiliki
kondisi yang sama.
61
Setelah mengetahui rencana produksi untuk regular time dan overtime
setiap bulannya maka jumlah rencana produksi cat Alkyd pada periode Desember
2009 sampai November 2010 untuk regular time sebesar 6.700 ton dan overtime
sebesar 1.130 ton.
C. Analisis Perencanaan Produksi
Dengan diperolehnya hasil peramalan permintaan pada bulan Januari 2010
sampai Desember 2010 yang kemudian mencari kapasitas produksi regular time
dan kapasitas produksi overtime setiap bulannya dalam ton maka perencanaan
produksi dapat dibuat. Setelah hasil perhitungan perencanaan produksi diperoleh,
maka dilakukanlah analisis sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan perencanaan produksi cat Alkyd maka diperoleh
kapasitas regular time, kapasitas overtime dan persediaan akhir setiap bulannya.
Untuk memudahkan dalam melihat hasil yang didapat, pada tabel 5.6 berikut ini
merupakan ringkasan dari perencanaan produksi cat Alkyd.
62
Tabel 5.6 Ringkasan Rencana Produksi cat Alkyd
RT OT
Des-09 420 - 420 412,92 7,08
Jan-10 600 70 670 669,00 8,08
Feb-10 570 20 590 519,75 78,33
Mar-10 660 220 880 948,85 9,49
Apr-10 630 160 790 789,29 10,19
Mei-10 570 180 750 745,39 14,81
Jun-10 660 110 770 763,94 20,87
Jul-10 660 180 840 839,72 21,15
Agust-10 540 - 540 306,34 254,81
Sep-10 570 190 760 984,13 30,68
Okt-10 460 - 460 452,70 37,98
Nop-10 360 - 360 351,17 46,81
Sumber : Pengolahan Data
Bulan Inventori Akhir Demand Hasil Peramalan
Rencana Produksi Jumlah
Produksi
Berdasarkan tabel 5.6 diatas, terlihat bahwa ada persediaan akhir di bulan
November 2010 sebesar 46,81 ton, karena jumlah produksi lebih besar dari
jumlah permintaan. Persediaan akhir didapat dari penjumlahan persediaan awal
dengan jumlah produksi dikurangi permintaan (Demand). Total biaya produksi
cat Alkyd selama 12 bulan (Desember 2009 sampai November 2010), dapat
dilihat pada tabel 5.7. berikut ini:
63
Tabel 5.7 Total Biaya Produksi Cat Alkyd
RT OT
Des-09 11.830.140 - 743.765 12.573.905
Jan-10 16.900.200 4.095.000 848.465 21.843.665
Feb-10 16.055.190 1.170.000 8.225.028 25.450.218
Mar-10 18.590.220 12.870.000 996.165 32.456.385
Apr-10 17.745.210 9.360.000 1.070.421 28.175.631
Mei-10 16.055.190 10.530.000 1.554.731 28.139.921
Jun-10 18.590.220 6.435.000 2.191.323 27.216.543
Jul-10 18.590.220 10.530.000 2.220.723 31.340.943
Agust-10 15.210.180 - 26.754.547 41.964.727
Sep-10 16.055.190 11.115.000 3.221.245 30.391.435
Okt-10 12.956.820 - 3.987.500 16.944.320
Nop-10 10.140.120 - 4.915.000 15.055.120
Jumlah 188.718.900 66.105.000 56.728.913 311.552.813
Sumber : Pengolahan Data
Bulan
Biaya Produksi
Biaya Inventory Total Biaya
Pada tabel 5.7 diatas terlihat total biaya untuk memproduksi cat Alkyd selama 12
bulan ( Desember 2009 sampai November 2010 ) adalah sebesar Rp.
311.552.813,-. Total biaya ini merupakan hasil penjumlahan dari biaya regular
time, overtime, dan biaya persediaan cat Alkyd pada setiap bulannya. Penggunaan
overtime dilakukan jika kapasitas produksi regular time tidak mencukupi untuk
memenuhi permintaan yang ada. Sisa jam yang tersisa digunakan untuk
memproduksi jenis cat lain.
64
Contoh perhitungan:
Total biaya pada bulan Desember 2009.
= ( Jumlah Kapasitas RT terpakai x biaya RT/ton ) + ( Jumlah Kapasitas OT
terpakai x biaya OT/ton ) + ( Jumlah persediaan x biaya persediaan/ton/bulan )
= ( 420 x Rp. 28.167,- ) + ( 0 x Rp. 58.500,- ) + ( 7,08 x Rp. 105.000,- )
= Rp. 12.573.905,-
65
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari analisa peramalan (forecasting) dan
perencanaan produksi cat berbahan dasar minyak merk Alkyd pada PT.
SIGMA UTAMA adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan peramalan untuk cat Alkyd diperoleh hasil yang terbaik
menggunakan metode Holt Winters Additif (dengan = 0,20 ; = 0 ;
= 1) karena memiliki tingkat kesalahan yang terkecil dan berada pada
batas pengendalian MR Chart. Hasil peramalan permintaan yang
diperoleh untuk periode Januari 2010 sampai Desember 2010 secara
berurutan dalam ton adalah 428,92 ; 669 ; 519,75 ; 948,85 ; 789,29 ;
745,39 ; 763,94 ; 839,72 ; 306,34 ; 984,13 ; 452,70 dan 351,17.
2. Hasil perhitungan perencanaan produksi dengan metode Tabulasi untuk
periode Desember 2009 sampai dengan November 2010 diperoleh
perencanaan kuantitas produksi regular time dan overtime. Kuantitas
produksi untuk jam kerja regular time pada bulan Desember 2009
sampai dengan bulan November 2010 secara berurutan dalam ton
sebesar adalah 420 ; 600 ; 570 ; 660 ; 630 ; 570 ; 660 ; 660 ; 540 ; 570 ;
460 dan 360. Dan kuantitas produksi untuk jam kerja overtime pada
bulan Januari 2010, Februari 2010, Maret 2010, April 2010, Mei 2010,
66
Juni 2010, Juli 2010, dan September 2010 secara berurutan dalam ton
adalah 70 ; 20 ; 220 ; 160 ; 180 ; 110 ; 180 ; 190. Dan kuantitas untuk
persediaan periode Desember 2009 sampai November 2010 secara
berurutan dalam ton adalah 7,08 ; 8,08 ; 78,33 ; 9,49 ; 10,19 ; 14,81 ;
20,87 ; 21,15 ; 254,81 ; 30,68 ; 37,98 ; 46,81.
3. Total biaya produksi cat Alkyd yang diperlukan untuk 12 bulan
terhitung mulai Desember 2009 sampai dengan November 2010 sebesar
Rp. 311.552.813,-.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dari tahap awal hingga akhir, penulis ingin
memberikan saran sebagai bahan pertimbangan adalah sebagai berikut:
1. Data-data yang akan digunakan dalam membuat suatu ramalan dan
perencanaan produksi harus selalu di up-date agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
2. Dalam menerapkan peramalan dan perencanaan produksi perusahaan
harus terus mengawasi dan melakukan pengujian terhadap keadaan yang
sebenarnya, sehingga jika terdapat adanya penyimpangan perusahaan
dapat segera mengetahui dan dapat dilakukan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA
Biegel, Jhon E. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kuantitatif. Jakarta:
Akademika Pressindo, 1992.
Hanke, Jhon E, et, al. Peramalan Bisnis Edisi Ketujuh, terj. Devi Anantanur,
Jakarta, 2003.
Herjanto, Eddy. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Kedua. Jakarta:
Grasindo.2001.
Kusuma, Hendra. Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Ed 1, cet 1.
Yogyakarta,2001
Makridakis, S, S.C Wheelwright, dan V.E. McGee. Metode dan Aplikasi
Peramalan. Terj. Untung S.A, dan Abdul Basith, Jakarta: Erlangga, 1993.
Nasution, Arman Hakim. Perencanaan dan Pengendalian Produksi,. Jakarta:
Guna Widya, 2003.
Teguh, Baroto. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta.2002
http://www.scss.tcd.ie/Rozenn.Dahyot/ST3007/08HoltWintersSeason.pdf