Anda di halaman 1dari 18

;LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM UJI MATERIAL

PENGUJIAN KEPEGASAN PANTUL


DENGAN AGING

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK

: 03

KELAS

: 2 EGD

ANGGOTA

DWI PUTRI ANGGRAINI

(061340411684)

GILANG RINDITYA S

(061340411688)

M. YUDHA GANTA ANDRIKA

(061340411693)

NITA SARASWATI

(061340411697)

SEPPY FAJRIANI

(061340411701)

INSTRUKTUR : IDA FEBRIANA,S.Si.,sM.T

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGUJIAN KEPEGASAN PANTUL


DENGAN AGING

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Dapat mengetahui pengaruh uji penuaan terhadap kepegasan pantul pada

sampel.
Dapat mengamati perubahan yang terjadi terhadap sampel sebelum dan
sesudah mengalami penuaan selama 30 menit, 60 menit dan 90 menit.
Dapat mengetahui kuat tarik pada sampel setelah di uji penuaan.

II.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan :
Gunting
Skrap
Cetakan kompon
Pemanas kompon
Aging Oven Tester
Rebound Resilience Tester
Bahan yang digunakan :
Kompon yang sudah divulkanisasi

III.

DASAR TEORI
Uji penuaan terutama mengacu untuk karet, produk plastik, bahan isolasi
listrik dan bahan lainnya untuk tes penuaan termal, Atau untuk komponen
elektronik, produk plastik, ventilasi uji penuaan.
Uji penuaan dibagi menjadi temperatur penuaan, matahari iradiasi
penuaan, penuaan, dan sebagainya dimuat.
Suhu penuaan umumnya dilakukan dalam beberapa tingkatan, industri
secara umum dengan 70 derajat, 4 jam, 15 derajat ke kelas, umumnya 40 derajat,
55 derajat 70 derajat, 85 derajat beberapa tingkatan, waktu biasanya 4 jam.
Sistem isolasi sangat diperlukan pada peralatan tegangan tinggi untuk
membatasi bagian-bagian bertegangan agar tidak terjadi hubung singkat satu
dengan yang lain. Pada saat sistem isolasi ini menahan electrical stresses dan
thermal stresses akan mengalami penuaan (aging) yang ditandai dengan adanya
peristiwa partial discharge (PD). PD ini merupakan bentuk pelepasan muatan
listrik yang terjadi hanya pada sebagian dari sistem isolasi kabel. Isolasi minyak

pada transformator atau sistem isolasi pada generator. Untuk semakin / sistem
isolasi pada kabel tegangan tinggi, perkembangan kualitas isolasi kabel makin
ditingkatkan mulai dari Oil Impregnated, Oil Filled (OF) hingga yang kini banyak
digunakan adalah isolasi polimer seperti HDPE, LDPE, XLPE dan lepas dari
beberapa kelemahan terkait dengan performansinya. Faktor yang berpengaruh
pada performansi kabel berisolasi polimer adalah adanya cacat. Cacat ini dapat
berupa adanya rongga, ketidakmurnian, dan tonjolan interface antara lapisan
konduktor dan isolasi polimer. Akibat adanya stresss listrik yang terus menerus
maka akan timbul atau akan terjadi penuaan (aging) isolasi polimer dan pada cacat
ini akan timbul electrial treeing. Jika electrical treeing ini menjembatani isolasi,
maka tegangan isolasi akan terjadi. Fenomena pre breakdown dapat di deteksi
dengan pengamatan dan pengukuran pulsa Patrial Discharge (PD) yang
mengiringi peristiwa alectical treeing.

Karet
Karet alam maupun karet sintetik tidak dipergunakan dalam keadaan
mentah, antara lain karena tidak kuat dan sebagian mudah teroksidasi. Selanjutnya
karet mentah mengalami perubahan bentuk yang tetap bila ditarik atau ditekan,
yaitu tidak bisa kembali kebentuk semula. Dengan kata lain karet mentah tidak
elastis.

Karet yang tidak elastis cenderung sulit untuk dimanfaatkan lebih jauh,
oleh karena itu karet mentah harus terlebih dahulu diproses dengan perlakuanperlakuan tertentu serta penambahan bahan-bahan kimia tertentu untuk
memperoleh suatu kompon.
Kompon merupakan campuran karet dengan bahan-bahan kimia yang
mempunyai komposisi tertentu dengan cara pencampuran digiling pada suhu
tertentu, kompon karet dapat dibuat pada mesin giling 2 rol atau pada mesin
pencampur tertutup (Banbury mixer, Internal mixer).
Struktur Kimia Karet Polyisoprena adalah gabungan dari unit unit
monomer hidrokarbon C5H8 (isoprene) yang membentuk rantai panjang dan
jumlahnya sangat banyak. Karet alam adalah makro molekul polyisoprena yang
bergabung dengan ikatan kepala ke ekor. Konfigurasi dari polimer ini adalah
konfigurasi cis dengan susunan ruang yang teratur, sehingga rumus dari susunan
karet adalah 1,4 cis polyisoprena.

Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis


Kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan karet sintetis adalah :
a. Memiliki daya elastisitas dan daya lenting sempurna.
b. Memiliki plastisasi yang baik sehingga pengolahannya mudah.
c. Mempunyai daya aus yang tinggi.

d. Tidak mudah panas (low heat bid up), dan


e. Memiliki daya tahan tinggi terhadap keretakan
Karet Sintetis memiliki kelebihan untuk beberapa keadaan yaitu:
a. Tahan terhadap berbagai zat kimia.
b. Harga cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.
c. Pengiriman atau suplai karet sintetis jarang mengalami kesulitan yang
sulit diharapkan dari pengiriman atau suplai karet alam.
Sifat-sifat Karet Alam :

Warnanya agak kecoklat-coklatan,

tembus cahaya atau setengah tembus cahaya,

berat jenis 0,91-093.

Sifat mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat


dihasilkan banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite.

Temperatur penggunaan yang paling tinggi sekitar 99oC, melunak pada


130oC dan terurai sekitar 200oC.

Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif.

Larut dalam benzen.

Tidak larut dalam air.

Sifat kimia

Mudah teroksidasi oleh udara.

Bila dibakar lateks alam akan berubah menjadi CO2 dan H2O.

Komposisi Kimia Karet Alam

Bahan Kimia Karet


Bahan kimia tersebut terdiri atas bahan kimia pokok dan bahan kimia tambahan.

Bahan kimia pokok adalah bahan kimia yang diperlukan dalam setiap
kompon karet, seperti bahan pemvulkanisasi, bahan pencepat, bahan
pengaktif, bahan pelunak, bahan antioksidan dan bahan pengisi.

Bahan kimia tambahan adalah bahan kimia yang hanya ditambahkan pada
pembuatan barang karet tertentu, seperti bahan pewarna, bahan peniup, bahan
pencegah pravulkanisasi, bahan pewangi dan bahan penunjang.

Kompon Karet
Dalam bentuk kompon, karet alam sangat mudah dilengketkan satu sama
lain sehingga sangat disukai. Kompon karet dapat dibuat sesuai dengan formulasi
yang dibutuhkan ,seperti kompon untuk karet vulkanisir ,kompon karet silikon
dengan berbagai pilihan warna,ataupun kompon yang dikerjakan sesuai dengan
kriteria akhir yang dibutuhkan.
Sifat mekanik suatu bahan kompon adalah khas dengan kelakuan
viskoelastiknya yang dominan, sebagai contoh, pemelaran (creep) dan relaksasi
mudah terjadi, dan pada pengujian tarik sifat-sifatnya sangat dipengaruhi oleh laju
tarikan. Sifat-sifatnya juga berubah karena temperatur, oleh karena itu perlu
diperhatikan beberapa hal sebelum bahan kompon digunakan .
Pengujian sampel bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat kompon yang
dibuat, baik sifat fisis, sifat mekanik maupun sifat termal. Sampel yang diuji akan
diketahui kelebihan dan kekurangannya, dan untuk mengetahui kadar kelayakan
pemakaian serta kualitasnya. Adapun pengujian yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah pengujian kepegasan pantul dengan standar CNS 3560, kepegasan
pantul/LUPKE (rebound resilience ) ISO 4662 : 1983; ASTM D 1054 1991

Syarat utama yang harus dimiliki oleh kompon adalah ketahanan,


kelenturan, kekerasan, daya tarik, kondisi penyimpanan.
Berikut ini daftar standar uji kelayakan kompon yang ada pada
Laboratorium Analisis dan Pengujian Karet (LAP Karet), Balai Penelitian
Teknologi Karet Bogor.

No
1.
2.

Jenis uji
Tegangan tarik
Perpanjangan putus

Satuan
N/mm2
%

Syarat
Min 5
Min 100%

Kekerasan
Kekuatan sobek
Perpanjangan tetap100%
Bobot jenis
Ketahanan kikis Graseli
Ketahanan retak lentur 150
Kes
9.
Pengembangan dalam
benzoil
10. Kepegasan Pantul
(Sumber : SNI 12-0172-1987)

Shore A
N/mm2
%
gr/cm2
mm3 /Kg
-

55-75
Min 2,5
Maks 10%
Maks 1,5
Maks 2,5
Baik tidak retak

Maks 225%
volume
30%

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pada pembuatan kompon karet ada 3 faktor yang perlu diperhatikan, yaitu
sifat kompon, karakteristk pengolahan dan harga.
Kompon karet selain karet mentah pada umumnya mengandung 8 atau
lebih jenis bahan kimia karet. Setiap jenis bahan tersebut memiliki fungsi spesifik
dan mempunyai pengaruh terhadap sifat, karakteristik pengolahan dan harga dari
kompon karetnya, bahan kimia tersebut adalah:
1. Bahan Pemvulkanisasi
Bahan pemvulkanisasi adalah bahan kimia yang dapat bereaksi
dengan gugus aktif pada molekul karet membentuk ikatan silang tiga dimensi.
Bahan pemvulkanisasi yang pertama dan paling umum digunakan adalah
belerang(sulfur), khusus digunakan untuk memvulkanisasi karet alam atau
karet sintetis jenis SBR, NBR, BR, IR, dan EPDM.
2. Bahan Pencepat
Bahan pencepat adalah bahan kimia yang digunakan dalam jumlah
sedikit bersama-sama dengan belerang untuk mempercepat reaksi vulkanisasi.

Bahan pencepat yang digunakan dapat berupa satu atau kombinasi dari dua
atau lebih jenis pencepat. Pencepat dikelompokkan berdasarkan fungsinya
sebagai berikut;
Pencepat primer
Pencepat sekunder

:-

Thiazol (semi cepat), contoh: MBT, MBTS

Sulfenamida (cepat-ditunda), contoh: CBS

:-

Guanidine (sedang), contoh : DPG, DOTG

Thiuram (sangat cepat), contoh : TMT,


TMTD

Dithiokarbonat (sangat cepat), contoh : ZDC,


ZMDC

Dithiofosfat (cepat), contoh : ZBPP

3. Bahan Penggiat
Bahan Penggiat adalah bahan kimia yang ditambahkan kedalam sistim
vulkanisasi dengan pencepat untuk menggiatkan kerja pencepat. Penggiat
yang paling umum digunakan adalah kombinasi antara ZnO dengan asam
stearat.
4. Bahan Antidegradant
Bahan Antidegradant adalah bahan kimia yang berungsi sebagai anti
ozonan dan anti oksidan, yang melindungi barang jadi karet dari pengusangan
dan meningkatkan usia penggunaanya. Contoh : wax (anti ozonan), senyawa
amina dan senyawa turuna fenol (ionol).
5. Bahan Pengisi
Bahan pengisi ditambahkan kedalam kompon karet dalam jumlah
yang cukup besar dengan tujuan untuk meningkatkan sifat fisik, memperbaiki
karakteristik pengolahan tertentu dan menekan biaya. Bahan pengisi dibagi
dalam dua golongan besar yaitu bahan pengisi yang bersifat penguat, contoh
carbon black, silica, dan silikat serta bahan pengisi yang bukan penguat,
contoh CaCO3, kaolin, BaSO4 dan sebagainya.
6. Bahan Pelunak (Softener)
Bahan Pelunak (Softener) adalah bahan yang berfungsi untuk
melunakkan karet mentah agar mudah diolah menjadi kompon karet. Jenis
bahan pelunak antara lain jenis aromatic, naftenik, parafinik, ester dan
sebagainya.

7. Bahan Kimia Tambahan


Bahan ini ditambahkan kedalam kompon karet dengan tujuan tertentu
dan sesuai dengan kebutuhan, misalkan :
Bahan pewarna
Bahan Penghambat (inhibitor)
Bahan pewangi
Bahan peniup (blowing agent)
Bahan bantu olah (homogenizer, peptizer, senyawa pendispersi, tackifier
dan sebagainya)
Pada penyusunan formulasi kompon yang paling penting adalah
menetukan jenis atau campuran karet mentah. Kemudian ditentukan jenis bahan
pengisi.

Setelah

itu

ditentukan

sistim

vukanisasinya

kombinasi

bahan

pemvulkanisasi, bahan pencepat dan penggiat. Terkahir ditentukan bahan-bahan


kimia tambahan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan tergantung jenis proses
selanjutnya dan barang yang akan dibuat.
Faktor yang mempengaruhi perubahan karet yaitu :

Tekanan

Suhu

Gesekan

Tegangan

Vulkanisasi Karet
Vulkanisasi merupakan proses kimiawi yang bersifat tidak dapat balik
dengan menggunakan bahan pemvulkanisasi seperti sulfur, bahan yang
mengandung sulfur dan peroksida organik. Tujuan vulkanisasi adalah membentuk
ikatan silang pada molekul karet yang fleksibel sehingga menghasilkan jaringan
tiga dimensi dan mengubah sifat karet mentah yang rapuh dan plastis menjadi
produk yang lebih kuat. Vulkanisasi karet alam biasanya dilakukan pada suhu
sekitar 1500C dan suhu lebih tinggi (1550C-1600C) untuk karet sintetis (SBR dan
IIR). Untuk memperoleh vulkanisat yang dapat matang sempurna yaitu yang
memiliki sifat fisika optimum, maka kompon karet dalam cetakan harus dikempa
(ditekan) pada tekanan, suhu dan waktu vulkanisasi tertentu.

Morton (1959), menyatakan bahwa vulkanisasi karet alam dilakukan untuk


mengurangi sifat karet alam yang rapuh pada suhu dingin dan lunak pada suhu
panas. Dengan vulkanisasi, produk karet menjadi lebih fleksibel, stabil terhadap
perubahan suhu, daya tahan meningkat dan penggunaan karet alam semakin
luas. Pada dasarnya sistem vulkanisasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu
vulkanisasi dengan sulfur dan bukan sulfur. C dengan bahan pemvulkanisasi
serta bahan pencepat dan bahan penggiat (Craig, 1969). Coran (1978)
mendefinisikan vulkanisasi sebagai proses yang melibatkan pembentukan
jaringan molekuler melalui ikatan kimia dari rantai-rantai molekul bebas. Proses
ini meningkatkan kemampuan karet untuk kembali ke bentuk semula setelah
dikenai gaya mekanik.
Dengan demikian, Vulkanisasi merupakan reaksi intermolekuler yang
meningkatkan elastisitas karet serta mengurangi sifat plastisitasnya. Sulfur
merupakan bahan pemvulkanisasi yang umum digunakan. Atom sulfur terikat
dengan atom karbon yang memiliki ikatan rangkap membentuk ikatan silang da
lam struktur karet. Ikatan silang inilah yang memberikan sifat elastis pada
karakteristik karetviskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak.
Viskositas diperlukan untuk mengukur ketahanan terhadap aliran (deformasi).
Terjadinya aliran pada karet yang disebabkan oleh adanya tekanan/ gaya
disebabkan oleh dua hal, yaitu:
1.

Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai poli isoprena seperti


terlepasnya benang-benang yang telah dirajut. Hal ini terjadi pada tekanan
yang rendah

2.

Terlepasnya seluruh ikatan rantai poli isoprena dan satu monomer dengan
monomer yang lain saling tindih akan membentuk kristal.
Dengan demikian komponen viskositas adalah irreversible dan dihitung
sebagai aliran dingin (cold flow) dari karet mentah, sedangkan elastisitas energi
yang diukur segera dikembalikan oleh karet setelah diberikan input energi
kepadanya.

IV.

LANGKAH KERJA
Pembuatan Kompon
Memadatkan kompon hingga tidak ada lagi rongga yang terbuka dan
membuatnya sesuai cetakan uji kepegasan pantul.

Memanaskan cetakan kompon kedalam pemanas hingga suhu mencapai

150oC.
Memasukkan kompon kedalam cetakan yang telah dipanaskan tadi.
Memanaskan kompon selama 20 menit didalam pemanas.
Setelah selesai, mendinginkan kompon dan mengeluarkannya dari cetakan.
Menimbang berat kompon yang telah tervulkanisasi tadi.
Melakukan percobaan yang sama untuk sampel 2 dan sampel 3.

Uji Penuaan
Menyiapkan kompon yang telah ditimbang beratnya tadi.
Menyalakan alat Aging Oven Tester dan memasukkan 3 sampel secara
bersamaan. Untuk sampel 1 selama 30 menit, sampel 2 selama 60 menit dan
sampel 3 selama 90 menit.
Setelah kompon yang diuji penuaan selama 30 menit, kompon ditimbang
beratnya lagi untuk perbandingan, kemudian dilanjutkan dengan uji
pemantulan. Hal yang sama dilakukan dengan sampel selanjutnya.
Uji Kepegasan Pantul
Memasangkan sampel 1 pada ujung alat kepegasan pantul.
Memastikan kompon tersebut terpasang dengan kuat.
Menarik bandul pada posisi skala 100 cm.
Melepaskan bandul dengan memperhatikan jarak terjauh pantulan dan
banyaknya pantulan, kemudian mencatatnya.
Melakukan percobaan sebanyak 3 kali dan dilanjutkan percobaan dengan
skala 80 cm dan 60 cm.
Melakukan percobaan yang sama pada sampel 2 dan 3.

V.

DATA PENGAMATAN
Uji Kepegasan Pantul Tanpa Melakukan Uji Penuaan Sebelumnya
Sampel 1
No
Percobaa
n
1
2
3

Skala 100
Jarak
Terjauh
Pantulan
54
51
52

Skala 80

Jumlah

Jarak Terjauh

Jumlah

Pantulan

Pantulan

Pantulan

8
8
8

42
42
42

8
8
8

4
5
x

52
52

8
8

42
42

8
8

52,2

42

Sampel 2
Skala 100

No
Percobaa

Jarak
Terjauh

Pantulan
50
50
52
53
51

1
2
3
4
5
x

Skala 80

Jumlah

Jarak Terjauh

Jumlah

Pantulan

Pantulan

Pantulan

8
8
8
8
8

41
41
41
41
41

8
8
8
8
8

41

51,2

Uji Kepegasan Pantul Dengan Melakukan Uji Penuaan Sebelumnya


Kompon
1
2
3

Waktu Uji Penuaan


30 Menit
60 Menit
90 Menit

Berat Awal
7,349
6,943
7,201

Berat Setelah Uji Penuaan


7,346
6,932
7,199

Sampel 1 dengan Uji Penuaan selama 30 Menit


Skala 100
No
1
2
3
x

Skala 80

Skala 60

Jarak
Terjauh
Pantulan

Jumlah
Pantulan

Jarak
Terjauh
Pantulan

Jumlah
Pantulan

Jarak
Terjauh
Pantulan

Jumlah
Pantulan

61
61
59

10
10
10

49
50
50

10
10
10

37
38
37

10
10
10

60,3

10

49,6

10

37,3

10

Sampel 2 dengan Uji Penuaan selama 60 Menit


No

Skala 100

Skala 80

Skala 60

1
2
3
x

Jarak
Terjauh
Pantulan
52
52
51

10
10
10

Jarak
Terjauh
Pantulan
44
44
44

10

44

Jumlah
Pantulan

51,6

10
10
10

Jarak
Terjauh
Pantulan
33
34
34

10

33,6

Jumlah
Pantulan

Jumlah
Pantulan
10
10
10
10

Sampel 3 dengan Uji Penuaan selama 90 Menit


Skala 100
No
1
2
3
x

VI.

Skala 80

Skala 60

Jarak
Terjauh
Pantulan

Jumlah
Pantulan

Jarak
Terjauh
Pantulan

Jumlah
Pantulan

Jarak
Terjauh
Pantulan

Jumlah
Pantulan

58
59
58

10
10
10

47
47
47

10
10
10

36
36
37

10
10
10

58,3

10

47

10

36,3

10

ANALISIS PERCOBAAN
Setelah melakukan Pengujian Kepegasan Pantul dengan melakukan Uji
Penuaan sebelumnya dapat dianalisa bahwa pada percobaan ini digunakan 3
sampel yang akan di uji penuaan. Pada sampel 1 di uji penuaan selama 30 menit,
sampel 2 selama 60 menit dan sampel 3 selama 90 menit. Sebelum dilakukan uji
penuaan ketiga sampel terlebih dahulu ditimbang dan dihasilkan pada sampel 1
beratnya adalah 7,349 gr, sampel 2 beratnya 6,943 gr dan sampel 3 beratnya
adalah 7,201 gr. Ketiga sampel mempunyai berat yang berbeda. Hal ini
dikarenakan banyaknya kompon yang dipadatkan tidak sesuai cetakan, sehingga
ada yang berlebih dan ada yang kurang.
Setelah ditimbang dan diketahui beratnya, ketiga sampel dimasukkan
kedalam alat aging oven tester selama 30 menit untuk sampel 1, 60 menit untuk
sampel 2 dan 90 menit untuk sampel 3. Setelah 30 menit di uji penuaan, sampel
diambil dan ditimbang kembali beratnya dan didapatkan pada sampel ini beratnya
menjadi 7,346 gr. Kemudian sampel 2 dikeluarkan dari alat aging oven tester
setelah 60 menit dan berat yang dihasilkan setelah ditimbang adalah 6,932 gr dan
sampel 3 setelah 90 menit uji penuaan beratnya menjadi 7,199 gr. Jadi dapat

diketahui bahwa berat sampel sebelum diuji penuaan berbeda dengan sampel yang
telah diuji penuaan. Pada sampel 1 beratnya berkurang 0,003 gr, sampel 2
berkurang 0,011 gr dan sampel 3 berkurang 0,002 gr. Dengan waktu pengujian
penuaan yang berbeda, pada sampel 1 dan 3 tidak terlalu besar pengaruhnya
dikarenakan hanya sedikit terjadi penurunan, sedangkan sampel 2 yang diuji
penuaan selama 60 menit mengalami pengurangan berat jauh diantara sampel 1
dan 3.
Setelah Uji Penuaan, dilanjutkan dengan Uji Kepegasan Pantul. Hal
pertama yang dilakukan adalah dengan memasangkan sampel pada ujung alat
kepegasan pantul dan pastikan sampel terpasang dengan kuat, karena hal ini juga
akan berpengaruh pada hasil jarak terjauh pantulan dan jumlah pantulannya
apabila sampel dipasang tidak kuat dan tidak baik. Pada uji kepegasan pantul ini
dilakukan dengan skala 100, 80 dan 60.
Percobaan pertama dilakukan dengan sampel 1 pada skala 100 dihasilkan
rata-rata jarak terjauh pantulan adalah 60,3 cm dengan jumlah pantulan 10 kali.
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan skala 80, rata-rata jarak terjauh
pantulannya adalah 49,6 cm dengan jumlah pantulan sama yaitu 10 kali. Dan
dilakukan lagi dengan skala 60 dihasilkan jarak terjauh pantulan rata-ratanya yaitu
37,3 cm dan jumlah pantulan 10 kali.
Pada percobaan keduadengan sampel 2 dilakukan dengan skala 100, ratarata jarak terjauh pantulan 51,6 cm dan 10 kali banyaknya pantulan. Setelah itu
pengujian dilakukan dengan skala 80 dihasilkan jarak terjauh pantulan rataratanya adalah 44 cm dengan jumlah pantulan sebanyak 10 kali. Dan pada skala
60 jarak terjauh pantulannya adalah 33,6 cm dengan 10 kali pantulan.
Pada percobaan ketiga yaitu sampel 3, setelah di uji kepegasan pantul pada
skala 100 didapatkan jarak terjauh rata-ratanya 58,3 cm dengan 10 kali pantulan.
Pada skala 80, rata-rata jarak terjauh pantulannya yaitu 47 cm dengan jumlah
pantulan 10 kali dan dilakukan dengan skala 60, rata-rata jarak terjauh pantulan
adalah 36,3 cm dengan jumlah pantulan sebanyak 10 kali.
Dari hasil uji kepegasan pantul setelah dilakukan uji penuaan sebelumnya
dapat diketahui bahwa jumlah pantulan pada sampel 1, 2 dan 3 walaupun
mempunyai berat yang berbeda dan permukaan yang berbeda didapatkan jumlah
pantulan yang tetap atau konstan yaitu sebanyak 10 kali pantulan baik pada skala
100, 80 dan 60. Pada percobaan dengan skala 80 setelah dilakukan pengujian
ternyata jarak terjauh pantulan dengan 3 kali percobaan hasilnya tetap dan tidak

berubah. Besarnya nilai jarak terjauh pantulan tergantung pada skala yang
digunakan.
Pada percobaan ini berbeda dengan percobaan sebelumnya tanpa
melakukan uji penuaan. Pengujian kepegasan pantul hanya dilakukan dengan
skala 100 dan 80 dan digunakan 2 kompon sebagai bahan uji. Kompon 1 sebagai
sampel 1 atau pembanding dan kompon 2 sebagai sampel 2.
Pada sampel 1 dengan skala 100 didapatkan rat-rata jarak terjauh
pantulannya adalah 52,2 cm dengan jumlah pantulannya adalah sebanyak 8 kali.
Sedangkan dengan skala 80, jarak terjauh pantulan rata-ratanya adalah 42 cm
dengan 8 kali pantulan.
Pada sampel 2 dengan menggunakan skala 100, jarak terjauh pantulan
rata-ratanya 51,2 cm dan pada skala 80 jarak terjauh pantulan rata-ratanya 41 cm
dengan jumlah pantulan yang sama yaitu 8 kali. Percobaan uji kepegasan pantul
dengan melakukan uji penuaan sebelumnya berbeda dengan uji kepegasan pantul
tanpa melakukan uji penuaan karena kompon atau sampel yang telah di uji
penuaan permukaannya rata, halus, hal ini dikarenakan ikatan antar molekul atom
C nya sangat kuat dan penyusun strukturnya tertata rapi pada molekulnya oleh
karena itu, elastisitas kompon yang dihasilkan semakin tinggi. Sedangkan sampel
tanpa melakukan uji penuaan sebelumnya , elastisnya rendah karena kompon yang
dihasilkan kenyal dan tidak merata, hal ini disebabkan struktur penyusun kompon
yang longgar (tidak rapat) dan ikatan antar molekul atom C pada kompon tidak
kuat atau sangat lemah, sehingga permukaan kompon berongga dan tidak rata.

VII. KESIMPULAN
Dari Percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Pada Pengujian Kepegasan Pantul tanpa melakukan Uji Penuaan, jumlah
pantulan pada skala 100 cm dan 80 cm tetap sama yaitu sebanyak 8 kali
pantulan.
Pada sampel 1 jarak terjauh pantulan pada skala 100 rata-ratanya adalah
52,5 cm, sedangkan pada skala 80 adalah 42 cm.
Pada sampel 2 jarak terjauh pantulan rata-ratanya pada skala 100 adalah 51,2
cm dan skala 80 adalah 41 cm.
Pengujian kepegasan pantul dengan uji penuaan sebelumnya didapatkan berat
kompon menjadi menurun dari yang tidak diuji penuaan yaitu pada sampel 1
dari berat awal 7,349 gr menjadi 7,346 gr ; pada sampel 2 dari berat awal
6,943 gr menjadi 6,932 gr dan sampel 3 dari 7,201 menjadi 7,199 gr.
Jarak terjauh pantulan setelah di aging dengan skala 100, 80 dan 60 adalah ;
Pada sampel 1 : 60,3 cm ; 49,6 cm dan 37,3 cm dengan jumlah pantulan
yang sama yaitu 10 kali pantulan.
Pada sampel 2 : 51,6 cm ; 44 cm dan 33,6 cm dengan jumlah pantulan
masing-masing 10 kali pantulan.
Pada sampel 3 : 58,3cm ; 47cm dan 36,3 cm dengan jumlah pantulannya
10 kali.
Percobaan dengan menggunakan aging selama 30, 60 dan 90 menit, setelah di
uji penuaan dan dilanjutkan dengan uji kepegasan pantul didapatkan hasil
yang berbeda. Jadi waktu aging juga berpengaruh terhadap uji kepegasan
pantul.
Semakin ringan massa karet kompon, maka jumlah pantulan akan semakin
banyak dan jarak pantulannya akan semakin jauh sesuai dengan skala yang
digunakan, serta dapat diartikan bahwa karet kompon tersebut memiliki nilai
elastisitas yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Praktikum Uji Material.2014.Politeknik Negeri Sriwijaya.Palembang.
www.google.com
www.wikipedia.com

GAMBAR ALAT

Cetakan Kompon

Skrap, Tang, Skrap dan Gunting

Aging Oven Tester

Pemanas Kompon

Rebound Resilience Tester

Anda mungkin juga menyukai