Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kimia Indonesia

Vol. 5 (1), 2010, h. 22-26

Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator Kalium


Persulfat dan Amonium Peroksi Disulfat
Dewi Sondari,1 Agus Haryono,1 M. Ghozali,1 Ahmad Randy,1 Kuntari Adi Suhardjo,2 Ariyadi
B.,2 Surasno2
1
Polymer Chemistry Group, Research Center for Chemistry
Indonesian Institute of Sciences
Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314 - INDONESIA
Phone: +62-21-7560929, Fax:+62-21-7560549
2
Balai Besar Bahan dan Barang Teknik
Departemen Perindustrian Republik Indonesia
Jl. Sangkuriang No.14 Bandung 40135 – INDONESIA
Phone: +62 22 250 4088, Fax: +62 22 2502027
E-mail: 1sondaridewi@yahoo.com , 2kuntari_b4t@yahoo.co.id

Abstrak. Elastomer termoplastik (ETP) adalah bahan polimer yang mempunyai sifat termoplastis dan
elastis. Bahan ini mudah dicetak menjadi barang-barang jadi dan didaur ulang, sehingga untuk jangka
panjang tidak merusak lingkungan. Telah dilakukan percobaan pembuatan elastomer termoplastik
dengan menggunakan dua jenis inisiator yaitu kalium persulfat dan ammoium peroksi disulfat dengan
perbandingan antara karet alam terhadap campuran monomer stiren/metil metakrilat adalah 50:50;
60:40% (v/v). Proses pembuatan elastomer termoplastik dilakukan dengan metoda grafting (cangkok)
secara polimerisasi emulsi pada suhu 65oC selama 6 jam dengan menggunakan sodium dodesil sulfat
sebagai emulsifier.
Hasil analisa FTIR menunjukkan bahwa proses grafting telah terjadi dengan munculnya peak baru
pada panjang gelombang 1743 dan 1519 cm-1 yang menunjukkan adanya gugus karbonil (C=O) dari
metil metakrilat dan cincin benzen C=C yang berasal dari stiren. Dari spektrum 1H NMR tampak
adanya peak baru pada puncak pada δ = 7,1 ppm merupakan proton aromatik dari gugus phenyl yang
berasal dari stiren, puncak pada δ = 3,5 ppm tampak proton methoxy dari gugus acrylic yang berasal
dari metil metakrilat yang tergrafting dan puncak pada δ = 5,1 ppm merupakan resonansi dari proton
methyne yang berasal dari isopren. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi grafting dari metil
metakrilat dan stiren terhadap tulang punggung karet alam.
Penggunaan inisiator mempengaruhi terhadap efisiensi grafting. Inisiator kalium persulfat
menghasilkan efisiensi grafting 97,6% sedangkan efisiensi grafting dengan menggunakan inisiator
amonium peroksi disulfat sebesar 90,2%.
Kata kunci: elastomer termoplastik, grafting, polimerisasi emulsi, inisiator, emulsifier

12.941.000 ton. Hanya sekitar 30% konsumsi karet


Pendahuluan
alam yang digunakan untuk non ban, antara lain
Karet alam merupakan salah satu komoditi untuk sabuk berjalan, selang, alas kaki, dan produk
pertanian yang penting baik untuk lingkungan lateks seperti sarung tangan, benang karet, busa,
internasional dan terutama di Indonesia. Di balon, kondom, kateter, dan lain-lain sedangkan
Indonesia karet merupakan salah satu hasil 70% konsumsi karet alam digunakan untuk
pertanian terkemuka karena banyak menunjang keperluan ban yang hanya merupakan sebagian
perekonomian Negara. Sampai tahun 1992 ada tiga kecil dari seluruh biaya penggunaan kendaraan
Negara yang menguasai pasaran karet dunia yaitu bermotor2.
Indonesia, Thailand dan Malaysia1. Karet alam dibentuk oleh poliisoprena dengan
Indonesia pada saat ini menghasilkan karet susunan geometri 100% cis-1,4. Berat molekul
alam kurang lebih 2,7 juta ton/tahun, Malaysia 1,3 berkisar 1-2 juta, sehingga mempunyai sifat
juta ton dan Thailand 3,3 juta ton, sedangkan keliatan dan kelekatan yang tinggi dan sifat fisik
jumlah produksi karet alam dunia sebesar seperti elastisitas, kuat tarik (tensile strength) dan
9.948.000 ton dan karet sintesis sebanyak

Dapat dibaca di journal.kimiawan.org/jki


Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator Potassium Persulfate Dan Ammonium Peroksi Disulfate

kepegasan (resilience) yang tinggi. Keteraturan Barang cetak yang dibuat dari karet alam tidak
geometri yang tinggi menambah kuat tarik pada dapat di daur ulang.
saat diregangkan karena kristalisasi. Dengan sifat Elastomer termoplastik yang pertamakali
unggul ini karet alam digunakan untuk barang ditemukan yaitu kopolimer triblok stirena-
industri dan kerekayasaan terutama ban. Namun butadiena-stirena, dengan struktur umum (St)n-
sifat yang tidak polar dan kandungan ikatan tak (Bu)m-(St)p, yang bersifat sebagai elastomer yang
jenuh yang tinggi dalam molekul, karet alam tidak berikatan silang secara fisik (physical crosslink).
tahan oksidasi, ozonisasi, panas dan mengembang Oleh karena ikatannya adalah ikatan fisik maka
di dalam oli3. ikatan tersebut mudah putus oleh panas, dan karena
Dengan keterbatasan sifat karet alam, itu mudah di daur ulang.
penggunaannyapun terbatas. Hanya sekitar 30% Beberapa kelebihan elastomer termoplastik
konsumsi karet alam digunakan untuk non ban, dibandingkan dengan vulkanisasi elastomer antara
antara lain untuk sabuk berjalan (conveyor belt), lain :
selang, alas kaki, dan produk lateks seperti sarung 1. Sedikit/tidak perlu campuran : tidak
tangan, benang karet, busa, balon, mainan, kondom, memerlukan crosslink agent.
kateter dan lain-lain. Konsumsi karet alam dalam 2. Proses pengerjaan lebih sederhana karena tidak
bentuk lateks sekitar 10%. Penggunaan karet alam perlu proses pencampuran.
dalam sektor non ban belum tampak ada 3. Proses berlangsung lebih cepat : tidak
perkembangan baru disebabkan keterbatasan sifat- memerlukan waktu untuk reaksi crosslinking.
sifatnya. 4. Memerlukan energi lebih rendah karena
Karet alam akan mengurangi ketergantungan prosesnya lebih cepat.
konsumsi karet alam untuk ban dan sebaliknya 5. Barang jadinya dapat di daur ulang karena tidak
dapat menggantikan karet sintetik sehingga terjadi crosslinking.
diharapkan harga karet alam lebih mantap. Untuk 6. Dapat digunakan mesin cetak untuk
meningkatkan nilat tambah dan produksi karet termoplastik.
alam maka dilakukan modifikasi, salah satu jenis 7. Elastomer termoplastik banyak digunakan
modifikasi dari karet alam adalah elastomer dalam bentuk komposit, ataupun dalam bentuk
termoplastik. blending sesuai dengan sifat-sifat yang
Elastomer termoplastik (ETP) adalah bahan diinginkan4,5,6.
polimer yang mempunyai sifat termoplastis dan
Metode Penelitian
elastis. Bahan ini mudah di cetak menjadi barang-
barang jadi dengan menggunakan mesin cetak Bahan dan Alat. Alat-alat yang digunakan
yang biasa digunakan untuk mencetak bahan- yaitu erlenmeyer leher – tiga, pipet Mohr, gelas
bahan termoplastik. Elastomer termoplastik juga arloji, sudip, neraca analitik, hot plate, stirer, gelas
mudah di cetak dan didaur ulang, sehingga untuk piala, termometer, kertas saring, corong,
jangka panjang tidak merusak lingkungan. Erlenmeyer, labu takar, vacuum, pipet tetes, labu
Termoplastik yang termasuk dalam golongan soklet, gelas ukur, kondensor, oven vakum dan
elastomer termoplastik banyak sekali jumlahnya, rotavapor.
tetapi semuanya dapat di golongkan menjadi enam Bahan yang digunakan amtara lain sodium
golongan besar yaitu : styrenic block copolymer, dodesil sulfat, monomer stiren, metil metakrilat,
elastomeric alloy, polyurethane ETP, copolyester kalium persulfat, silikon oil, petrolium eter, metil
ETP, polyamide ETP dan olefinic ETP. etil keton (MEK), siklo heksan, aseton dan lateks
Di dunia produksi elastomer termoplastik karet alam.
diperkirakan akan terus meningkat. Indonesia Metode. Kopolimerisasi cangkok ( grafting
masih mengimpor elastomer termoplastik. kopolimer) dilakukan dengan memvariasikan
Penggunaan utama elastomer termoplastik adalah konsentrasi monomer yang digunakan dengan
untuk pembuatan adhesive dan pembuatan barang- karet alam. Perbandingan antara karet alam dengan
barang cetak untuk suku cadang otomotif, footwear, monomer (stiren : metil metakrilat ) adalah 50:50 ;
alat kesehatan dan bahan kontruksi. Salah satu 60:40 menggunakan inisiator kalium persulfat dan
kelebihan barang yang dibuat dari elastomer amonium peroksi disulfat.
termoplastik dibandingkan dengan yang dibuat dari Kopolimerisasi cangkok dilakukan dalam
karet alam adalah sifatnya yang dapat di daur ulang. reaktor labu bulat 1cm3 yang dilengkapi dengan
kondensor, termometer, dan pengaduk. Laterk
karet alam, larutan berair emulsifier (SDS),

23
Dewi Sondari, Agus Haryono, M. Ghozali, Ahmad Randy, Kuntari Adi Suhardjo, Ariyadi B., Surasno

monomer (stiren dan metil metakrilat), inisiator


( kalium persulfat atau amonium peroksi disulfat)
95

%T

dimasukan ke dalam reaktor dan oksigen terlarut 90

dihilangkan dengan cara mengalirkan gas nitrogen 85

selama 30 menit. Temperatur polimerisasi dijaga 80

konstan dengan water bath dari 65OC selama 6 jam. 75

Dari polimer kasar yang didapatkan dipisahkan dan


dikeringkan hingga berat konstan didalam oven
70

vakum. 65

2148.70
2171.85
Dalam tahap ini pun dilakukan tahap

3336.85

3224.98
60

2308.79
3466.08

3184.48

1874.81
penjernihan stiren yang tidak tercangkok dengan 55

karet dengan cara dilakukan estraksi dengan

900.76
2935.66
2900.94

1012.63
2972.31

2513.25
2567.25
2617.40
3016.67

2694.56
2872.01
2841.15

956.69
50

sokletasi. Hasil kopolimerisasi cangkok dibuat

1367.53
2812.21

1058.92

605.65
1174.65

769.60
1548.84

1234.44
1641.42
timbel, kemudian di tambahkan metil etil keton
45

1568.13

833.25
1604.77

1510.26
1 782.23
sebanyak 200 mL dan dilakukan ekstaksi hingga

542.00
40

1417.68
1463.97
1732.08
1710.86
15 kali siklus setelah pencucian pertama dengan 35

(mek) dilakukan pencucian kedua dengan pelarut 4000


A
3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600
1/cm

aseton dan terakhir dicuci dengan petroleum eter


(a)
(PE) sebanyak 15 kali siklus. Kemudian hasil
sokletasi dikeringkan dalam oven vakum selama 1 100

hari. Hasil proses dapat dihitung ( %) Grafting %T

95

Efisien dengan rumus :


Berat total monomer yang tergrafting 90

GE (%)  x100%
Berat total monomer dari polimer 85

2075.41
Hasil dan Pembahasan
80

2272.15

1967.39

1851.66
Proses terjadinya grafting dari monomer

180 9.23
75

2131.34
2411.02
2495.89
2646.34
2549.89

2447.67

748.38
campuran antara stiren dan metil metakrilat 70 2023.33
2796.78
2845.00

terhadap tulang punggung karet alam dapat


1897.95

540.07
65

711.73
798.53
3182.55

dibuktikan dengan menganalisis spektrum FT-IR

856.39
3014.74

60
3043.67

dan NMR. Untuk melihat struktur morfologinya


2953.02

dianalisis dengan menggunakan Scanning Electron


1014.56
55

939.33

522.71
1103.28

648.08
636.51
Microscopy (SEM). 50
1452.40

1350.17

Spektrum FT-IR dari produk elastomer 835.18


1433.11
3385.07

1516.05
3375.43

1585.49
1631.78

1219.01

45
1598.99
1598.99

985.62
1328.95
1282.66

termoplastik dari semua produk dapat dilihat


1178.51
1680.00

1195.87

40

bahwa puncak pada frekuensi (angka gelombang) 4000


E
3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600
1/cm

833 cm-1 menunjukkan pita dari R2C=CHR, pita (b)


C=O dan pita C=C dapat dilihat pada frekuensi Gambar 1. Spektrum FTIR dari elastomer termoplastik
1743 dan 1519 cm-1. Puncak yang membuktikan dengan karet alam:stiren/metilmetakrilat (a) (50:50) ;
terjadinya grafting pada karet alam ditunjukkan *(b) (60:40) % (v/v); inisiator kalium persulfat.
dengan adanya gugus karbonil (C=O) dari metil Selanjutnya untuk melihat bahwa proses
metakrilat dan C=C cincin benzen yang berasal grafting monomer stiren dan metil metakrilat
dari stiren. Hal ini menunjukkan bahwa telah terhadap tulang punggung karet alam, maka
terjadi grafting dari metl metakrilat dan stiren dilakukan analisis 1H NMR. Dari spektrum NMR,
terhadap tulang punggung karet alam. puncak pada δ = 7,1 ppm (c) tampak proton
Komposisi karet alam yang telah tergrafting aromatik dari gugus phenyl yang berasal dari
oleh monomer stiren dan metil metakrilat stiren, puncak pada δ = 3,5 ppm (b) tampak proton
ditentukan dengan menggunakan 1H NMR, karet methoxy dari gugus acrylic yang berasal dari metil
alam yang telah tergrafting dilarutkan dalam metakrilat yang tergrafting dan puncak pada δ =
CDCl3. 5,1 ppm (a) merupakan resonansi dari proton
methyne yang berasal dari isopren.

24 Jurnal Kimia Indonesia Vol. 5(1), 2010


Pembuatan Elastomer Termoplastik Menggunakan Inisiator Potassium Persulfate Dan Ammonium Peroksi Disulfate

100 90

%T
%T
97.5
82.5

95

75
92.5

67.5
90

87.5
60

2036.83
85

2576.90
52.5
3695.61
3925.14

82.5

759.95
45

619.15

2688.77

1950.03
80
2040.69
2320.37
2349.30

1948.10

840.96
37.5
1872.88

77.5

941.26
17 93.80
2704.20

75
30
2725.42

1309.67

989.48
72.5
1490.97

1259.52 22.5
3024.38

3230.77
70

3431.36

929.69
1193.94

15
1728.22

1448.54

67.5

1600.92
2850.79

1400.32

569.00
1662.64
2910.58
2958.80

1307.74

1033.85
3028.24

840.96
1116.78

1489.05

989.48
7.5

2954.95

759.95
65

1078.21
1377.17

1109.07
2846.93

1720.50

1433.11

1230.58

1180.44
1136.07

702.09
2914.44
62.5
0
4000 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 4000 3600 3200 2800 2400 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600
Rizal 60,40 1/cm NR R4 1/cm

(c) (d)
Gambar 2. Spektrum FTIR dari elastomer termoplastik dengan karet alam:stiren/metil metakrilat (c) (50:50); (d)
(60:40) %(v/v); inisiator amonium peroksidisulfat

Gambar 3. Spektrum 1H-NMR dari karet alam lateks Gambar 4. Spektrum 1H-NMR dari elastomer
termoplastik, inisiator kalium persulfat

Variasi perbandingan karet alam terhadap


monomer stiren dan metil metakrilat dilakukan
pada formula A, B, C dan D. Variasi rasio karet
alam dengan monomer adalah 50:50 dan 60:40
untuk formula A, B, dengan inisiator kalium
persulfat dan formula C, D perbandingan karet
alam dengan monomer adalah 50:50 dan 60:40
menggunakan inisiator amonium peroksi
disulfat.. Inisiator yang digunakan sebesar 2%
berat terhadap berat organik (berat total karet
alam lateks dengan monomer stiren dan metil
metakrilat). Sedangkan sodium dodesil sulfat
(SDS) sebesar 5% berat terhadap berat organik
Gambar 5. Spektrum 1H-NMR dari elastomer digunakan sebagai emulsifier. Di antara keempat
termoplastik, inisiator amonium peroksi disulfat formula ini, didapatkan grafting efficiency (GE)
tertinggi pada formula B sebesar (97.6 %). Pada

25
Dewi Sondari, Agus Haryono, M. Ghozali, Ahmad Randy, Kuntari Adi Suhardjo, Ariyadi B., Surasno

formula dengan perbandingan yang tepat, terjadi Pustaka


proses grafting polistiren dan polimetil 1. http://www.indonesia.go.id/id/index.php,
metakrilat yang optimal. Jumlah monomer yang REPUBLIK INDONESIA-Ekspor Karet Alam
terlalu sedikit menghasilkan grafting efisiensi Capai US$ 4,6 Miliar.
yang lebih kecil karena hanya sedikit monomer 2. http://www.riaupos.com/v2/content/view/8262,
Riau Pos dotCom-Raja Produk Karet Alam Dunia.
yang tergrafting. Sedangkan jumlah monomer
3. Fatimah, C. Z., “Karet”. Karya ilmiah Ilmu Kimia.
yang terlalu banyak akan menyebabkan Universitas Sumatera Utara,2006.
terjadinya homopolimerisasi monomer dan tidak 4. Bhowmick, A. K., White, J.R., Thermal, UV-and
tergrafting pada rantai utama poliisopren karet Sunlight Ageing of Thermoplastic Elastomeric
alam. Natural Rubber-Polyethylene Blends. Journal of
Materials Science, 2002, 37, 5141-5151.
Kesimpulan 5. Nampitch, T. Vatanatham, T., Grafting Efficiency
Proses pembuatan elastomer of Emulsion Copolymerization of Styrene on
termoplastik dengan cara polimerisasi emulsi Natural Rubber Latex. Technology and
telah dilakukan antara karet alam lateks dengan Innovation for Sustainable Development
campuran monomer stiren dan metil metakrilat Conference, 2006, 28-32.
menggunakan metoda grafting. Hasil analisa 6. Pukkate, N. Yamamoto, Y., Mechanism of Graft
Copolymerization of Styrene onto Deproteinized
FTIR dan 1H NMR menunjukkan bahwa proses Natural Rubber. Colloid Polym. Sci., 2008, 286,
grafting telah terjadi dengan efisiensi grafting 411-416.
maksimum pada komposisi karet alam 7. Rahma, N.A.,Pembuatan Elastomer Termoplastik
lateks:monomer stiren = 60:40, dengan dari Karet Alam Stiren dengan Proses
menggunakan inisiator kalium persulfat sebesar Copolymerization Graft, Institut Pertanian Bogor,
97,6%. 2009.
Penghargaan. Ucapan terimakasih penulis 8. Cowd, M.A. Kimia Polimer. Penerbit Institut
sampaikan kepada Pimpinan proyek DIPA Teknologi Bandung, Bandung, 1991.
Tematik LIPI Anggaran Tahun 2009 dan seluruh 9. http://en.wikipedia.org/wiki/Natural_rubber
10. Arayapranee, W., dkk., Synthesis of Graft
anggota laboratorium polimer Bidang Teknologi
Copolymers from Natural Rubber using Cumene
Proses dan Katalisis yang telah memberikan Hydroperoxide Redox Initiator. J.Applied
bantuan dan dukungannya. Polychem.Sci., 2001, 0l.83, 2993-3001.
11. Bogner, A.. Grafting characterization of natural
rubber latex particles:wet STEM imaging
contributios, Prancis, 2008.
12. Rao, V., Johns, J., Thermal Behaviour of
Chitosan/Natural Rubber Latex Blends: TG and
DSC Analysis, J. Therm. Anal. Cal., 2008, 92(3),
801-806.

26

Anda mungkin juga menyukai