Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH KOMPOSISI PET TERHADAP KEKUATAN IMPAK

KOMPOSIT BERMATRIX EPOXY

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH:
Muhammad Rizky Febrianto
1740303018

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Peningkatan penggunaan plastik dalam kebutuhan sehari-hari menjadi salah satu
penyebab dari permasalahan lingkungan yang patut untuk di minimalisir. Sampah
plastik menjadi penyumbang terbesar dalam permasalahan ini karena sifatnya yang
sulit terurai atau tidak mudah terurai. Daur ulang sampah plastik yang sudah tak
terpakai menjadi material jenis baru (komposit) yang dapat dilakukan sebagai usaha
untuk meminimalisir penimbunan sampah plastik yang menyebabkan permasalahan
lingkungan. Penggabungan dari dua atau lebih material yang memiliki karakter
berbeda dengan tujuan mendapatkan sifat dan karakter yang baru biasa disebut juga
dengan komposit. Penggunaan komposit dapat diaplikasikan pada spare part mobil
maupun motor, bagian turbin angin, peredam suara dan masih banyak contoh
pengaplikasian yang dapat dilakukan pada penggunaan komposit.
Bahan baku penyusun komposit yaitu pengikat dan serat penguat, resin polyester
adalah salah satu bahan pengikat yang kerap digunakan. Tetapi ada kekurangan pada
sifat resin polyester yaitu getas, maka fungsi dari serat disini adalah untuk
meningkatkan kekuatan dari resin polyester. Bentuk, ukuran, dan homogenitas sebuah
serat sangat mempengaruhi kekuatan yang dihasilkan dari suatu komposit. Sifat yang
diinginkan dari komposit tidak didapat dari material lain apabila berdiri sendiri. Sifat
material yang diinginkan diperoleh dengan membuatnya menjadi komposit, sehingga
sifatnya dapat didesain sesuai kebutuhan.
Bahan komposit terkenal ringan, kuat dan tidak terpengaruh korosi sehingga
mampu bersaing dengan bahan logam. Dewasa ini pengunaan material komposit
mulai banyak dipakai pada industri manufaktur. Material komposit yang ramah
lingkungan dan bisa didaur ulang kembali merupakan tuntutan saat ini. Untuk
material pengisinya dapat berupa serat alami ataupun serat buatan. Serat buatan dapat
diperoleh dari bahan plastic yang menjadi limbah yang tidak dapat diurai oleh alam.
Bahan plastic ini diperoleh dari plastic bekas minuman kemasan, yang
penggunaannya hanya sekali pakai. Jumlah ini sangat banyak di tempat pembuangan
sampah masyarakat.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposit pet terhadap
kekuatan impak komposit bermatrix komposit dan juga memanfaatkan kembali
limbah sampah plastik dan mengurangi pencemaran lingkunagan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas maka dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana mendaur ulang sampah plastik menjadi komposit?
2. Bagaimana pengaruh komposisi pet terhadap kekuatan impak komposit bermatrix
epoxy?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan uraian yang telah disusun maka tujuan dari penyusun penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa hasil daur ulang sampah plastik menjadi komposit
2. Menganalisa pengaruh komposisi pet terhadap kekuatan impak komposit bermatrix
epoxy?

1.4 Batasan Masalah


Untuk lebih memfokuskan arah dan sistematika penelitian maka dilakukan batasan
dan penyederhanaan masalah sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan sampah plastik sebagai komposit
2. Berpengaruh terhadap kekuatan impak komposit bermatrix empoxy.

1.5 Manfaat Penelitaan


1. Penelitian ini diharapkan bisa memperluas dan memperkaya wawasan mengenai
kekuatan material komposit khususnya sampah plastik
2. Plastik secara umum dimanfaatkan sebagai kerajinan dan bahan industri namun
penelitian ini menggunakan plastik sebagai komposit
3. Sampah plastik hanya berupa limbah dan sebagian orang mengolah sampah plastik
tersebut menjadi kerajinan mebel namun penelitian ini menggunakan sampah plastik
yang akan digunakan sebagai bahan komposit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Plastik
Plastik adalah material yang mengandung satu atau lebih polimer yang memiliki
berat molekul yang besar. Plastik terdiri dari beberapa jenis seperti sintetik atau semi-
sintetik senyawa organik yang dapat ditempa sehingga bisa dibentuk atau dituang ke
dalam objek yang padat. Melihat ke permasalahan global tentang polusi lingkungn yang
disebabkan oleh sampah plastik, usaha dalam melakukan riset telah difokuskan untuk
mengurangi jumlah sampah plastik dalam jumlah yang banyak dengan cara yang efisien
dan ramah lingkungan. Para ilmuwan merencanakan untuk menggunakan sampah plastik
sebagai bahan dalam konstruksi bangunan. Kegunaan dari sampah plastik pada konstruksi
bangunan tidak hanya akan membuat metode pembuangannya menjadi aman namun juga
dapat meningkatkan properties seperti kekuatan tarik, ketahanan kimia, drying shrinkage,
creep dalam basis yang pendek dan panjang. (Tapkire & Parihar, 2014) Mengapa plastik:
Polimer memiliki beberapa sifat yang penting yang dapat memberikan kontribusi yang
signifikan untuk meningkatkan properties dari bahan konstruksi :
a) Tahan terhadap korosi
b) Isolator dingin, panas yang baik
c) Ekonomis dan memiliki lifespan yang panjang
d) Tidak memerlukan maintenance
e) Higienis dan bersih
f) Pembuatan/pemasangan yang mudah
g) Berat yang ringan

2.1.1 Jenis-jenis Plastik


Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastik dan
termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai
temperatur tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang

diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk
padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan.
a. Polimer Thermoplastik
Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik di atas, thermoplastik adalah jenis yang
memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi
kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi
danpenggunaannya lihat pada Gambar 2.1 dan Tabel 1.
Gambar 2.1 Kode Plastik
Sumber: (https://edmontonartgallery.com/2022/06/14/arti-kode-kemasan-plastik/)

Tabel 2.1 Jenis Platik, Kode dan Penggunannya

Sumber: Kurniawan (2012)


Respon dari polimer terhadap gaya mekanik pada temperatur yang tinggi memiliki
hubungan dengan struktur dominan dari polimer tersebut. Berdasarkan perilaku polimer
pada temperatur tinggi, polimer diklasifikasikan menjadi dua 6 macam yaitu
thermoplastic dan thermoset. Pada thermoplastic polimer, ketika dipanaskan akan
melunak dan ketika didinginkan akan mengeras. Proses nya dapat dibalik dan dapat
diulang. Pada temperatur yang tinggi gaya ikatan sekunder pada polimer melemah dan
pergerakan molekul meningkat. Polimer jenis thermoplastic cenderung lunak.
Berdasarkan struktur molekul nya polimer linear dan beberapa branched polymer yang
memiliki rantai yang flexibel termasuk ke dalam kategori thermoplastic. Beberapa contoh
thermoplastic yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari adalah polyethylene,
PET, dan PVC. (Callister, 2007)

Gambar 2.2 Pengaruh Plastik Thermoplast terhadap waktu


Sumber : Imam Mujiarto (2009)
b. Polimer Thermosting
Polimer thermosetting adalah jenis dari polimer yang ketika dipanaskan
tidak melunak. Polimer jenis ini mengeras secara permanen pada
pembentukannya. Berdasarkan struktur molekulnya polimer thermosetting adalah
network polymer yang memiliki mechanical dan thermal properties yang spesifik.
Pada saat perlakuan panas, ikatan pada rantai polimer thermoset akan menguatkan
diri satu sama lain pada rantainya untuk menahan pergerakan vibrasi dan rotasi.
Maka dari itu, polimer thermosetting dapat tetap stabil dan tidak melunak
meskipun dihadapkan pada temperatur yang tinggi. Namun pada temperatur yang
berlebihan polimer thermosetting akan berubah bentuk dan terdegradasi. Polimer
jenis ini lebih keras dan lebih kuat dibandingkan dengan polimer thermoplastik.
Beberapa contoh polimer thermosetting adalaha vulcanized rubbers, epoxies, dan
polyester resin. (Callister, 2007)
Gambar 2.3

2.1.2 Sifat Therma Bahan Plastik

Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses
pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur
(Tm), temperatur Jenis Tim ( Tg ( Temperatur transisi (Tg) dan
temperatur Bahan °C¿ °C¿ Kerja Maks (° C ¿ dekomposisi.
Temperatur PP 168 5 80 transisi adalah
temperatur di mana plastik
HPDE 134 -110 82
mengalami perengganan
struktur sehingga LPDE 330 -115 260 terjadi perubahan
dari kondisi kaku menjadi lebih
PA 260 50 100
fleksibel. Di atas titik lebur, plastik
mengalami PET 259 70 100 pembesaran
volume sehingga molekul bergerak
lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah
temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur
dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas
temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami
dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang
mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu
diatas 1,5 kali dari temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). Data sifat termal yang
penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel berikut:

Table 2.2 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik


Sumber : Budiyantoro (2010

a. Polyethylene Terephtalate (PET)


Polyethylene Terephtalate (PET) adalah jenis polimer yang masuk ke dalam jenis
polyester. PET memiliki sifat yang kuat dan kaku. PET banyak sekali digunakan
untuk material pengemas. Botol minuman dan nampan makanan untuk microwave
adalah aplikasi paling penting dari PET. PET resin terbuat dari ethylene glycol
dan terephthalic acid atau dimethyl ester dari terephthalic acid. Orientasi dari PET
adalah meningkatkan kekuatan bending dan tarik serta water vapor transition
secara signifikan. (Mendivil-Escalante & Gomez Soberon, 2015) Botol plastik
adalah termasuk golongan Polyethylene Terephthalate (PET), merupakan resin
polyester yang tahan lama, kuat, ringan dan mudah dibentuk 8 ketika panas.
Polyethylene terephthalate (PET) bersifat jernih dan transparan, kuat, tahan
pelarut, kedap gas dan air, melunak pada suhu 180ºC dan mencair dengan
sempurna pada suhu 200 ºC. Tidak untuk air hangat apalagi panas, Untuk jenis
ini, disarankan hanya untuk satu kali penggunaan dan tidak untuk mewadahi
pangan dengan suhu kurang dari 60 ºC. Berikut ini sifat-sifat dari PET
ditunjukkan pada table 2.3

Table 2.3 Karakteristik Polyethylene terephthalate


Sumber : Nabeel (2010)

2.2 Komposit
Komposit merupakan perpaduan dari dua material atau lebih yang memiliki fasa
yang berbeda menjadi suatu material yang baru dan memiliki properties lebih baik dari
keduanya. Komposit menjadi bahan alternatif pengganti bahan logam, hal ini disebabkan
sifat dari komposit serat yang kuat dan mempunyai berat yang lebih ringan dibandingkan
logam (Fahmi H, 2011). Karakteristik komposit sangat kuat dipengaruhi oleh
penyusunnya, distribusinya dan interaksinya. Lebih spesifik, juga dipengaruhi oleh
geometri dari penguatnya, dimana geometri itu merupakan bentuk, ukuran dan distribusi
ukurannya. Semua hal ini kemudian dikembangkan untuk menaikkan karakteristik
mekaniknya seperti kekuatan, kekakuan, ketangguhan, peforma terhadap panas dan
lainnya.(Sirait, 2010) Keuntungan dari penggunaan komposit sendiri adalah bobotnya
yang ringan serta mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik, biaya produksi lebih
murah, umur pemakaian yang lama dan tahan terhadap korosi. Hal demikian harus 9
diperhatikan karena pada komposit yang diperkuat agar dapat membentuk produk yang
efektif, disamping itu juga harus ada ikatan permukaan yang lebih kuat antara komponen
penguat dan matriks.(Djaprie, 1991:592)
Menurut bentuk dan penyusunnya material komposit dapat dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu :

1. Komposit Partikel (particulate composite)


Komposit partikel merupakan material komposit yang bahan penguatnya
berbentuk partikel atau butiran. Misal bulat, serpih atau balok, serta bentuk
lainnya yang memiliki panjang sumbu hampir sama, dan bisa terbuat dari satu
atau lebih material yang dibenamkan dalam suatu matriks dari material yang
berbeda.
Gambar 2.3 Komposit Partikel
Sumber : Lumintang S (2011)

2. Komposit Serpih (flake)


Komposit ini pada umumnya menggunakan bahan penguat yang
distribusikan ke dalam matriks, sehingga komposit yang dihasilkan cenderung
lebih bersifat isotropis dari pada anisotropis.

Gambar 2.4 Komposit Partikel Serpih (Flake)

Sumber : Lumintang S (2011)


3. Komposit Skeltal (filled)
Komposit skeltal adalah komposit yang mengandung partikel yang hanya
dimaksudkan untuk memperbesar volume material dan bukan untuk
kepentingan sebagai bahan penguat. Di dalam komposit skeltal biasanya diberi
tambahan material atau filler ke dalam matriknya dengan struktur tiga dimensi.

Gambar 2.5 Komposit Skeltal (Filled)

Sumber : Lumintang S (2011)

4. Komposit Laminar
Komposit laminar merupakan jenis komposit yang tersusun atas dua atau
lebih lamina/lapisan. Komposit serat lamina ini adalah yang paling banyak
digunakan dalam lingkup teknologi otomotif maupun industri.

Gambar 2.6 Komposit Laminar


Sumber : Lumintang S (2011)
5. Komposit Serat (fibrous composite)
Pada umumnya serat jauh lebih kuat dan kaku dibanding
matriknya, sifat dan kandungan seratnya akan sangat menentukan sifat
komposit yang dihasilkan. Komposit serat merupakan jenis komposit
yang paling banyak digunakan untuk struktur. Komposit serat terdiri
dari serat sebagai bahan penguat dan matrik sebagai bahan pengikat,
pengisi volume dan pelindung serat- serat untuk mendistribusikan gaya
atau beban antara serat-serat.

Gambar 2.7 Komposit Serat (fibrous composite)

Sumber : Lumintang S (2011)

Dalam penelitian yang akan saya lakukan,bentuk dan


penyusunnya yang digunakan adalah bahan komposit serat (fiber
composite), komposit serat memiliki kekuatan dan kekakuan yang lebih
baik. Unsur utama komposit adalah serat yang mempunyai banyak
keunggulan, oleh karena itu bahan komposit serat yang paling banyak
dipakai. Bahan komposit serat terdiri dari serat–serta yang terikat oleh
matrik yang saling berhubungan. Bahan komposit serat ini terdiri dari
dua macam, yaitu serat panjang (continous fiber) dan serat pendek
(short fiber dan whisker). Penggunaan bahan komposit serat sangat
efesien dalam menerima beban dan gaya. Karena itu bahan komposit
serat sangat kuat dan kaku bila dibebani searah serat, sebaliknya sangat
lemah bila dibebani dalam arah tegak lurus serat.
Gambar 2.8 Skema Klasifikasi Beberapa Tipe Komposit
Sumber : Callister (2007)
2.3 Persamaan
Karakteistik material komposit adalah kandungan atau persentase antara
matriks dan serat merupakan salah satu faktor penting sebelum melakukan
cetakan komposit. dalam menentukan perbandingan antara komponen matriks
dengan serat (pengisi) material komposit ini pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode konversi fraksi volume menjadi fraksi berat (Sulistiono,
2012).
Perhitungan volume komposit (Vc), volume serat (Vf), Volume matriks (Vm),
dan massa matriks. Sebelum melakukan percetakan komposit dan menentukan
berapa besar volume pada komposit maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan
dengan persamaan Kemudian dilakukan perhitungan fraksi volume serat = Vf,
volume matriks Vm dengan Persamaan 2.1. dan Persamaan 2.2.

vf v
vf - . vm - m (2.1)
vc vc

wf w
vv f - . vm - m (2.2)
wc wc

Dengan mengetahui densitas dari komposit, serat dan matriks, maka bisa
diperoleh konversi dari fraksi volume ke fraksi berat atau sebaliknya
menggunakan Persamaan 2.3. kemudian untuk mengetahui berat fiber yang
dibutuhkan wf berat matriks yang dibutuhkan pada Persamaan 2.3. ditentukan
dengan Persamaan 2.4. dan 2.5.

w f ρf v f −ρf
v v f −¿ − . . vf (2.3)
w c ρc v c ρf

ρc
Vf = . wf
ρf

ρc
Vm = . wm
ρf

w f = vf .ρ f (2.4)

w m = v m. ρm (2.5)

Dimana:

w c = Berat Kompisi (gr),

w f = Berat Serat (gr),

w m= Berat Matriks (gr),

v f = Volume fiber (gr),

W f = Fraksi Berat Fiber (gr),

V f = Fraksi Volume Fiber (gr),

V m= Fraksi Volume Matriks (gr),

Setelah bahan dipersiapkan dengan Persamaan 2.1, 2.2 dan 2.3.


selanjutnya bahan dibentuk menjadi komposit. Untuk menentukan densitas
komposit digunakan Persamaan 2.4.

1
ρc =

( )( )( )
Wf
ρf
+
Wm
ρm
+
W sb
ρsb

Anda mungkin juga menyukai