• Mudah pengolahannya,
1. Bahan olah karet ( lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar )
2. Karet konvensional ( ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate brown crepe,
compo crepe )
3. Lateks pekat,
IIR (Isobutene Isoprene Rubber), NBR (Nytrite Butadine Rubber), CR (Chloroprene Rubber), dan
EPR (Etylene Propylene Rubber)
Kelebihan Kekurangan
SBR
Karakterisasi
Aplikasi
Penggunaan SBR yang paling dominan adalah pada industri automotif, khususnya ban kendaraan
yang mencapai 76% dari konsumsi keseluruhan.
Namun disamping itu SBR juga dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
perabotan rumah tangga, sol dan tumit sepatu, penutup wadah makanan, conveyor belts, spons,
bahan perekat dan dempul, barang automotif, alas (bantalan) pedal rem dan kopling, sabuk,
mainan dari karet, kabel isolasi, jacket, pengemas dan lain-lain.
Ban mobil pada umunya dibuat dari campuran (compounding) antara polibutadien dengan berbagai
senyawa lain.
Karakteristik
- bersifat keras
Polibutadien dan polistiren dicampur menjadi HIPS yang mempunyai sifat kuat sekaligus liat
Sayangnya tidak semua polier tidak bisa dicampur dengan polimer lain (incompatible)
Campuran incompatible umumnya tidak bisa memenuhi sifat yang diinginkan, karena sifat tiap polimer
masih tetap dipertahankan.
Dari jurnal pengaruh penggunaan sbr dan nr terhadap sifat fisika kompon karet packing cap radiator
oleh Nuyah Baristand Palembang.
Sifat SBR (styrene butadiene rubber) yang lain adalah tahan kikis, tahan terhadap
pengusangan, tahan panas, sangat dinamis, kaku dan mempunyai gas permeability yang baik.
Sedangkan kelemahannya menimbulkan panas yang rendah, dan penyusutannya tinggi.
Dalam pembuatan kompon karet selain bahan baku karet alam dan karet sintetis perlu
ditambahkan beberapa jenis bahan kimia, tujuannya adalah untuk memperbaiki sifat-sifat fisik
kompon yang dihasilkan (Blow, 2001). Bahan kimia yang ditambahkan meliputi bahan
vulkanisasi, bahan pencepat, bahan pelunak, bahan pengisi, bahan penggiat dan bahan anti
oksidan
Karet packing cap radiator adalah karet seal yang merupakan barang jadi karet yang
mempunyai bentuk dan ukuran tertentu yang dipasang pada tutup radiator. Karet ini berfungsi
untuk menahan tekanan air pada radiator yang disebabkan sirkulasi air pada saat mesin
bekerja dan sangat mempengaruhi keselamatan kendaraan. Karet packing cap radiator sering
mengalami kerusakan yaitu terjadinya pengerasan akibat pengusangan pada karetnya yang
dapat menyebabkan kebocoran, sehingga mempengaruhi sirkulasi air pada radiator.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah karet sintetis SBR (styrene butadiene rubber),
Karet alam NR (natural rubber), bahan pembantu terdiri dari ZnO (aktivator), Asam Stearat
(aktivator), Flectol H, IPPD (antioksidan), CBS (accelerator), CB 330 (HAF)(filler), Sulfur
(vulkanisator), Minarex oil (softener), Silicon oxide, Comaron resin, DPG, PAN, Ionol, TMTD,
MBTS dan bahan untuk pengujian mutu produk di laboratorium.
Kekerasan (hardness)
Dilakukan untuk mengetahui besarnya kekerasan vulkanisat karet dengan kekuatan penekanan
tertentu. Penambahan karet alam (NR) cenderung menurunkan nilai kekerasan kompon karet.
Hal ini disebabkan karet alam bersifat lentur dan mempunyai friksi yang baik pada suhu normal,
sehingga pemakaian karet alam yang banyak akan membuat kompon karet menjadi lunak, akan
tetapi penggunaan karet sintetis yang tidak diberi tambahan bahan penggiat akan memiliki
kekerasan yang lebih rendah dibanding karet alam. Bahan penggiat yang digunakan dalam
penelitian adalah kombinasi antara ZnO dan asam stearat. Penggunaan karet sintetis yang
diberi tambahan bahan penguat akan memiliki kekerasan yang tinggi (Supraptiningsih, 2005).
Selain itu penambahan bahan pengisi carbon black berfungsi untuk menambah sifat mekanik
barang jadi karet dan peningkatan penambahan bahan pengisi akan mempengaruhi sifat fisik
kompon karet yaitu viskositas dan kekuatan kompon (green strength) akan bertambah.
Penambahan bahan pengisi yang kurang tepat dapat menyebabkan daya rekat kompon akan
berkurang.
Tegangan Putus (tensile strength), kg/cm2
Tegangan putus adalah besarnya beban yang diperlukan untuk meregangkan potongan uji
sampai putus, dinyatakan dengan kg tiap cm2 luas penampang potongan uji sebelum
diregangkan. Jika nilai tegangan putus semakin besar, menunjukkan bahwa
kompon karet semakin elastis (Basseri,2005a).
Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang baik dan plastisitas tinggi, sehingga
pada penambahan karet alam (NR) terjadi penurunan nilai tegangan putus kompon karet.
Perpanjangan Putus (elongation at break), %
Perpanjangan putus adalah pertambahan panjang suatu potongan uji bila diregangkan sampai
putus, dinyatakan dengan persentase dari panjang potongan uji sebelum diregangkan.
Pengujian perpanjangan putus (elongation at break) bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat
tegangan dan regangan dari karet vulkanisat dan thermoplastik dan termasuk penentuan yield
point melalui kekuatan dan pertambahan panjang vulkanisat karet ketika mengalami penarikan
sampai perpanjangan tertentu dan sampai putus.
Hasil pengujian perpanjangan putus kompon karet berkisar antara 610% hingga 650%, kompon
karet terendah diperoleh pada formula 3 (penambahan SBR : NR = 70 : 30, phr), yaitu 610%.
Jadi semakin banyak penambahan karet alam, maka perpanjangan putus akan semakin naik.
engetahui sifat elastisitas dari produk yang akan menunjukkan sampai seberapa produk yang
berbentuk ring dapat diregangkan dengan tepat pada tempatnya. Jika kemulurannya terlalu
besar maka produk akan mudah ditarik, sehingga pada pemakaiannya tidak dapat
dikencangkan dengan tepat (Basseri A, 2005b).
Semakin besar penambahan karet alam maka akan menaikkan sifat perpanjangan putus
kompon karet dan barang jadi karet akan semakin elastis. Selain itu nilai perpanjangan putus
dipengaruhi oleh penambahan carbon black yang digunakan, makin besar carbon black yang
ditambahkan sebagai filler, semakin rendah nilai perpanjangan putus. Kompon yang
mengandung bahan pengisi (carbon black) yang berukuran partikel besar seperti thermal black,
akan memberikan nilai perpanjangan putus yang terbaik dan tidak dipengaruhi oleh
meningkatnya penambahan.
Penambahan yang carbon black yang tidak tepat akan mempengaruhi sifat fisika yang lain dari
kompon.
kesimpulan
1. Penambahan SBR : NR berpengaruh nyata terhadap sifat fisik kompon karet yaitu
kekerasan, tegangan putus dan perpanjangan putus.
2. Kompon karet terbaik adalah pada formula 3 (campuran SBR : NR = 70 : 30 phr) dengan
karakteristik kompon karet packing cap radiator yang meliputi kekerasan yaitu 58 shore A,
tegangan putus yaitu 208 kg/cm2 dan perpanjangan putus yaitu 610% .
Nama klon/Singkatan Klon Karet pada dasarnya adalah singkatan dari nama
tempat, badan atau lembaga penghasil klon tersebut. Sekedar untuk
pengetahuan, ada baiknya kita mengetahui nama klon-klon karet yang sering
digunakan.
1. AVROS : Algemene Vereniging van Rubberplanters Ooskust van Sumatera
2. BPM : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Medan
3. BPPJ : Balai/Pusat Penelitian Perkebunan Jember
4. GT : Gondang Tapen
5. GYT : Good Year Type
6. IAN : Instituto Agronomico dede Norte (Brazil)
7. IRR : Indonesian Rubber Research
8. LCB : Landbouw Caoutchuc Bedrijf
9. PPN : Perusahaan Perkebunan Negara
10. PB : Prang Besar
11. PR : Proefstation Rubber
12. RCG : Rubber Research Center Getas
13. RRIC : Rubber Research Institute of Ceylon
14. RRIM : Rubber Research Institute of Malaysia
15. Tjir : Tjirandji
16. WR : Wangun Reja
Membuat karet yang lunak dan pengisi yg keras menjadi campuran vulkanisat
yang fleksibel bersama campuran lain
Retarders , merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menunda waktu pra-
vulkanisasi atau mencegah terjadinya vulkanisasi prematur. Retarder ini
biasanya disebut PVI (prevulcanization inhibitor), yang mana tidak mempengaruhi
laju vulkanisasi, hanya menghambat tahap awal proses vulkanisasi. (bahannya :
Phthalic anhydrade, asam salisilat, dan sodium asetat)
Bahan yang pertama kali dan terutama dipakai untuk vulkanisasi / curing agent adalah belerang
(sulfur). Crosslinking akan terbentuk lebih cepat jika sulfur dikombinasikan dengan bahan
accelerator dan bahan lainnya. Bahan lain yang dapat dipakai sebagai curing agent untuk
menghasilkan karet vulkanisir dengan membentuk crosslinking sulfur misalnya sulfur donor
seperti TMTD (tetramethylhiuram disulfide) atau DTDM (4,4-dithiodimorpholine).
Untuk vulkanisasi karet jenuh dan karet tidak jenuh digunakan peroksida, sedangkan
untuk vulkanisasi kloropren, fluorokarbon, bromobutil, dll digunakan ZnO dan MgO (metal
oksida).
Ini dapat dilakukan terutama pada temperatur rendah dimana molekul karet
akan terputus dengan pemaksaan (‘force’) diantara roll dan setelah beberapa
menit, viskositas akan berkurang.
Bila mastikasi dilakukan pada temp. sekitar 1150C, mastikasi tidak efektif
Efisiensi mastikasiKaret digilingDgn 2 roll millb
Belerang, antioksidan serta bahan pengisi aktif akan dapat menghentikan proses
oksidasi lanjutan oleh peptizer.
Pentakhlorotiofenol spt Struktol A95D s.g.1,2 warna biru pastiles, untuk NR dan
SR dosis 0,1-1,0phr
Kompleks Organometal spt Struktol,A 80,A 82 warna biru abu-abu digunakan 0,8-
2,0phr. Struktol A86 digunakan 0,2-0,5 (sangat aktif) untuk NR dan SR
Aryl amine Hidrocarbon spt Peptizer 9344 untuk khloropren (contoh karet:
neopren) dgn pemakaian 0,5-2,0phr
Kompleks Organometal spt Struktol,A 80,A 82 warna biru abu-abu digunakan 0,8-
2,0phr. Struktol A86 digunakan 0,2-0,5 (sangat aktif) untuk NR dan SR
Aryl amine Hidrocarbon spt Peptizer 9344 untuk khloropren (contoh karet:
neopren) dgn pemakaian 0,5-2,0phr
Bahan pemvulkanisasi
Dalam teknologi karet, dikenal 2 macam belerang yaitu: bentuk soluble (bentuk
rhombic) dan bentuk insoluble (polymeric sulfur)
NR :NBR
Kelarutan ‘soluble sulfur’ pada 25C= 0,7% (NR),3% (NBR) 50C= 4,8% (NR),2 %
(NBR)
Banyak polimer yg bisa di vulkanisasi dengan bahan yang berbeda, dan tiap jenis
memberikan karakteristik yang berbeda pula.
DICUMYL PEROXIDE
Vulkanisasi juga dpt dilakukan dgn logam oksida ZnO/MgO untuk polychloroprene
Vulkanisasi dgn radiasi bisa untuk karet PE, EPDM Silicone dll.
Belerang atau sulfur bila digunakan sendiri dapat memvulkanisasi karet, tetapi
dalam tempo yg sangat lambat dan memerlukan sulfur yg banyak, temperatur yg
tinggi dan waktu yg sangat lama, karena itu diperlukan bahan pencepat.
2-Mercptobenzothiazole (MBT)
Populer untuk barang yg akan mengalami ‘heavy dynamic stresses’ spt ban,
conveyor belts dll.
Contoh:
N-Cyclohexyl-2-benzothiazylsulfenamide (CBS)
Bahan pencepat THIURAM (cepat) Populer untuk Steam joints, stem hose, hot
water bottles,food contactdll,& booster untuk thiazol dan sulfenamida
Contoh :
Bisa untuk low temp cured( C) shg (ZDC) bisa untuk warna organik, putih,
transparan, adesif, & untuk barang lateks.
Contoh:
shg diperlukan untuk barang karet yg tebal. Sulit divulkanisasi dgn udara panas.
Sbg penambahan sebagai secondary accelerator sangat bagus, terutama dgn
MBT atau MBTS krn dapat memberikan dynamic properties yg bagus.
Contoh :
Diphenylguanidine (DPG)
Di-o-tolylguanidine (DOTG)
Formula punya banyak kemungkinan, termasuk kombinasinya yg bersifat sinergis.
Yang berikut hanya sbg gambaran kalau bahan pencepat akan digunakan
tunggal:
BAHAN PENGGIAT
Bahan pencepat memerlukan aktivator atau bahan penggiat untuk semua jenis
karet, dan yg terpenting adalah ZnO Digunakan antara 3-5 phr, dan tidak
mengandung logam berat Pb
Sekarang sudah jadi standar bahwa accelerator harus diaktifkan dgn ZnO dan
Asam stearat (1-2phr), untuk karet alam, SBR dan banyak karet sintetis lainnya
Ikatan rangkap walaupun vital dalam vulkanisasi dgn belerang, tetapi merupakan
titik lemah yg dapat menyebabkan oksidasi oleh oksigen dan ozon.
Karet alam, SBR,BR yg punya banyak ikatan rangkap lebih mudah teroksidasi
dibanding karet yg jenuh spt butil dan EPDM. Karet karena itu harus diprotek
dengan bahan antidegradasi yg secara garis besar dapat dibagi dua:
ANTIOZONAN: Ozon dapat menyerang karet dalam keadaan teregang, karena itu
permukaan karet perlu dilindungi. Biasanya parrafin wax yang ditambahkan
kedalam kompon karet akan keluar kepermukaan vulkanisat shg melindungi dari
serangan ozon. Karet yg dinamis tidak dapat dilindungi dgn par. Wax karena
ikatannya dgn permukaan karet tidak kuat.
Untuk karet yg dinamis spt ban, perlu dilindungi dgn microcrystalline wax
BAHAN PENGISI
JENIS ESTER :
BLOWING AGENT
NN’DINITROSOPENTAMETILENTETRAMIN (DNPT)
LAIN-LAIN:
PROSES PENDAHULUAN
1. Mastikasi.
2. Pencampuran.
4. Pemasakan.
1 1
−
M Mo
Efisiensi=
1
Mo
Mo = Berat molekul rata-rata sebelum mastikasi
Pada proses mastikasi untuk keseluruhan suhu yang tercantum pada Gambar
1. oksigen sangat berperan. Hal ini dibuktikan dengan memastikasi karet
tanpa adanya udara, yaitu dengan cara mengalirkain nitrogen atau karbon
dioksida ke dalam mastikator yang berakibat tidak lunaknya karet.
Pemutusan rantai molekul oleh tenaga mekanis akan diikuti oleh terikatnya
oksigen dari udara pada radikal-radikal bebas.
tenaga
R–R R’
mekanis
2. Dengan adanya oksigen dari udara, maka bagian terbesar dari sejumlah
radikal bebas yang terbentuk akan mengikat O2.
R’+ 02
❑ RO2.
❑
R’ + R’
❑ R–R
❑
Dengan lebih rendahnya suhu mastikasi, maka viskositas karet akan lebih
tinggi, sehingga tenaga untuk mastikasi menjadi lebih tinggi pula. Selain
suhu yang rnempengaruhi tenaga untuk mastikasi, tenaga dari mesin
mastikasinya juga mempengaruhi proses pemutusan rantai molekul.
Pada Gambar 2 ditunjukkan pengaruh dari perbedaan tenaga geser yang
dikerjakan pada karet saat proses mastikasi, yaitu dengan cara merubah
kecepatan rotor atau gilingan serta suhu dan viskositas awal karet yang
disamakan.
Seperti telah dijelaskan pada mekanisme terjadinya pemutusan rantai
molekul, maka peran oksigen adalah menghalangi terjadinya
penggabungan kembali rantai-rantai molekul yang terputus. Bahan kimia
yang dapat berperan seperti oksigen adalah thiophanol dengan
reaksisebagai berikut :
R’ + H – S – PH ---- > RH + .S – Ph
Tabel 1. Keterikataii fraksi radikal DPPH pada rantai molekul karet sebagai
fungsi dari waktu mastikasi. Mastikasi dikerjakan pada karet alam dengan
adanya DPPH (O,1.%) tanpa oksigen pada suhu kamar.
MASTIKASI DI DALAM UDARA DAN DENGAN PEPTIZERS
Efisiensi pemutusan rantai yang dihasilkan dari mastikasi karet dalam
lingkungan oksigen, hanya dapat didekati oleh mastikasi karet dalam
lingkungan inert atmosphere (misal nitrogen) dengan adanya radical
acceptor thiophenol (tampak pada Gambar 3). Dengan adanya radical
acceptor tersebut dalam karet, dapat meningkatkan pemutusan rantai
molekul pada mastikasi dalam lingkungan oksigen.
Hal ini jelas, karena jumlah oksigen yang masuk ke dalam karet sudah
cukup untuk bereaksi dengan seluruh radikal polimer yang dihasilkan dari
pemutusan rantai oleh tenaga mekanik selama berlangsungnya mastikasi
ditambah lagi dengan radical acceptor.
PENCAMPURAN KOMPON
Pencampuran adalah suatu tahapan utama dalam pembuatan kompon yang
bertujuan untuk memasukkan bahan-bahan kimia ke dalam karet secara
merata (homogen). Pencampuran tersebut dapat dilakukan dalam mesin
pencampur terbuka (open-mill mixer) atau pencampur tertutup (internal
mixer). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap mutu campuran antara
lain suhu mesin, waktu pencampuran, dan urutan pemasukan bahan. Hal
yang perlu mendapat perhatian adalah dalam pemasukan bahan pengisi,
terutama carbon black. Seperti diketahui carbon black dalam kompon
karet akan meningkatkan beberapa sifat fisik, antara lain sifat tarik
(tensite properties), kikis (abrasion) dan sobek (strength) selain kekerasan
(hardness) dah modulus.
Satuan terkecil atau utama (primary unit) dari carbon black adalah
aggregate yang tersusun dari atorn-atom carbon. Beberapa aggregate
bergabung oleh suatu gaya lemah yang dinamakan gaya Van Der Waals
menjadi aglomerat. Sebenarnya carbon black tidak hanya murni terdiri dari
atom carbon, tetapi terdapat beberapa unsur lain, seperti sulphur,
hydrogen dan oxygen. Mengingat kepada struktur carbon black dan peran
yang baik dalam perbaikan sifat fisik maka proses pencampuran harus
mampu memecah aglomerat ke bentuk terkecil dan sekaligus dapat
mendistribusikan ke seluruh matriks karet secara homogen.
3. lnkorporasi. Tahap ini disebut pula sebagai wetting stage, yaitu karet
yang telah mengalami penurunan viskositas siap untuk menerima
bahan pengisi dan bahan serbuk lainnya. selanjutnya bahan-bahan yang
dimasukkan ke dalam matriks karet akan diselimuti oleh lapisan-
lapisan karet yang sudah bersifat plastis.
4. Distribusi/Penyebaran
Tenaga mekanis gilingan atau rotor, yang dihasitkan dari geseran
antara dua rol (gilingan terbuka) atau antar rotor serta rotor dan
dinding ruang pencampur (gilingan tertutup) mampu memutuskan gaya
Van der Waals sehingga agglomerate carbon black akan hancur menjadi
struktur carbon black yang lebih kecil. Struktur lebih kecil tersebut
selanjutnya harus terdistribusi secara merata dalam matriks karet.
Distribusi carbon black akan lebih mudah dan akan menghasiikan
campuran lebih homogen apabila dicampurkan pula bahan pelunak,
seperti oil.
5. Dispersi
Karet yang telah bercabang bercapur dengan bahan kimia termasuk
bahan pengisi akan mengalami plastisasi lebih lanjut sehingga bahan
pencampur akan lebih memudahkan terdispersi lebih ranjut hinggi
merata (homogen).
Pada proses pencampuran, suhu yang timbul pada kompon akibat,
tenaga mekenis geseran antara permukaan kompon dengan gilingan
atau rotor serta dinding ruang pencampur akan tinggi sehingga
mencapai pada suhu vulkanisasi. Oleh sebab itu, selain harus
mengawasi suhu pada gilingan rotor, urutan pencampuran, terutama
bahan vulkanisasi dan pencepat harus diperhatikan sehingga resiko
timbulnya vulkanisasi dini (scorch) dapat dihindarkan.
Lebar celah antara rol depan dan rol belakang dapat diatur disesuaikan
dengan banyaknya dan keadaannya kompon. Bagi mesin yang berukuran
besar biasanya dilengkapi oleh seperangkat alat mekanis (stock
blender) yang berfungsi membantu operator untuk menangani kompon.
Tabel 2. memperlihatkan kapasitas minimum dan maksimum mesin
giling terbuka. Pada kondisi yang sama, pengoperasian pada batas
minimum memberikan hasil yang optimal pada proses mastikasi
ataupun pencampuran dan begitu pula pada batas maksimum.
Selain proses pada mesin kalender, kompon neoprene capat diekstrusi dengan
hasil yang baik jika suhu barrel dan screw dingin, suhu kepala hangat dan suhu
die panas. Neoprene tipe T adalah tipe yang umum dioroses ekstrusi karena
memberikan hasil yang baik jika kompon terhindar dari nerve dan shrinkage.
Pada proses pencetakan, semua tipe neoprene dapat dicetak pada berbagai jenis
cetakan tekan (compression mould) tanpa menimbulkan kesulitan.
Kompon neoprene dapat diproses pada mesin calender dan ekstrusi dengan hasil
yang baik bila pemberian bahan pengisi relatif tinggi pada tiap seratus bagian
karet (phr). Jenis neopren WHV dan WD keduanya dapat rnemberikan sifat
kompon yang lembek jika dicampur secara blend dengan neopre lainnya, dengan
demikian dapat mempermudah pabrikasinya.
Proses pencampuran pada mesin giling terbuka bagi karet nitril tidak jauh
berbeda dengan karet alam atau SBR, bahkan pencampurannya lebih mudah.
Beberapa jenis karet nitril, sebelum proses pencampuran ada yang tidak perlu
dimastikasi secara mutlak karena viskositas Mooney karet nitril berada di bawah
viskositas Mooney hasil mastikasi (break down) karet lainnya. Memastikasi karet
nitril pada suhu dingin dan celah dua rol sempit dapat diperoleh hasil yang baik.
Yang pasti, untuk mendapatkan kelekatan yang baik viskositas harus cukup
rendah.
pencampuran. Perlu diketahui bahwa hanya kadar bahan pelunak yang cukup
yang mampu melakukan proses pencampuran dengan baik bagi campuran yang
menggunakan filler banyak. Dispersan nitril juga dapat diperoleh dengan cara
tidak menambahkan softener pada saat batch sedang dalam penambahan bahan
pengisi terutama pada bank nya. Bagi elastomer jenis carboxylic nitrils
sebaiknya ZnO atau peroksida seng ditambahkan pada akhir pencampuran.