Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI MATERIAL
PENGUJIAN RETAK LENTUR DEMATTIA

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Abu Hasan, M.Si.


Disusun oleh : Muhammad Jaka Dewantara
Kelas 2 EG.C

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TEKNIK ENERGI
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
- Mahasiswa dapat mengoprasikan alat Demattia flex Cracking
- Mahasiswa dapa mengamati keadaan awal dan akhir sampel
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
-

Molding Press
Demattia Flex Cracking
Cetakan kompon karet

Bahan yang digunakan :


III.

Karet yang sudah di vulkanisasi

DASAR TEORI

Demattia flex cracking merupakan suatu alat yang di gunakan untuk pengujian
banding sampel dengan kecepatan yang konstan melalui beban yang digerakkan.
Sampel pada bagian yang bergerak dan melemtur dengan konstan yang digunakan
untuk mengetahui ketahanan karet (Resistance of Cracking) dari karet itu sendiri.
Sampel yang dapat diuji pada percobaan ini adalah kulit, karet, kulit sintetis,
sepatu karet, sol sepatu EVA, dan lain sebagainya.
Konsep Dasar Ilmu Polimer
Makromolekul adalah molekul raksasa (Giant Molecul) dimana paing sedikit
seribu atom terikat bersama oleh ikatan kovalen. Makromolekul ini mungkin
rantai linier, bercabang, atau ajringan 3 dimensi. Maromolekul dibagi atas 2
material yaitu:
A. Material biologis (Makromolekul Alam)
Contoh : Karet alam, wool, selulosa, sutra, dan asbes.
B. Matrial non logis (Makromolekul Sintetis)
Contoh : Plastik, serat sintetik, elastomer sintetik.
Material biologis dapat menunjang tersedianya pangan dan dibahas dalam
biokimia sedangkan material non biologis mencakup bahan sintetik. Banyak
makro, polimer molekul sintetik memiliki struktur yang realtif (unit struktural).
Inilh sebabnya mereka disebut polimer. Polimer sangat penting karena dapat
menunjang tersedianya pangan, sandang, transportasi, dan komunikasi (serat
optik). Saat ini polimer telah berkembang pesat. Berdasarkan penggunaanya,
polimer digolongkan atas :

A. Polimer Komersial (Comodity Polymers)


Polimer ini dihasilkan di negara berkembang, dimana harganya murah dan
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kegunaan sehari-hari dari
polimer ini ditujukkan dalam tabel berikut. Contoh dan kegunaan polimer
komersial.
Polimer Komersial
Polietiena massa jenis rendah
(LDPE)
Polietilena massa jenis tinggi
(HDPE)
Polipropilena (PP)
Poli Vynil Klorida (PVC)
Polistirena (PS)

Kegunaan atau manfaat


Lapisan pengemas, isolasi kawat dan
kabel, barang mainan, botol yang
lentur dan sebagai bahan pelapis.
Botol, pipa, drum, saluran, lembaran,
film, isolasi kawat dan kabel.
Tali, anyaman, karpet, dan film.
Bahan bangunan, pipa tegar, bahan
untuk lantai, isolasi kawat dan kabel.
Bahan pengemas (busa), perabotam
rumah, dan barang mainan.

B. Polimer Teknik (Engineering Polymers)


Polimer ini sebagian dihasilkan di negara berkembang dan sebagian lagi di negara
maju. Polimer ini cukup mahal dan canggih dengan sifat mekanik yang unggul
dan daya ttahan yang lebih baik. Polimer ini banyak digunakan dalam bidang
transportasi (mobil, kapal udara, truk), bahan bangunan (pipa ledeng), barangbarang listrik dan elektronik (mesin bisnis, komputer), mesin-mesin industri dan
barang-narang konsumsi. Sebagai contoh nylon, polikarbonat, polisulfon, dan
poliester.
C. Polimer fungsional (Functional Polymers)
Polimer ini dikembangkan dan dihasilkan di negara maju dan dibuat untuk tujuan
khusus dengan produksinua dalam skala kecil. Contohnya kevlar, nomex, textura,
polimer penghantar arus dan foton, polimer peka cahaya, membran, dan biopolar.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Sebelum melakukan percobaan, menyiapkan ukuran sampel yang telah
ditentukan.
2. Melumasi dengan oli bagian-bagian mesin yang bergerak.
3. Memutar pulley dengan tangan untuk meletakkan posisi penjepit pada
bagian yang paling rendah.
4. Memastikan penjepit pada jarak pengujian dan sampel dijepit serta
dikunci.
5. Memantapkan ujung penjepit yang lain dan dikunci juga.

6. Penghitung harus menunjukkan angka nol dan hidupkan power untuk


memulai pengujian.
7. Mematikan power setelah waktu yang ditetapkan terpenuhi atau setelah
diperiksa terdapat retak atau cacat pada bagian specimen pengujian.
8. Kecepatan putaran sesuai dengan perintah instruktur masing-masing.

V. DATA PENGAMATAN
Putaran
20.000
40.000
60.000
68.000

Pengamatan
Belum ada tanda-tanda retakan
Belum ada tanda-tanda retakan
Belum ada tanda-tanda retakan
Terdapat retakan kecil yang tidak terlalu jelas pada
bagian belakang kompon

VI. ANALISA DATA


Berdasarkan percobaan retak lentur yang telah dilakukan, maka dapat
dianalisa bahwa salah satu cara untuk menguji kualitas kompon karet adalah
dengan cara menguji ketahanannya terhadap suatu hentakan atau bekukanbekukan agar dapat diketahui daya tahannya berupa ketahanan retak lentur.
Pengujian retak lentur ini dilakukan untuk mengetahui kualitas karet bagus atau
tidak.
Pada percobaan ini, sebelum dilakukan percobaan, terlebih dahulu
dilakukan pencetakan kompon karet dengan mesin molding press dan dilakukan
proses vulkanisasi agar karet menjadi matang dan kenyal. Kompon karet dicetak
sesuai dengan alat pengujian dengan bentuk persegi panjang dan di tengahnya
terdapat sedikit lekukan yang berguna sebagai tempat terbekuknya karet saat diuji.
Setelah didapat hasil cetakan, maka karet hasil vulkanisasi diuji retak
lenturnya pada mesin uji. Pengujian ketahanan retak lentur ini merupakan salah
satu pengujian fisika dalam praktikum ini. Dalam uji ketahanan retak lentur,
sampel dibekuk-bekuk berulang-ulang dengan kecepatan yang mantap melalui
beban yang digerakkan sampel pada bagian bergerak dan melentur dengan
konstan yang digunakan untuk mengetahi ketahanan retak (resistance of cracking)
dan ketahanan lentur (flexing endurance).
Pada percobaan ini, jumlah putaran yang diberikan pada sampek yaitu
sebesar 10.000, 20.000, 30.000, 40.000, 50.000, 60.000, dan 70.000. Setelah diuji
pada sampel retakan awal yang terjadi sangatlah kecil, yaitu pada 68.000 kali

putaran. Pada putaranselanjutnya, retakan sedikit melebar, namun tetap tidak


terlalu lebar, bahkan hampir tidak terlihat. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
kompon karet tersbut cukup bagus, karena dengan jumlah putaran 68.000 kali
retakan yang terjadi sangatlah kecil, bahkan tidak terlihat.
Bila pengujian retak lentur dideskripsikan kehidupan sehari-hari, sebagai
contoh adalah sepatu. Bila sepatu dipergunakan untuk berjalan dan berlari, maka
ketahanan sol sepatu tersebut sampai terjadi retakan dapat diperkirakan melalui
percobaan ini. Semakin lama pengujian dan hasil sampel tidak mengalami
keretakan, maka semakin bagus kualitas karet atau sol tersebut.
Pada praktikum ini, diketahui bahwa sampel yang diuji terdapat sedikit
retakan. Hal-hal yang dapat menyebabkan keretakan pada karet diantaranya
adalah kadar kotoran, kadar abu, dan kekuatan ikatan antar atom Cnya. Kadar
kotoran menjadi dasar pokok dan kriterium terpenting dalam spesifikasi, karena
kadar kotoran sangat besar pengaruhnya terhadap ketahanan retak dan kelenturan
barang karet. Adanya kotoran, yaitu benda asing yang tidak dapat melalui saringan
325 mesh, didalam karet yang relatif tinggi dapat mengurangi sifat dinamika yang
unggul dari vulkanisat karet alam antara lain kalor timbul dan ketahanan retak
lenturnya, serta mengganggu pada pembuatan vulkanis tipis.
Penyebab retak lentur selanjutnya adalah kadar abu (ash content) di dalam
karet dimana dapat terjadi dari oksida, karbonat, dan fosfat dari kalium,
magnesium, kalsium, natrium dan beberapa unsur lain dalam jumlah yang
berbeda-beda. Abu dapat pula mengandung silikat yang berasal dari karet atau
benda asing yang jumlah kandungannya bergantung pada pengolahan bahan
mentah karet. Abu dari karet memberikan sedikit gambaran mengenai jumlah
bahan mineral di dalam karet. Beberapa bahan mineral di dalam karet yang
meninggalkan abu dapat mengurangi sifat dinamika yang unggul seperti kalor
timbul dan ketahanan retak lentur dari vulkanisat karet alam.
Penyebab retak lentur yang ketiga adalah kekuatan ikatan antar atom C
pada kompon karet. Jika kekuatan ikatan antar atom C pada kompon karet tinggi,
maka ketahanan retak lenturnya akan baik, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu,
pada saat sampel diuji dengan diberikan bekukan-bekukan dan hentakan, ikatan
antar atom C pada karet akan merenggang dan akhirnya terlepas sehingga
menyebabkan retakan pada karet. Selain itu, daya elastisitas karet juga
mempengaruhi ketahanan retak lentur kopon karet. Semakin elastis, maka akan
semakin baik, dan juga sebaliknya.
Jadi, kompon karet karet yang tahan terhadap retak lentur yaitu karet yang
tidak mengandung kadar kotoran dan abu, memiliki ikatan antar atom C yang
kuat, dan memiliki sifat keelastisitasan yang baik.

VII. KESIMPULAN
Setelah melakukan praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
-

Demattia flex cracking tester merupakan alat yang digunakan untuk


pengujian retak lentur pada suatu sampel dengan memberikan hentikan
dan bekukan yang berulang secara konstan.
Pengujian sampel yang bisa dipakai ialah karet, kulit, kulit sintetis, sepatu
karet, sol sepatu EVA, dan lainnya.
Semakin lama retakan yang muncul pada karet, maka dapat dikatakan
kualitas karet tersebut baik.
Faktor-faktor yang menurunkan ketahanan retak lentur pada karet yaitu
ikatan antar atom C, kadar kotoran, dan kadar abu yang dimilikinya.
Kadar kotoran dan kadar abu bisa mengurangi sifat dinamika yang unggul
dari vulkanisasi karet.
Semakin tinggi ikatan antar atom karbon (C) yang dimiliki karet maka
kualitas yang dimiliki karet tergolong bagus dan sebaliknya.
Kompon karet yang tahan terhadap retak lentur adalah karet yang minim
mengandung kadar kotoran, kadar abu, dan menandung ikata antar atom
karbon (C) yang kuat.

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet.Penuntun Praktikum Uji Material. 2015. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang.
www.scribd.com

GAMBAR ALAT

Demattia Flex Cracking

Anda mungkin juga menyukai