Kristian, Joko. (2007). Analisa Biaya Operasional Alat Pemecah Batu (Stone Crusher).
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Michael Kevindie Setyawan, dkk. Perbandingan Karakteristik Agregat Kasar Pulau Jawa
dengan Agregat Luar Pulau Jawa Ditinjau dari Kekuatan Campuran Perkerasan Lentur.
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/13002/05.3%20bab%203.pdf.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/406/05.3%20bab%203.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
Untuk menghasilkan beton yang padat agar ketahanan dan keawetannya baik, maka
diperlukan gradasi atau distribusi ukuran dan kekerasan agregat yang merata. Gradasi
agregat berdasarkan ukuran butirannya dapat dilakukan dengan proses saringan atau
pengayakan.
Selain itu, agregat juga tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10% sehingga
dapat
menghasilkan beton yang tidak mudah tembus air. Lumpur yang melekat pada agregat
berupa agregat yang memiliki diameter lebih dari 0,63 mm dan dapat diminimalisasi
dengan cara dicuci terlebih dahulu.
Agregat kasar yang permukaannya lebih tajam dan kasar dibandingkan dengan
agregat halus mengakibatkan agregat kasar dapat mengisi rongga-rongga udara lebih
rapat dibandingkan dengan agregat halus. Hal ini menyebabkan campuran beton
menjadi lebih padat sehingga beton memiliki durabilitas yang lebih tinggi.
Menurut SNI S-04-1989-F, semen Portland merupakan bahan pengikat hidrolis yang
dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker, terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidrolis dan gips sebagai bahan pembantu. Semen hidraulis
yaitu semen yang akan mengeras bila bereaksi dengan air. Bahan utama pembentuk
semen Portland adalah kapur (CaO), silica (SiO3), alumina (Al2O3), sedikit magnesia
(MgO), dan terkadang sedikit alkali.
Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume pori
akan besar, sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi seperti agregat kasar,
maka volume pori akan kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori antara
butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi sedikit, dengan kata lain
kepampatannya tinggi, maka dari itu, butiran agregat untuk pembuatan beton
diupayakan kepampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit, sehingga hanya
membutuhkan bahan ikat yang lebih sedikit.
Beton dengan modulus elastisitas tinggi dan permukaan kasar akan lebih dapat
menahan proses susut. Sifat fisis dari agregat yang memperkuat pasta semen dan
memperkecil rongga udara membuat agregat dapat menahan proses susut. Semakin
banyak jumlah agregat dalam adukan beton, maka proses penyusutan pada beton itu
sendiri akan terminimalisasi.
Karena agregat kasar merupakan hasil dari proses integrasi batuan kerikil alami yang
berasal dari proses alam maupun mekanis, maka agregat memerlukan peralatan
produksi agregrat atau alat pemecah batu (Stone Crushing Plant).
Susunan bagian atau komponen peralatan alat pemecah batu dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian:
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Michael Kevindie Setyawan, dkk dengan
menggunakan standar spesifikasi Laston WC dan agregat kasar berdasarkan SNI
8198:2015, tentang perbandingan karakteristik agregat kasar di Pulau Jawa dengan di
luar Pulau Jawa, didapatkan hasil bahwa agregat kasar di Pulau Jawa (Kota Pandaan
dan Pacitan sebagai pembanding) memenuhi standar, sementara agregat kasar yang
diproduksi di luar Pulau Jawa (Bali dan Kalimantan sebagai pembanding) tidak
memenuhi spesifikasi MQ, pelelehan, VIM, dan VFA.