TINJAUAN PUSTAKA
Aspal Beton adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran
agregat, dengan aspal atau tanpa bahan tambahan lainnya. Material-material
pembentuk beton aspal dicampur di instalasi pencampur pada suhu tertentu,
kemudian diangkut ke lokasi, dihamparkan, dan dipadatkan. Suhu pencampuran
ditentukan berdasarkan jenis aspal apa yang akan digunakan (Sukirman, 2003).
Ada tujuh karasteristik campuran yang harus dimiliki oleh aspal beton
adalah stabilitas, keawetan atau durabilitas, kelenturan atau fleksibilitas,
ketahanan terhadap kelelahan, kekesatan permukaan atau ketahanan geser, kedap
air, dan kemudahan pelaksanaan (Sukirman, S., 2003):
1. Stabilitas adalah kemampuan perkerasan jalan dalam menerima beban lalu
lintas tanpa terjadi perubahan bentuk seperti gelombang, alur, dan bleeding.
Kebutuhan akan stabilitas dengan fungsi jalan, dan beban lalu lintas yang
akan dilayani. Jalan yang akan melayani volume lalu lintas tinggi dan
dominan terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasan jalan
dengan stabilitas tinggi. Sebaliknya perkerasan jalan yang diperuntukkan
untuk melayani lalu lintas kendaraan ringan tentu tidak perlu mempunyai
nilai stabilitas yang tinggi.
2. Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan
dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan
iklim, seperti udara, air, atau perubahan temperatur.
3. Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk
menyesuaikan diri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan
pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanpa terjadi retak. Penurunan
terjadi akibat repetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat
sendiri tanah timbunan yang dibuat diatas tanah asli. Fleksibilitas dapat
ditingkatkan dengan kadar aspal yang tinggi.
4. Ketahanan terhadap kelelahan (fatigue resistance) adalah kemampuan beton
aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya
perubahan bentuk dan retak. Hal ini dapat tercapai jika menggunakan kadar
aspal yang tinggi
5. Kekesatan atau ketahanan geser adalah kemampuan permukaan beton aspal
terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan
sehingga kendaraan tidak tergelincir, ataupun slip.
6. Kedap air (impermeabilitas) adalah kemampuan beton aspal untuk tidak
dapat dimasuki air ataupun udara ke dalam lapisan beton aspal. Air dan
udara dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal, dan
pengelupasan selimut aspal dari permukaan agregat.
7. Mudah dilaksanakan (workability) adalah kemampuan campuran beton
aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam
pelaksanaan menentukan tingkat efisien dan pekerjaan. Sifat campuran
beton aspal ini tak mungkin dapat dipenuhi sekaligus oleh satu jenis
campuran. Sifat-sifat beton aspal mana yang dominan lebih diinginkan, akan
menentukan jenis beton aspal yang dipilih. Hal ini sangat perlu diperhatikan
ketika merancang tebal perkerasan jalan.
Lapis beton aspal (Laston) adalah suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat bergradasi menerus yang
dicampur, dihampar, dan dipadatkan pada suhu tertentu (Sukirman, S., 2012),
Laston dikenal juga dengan nama AC (Asphalt Concrete). Karakteristik utama
yang penting pada campuran ini adalah stabilitas, Tebal minimum Laston 4-6cm
(Sukirman, S., 2003).
Lapis beton aspal terdiri dari tiga macam campuran (Spesifikasi Umum
2010):
1. Laston Lapis Aus (Asphalt Concrete-Wearing Course/AC-WC), dengan
ukuran maksimum agregat campuran 19mm, dan tebal nominal minimum
lapisan 4 cm.
2. Laston Lapis Pengikat (Asphalt Concrete-Binder Course/AC-BC), dengan
ukuran maksimum agregat 25,4 mm dan tebal nominal minimum lapisan 5
cm
3. Laston Lapis Pondasi (Asphalt Concrete-Base/AC-B), dengan ukuran
maksimum agregat campuran 37.5 mm, dan tebal nominal minimum
lapisan 6 cm.
Dalam penelitian ini jenis Laston yang digunakan adalah Laston Lapis Aus
(AC-WC). Laston sebagai lapis aus (Wearing Course) adalah lapisan perkerasan
yang berhubungan langsung dengan ban kendaraan, merupakan lapisan yang
kedap air serta tahan terhadap cuaca. Lapisan tersebut berfungsi untuk menerima
beban lalu lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya berupa muatan
kendaraan (gaya vertikal), gaya rem (horizontal) dan pukulan roda kendaraan
(getaran).
Material dalam campuran beton aspal terdiri dari aspal, agregat, filler
dengan atau tanpa bahan tambah. Mengetahui tentang sifat masing-masing dari
material pembentuk lapisan perkerasan merupakan hal yang sangat penting dalam
proses pembuatan campuran perkerasan. Sebelum pencampuran perlu mengetahui
karakteristik dari material yang akan digunakan dalam pencampuran beton aspal
karena akan menentukan penggunaan dalam pencampuran nantinya.
2.2.1 Agregat
Agregat kasar yaitu batuan yang tertahan disaringan 2,36 mm atau sama
dengan saringan no.8 standar ASTM. Agregat kasar sangat penting dalam
membentuk kinerja, karena stabilitas dari campuran diperoleh dari interlocking
antar agregat. Keuntungan agregat kasar dapat meningkatkan tahanan gesek lapis
perkerasan, tingginya kandungan agregat kasar menyebabkan rongga udara
meningkat sehingga air mudah masuk dan daya lekatnya menurun (Sukirman, S.,
2003). Persyaratan spesifikasi agregat kasar yang memenuhi standar diatur
berdasarkan acuan yang dicantumkan pada Tabel 2.2.
Agregat halus yaitu batuan yang lolos saringan No.8 (2,36mm) dan
tertahan saringan No.200 (0,075mm). Fungsi utama dari agregat halus adalah
memberikan stabilitas dan mengurangi deformasi permanen dari campuran
melalui interlocking dan gesekan antar partikel. Agregat halus terdiri dari butiran-
butiran batu pecah atau pasir alam. Persyaratan spesifikasi agregat halus dapat
dilihat pada Tabel 2.3.
Filler adalah butiran yang lolos saringan No.200 (0,075 mm) dan tidak
kurang dari 75% terhadap beratnya. Fungsi filler adalah untuk meningkatkan
viskositas dari bitumen dan mengurangi kepekaan terhadap temperatur, serta
memberikan keuntungan sebagian besar filler di serap oleh bitumen sehingga
meningkatkan volumenya. Tetapi bila ada terlalu banyak filler, cenderung
menghasilkan campuran yang getas dan mudah retak, bila terlalu rendah akan
menghasilkan campuran yang terlalu lunak pada cuaca panas. Filler dapat berupa
debu batu kapur, abu terbang, semen (PC), abu tanur semen, serta abu batu yang
harus kering dan bebas dari gumpalan bahan lain yang mengganggu (Sukirman,
S., 2003). Spesifikasi yang mengatur persyaratan teknis bahan pengisi (filler)
tercantum pada SNI 03-6723-2002.
2.2.2 Aspal
Aspal yang umum digunakan berasal dari salah satu hasil proses Destilasi
minyak bumi dan disamping itu mulai banyak pula di pergunakan aspal alam yang
berasal dari pulau Buton. Aspal minyak yang di pergunakan untuk konstruksi
perkerasan jalan merupakan proses hasil residu dari destilasi minyak bumi, sering
disebut sebagai aspal beton dan memberikan lapisan kedap air ,serta tahan
terhadap pengaruh asam, basa dan garam.Ini berarti jika dibuatkan lapisan dengan
mempergunakan aspal sebagai bahan dengan mutu yang baik dapat memberikan
lapisan kedap air dan tahan dengan pengaruh cuaca dan reaksi kimia yang lain.
Kadar aspal rencana yang akan digunakan dalam suatu campuran dapat
ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sukirman, S., 2003):
Keterangan:
Pb = perkiraan kadar aspal optimum
CA = nilai persentase agregat kasar
FA = nilai persentase agregat halus
Filler = nilai persentase Filler
K = konstanta (kira-kira 0,5-1,0 untuk Laston dan 2,0-3,0 untuk Lataston).
1. Mudah dicampur
2. Meningkatkan pelapisan dan daya lekat, meningkatkan kelekatan dengan
mengurangi tegangan permukaan aspal dan agregat.
3. Kekuatan perekat sangat meningkat melalui pembentukan ikatan kimia,
ikatan kimia yang dihasilkan jauh lebih kuat dan tahan terhadap
stripping.
4. Mudah dipadatkan.
5. Mengurangi efek penuaan (Anti Aging).
6. Memungkinkan pemilihan agregat yang beragam.
7. Melekat pada agregat kering maupun basah.
8. Memperpanjang umur pakai hotmix.
9. Tambahan biayanya sangat minimal.
Anti stripping agent cair adalah senyawa kimia yang mengandung amine.
Umumnya anti stripping agent mengurangi tegangan permukaan antara aspal dan
agregat dalam campuran (Tunnicliff et al., 1984 dalam Hunter, E.R., 2001).
Ketika tegangan permukaan menurun, adhesi aspal terhadap agregat meningkat.
Dengan demikian anti stripping agent merupakan agen aktif permukaan (Roberts,
et al., 1996 dalam Hunter, E.R., 2001).
Anti stripping agent yang mengandung amine terbagi atas beberapa tipe, yaitu:
1. Fatty Amines
3. Fatty Polyamines
1. Stabilitas
Stabilitas lapisan pekerjaan jalan ialah kemampuan lapisan perkerasan
menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti
gelombang, alur ataupun bleeding. Kestabilan yang terlalu tinggi mengakibatkan
lapisan itu menjadi kaku dan cepat mengalami retak. Hal ini menghasilkan film
aspal tipis dan mengakibatkan ikatan aspal sehingga durabilitas berkurang
(Sukirman, S., 2003). Nilai stabilitas diperoleh berdasarkan nilai yang ditunjukkan
oleh jarum dial. Selain itu pada umumnya alat Marshall yang digunakan bersatuan
Lbf (pound force), sehingga harus disesuaikan satuannya terhadap satuan
kilogram. Selanjutnya nilai tersebut disesuaikan dengan angka koreksi terhadap
ketebalan atau volume benda uji.
Stabilitas dapat dihitung dengan Rumus:
S=pxqxr
(2.2)
dimana :
S = nilai stabilitas (Kg);
P = kalibrasi alat;
Q = pembacaan dial Marshall;
R = koreksi benda uji.
2. Kelelehan (flow)
Kelelehan adalah perubahan bentuk benda uji campuran aspal beton saat
akan runtuh yang didapat dari pembacaan dial flow pada alat Marshall saat
pengujian.
Dimana:
Q = berat volume benda uji (density) (gram/𝑐𝑚3)
C = berat kering (gram)
f = volume benda uji (𝑐𝑚3)
f = d-e
d = berat benda uji pada SSD (gram)
e = berat benda uji di dalam air (gram)
Berat jenis bulk dari beton aspal padat (Gmb) dapat diukur dengan
mempergunakan hukum archimedes, yaitu:
Wa
Gmb=
Vbulk
(2.4)
Dimana:
Gmb = Berat jenis bulk campuran padat
Wa = Berat kering campuran padat, gr
Vbulk = Volume campuran setelah pemadatan
Vbulk = Bssd - Ba
Bssd = Berat kering permukaan dari campuran yang telah dipadatkan, gr
Ba = Berat campuran padat didalam air, gr