PENDAHULUAN
1
Laporan Praktikum Perkerasan Jalan Raya Pendahuluan
mencari sifat aspal baru dan meningkatkan stabilitas dan kekuatan campuran
beraspal
Campuran membutuhkan perkuatan dengan bahan tambahan pada aspal
sebagai modifikasi yang mempunyai beberapa tujuan seperti aspal pada
temperatur rendah tidak rapat atau getas sehingga mengurangi potensi terjadinya
retak atau cracking, tidak tahan terhadap yang air sehingga perlu drainase untuk
pengaliran secara cepat, mencari sifat aspal baru dan meningkatkan stabilitas dan
kekuatan campuran beraspal.
Kontruksi dalam pembangunan jalan raya harus memperhatikan beberapa
hal yang penting agar jalan tersebut memiliki kualitas konstruksi dalam jangka
waktu yang panjang untuk terjadinya kerusakan pada jalan tersebut agar hal
tersebut dapat tercapai maka sebelum melakukan kontruksi maka harus dilakukan
pengujian di laboratorium.
Uji di laboratorium meliputi beberapa hal sebagai berikut yaitu pertama
pengujian agregat berguna untuk mengetahui gradasi dan juga persentase (%)
agregat kasar, sedang, dan halus pada sumber agregat tersebut dengan kombinasi
analisa saringan, kedua pengujian aspal berguna untuk mengetahui titik nyala,
daktilitas, permabilitas dimana pengujian tersebut berfungsi untuk mengetahui
suhu aspal dan elastisitas aspal, ketiga pengujian desain aspal AC-BC, dimana
pada pengujian ini digunakan beberapa desain yaitu 4,5%, 5%, 5,5%, 6%, 6,5%
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kekuatan aspal yang akan digunakan.
Jalan sendiri memiliki empat klasifikasi jalan, yaitu jalan arteri dimana ada
jalan arteri primer dan jalan arteri sekunder, jalan kolektor dimana ada jalan
kolektor primer dan jalan kolektor sekunder, jalan lokaldimana ada jalan lokal
primer dan jalan lokal sekunder, dan terkahir ada jalan lingkungan dimana dibagi
pula menjadi jalan lingkungan primer dan jalan lingkungan sekunder.
Berdasarkan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya, pastinya setiap
jenis jalan memiliki fungsi yang berbeda-beda. Terkadang jalan-jalan tersebut
terjadi kerusakan sehingga kurang maksimalnya fungsi jalan tersebut. Untuk
mengurangi hal tersebut, pentingnya mengetahui kualitas dari perkerasan jalan
untuk mengetahui seberapa lama jalan tersebut dapat digunakan dengan
maksimal.
atau berasal dari kedua proses tersebut, kadang disertai dengan derivatnya yang
bersifat non logam, yang dapat berbentuk gas, cairan, setengah padat atau padat,
dan campuran tersebut dapat larut dalam karbon disulfide. Aspal yang dipakai
dalam konstruksi jalan mempunyai sifat fisis yang penting, yaitu kepekatan,
ketahanan lama atau ketahanan terhadap pelapukan oleh cuaca, derajat
pengerasasn dan ketahanan terhadap air.
Campuran beraspal adalah suatu kombinasi antara agregat dan aspal.
Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel
agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam
campuran beraspal diperoleh dari friksi dan kohesi dari bahan-bahan
pembentuknya. Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat
(interlocking), dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan,
bentuk butiran dan agregat maksimum yang disebabkan. Oleh karena itu kinerja
campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-
sifat campuran padat yang sudah terbentuk dari kedua bahan tersebut. Perkerasan
beraspal dengan kinerja yang sesuai dengan persyaratan tidak akan dapat
diperoleh jika bahan yang digunakan tidak memenuhi syarat.
Berikut ini adalah analisa kualitas aspal yang dapat dihasilkan sesuai
standar, yakni meliputi:
1. Penetrasi, yaitu angka yang menunjukkan kekerasan aspal yang diukur dari
kedalaman jarum penetrasi yang diberi beban 100 gram selama 5 detik pada
suhu ruang 25°C. Penggolongan penetrasi juga dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 Persyaratan Penetrasi Aspal
Persyaratan
Jenis
No Pen 60/70 Pen. 80/100 Satuan
Pengujian
Min Max Min Max
Penetrasi
1 (25°C, 100 gr, 60 79 80 99 0,1 mm
5 detik)
2 Titik Lembek 48 58 46 54 °C
Daktilitas
3 (25°C, 5 100 - 100 - Cm
cm/menit)
Kehilangan
4 Berat (165°C, - 0,8 - 0,1 % berat
5 jam)
5 Berat Jenis 1 - 1 - -
(25°C)
Penetrasi
6 setelah 54 - 50 - % semula
kehilangan
Penetrasi
setelah
7 50 - 75 - Cm
kehilngan
berat
8 Titik Nyala 200 225 °C
(Sumber: Modul Praktikum uji penetrasi)
2. Berat jenis, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan berat aspal dengan
berat air pada volume yang sama pada suhu ruang. Semakin besar nilai berat
jenis aspal, maka semakin kecil kandungan mineral minyak dan partikel lain
didalam aspal. Semakin tinggi nilai berat jenis aspal, maka semakin baik
kualitas aspal. Berat jenis aspal minimum sebesar 1,0 gr/cc. pemeriksaan ini
adalah untuk mengetahui apakah berat jenis aspal memenuhi persyaratan.
3. Titik nyala aspal, yaitu angka besarnya suhu aspal yang dipanaskan ketika
dilewatkan nyala penguji diatas aspal terjadi kilatan api kurang dari 5 detik.
Semakin tinggi titik nyala dan titik bakar aspal, maka aspal tersebut akan
semakin baik. Syarat aspal AC 60/70 titik nyala sebesar minimal 200°C.
4. Titik lembek aspal (Ring and Ball test) yaitu angka yang menunjukkan suhu
(temperature) ketika aspal menyentuh plat baja. Titik lembek juga
mengindikasikan tingkat kepekaan aspal terhadap perubahan suhu, disamping
itu titik lembek juga dipengaruhi oleh kandungan parafin (lilin) yang terdapat
didalam aspal. Semakin tinggi kandungan parafin pada aspal, maka akan
semakin rendah titik lembeknya dan aspal semakin peka terhadap perubahan
suhu.
5. Daktilitas aspal, yaitu angka yang menunjukkan panjang aspal yang ditarik
pada temperatur 25oC dengan kecepatan 5 cm/menit hingga aspal putus.
Angka daktilitas yang tinggi mengindikasikan bahwasanya aspal tersebut
semakin lentur, sehingga akan semakin baik untuk digunakan sebagai bahan
ikat perkerasan.
Aspal adalah salah satu jenis bahan mirip petroleum hitam atau coklat
yang memiliki konsistensi bervariasi dari cairan kental hingga padatan kaca.
Aspal diperoleh baik sebagai residu dari jenis destilasi minyak bumi atau dari
endapan alam. Aspal terdiri dari senyawa ikatan hidrogen dan karbon dengan
proporsi nitrogen, sulfur, dan oksigen yang kecil. Aspal alam disebut juga brea,
yang diyakini terbentuk pada tahap awal pemecahan endapan organik laut menjadi
minyak bumi, dengan ciri khas mengandung mineral, sedangkan aspal minyak
sisa tidak. Untuk dapat memberikan kinerja terbaik ke berbagai aplikasi, berbagai
macam campuran aspal dapat digunakan. Karena persyaratan yang berbeda
(jumlah lalu lintas, jumlah kendaraan berat, suhu, kondisi cuaca, persyaratan
pengurangan kebisingan, dan lain-lain), campuran yang digunakan harus memiliki
kekakuan dan ketahanan yang cukup terhadap deformasi untuk mengatasi tekanan
yang diberikan dari roda kendaraan di satu sisi.
Campuran aspal dapat diproduksi pada temperatur yang berbeda.
Berdasarkan temperatur saat diproduksi, aspal dibedakan menjadi tiga sebagai
berikut:
1. Hot mix asphalt (HMA) atau campuran aspal panas
Campuran aspal panas umumnya diproduksi pada suhu antara 150°C dan
180°C. Bergantung pada penggunaan, campuran aspal yang berbeda dapat
digunakan.
2. Warm mix asphalt (WMA) atau campuran aspal hangat
Campuran aspal hangat biasa diproduksi pada suhu sekitar 20 sampai dengan
40° C lebih rendah dari HMA yang setara. Secara signifikan lebih sedikit
energi yang terlibat dan akibatnya lebih sedikit asap yang dihasilkan. Hal ini
sebagai aturan praktis, pengurangan 25ºC menghasilkan pengurangan emisi
asap 75%. Selain itu, selama operasi pengerasan jalan, suhu material lebih
rendah, menghasilkan kondisi kerja yang lebih baik bagi awak dan
pembukaan jalan lebih awal.
3. Cold mix asphalt atau campuran aspal dingin
Campuran aspal dingin diproduksi tanpa memanaskan agregat. Hal ini
dikarenakan penggunaan bitumen yang diemulsi dalam arti air, yang pecah
selama pemadatan atau selama pencampuran. Memproduksi lapisan agregat.
Selama waktu pengawetan, air menguap dan kekuatan meningkat. Campuran
dingin sangat direkomendasikan untuk jalan dengan lalu lintas ringan.
Proses produksi aspal dilakukan di pabrik aspal. Ini bisa menjadi pabrik
tetap atau bahkan di pabrik pencampuran bergerak. Dimungkinkan untuk
menghasilkan di pabrik aspal hingga 800 ton per jam. Suhu produksi rata-rata
aspal campuran panas adalah antara 150°C dan 180° C, tetapi saat ini telah
tersedia teknik-teknik baru untuk menghasilkan aspal pada suhu yang lebih
rendah. Mayoritas aspal yang digunakan secara komersial diperoleh dari minyak
bumi. Meskipun demikian, aspal dalam jumlah besar terjadi dalam bentuk
terkonsentrasi di alam. Endapan bitumen yang terjadi secara alami terbentuk dari
sisa-sisa ganggang mikroskopis purba (diatom) dan makhluk hidup lain yang
pernah hidup.
Sisa-sisa ini disimpan di lumpur di dasar laut atau danau tempat organisme
hidup. Di bawah panas (di atas 50°C) dan tekanan penguburan jauh di dalam
bumi, sisa-sisanya diubah menjadi bahan seperti aspal, kerogen, atau minyak
bumi. Endapan alami bitumen termasuk danau seperti Danau Pitch di Trinidad
dan Tobago dan Danau Bermudez di Venezuela. Rembesan alami terjadi di La
Brea Tar Pits dan di Laut Mati. Bitumen juga terdapat di batupasir tak
terkonsolidasi yang dikenal sebagai “pasir minyak” di Alberta, Kanada, dan “pasir
tar” serupa di Utah, AS. Provinsi Alberta di Kanada memiliki sebagian besar
cadangan dunia, dalam tiga deposit besar yang meliputi 142.000 kilometer persegi
(55.000 mil persegi), sebuah wilayah yang lebih luas dari Inggris atau negara
bagian New York. Pasir bitumen ini mengandung 166 miliar barel (26,4 × 109
m3) cadangan minyak komersial, memberi Kanada cadangan minyak terbesar
ketiga di dunia.
Meskipun secara historis digunakan tanpa penyulingan untuk mengaspal
jalan, hampir semua keluarannya sekarang digunakan sebagai bahan mentah untuk
penyulingan minyak di Kanada dan Amerika Serikat. Deposit aspal alami yang
paling besar di dunia, yang dikenal sebagai Athabasca oil sands, terdapat di
Formasi McMurray di Alberta Utara. Formasi ini berasal dari Zaman Kapur awal,
dan terdiri dari banyak lensa pasir bantalan minyak dengan minyak hingga 20%.
Studi isotop menunjukkan deposit minyak berusia sekitar 110 juta tahun.
Dua formasi yang lebih kecil tetapi masih sangat besar terjadi di Peace River oil
sands dan the Cold Lake oil sands, yang masing-masing berada di sebelah barat
dan tenggara dari Athabasca oil sands. Manfaat aspal, sebagian besar aspal olahan
digunakan dalam konstruksi. Terutama sebagai bagian dari produk yang
modifikasi ini sering disebut dengan aspal polymer. Aspal polimer ini
dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a. Aspal polymer plastomer
Penambahan bahan polymer pada aspal berfungsi untuk meningkatkan
sifat fisik campuran aspal dan sifat rheologinya. Jenis polymer plastomer
yang banyak digunakan adalah EVA (Ethylene vinyle acetate),
Polyethilene dan Polypropilene.
b. Aspal polymer elastomer
Aspal polymer elastomer sering digunakan sebagai campuran aspal keras
karena dapat memperbaiki sifat rheologi aspal yang meliputi penetrasi,
kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Aspal polymer
elastomer jenis SBS (Styrene butadiene sterene), SBR (Styrene butadiene
rubber), SIS (Styrene isoprene styrene) dan karet hadala adalah yang
umum digunakan sebagai pencampur penambah aspal keras. Penambahan
tersebut harus melewati uj laboratorium karena jika berlebihan akan
menimbulkan efek negatif pada aspal.
2. Aspal alam
Aspal alam adalah aspal yang secara alami dapat ditemukan di alam.
Berdasarkan depositnya aspal alam ini dikelompokkan ke dalam 2 kelompok,
yaitu sebagai berikut.
a. Aspal batu atau rock asphalt
Aspal gunung juga sering disebut dengan aspal batu. Di Indonesia, sumber
daya alam aspal terbesar didapat dari pulau Buton yang gunung aspalnya
dikenal dengan sebutan asbuton. Jenis aspal itu juga sering disebut
BUTAS (Buton Aspal), terdapat pada batu-batu karang sehingga
bercampur dengan kapur (CaCo). Umumnya berupa susunan bahan 35 %
bitumen, 60% bahan mineral, dan 5% bahan lainnya. Pemakaian aspal dari
batuan harus mengalami proses ekstraksi yang kemudian dicampur dengan
minyak pelunak.
b. Aspal danau atau lake asphalt
Aspal danau akan banyak ditemukan di pulau Trinidad dan Venezuela
yang aspalnya memiliki campuran mineral, bitumen serta bahan organik
lain. Angka penetreasi dari jenis aspal danau memiliki tingkat yang rendah
dan titik lembek yang cukup tinggi. Oleh sebab itu penggunaan aspal
danau akan dicampur dengan aspal keras.
c. Aspal hasil destilasi
Minyak mentah disuling melalui proses destilasi, yaitu suatu proses
dimana terjadi pemisahan berbagai fraksi dari minyak mentah tersebut.
Proses destilasi ini dilakukan dengan menaikkan temperatur pemanasan
minyak mentah, dimana pada setiap temperatur tertentu dari proses
destilasi ini akan menghasilkan produk-produk khusus berbasis minyak
dan salah satunya adalah aspal.
Variasi nilai PEN terhadap suhu dapat disusun sedemikian rupa sehingga
dihasilkan grafik hubungan antar suhu dengan nilai PEN.
British standar membagi nialai penetrasi tersebut menjadi 10 macam,
dengan rentang nialai penetrasi 15 s/d 40 , Sedangkan AASTHO mendefinisikan
nilai pen 40 – 50 sebagai nialai pen untuk material sebagai bahan bitumen
terlembek/terlunak.
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata rata sekurang kurangnya dari 3
pembacaan Berdasarkan SNI 06–2456–1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai
rata-rata sekurang-kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil
pembacaan tidak melampaui ketentuan dibawah ini.
Tabel 1.2 Nilai Toleransi Penetrasi
Hasil Penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 179 200
Nilai Toleransi 2 4 6 8
(Sumber : SNI 06-2456-1991)
Nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam nilai yang merupakan kelipatan
0,1 mm nilai penetrasi menentukan kekerasan aspal maikin tinggi nilai penetrasi
makin lunak aspal tersebut begitu sebaliknya. Pembagian kekerasan dan
kekenyalan aspal:
1. Aspal pen 40/50 : Bila jarum penetrasi benda pada range (40 – 59).
2. Aspal pen 60/70 : Bila jarum penetrasi benda pada range (60 – 79).
3. Aspal pen 85/100 : Bila jarum penetrasi benda pada range (85 – 100).
4. Aspal pen 120/150 : Bila jarum penetrasi benda pada range (120 – 150).
5. Aspal pen 200/300 : Bila jarum penetrasi benda pada range (200– 300).
Aspal yang penetrasinya rendah di guanakan untuk arah panas dan
lalulintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal dengan penetrasi tinggi
digunakan untuk daerah bercuaca dingin dan lalu lintas rendah.
aspal maka akan semakin baik mutu aspal tersebut sebagai bahan perekat atau
pengikat campuran bahan perkerasan jalan.
Pengujian benda uji dilakukan di dalam bak perendam pada suhu 25˚C
ditarik dengan menggunakan mesin uji dengan kecepatan 5 cm/menit sampai
benda uji putus. Pada pengamatan, benda uji ditarik menggunakan alat uji sampai
melebihi dari batas ukur alat uji. Benda uji tersebut tidak putus, hal ini
menunjukkan bahwa sifat kohesi dari benda uji tersebut sangat tinggi, besarnya
sifat kohesi sangat baik untuk bahan campuran perkerasan jalan. Karena dengan
kondisi tersebut bahan tidak mudah pecah atau rusak, akan membentuk ikatan
yang baik antara agregat dengan aspal. Berdasarkan standar minimal untuk
daktilitas adalah 1000 mm sesuai dengan SNI berdasarkan nilai penetrasinya
(penetrasi 60-70). (Sumber: SNI 06- 24320-1992).
1. Daktilitas tegangan (strain ductility)
Pengertian dasar dari daktilitas adalah kemampuan dari material/ struktur
untuk menahan tegangan plastis tanpa penurunan yang drastis dari tegangan,
daktilitas tegangan dapat diberikan dengan hubungan evaluasi. Daktilitas
yang sangat berpengaruh pada struktur dapat tercapai pada panjang tertentu
pada salah satu bagian dari struktur tersebut. Jika tegangan inelastik dibatasi
dengan panjang yang sangat pendek, maka akan terjadi penambahan yang
besar pada daktilitas tegangan. Daktilitas tengangan merupakan daktilitas
yang dimiliki oleh material yang digunakan.
2. Daktilitas lengkungan (curvature ductility)
Pada umumnya sumber yang paling berpengaruh dari lendutan struktur
inelastis adalah rotasi pada sambungan plastis yang paling potensial.
Sehingga, ini sangat berguna untuk menghubungkan rotasi per unit panjang
(curvature) dengan moment bending ujung. Daktilitas lengkungan maksimum
dapat ditunjukan sebagai berikut. Curvature ductility ini merupakan daktilitas
yang diberikan oleh penulangan struktur.
nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk menentukan temperatur maksimum
pemanasan aspal sehingga tidak terbakar. Jika terbakar tentunya akan
menyebabkan menurunnya kualitas aspal. Pengujian titik nyala dan titik bakar
sebaiknya dilakukan di ruang gelap sehingga nyala api pertama dapat terlihat
jelas. Proses pencampuran aspal beton dilakukan pada suhu aspal sekitar 100 C
sampai 140 C, maka aspal yang diuji tersebut dapat digunakan sebagai campuran
aspal beton. Titik nyala minimum menurut tabel penetrasi adalah 200 (untuk
penetrasi 60) dan 225.
Menurut SNI 06-2433-1991, titik nyala adalah suhu pada saat
terlihat nyala singkat kurang dari 5 detik pada suatu titik di atas permukaan aspal,
sedangkan titik bakar adalah suhu pada saat terlihat nyala sekurang-kurangnya 5
detik pada suatu titik pada permukaan aspal. Pemeriksaan titik nyala da titik bakar
untuk aspal keras mengiikuti prosedur AASHTO T48-81 atau PA 0303-76, hal ini
berguna untuk menentukan suhu dimana aspal tersebut terlihat menyala singkat di
permukaan aspal dan terlihat sekurang-kurangnya 5 detik. Pemeriksaan ini dengan
cleveland open cup. Titik nyala dan titik bakar perlu diketahui untuk
memperkirakan suhu maksimum pemanasan aspal, sehingga dalam pemanasan
aspal tidak boleh melampaui titik nyala tersebut. Pemanasan yang melampaui titik
nyala ataupun titik bakar akan menyebabkan aspal terbakar sehingga akan
mengakibatkan aspal tersebut menjadi keras dang getas jika aspal tersebut
digunakan untuk pencampuran perkerasan maka perkerasan tersebut akan mudah
retak, kurang fleksibel dan mudah pecah
1.3 Agregat
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton kira-kira menempati sebanyak 75%
dari volume mortar. Pemilihan agregat merupakan bagian yang sangat penting
karena karakteristik agregat akan sangat mempengaruhi sifat-sifat mortar atau
beton. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran
butir agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam
berakibat volume pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka
volume pori menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan mengisi
pori di antara butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan penyusun beton
diharapkan mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga volume pori dan bahan
pengikat yang dibutuhkan lebih (Tjokrodimuljo, 1996).
Kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil
campuran agregat dengan material lain. Agregat adalah bahan pengisi atau yang
dicampurkan dalam proses pembuatan aspal yang berasal dari batu dan
mempunyai peranan penting terhadap kualitas aspal maupun harganya. Sifat
agregat merupakan salah satu penentu kemampuan perkerasan jalan memikul
beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca, yang menentukan kualitas
agregat sebagai material perkerasan jalan adalah gradasi, kebersihan, kekerasan.
ketahanan agregat, bentuk butir, tekstur permukaan, porositas, kemampuan untuk
menyerap air, berat jenis, dan, daya kelekatan terhadap aspal. Butiran agregat
dapat menyerap air dan menahan lapisan air tipis di permukaannya.
Agregat dibedakan menjadi tiga jenis yang masing-masing agregat tersebut
mempunyai fungsi dan bentuk fisik yang berbeda-beda antara lain, yaitu :
1. Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat yang lolos pada saringan % (19,1 mm) dan
tertahan pada saringan No. 4 (4,75 mm) terdiri dari batu pecah atau koral
(kerikil pecah) berasal dari alam yang merupakan batu endapan. Stabilitas
mekanis agregat harus mempunyai suatu kekerasan untuk menghindari
terjadinya suatu kerusakan akibat beban lalu lintas dan kehilangan kestabilan.
Pemeriksaan ketahanan terhadap abrasi dengan menggunakan mesin Los
Angeles, jika dalam pemeriksaan ini kehilangan berat lebih dari harga yang
ditentukan, maka agregat tidak layak untuk digunakan sebagai bahan
perkerasan jalan Bentuk dan tekstur agregat mempunyai kestabilan dari
lapisan perkerasan yang dibentuk oleh agregat tersebut. Karakteristik dari
lapisan perkerasan dapat dipengaruhi dari bentuk dan tekstur dari agregat
tersebut
2. Agregat halus
Agregat yang termasuk dalam fraksi agregat halus adalah yang lolos saringan
No. 8 (2.38 mm) dan tertahan pada saringan No. 200 (0,075 mm) terdari
bahan-bahan berbidang kasar bersudut tajam dan bersih dari kotoran atau
bahan-bahan yang tidak dikehendaki. Karakteristik agregat halus yang
menjadi tumpuan bagi kekuatan campuran aspal terletak pada jenis, bentuk
dan tekstur permukaan dari agregat. Agregat halus memegang peranan
penting dalam pengontrolan daya tahan terhadap deformasi, tetapi
penambahan daya tahan ini diikuti pula dengan penurunan daya tahan
campuran secara keseluruhan jika melebihi proporsi yang disyaratkan
3. Filler
Filler yang artinya sebagai filler dapat dipergunakan debu, batu kapur, debu
dolomite, atau semen dan harus bebas dari setiap benda yang harus dibuang.
Filler mempunyai ukuran yang lolos 100 % lolos dari 0,60 mm dan tidak
kurang dari 75 % berat partikel yang lolos saringan 0,075 mm (saringan
basah). Perlu diperhatikan agar bahan tersebut tidak tercampur dengan
kotoran atau bahan lain yang dikehendaki dan bahan dalam keadaan kering
(kadar air maksiumum 1 %).
Agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu, agregat halus dan kasar.
Agregat halus dapat berupa pasir alam, pasir hasil olahan atau gabungan dari
kedua pasir tersebut. Sesuai dengan SNI 03–2847–2002, bahwa agregat halus
merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir maksimum sebesar 5,00 mm.
Agregat kasar dapat berupa split, pecahan split, batu pecah, terak tanur tiup atau
beton semen hidrolis yang dipecah. Sesuai dengan SNI 03-2847–2002, bahwa
agregat kasar merupakan agregat yang mempunyai ukuran butir antara 5,00 mm
sampai 40 mm. Agregat halus maupun kasar harus memenuhi syarat mutu berikut:
Agregat buatan adalah agreagt yang sudah diolah terlebih dahulu sebelum
digunakan. Digunung – gunung atau bukit – bukit sering ditemukan agregat masih
berbentuk batu gunung, sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu
sebelum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi perkerasan jalan. Disungai
sering juga diperoleh agregat berbentuk besar – besar melebihi ukuran yang
diinginkan. Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya
diperoleh:
1. Bentuk partikel bersudut, diusahakan berbentuk kubus.
2. Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang bagus.
3. Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu
sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol, berarti gradasi yang
diharapkan dapat dicapai sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Gradasi
adalah susunan ukuran butir agregat. Ukuran butir agregat dapat diperoleh melalui
pemeriksaan analisa saringan. Analisa saringan dapat dilakukan secara basah atau
kering (saringan basah atau saringan kering).
Menurut Sukirman (2007), gradasi agregat menentukan besarnya rongga
atau pori yang mungkin terjadi dalam agregat campuran. Agregat campuran yang
terdiri dari agregat berukuran sama akan berongga atau berpori banyak karena
tidak terdapat agregat berukuran kecil yang dapat mengisi rongga antar butiran.
Sebaliknya, bila gabungan agregat terdistribusi dari agregat yang kecil sampai
besar secara merata, maka rongga yang terbentuk oleh susunan agregat akan kecil.
terarbsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah perubahan berat agregat karena
penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi kering.
Agregat kasar adalah agregat yang lolos pada saringan % (19,1 mm) dan
tertahan pada saringan No. 4 (4,75 mm) terdiri dari batu pecah atau koral (kerikil
pecah) berasal dari alam yang merupakan batu endapan. Stabilitas mekanis
agregat harus mempunyai suatu kekerasan untuk menghindari terjadinya suatu
kerusakan akibat beban lalu lintas dan kehilangan kestabilan. Pemeriksaan
ketahanan terhadap abrasi dengan menggunakan mesin Los Angeles (LA), jika
dalam pemeriksaan ini kehilangan berat lebih dari harga yang ditentukan, maka
agregat tidak layak untuk digunakan sebagai bahan perkerasan jalan Bentuk dan
tekstur agregat mempunyai kestabilan dari lapisan perkerasan yang dibentuk oleh
agregat tersebut. Karakteristik dari lapisan perkerasan dapat dipengaruhi dari
bentuk dan tekstur dari agregat tersebut.
Berat jenis (specific gravity) agregat adalah rasio antara massa padat
agregat terhadap massa air dengan volume dan suhu yang sama. Keadaan ini
agregat dapat menyerap air lebih banyak dan masih tampak kering pada
permukaan. Berat jenis ditentukan dengan menguji beberapa kondisi agregat yang
dipakai, seperti berikut ini.
1. Kondisi kering adalah kondisi dimana agregat kasar benar-benar kering
sampai ke pori pori.
2. Kering permukaan (Surface Saturated Dry) adalah kondisi dimana
permukaannya kering, namun semua rongganya terisi air.
3. Berat dalam air adalah kondisi dimana agregat yang diuji ditimbang saat
dimasukkan kedalam air.
Penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap
air. Jumlah rongga atau pori yang didapat pada agregat disebut porositas. Agregat
dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak
karena banyak aspal yang terserap mengakibatkan aspal menjadi lebih tipis.
Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terabsorbsi oleh
agregat.
Pori-pori agregat yang terbentuk pada saat pembentukannya terdapat udara
yang terperangkap, atau akibat dekomposisi mineral pembentuk tertentu akibat
12 11 8 6 12 12 12
Jumlah Bola 5000 4584 3330 2500 5000 5000 5000
±25 ±25 ±25 ±25 ±25 ±25 ±25
(Sumber: SNI 03-2417-1991)
Pemeriksaan dengan mesin los angeles adalah suatu cara pemeriksaan
agregat yang memeriksa agregat dengan pukulan dan gesekan, agregat akan
mengalami gesekan antara agregat lainnya, banyaknya pecahan pada proses
pemeriksaan akan mendapatkan nilai abrasi yang besar dan sedikitnya pecahan
pada proses pemeriksaan akan mendapatkan nilai abrasi yang kecil.
4% terhadap total perekat dimana semua ketentuan sifat perekat aspal masih
dipenuhi. Diperoleh stabilitas = 1439,26 kg (≥ 800 kg), flow = 3,84 mm (2 - 4
mm), Marshall Quotient = 379,66 kg/mm (≥ 250 kg/mm), VIM = 4,437 % (3 - 5
%), VMA = 15,280 % (≥ 15 %), VFB = 70,961 (≥ 65%). Campuran yang
mengandung lateks memiliki kemampuan menahan deformasi lebih baik diuji
dengan dynamic creep pada suhu 40°C.
Saat ini bahan pengikat untuk perkerasan jalan yang banyak digunakan
adalah aspal minyak AC 60/70. Untuk meningkatkan kinerja campuran aspal
untuk perkerasan yang dalam jangka panjang mengalami deformasi maka perlu
penambahan aditif. Pada penelitian dicoba campuran aspal beton lapis aus (AC-
WC) menggunakan aspal penetrasi 60/70 dengan penambahan lateks (karet alam
cair).
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dari setiap bahan yang
digunakan. rencana persentasi agregat campuran ini bertujuan untuk mengetahui
jumlah kebutuhan agregat yang akan digunakan dalam campuran aspal beton.
komposisi bahan dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus
direncanakan sehingga setelah terpasang diperoleh perkerasan aspal yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Stabilitas yang cukup, sehingga mampu mendukung beban lalu-lintas yang
melewatinya tanpa mengalami deformasi permanen dan deformasi plastis
selama umur rencana.
2. Durabilitas yang cukup, sehingga mempunyai keawetan yang cukup akibat
pengaruh cuaca dan beban lalu lintas.
3. Kelenturan yang cukup, sehingga harus mampu menahan lendutan akibat
beban lalu lintas tanpa mengalami retak.
4. Cukup kedap air, sehingga tidak ada rembesan air yang masuk ke lapis
pondasi di bawahnya.
5. Kekesatan yang cukup, kekesatan permukaan lapisan beraspal berhubungan
erat dengan keselamatan pengguna jalan
6. Ketahanan terhadap lelah (fatique), sehingga mampu menahan beban
berulang dari beban lalu lintas selama umur rencana
aspal yang diperoleh lebih kecil dari yang direncanakan, maka akan berpengaruh
terhadap kemampuannya dalam menahan beban lalu-lintas.
Salah satu metode yang telah dikembangkan untuk menguji kandungan
kadar aspal dalam campuran (Mix Design) adalah dengan menggunakan metode
Ekstraksi menurut prosedur pemeriksaan AASTHO T–164–80. Pengujian
Ekstraksi menunjukan bahwa gradasi agregat berubah menjadi lebih halus dari
gradasi semula perubahan gradasi agregat diakibatkan oleh kehancuran, beberapa
partikel agregat ini menaikan volume rongga udara dalam campuran yang
menghasilkan penurunan kepadatan serta peningkatan VIM dan VMA.
Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan kelelehan
(flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang terbentuk. Alat
marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring berkapasitas
22,2 KN (5000 lbs) dan flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai
stabilitas, dan flow meter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji
Marshall berbentuk silinder berdiameter 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi
(6,35 cm).
Pengujian marshall digunakan untuk mengetahui karakteristik campuran,
menentukan ketahanan atau stabilitas terhadap kelelehan plastis (flow) dari
campuran aspal. Hubungan antara ketahanan dan kelelehan plastisitas (flow)
adalah berbanding lurus dimana semakin besar stabilitas maka semakin besar pula
flow-nya, dan begitu juga sebaliknya. Dengan demikian, semakin besar
stabilitasnya maka aspal akan semakin mampu menahan beban, dan begitu pula
sebaliknya. Jika flow semakin tinggi maka aspal semakin mampu menahan beban.
Secara garis besar, pengujian marshall meliputi persiapan benda uji, penentuan
berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas dan flow, dan
perhitungan sifat volumetric benda uji.
29
Laporan Praktikum Perkerasan Jalan Raya Penetrasi Bitumen
menentukan beban maksimum kendaraan yang masih diijinkan melalui jalan yang
ditinjau supaya tidak terjadi kerusakan jalan.
Termometer
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan untuk pemeriksaan titik nyala dan titik bakar
yaitu sebagai berikut:
a. Bitumen (aspal)
3)
4)
5)
6)
7)
Aspal Air Mesin Daktilitas
8)
9)
Cetakan (mould)
10) Termometer Waterbath
11)
Sabun Garam
12)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1. Panaskan aspal hingga mencair 2. Tuangkan Aspal pada cetakan
dengan suhu 120°. daktilitas (mould).
a.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Gambar 3.9 Bahan dan Peralatan Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan
3.2.3 Produser pengujian
Prosedur pengujian yang dilakukan dalam pengujian pemeriksaan berat
jenis dan penyebaran agregat kasar sebagai berikut:
1. Siapkan benda uji agregat kasar dengan menyaring benda uji menggunakan
saringan No. 4.
2. Timbang agregat kasar sebanyak 5000 gram dengan dua ukuran yaitu ukuran
1.1 dan 1.2.
3. Cuci agregat kasar hingga bersih dari kotoran.
4. Rendam benda uji selama ± 24 jam.
5. Setelah direndam buang air rendaman dan kemudian timbang mengunakan
timbangan yang dilengkapi dengan tempat wadah air dan penggantung
Gambar 3.10 Prosedur Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
e. Talam.
f. Hot plate.
g. Gas.
h. Corong.
Gambar 3.13 Alat dan Bahan Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
49
Laporan Praktikum Perkerasan Jalan Raya Marshall Test
e. Aspal.
2. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan pada pengujian dengan marshall test
adalah sebagai berikut:
a. Cetakan benda uji 5 buah, diameter 10 cm 4”) dan tinggi 7,5 cm (3”)
lengkap dengan pelat atas dan leher sambung.
b. Dongkrak.
c. Automatic compaction.
d. Marshall test set:
1) Kepala penekan berbentuk lengkung (Breaking Head).
2) Silinder cetak yang berkapasitas 2500 kg (5000 lb) dengan ketelitian
12,5 kg (25 lb) dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm
(0,0001“).
3) Arloji kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan
perlengkapannya. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk
memanasi sampai 200ºC.
e. Bak perendam (waterbath) dengan suhu minimum 20ºC.
g. Wajan untuk memanaskan agregat, semen aspal, dan campuran beton
aspal.
h. Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 250ºC dengan
ketelitian 0,5% atau 1% dari kapasitas.
i. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gr dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian
1 gr.
j. Kompor.
k. Sendok pengaduk.
l. Waterbath.
m. Wadah.
n. Spidol putih untuk memberi label.
o. Spatula.
p. Milimeter skrup, untuk mengukur dimensi benda uji.
dapat dikembangkan untuk setiap jenis aspal. Dari percobaan viskositas aspal
diperoleh temperatur pencampuran 156ºC dan temperatur pemadatan 145ºC.
12. Masukkan benda uji ke dalam 11. Hitung berat kering benda uji
air bersuhu 25ºC selama 3
sampai 5 menit dan kemudian
ditimbang untuk mendapatkan
berat benda uji dalam air
13. Rendam lagi benda uji dalam 14. Keluarkan benda uji dari
water bath dengan suhu 60 0 waterbath
selama 30 menit
Gambar 4.9 Bahan dan Peralatan Pengujian Kadar Semen Aspal dan Ektraksi.
2.
1. Panaskan agregat dan aspal 2. Masukan agregat dan aspal
menggunakan kompor, dengan yang telah dipanaskan kedalam
suhu 160o untuk agregat dan wadah kemudian aduk hingga
aspal dengan suhu 165o. rata.
3.
4.
12. Benda uji yang sudah kering 11. Keluarkan benda uji dari dari
dipanaskan dengan kompor alat ekstraksi dan bersihkan
sampai kering permukaan. kertas saring.