BAB I
PENDAHULUAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Syarat minimum temperature titik nyala oleh Bina Marga untuk aspal
PEN 40 – 60 (200 ºC). Titik nyala dan titik bakar aspal perlu diketahui
karena sebagai indikasi temperatur, pemanasan maksimum dimana masih
dalam batas-batas aman pengerjaan. Agar karakteristik aspal tidak berubah
(rusak) akibat dipanaskan melebihi temperatur titik bakar. Pada Pengujian
dengan alat Marshall dilakukan sesuai dengan prosedur Bina Marga. Pengujian
ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik campuran, menentukan
ketahanan atau stabilitas terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.
Hubungan antara ketahanan (stabilitas) dan kelelehan plastisitas (flow) adalah
berbanding lurus, semakin besar stabilitas, semakin besar pula flownya, dan
begitu juga sebaliknya. Jadi semakin besar stabilitasnya maka aspal akan
semakin mampu menahan beban, demikian juga sebaliknya. Dan jika flow
semakin tinggi maka aspal semakin mampu menahan beban.
Penelitian dilakukan untuk memperluas pemahaman tentang material
Perkerasan jalan. Pada praktikum ini dilakukan pengujian karakteristik agregat,
penguian titik lembek dan titik bakar. dan tes marshall. Pada Awal praktikum
pemeriksaan agregat dilakukan dengan menimbang berat agregat dan pan.
Agregat dengan 3 jenis ukuran 0-5, 5-10, 10-19 dengan ditimbang. Kemudian
hasil dari timbangan dilakukan proses pengayakan untuk mengetahui hasil
agregat yang lolos dan tertahan dan kemudian dilakukan penimbangan untuk
mendapatkan data. Agregat yang sudah didapatkan akan dilakukan penelitian
kadar air. Untuk pengujian titik nyala dan titik bakar, Suhu dari material aspal
ditingkatkan secara bertahap pada jenjang yang tetap. Seiring kenaikan suhu, titik
api kecil dilewatkan di atas permukaan benda uji yang dipanaskan tersebut. Titik
nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana percikan api pertama kali terjadi
sedangkan titik bakar ditentukan sebagai suhu dimana benda uji terbakar.
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
BAB II
DASAR TEORI
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
kuarsa dan jenis batuan granit mempunyai daya lekan terhadap aspal yang
rendah. Batu kapur, dolomite mempunyai daya lekat yang tinggi terhadap
aspal. Banyaknya pori pada agregat ditentukan dari banyaknya air yang dapat
terabsorbsi oleh agregat. Agregat dengan daya absorbsi lebih besar akan
menyerap aspal lebih banyak, sehingga membutuhkan lebih banyak aspal
pada saat pencampuran.
5. Berat jenis agregat dan penyerapan air
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat
dengan berat volume air. Berat jenis agregat (specific gravity) terdiri dari:
a. Berat jenis bulk (bulk specific grafity)
Berat jenis bulk adalah berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat
dalam keadaan kering dan seluruh volume agregat.
b. Berat jenis kering permukaan (surface saturated dry)
Berat jenis kering permukaan adalah berat jenis dengan memperhitungkan
berat agregat dalam keadaan kering permukaan. Dengan kata lain
merupakan berat kering agregat ditambah berat air yang meresap ke dalam
pori agregat dan seluruh volume agregat.
c. Berat jenis semu (apparent specific grafity)
Berat jenis semu adalah berat jenis dengan memperhitungkan berat agregat
dalam keadaan kering dan volume agregat yang tidak diresapi oleh air.
d. Penyerapan air
Angka penyerapan digunakan untuk menghitung perubahan berat dari
suatu agregat akibat air yang menyerap ke dalam pori di antara partikel
utama dibandingkan dengan pada saat kondisi kering, ketika agregat
tersebut dianggap telah cukup lama kontak dengan air sehingga air telah
menyerap penuh. Pada Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3
mengisyaratkan besarnya penyerapan air oleh agregat sebesar max. 3%.
7
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Catatan:
8
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Agregat halus dari sumber manapun, harus terdiri dari pasir atau
hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 4
(4,75 mm). Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras,
bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Presentase
pasir yang diisyaratkan dalam campuran AC maksimum 15% terhadap
berat total campuran.
Fungsi agregat halus dalam campuran aspal beton adalah:
1. Menambah stabilitas dari campuran dengan memperkokoh sifat saling
mengunci dari agregat kasar dan untuk mengurangi rongga udara pada
agregat kasar.
2. Semakin besar tekstur permukaan agregat halus akan menambah
stabilitas campuran dan menambah kekasaran permukaan perkerasan
jalan.
3. Keseimbangan proporsi penggunaan agregat kasar dan agregat halus
penting agar diperoleh permukaan yang tidak licin dengan jumlah kadar
aspal yang diinginkan.
Untuk lebih jelasnya mengenai agregat halus, maka agregat halus yang
digunakan sebagai bahan campuran harus memenuhi persyaratan sebagaimana
yang ditunjukan dalam tabel 2.2 berikut:
Tabel 2.2 Ketentuan sifat-sifat agregat halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 60%
Angularitas dengan uji kadar SNI 03-6877-2002 Min. 45
rongga
Gumpalan lempung dan butir-butir
mudah pecah dalam agregat SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
Agregat lolos ayakan No. 200 SNI ASTM Maks.
C117:2012 10%
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3
9
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Tipe I Aspal
No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Pen. 60-70
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2.4 Pemadatan
Pemadatan adalah proses yang mana partikel-partikel solid dirapatkan
atau dimampatkan secara mekanis sehingga diperoleh kekuatan dan stabilitas
serta volume rongga yang cukup pada campuran beraspal. Kondisi ideal
didapatkan pada saat campuran sudah tidak banyak berderformasi akibat
pembebanan.
Pemadatan pada intinya merupakan suatu upaya untuk memperkecil
jumlah rongga dalam suatu campuran, sehingga mencapai nilai yang
diisyaratkan. Karena perannya yang besar terhadap karakteristik perkerasan,
maka pemadatan baik pada waktu pelaksanaan di lapangan maupun pemadatan di
laboratorium untuk pembuatan benda uji Marshall, diatur sedemikian untuk
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
beraspal tidak merata dan mudah retak yang akhirnya akan mempengaruhi
kinerja campuran beraspal yang dihasilkan, baik dari segi umur pelayanan
maupun dari segi kenyamanan.
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
1
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Keterangan:
Gsb = Berat jenis bulk/curah total agregat campuran (gr/cc)
P1, P2,…., Pn = Presentase berat masing-masing fraksi agregat terhadap berat
total (%)
Gsb1, Gsb1,..,Gsbn = Berat jenis bulk dari masing-masing agregat (gr/cc)
5. Berat jenis semu dari total agregat campuran (Gsa)
𝑃1 + 𝑃2 + 𝑃3
Gsa = 𝑃1 𝑃𝑛
+ 𝐺𝑠𝑎 2 +. . . . . .+ 𝐺𝑠𝑎 𝑛
𝑃2
𝐺𝑠𝑎 1
Keterangan:
Gse = Berat jenis efektif agregat campuran (gr/cc)
Gmm = Berat jenis maksimum dari beton aspal (gr/cc)
Pa = % aspal, persen dari berat total campuran (%)
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Keterangan:
Gmm = Berat jenis maksimum dari beton aspal (gr/cc)
Ps = % agregat, persen dari berat total campuran
(%)
8. Berat jenis contoh campuran padat (Gmb)
𝑊𝐴
Gmb =
𝑉 𝐵𝑢𝑙𝑘
Keterangan:
Gmb = Berat jenis contoh campuran padat (gr/cc)
VBulk = Volume campuran setelah pemadatan (cc)
WA = Berat benda uji di udara (gr)
9. Penyerapan aspal (Pba)
Pba = 100 𝐺𝑠𝑒 − 𝐺𝑠𝑏 Ga
𝐺𝑠𝑒 𝑥 𝐺𝑠𝑏
Keterangan:
Gse = Berat jenis efektif agregat campuran (gr/cc)
Gsb = Berat jenis bulk/curah dari total agregat campuran
(gr/cc) Ga = Berat jenis aspal (gr/cc)
10. Kadar aspal efektif yang menyelimuti agregat (Pbe)
Pbe = Pa - 𝑃𝑎𝑏 Ps
100
Keterangan:
Pa = % aspal, persen dari berat total campuran
(%) Pba = Penyerapan aspal (%)
Ps = % agregat, persen terhadap berat total campuran (%)
11. Kadar aspal tengah (Pb)
Pb = 0,035 %CA + 0,045 %FA + 0,18 %FF + K
Keterangan:
Pb = Kadar aspal tengah (%)
CA = Nilai presentase agregat kasar tertahan saringan no.8 (%)
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Keterangan:
VMA= Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total,
(%)
Gmb = Berat jenis campuran padat (gr/cc)
Gsb = Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Ps = % agregat, persen terhadap berat total campuran, (%)
13. Volume pori dalam agregat campuran (VMA) sebagai presentase dari berat
agregat
VMA = 100 - 𝐺𝑚𝑏 x 100
x 100
𝐺𝑠𝑏 100 + 𝑃𝑏
Keterangan:
VMA= Rongga udara pada mineral agregat, prosentase dari volume total,
(%)
Gmb = Berat jenis campuran setelah pemadatan
(gr/cc) Gsb = Berat jenis bulk agregat, (gr/cc)
Pb = Kadar aspal, persen total campuran, (%)
14. Volume pori dalam campuran (VIM)
VIM = 100 x 𝐺𝑚𝑚 − 𝐺𝑚𝑏
𝐺𝑚𝑚
Keterangan:
VIM = Volume pori dalam campuran (%)
Gmm = Berat jenis maksimum dari campuran (gr/cc)
Gmb = Berat jenis bulk dari campuran yang telah dipadatkan (gr/cc)
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
15. Volume pori antar butir agregat yang terisi aspal (VFA)
VFA = 100 x 𝑉𝑀𝐴 − 𝑉𝐼𝑀
𝑉𝑀𝐴
Keterangan:
VFA = Volume pori terisi aspal (%)
VMA= Volume pori dalam agregat campuran (%)
VIM = Volume pori dalam campuran (%)
16. Keausan agregat kasar
Keausan = 𝑎 − 𝑏 x 100%
𝑎
Keterangan:
a = Berat benda uji semula (gr)
b = Berat benda uji tertahan saringan no. 12 (gr)
17. Marshall Quotient (MQ)
𝑀𝑆
MQ =
𝑀𝐹
Keterangan:
MQ = Marshall Quotient
MS = Marshall Stability (Stabilitas)
MF = Marshall Flow (Kelelehan)
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
elastomer sintesis.
6. Bahan anti pengelupasan
Untuk persyaratan bahan anti pengelupasan, dalam revisi 2 tidak
dicantumkan jenis pengujian yang harus dilakukan untuk kompabilitas bahan
anti pengelupasan dengan aspal. Namun dalam revisi 3 disebutkan dengan
jelas jenis pengujian yang dilakukan, seperti:
a. Uji pengelupasan dengan air mendidih (boiling water test) dengan nilai
min. 80%.
b. Stabilitas penyimpanan campuran aspal dan bahan anti pengelupasan maks.
2,2˚C.
c. Stabilitas pemanasan (heat stability) minimal 70% permukaan terselimuti
aspal.
7. Ketentuan sifat-sifat campuran laston (AC)
a. Dalam revisi 3, tidak terdapat pembagian pada lapis aus, lapis antara, dan
pondasi. Tidak seperti revisi 2 yang membagi ketiga lapisan ke dalam dua
bagian, yaitu halus dan kasar.
b. Perbandingan antara spesifikasi 2010 revisi 2 dan revisi 3 juga terlihat pada
nilai rongga terisi aspal (Laston dan Laston Modifikasi). Perbedaannya
dapat dlihat pada tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2.6 Perbandingan rongga terisi aspal (Laston dan Laston modifikasi)
Rongga terisi Lapis Aus (AC- Lapis Antara (AC- Lapis Pondasi (AC-
aspal WC) BC) Base)
Revisi 2 65 63 60
Revisi 3 65 65 65
Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi 3
c. Ada beberapa sifat campuran laston dan juga laston modifikasi yang
terdapat dalam revisi 2 yang tidak lagi dicantumkan dalam revisi 3,
seperti : kadar aspal efektif, penyerapan aspal, dan Marshall quotient,
namun digantikan dengan rasio partikel lolos ayakan 0,075mm dengan
kadar aspal efektif (min. 1,0 dan maks. 1,4).
2
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
BAB III
PEMBAHASAN
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
Semua contoh yang digunakan sebagai benda uji diambil pada berat tetap.
Berat tetap adalah berat agregat kering oven pada suhu kamar dan diulang
dioven satu jam lagi setelah didinginkan pada suhu kamar lagi maka beratnya
tetap, oven harus senantiasa pada suhu (110 ± 5)°C, karena air pada suhu
100°C akan menguap sehingga kandungan air pada agregat itu akan hilang.
Klasifikasi Agregat
Agregat Kasar yaitu agregat yang tertahan pada saringan No. 4
Agregat Halus yaitu agregat yang lolos pada saringan No. 4
Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat
tersebut dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4, selanjutnya
agregat halus dan agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum
diatas.
Benda uji disiapkan dengan persyaratan (PB-0208-76) kecuali apabila butiran
yang melalui saringan No. 200 tidak perlu diketahui jumlahnya dan bila
syarat-syarat ketelitian tidak menghendaki pencucian.
4. Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan disini disesuaikan buku petunjuk dengan nomor kode PB-020
1-76.
1. Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu (110 ± 5)°C sampai berat
tetap
2. Saringan benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling
besar ditempatkan paling atas. Saringan diguncang dengan tanam atau
mesin pengguncang selama 15 menit.
5. Perhitungan
Menghitung prosentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing
saringan terhadap berat total benda uji.
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN JALAN
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
6. Hasil Praktikum
Laporan meliputi:
a. Jumlah prosentase melalui masing-masing saringan, atau jumlah prosentase
diatas masing - masing saringan dalam bilangan bulat.
b. Grafik akumulatif.
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
PEMERIKSAAN
MATERIAL
(0 – 5mm) / Abu
Total : 1 kg = 1000
CUMULATIVE
SIEVE
WT.RET %RET %PAS
SIZE
A B C
3/8 “ - - -
#4 2.3 0.23 99.77
#8 295.8 29.58 70.42
# 16 292.5 29.28 70.72
# 30 118.4 11.84 88.16
# 50 105.3 10.53 89.47
# 100 101.7 10.17 89.83
# 200 73.3 7.33 92.67
TOTAL 989.6 99.29 601.04
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
PEMERIKSAAN
MATERIAL
(5 – 10mm) / Abu
Total : 1 kg = 1000
CUMULATIVE
SIEVE
WT.RET %RET %PAS
SIZE
A B C
1/2 “ - - -
3/8 “ 136.7 13.67 86.33
#4 304.7 30.47 89.53
#8 261.7 26.17 73.83
# 16 111.1 11.11 88.89
# 30 39.7 3.97 96.03
# 50 29.7 2.97 97.03
# 100 23.2 2.32 97.77
# 200 16.5 1.65 98.35
TOTAL 923.3 92.33 727.76
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
PEMERIKSAAN
MATERIAL
Total : 1 kg = 1000
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
PEMERIKSAAN
MATERIAL
(0 – 5mm) / Abu
Total : 1 kg = 1000
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
PEMERIKSAAN
MATERIAL
(5 – 10mm) / Abu
Total : 1 kg = 1000
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
PEMERIKSAAN AGREGAT
MATERIAL KEDUA
CUMULATIVE
SIEVE
WT.RET %RET %PAS
SIZE
A B C
3/4 “ 30.2 3.02 96.98
1/2 “ 350.2 35.02 64.98
3/8 “ 405.8 40.58 59,42
#4 96.2 9.62 90.38
#8 36.2 3.62 96.38
# 16 14.8 1.48 98.52
# 30 6.6 0.66 99.34
# 50 2.2 0.22 99.78
# 100 1.7 0.17 99.83
# 200 2.6 0.26 99.74
TOTAL 946.5 94.65 905.35
3
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
6. Hasil Praktikum
Hasil dilaporkan dalam bilangan decimal sampai dua angka dibelakang koma.
Catatan
Bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan
beton, dimana agregat digunakan pada kedaan kadar air aslinya, maka tidak
perlu dilakukan pengeringan oven. Banyak jenis campuran yang mempunyai
bagian butir-butir berat dan ringan. Bahan semacam ini memberikan harga-
harga berat jenis yang tidak tetap, walaupun pemeriksaan dilakukan dengan
sangat hati-hati. Dalam hal ini beberapa pemeriksaan ulangan diperlukan
untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
Lampiran no :
Pekerjaan : Agregat Kasar Dihitung :
Tanggal : Jum’at, 29 Januari 2021 Diperiksa :
Besaran
Satuan
5-10 10-19
Bk (berat benda uji kering oven(gram)) =1029.8 gr =1012.8 gr
Bj (berat benda uji kering permukaan =1000 gr =1000 gr
jenuh(gram))
Ba (berat benda uji dalam air(gram)) =610 gr =623 gr
1029.8
= = 2.6405
𝐵𝑘 1000−610
(Bulk Specific Gravity) =
𝐵𝑗−𝐵𝑎 1012.8
= = 2.6865
1000−623
1000
= = 2.5641
𝐵𝑗 1000−610
(Saturated Surface Gravity) =
𝐵𝑗−𝐵𝑎 1000
= = 2.6525
1000−623
1029.8
= = 2.4531
𝐵𝑘 1029.8−610
(Aap.Specific grav) =
𝐵𝑘−𝐵𝑎 1012.8
= = 2.5983
1012.8−623
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
h. Talam
i. Bejana tempat air
j. Pompa hampa udara (Vacum pump) atau tungku
k. Air suling
l. Desikator
3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan No. 4, diperoleh dari alat
pemisah contoh sebanyak 500 gram.
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Benda uji dikeringkan dalam oven pada suhu (110 ± 5)°C sampai
mencapai berat yang tetap. Yang dimaksud berat tetap adalah keadaan
benda uji selama 3 kali proses penimbangan dan pemanasan dalam oven
dengan selang waktu 2 jam berturut-turut, tidak akan mengalami perubahan
kadar air lebih besar dari pada 0,1 %. Didinginkan dalam suhu ruang,
kemudian direndam dalam air selama (24 ± 4) jam.
b. Membuang air perendam dengan hati - hati supaya tidak ada butiran yang
hilang, lalu menebarkan agregat diatas talam dan mengeringkan diudara
panas dengan cara membalikkan benda uji. Pengeringan dilakukan sampai
mencapai kering permukaan jenuh.
c. Memeriksa keadaan kering permukaan jenuh dengan cara memasukkan
benda uji kedalam kerucut terpancung, padatkan dengan batang penumbuk
sebanyak 25 kali, angkat kerucut terpancung. Keadaan kering permukaan
jenuh tercapai bila benda uji runtuh tetapi masih dalam keadaan tersentak.
d. Setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, 500 gram benda uji
dimasukkan kedalam piknometer. Memasukkan air suling dijaga agar
jangan sampai terlihat gelembung udara di dalamnya. Untuk mempercepat
proses ini, dapat digunakan pompa hampa udara, tetapi harus dengan cara
merebus piknometer.
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
Lampiran no :
Pekerjaan : Agregat Kasar Dihitung :
Tanggal : Jum’at, 29 Januari 2021 Diperiksa :
Besaran
Satuan
5-10 10-19
Berat benda uji kering permukaan jenuh 250
gr
Berat piknometer diisi air garam (B) =725.2 gr
Berat piknometer + benda uji SSd + air garam = 877.6
(Bt)
Berat benda uji kering oven gram (Bk) = 1029.8 gr =1012.8 gr
1029.8
= = 10.5512
𝐵𝑘 725.2+250−877.6
(Bulk Specific Gravity) =
𝐵+250−𝐵𝑡 1012.8
= = 10.3370
725.2+250−877.5
250
= = 2.5615
250 725.2+250−877.6
(Saturated Surface Gravity) =
𝐵+250−𝐵𝑡 250
= = 2.5615
725.2+250−877.6
1029.8
= = 1.1732
𝐵𝑘 725.2+1029.8−877.6
(Aap.Specific grav) =
𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡 1012.8
= = 1.1539
725.2+1012.8−877.6
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
BAB IV
PEMERIKSAAN ASPAL
PB-301-76
(AASHATO T-45-68)
(ASTM D-71)
1. Maksud dan Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk :
Menentukan penetrasi bitumen keras atau lembek (solid atau
semi solid). Dengan memasukkan jarum penetrasi ukuran tertentu, beban
dan waktu tertentu kedalam bitumen pada suhu tertentu.
2. Peralatan
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik turun
tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0.1 mm.
b. Pemegang jarum seberat (47 0.05) gram yang dapat dilepas dengan
mudah dari alat penetrasi untuk penetran.
c. Pemberat dari (50 0.05) gram digunakan untuk pengukuran
penetrasi dengan beban 100 gram.
d. Jarum penetrasi stainless stell dengan mutu 440 C atau 54-60 dengan
ukuran dan bentuk menurut gambar dibawah ini, ujung jarus harus
terbentuk kerucut terpancung.
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas terbentuk silinder dengan
dasar yang rata-rata berukuran :
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
f. Bak peredam (Waterbath), terdiri dari bejana tidak kurang 10 liter dapat
menahan suhu tertentu dengan ketelitian kurang lebih dari 0.1 C. Bejana
ini dilengkapi dengan pelat besar berlubang-lubang terletak 50 mm diatas
bejana dan tidak kurang dari 100 mm dibawah air dalam bejana.
g. Tempat air untuk benda uji di tempatkan dibawah alat penetrasi. Tempat
tersebut mempunyai isi tidak krang dai 350 ml dan tinggi yang cukup
untuk meredam benda uji tanpa bergerak.
h. Pengukuran wakjtu (Stopwatch). Pengukuran waktu penetrasi dengan
skala pembagian terkecil 0.0001 detik atau kurang dan kesalahan
tertinggi
0.1 detik per jam.
i. Thermometer.
3. Benda Uji
Contoh di panaskan perlahan-lahan serta diaduk-aduk sehingga cukup
air untuk dutangkan. Pemanasan contoh tidak boleh lebih dardi 60 C diatas
titik lembek, dan untuk bitumen tidak boleh lebih dari 90 C diatas titik
lembek. Waktu pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit, diaduk-aduk
perlahan-ahan agar udara tidak masuk ke dalam contoh. Setelah cair diutang
hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat tersebut tidak kurang dari angka
penetrasi ditambah 18 mm. Benda uji dibuat dua, benda uji ditutup agar bebas
dari tebu dan didiamkan dalam suhu ruang selama 1 sampai 1.5 jam untuk
benda uji kecil, 1,5 – 2 jam untuk benda uji besar.
4
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
4. Prosedur pelaksanaan
a. Bend uji di letakkan dalam thin box yang kecil dan tempat air tersebut
dimasukkan dalm bak perdam yang bersuhu (25 0.1) C. Di diamkan
dalam bak tersebut selama 1-1.5 jam untuk benda ynag kecil dan 1.5-2
jam untuk benda uji besar.
b. Pemegang jarum diperiksa agar jarum dapat dipasang dengan baik
dan jarum penetrasi dibersikan dengan toluene, kemudian jarum
tersebut dikeringkan dengan lap bersh dan sipasang pada pemegang
jarum
c. Pemberat 50 gram diletakkan diatas jarum untuk memperoleh beban
(100 0.01) gram.
d. Tempat air dipindahkan dari bak peredam ke bawah alat penetrasi.
e. Jarum diturunkan perlahan-lahan sehingga menyentuh permukaan benda
uji kemudian angka nol di arloji penetrometer diatur sehingga jarum
penunjuk berhimpit.
f. Pemegang jarum dilepaskan dan stopwatch secara bersama
dijalankan selama jangka waktu (5 0.1) detik.
g. Arloji oenetrometer diputar dan dibaca angka penetrasi yang berhimpit
dengan jarum petunjuk angka dibulatkan hingga 0.1 mm terdekat.
h. Jarum dilepaskan dari penegangnya dan disiapkan untuk test
penetrasi berikutnya.
i. Pekerjaan pada poin a-g diatas dilakukan berulang kali sebanyak 5x untuk
setiap benda uji yang sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan
berjarak 1 cm, dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
j. Bacalah harga putaran jarum penetrasi selama waktu tersebut.
Satu divisi pada pembacaan putaran jam adalah sama dengan 0.1 mm. Jadi
kalua harga penetrasi aspal tersebut adalah 65, artinya selama 5 detik
jarum jam tersebut bergerak menembus 65x0.1 mm = 6.5 mm.
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
5. Pelaporan
Lapor angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-kurangnya dari
3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan tidak melampui
ketentuan dibawah ini :
6. Catatan
a. Thermometer bak peredam diatur
b. Bitumen dan penetrasi kurang dari 150 dapat di uji dengan alat-alat dan
cara pemeriksaan ini, sedangkan bitumen dengan penetrasi antara 350-500
perlu dilakukan dengan alat-alat lain.
c. Bacalah harga putaran jarum penetrasi Selama waktu tersebut.
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
PEMERIKSAAN ASPAL
Lampiran no. :
Nomor sample :
Jenis sample : Dikerjakan :
Pekerjaan : Diperiksa :
Tanggal :
PENETRASI ASPAL
(PA – 0301 – 76)
(AASHTO M – 20)
Tabel 4.1 pemeriksaan aspal
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Letakkan cawan di atas pelat pemanas dan diatur sumber pemanas hingga
terletak di bawah titik tengah cawan.
b. Letakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik tengah
cawan.
c. Tempatkan thermometer tegak lurus di dalam benda uji dengan jarak 6,4
mm dia atas dasar cawan dan terletak pada satu garis yang menghubungkan
titik poros nyala penguji, kemudian diatur hingga poros thermometer
terletak pada jarak ¼ diameter cawan dari tepi.
d. Tempatkan penahan angin di depan nyala penguji.
e. Nyalakan sumber pemanas dan atur pemanasan sehingga kenaikan suhu
15°C per menit hingga benda uji mencapai suhu 56°C di bawah titk nyala
perkiraan.
f. Atur kecepatan pemanasan 5°C - 6°C per menit pada suhu 50°C dan 28°C
di bawah titik nyala perkiraan.
g. Nyala penguji dinyalakan dan diatur agar diameter nyala penguji 3,2
sampai 4,8 mm.
h. Putar nyala penguji hingga melalui permukaan cawan (dari tepi ke tepi
cawan) dalam selang waktu l detik, ulangi pekerjaan setiap kenaikan 2°C.
i. Lanjutkan pekerjaan pada point f - h sampai terlihat nyala singkat pada
suatu titik diatas permukaan benda uji, dibaca suhu pada thermometer dan
dicatat.
Lanjutkan pekerjaan ini sampai terlihat nyala yang agak lama (5 detik) di
atas permukaan benda uji. Bacalah suhu pada themometer dan catat.
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
3. Benda Uji
a. Panaskan contoh perlahan-lahan sambil diaduk terus menerus hingga
cairan menjadi rata. Pemanasan dan pengadukan dilakukan perlahan-lahan
agar gelembung udara tidak masuk. Setelah merata, tuanglah contoh ke
dalam dua buah cincin, suhu pemanasan tidak lebih dari 111°C di atas titik
lembeknya. Waktu untuk pemanasan ≤ 30 menit.
b. Panaskan dua buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh dan
letakkan kedua cincin di atas pelat kuningan yang telah diberi lapisan dari
campuran talk dan sabun.
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
4. Prosedur Pelaksanaan
a. Pasang dan atur kedua cincin di atas tempat duduknya, letakkan pengarah
bola di atasnya kemudian masukkan semua peralatan tersebut ke dalam
bejana gelas. Bejana kemudian diisi air suling dengan suhu (5 ± 1)°C
hingga tinggi permukaan air berkisar 101,6 sampai 108 mm. letakkan
thermometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara kedua benda uji (±
12,7 mm dari setiap cincin). Periksa dan atur jarak antara permukaan plat
dasar dengan benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
b. Letakkan bola - bola baja bersuhu 5°C di atas dan di tengah permukaan
masing - masing benda uji dcngan menggunakan penjepit dan memasang
kembali pengarah bola.
c. Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5°C per menit.
Kecepatan pemanasan ini tidak boleh diambil dari kecepatan pemanasan
rata - rata dari akhir pekeljaan ini. Untuk 3 menit pertama, perbedaan
kecepatan pemanasan ≤ 0,5 °C
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
TITIK LEMBEK
(PA-0302-76)
Tabel 4.2 Titik lembek
No Suhu yang diamati Waktu (detik) Titik lemah (℃) Titik lembah
℃ ℉ I II A b Rata-rata (℃)
1 5 41 35 35 62 64 63
2 10 50 39 39
3 15 59 41 41
4 20 68 45 45
5 25 77 49 49
6 30 86.6 54 54
7 35 95 58 58
8 40 104 63 63
9 45 113
10 50 122
11 55 131
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
BAB V
MIX DESIGN
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
Dari job mix ini ditentukan kadar aspal optimum yang dapat memenuhi
spesifikasi mutu campura. Beberapa contoh spesifikasi untuk aspal beton dari
beberapa sumber yaitu:
a. Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum
b. The Asphalt Institute III D
c. Japan Road Association
Dalam praktikum ini spesifikasi yang dapat dipakai menurut Bina Marga V.
5
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
Benda uji dibuat dalam 5 variasi kadar aspal yaitu 4,07%, 4,58%, 5,08%, 5,58%,
6,08%, masing - masing kadar aspal dibuat 1 benda uji.
Setelah variasi kadar aspal ditentukan, maka dapat dihitung berat masing - masing
ukuran agregat yang dipakai untuk kelima campuran, yang perhitungannya seperti
terlampir.
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
c) Persiapan Campuran
Untuk setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak 1200 gram
sebingga menghasilkan tinggi benda uji sekitar 6,25 ± 0,125 cm (2,5" ±
0,05").
Panci dipanaskan beserta campuran agregat 28° C di atas suhu
pencampur untuk aspal panas dan diaduk sampai merata. Aspal dituang
sebanyak yang dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan,
kemudian diaduk sesuai point 3b sarnpai agregat melapis merata.
d) Pemadatan Benda Uji
Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji dan penumbuk dibersihkan
dengan seksama dan dipanaskan dengan suhu 93,3° C dan 148,9" C. Selembar
kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting sesuai bentuk
cetakan diletakkan kedalam dasar cetakan, kemudian seluruh campuran
dimasukkan kcdalarn cetakan tcrscbut dan ditusuk dengan keras dengan
sendok semen.
Leher alat dilepaskan, permukaan campuran diratakan dengan sendok,
sehingga menjadi sedikit cembung. Saat akan dipadatkan, suhu campuran
harus dalam batas - batas pemadatan (3b). Cetakan diletakkan diatas landasan
pemadat, kemudian ditumbuk sebanyak 75 kali dengan tinggi jatuh 45 cm.
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
No Rentangan
Kadar Pengujian
Aspal
5.2 % A(gr) B(gr) C(gr) D(gr) E(gr) Suhu(℃)
1 5.2 % 581.3 1610 1028.7 56.43 1666.4 150℃
2 5.2 % 474.5 1588.3 1113.8 61.04 1649.3 150℃
3 5.2 % 583 1675.6 1092.6 59.900 1735.5 150℃
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
Rentangan
No Kadar Pengujian
Aspal
5.7 % A(gr) B(gr) C(gr) D(gr) E(gr) Suhu(℃)
1 5.7 % 485.6 1583.1 1097.5 66.29 1649.4 150℃
2 5.7 % 585 1716.9 1131.9 68.4 1785.3 150℃
3 5.7 % 496.7 1598.5 1101.8 66.58 1665.1 150℃
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum bahan perkerasan jalan semester adalah
sebagai berikut:
1. Pari hasil praktikum tersebut didapat hasil uji agregat dari pengujian
abrasi, kesetaraan pasir, kepipihan, kelonjongan, impact, dan
kelekatan terhadap aspal telah sesuai dengan spec yang ada.Pada
pemeriksaan agregat hasil uji dari pengujian abrasi, kesetaraan pasir,
kepipihan, kelonjongan, impact, dan kelekatan terhadap aspal telah sesuai
dengan spec yang ada. pada pemeriksaan aspal hasil uji dari pengujian
berat jenis, titik leleh dan kehilangan berat telah sesuai dengan spec yang
ada.
2. Dari pratikum Pada Marshall Test hasil uji dari pengujian Kadar Aspal
Optimum, Density, Stability, Flow, Rongga Terhadap Campuran (VIM),
dan Rongga Terisi Aspal (VMA) telah sesuai dengan spec yang ada.
6.2. Saran
6
IKA NUR LESTARI
LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN PERKERASAN
JALAN
DAFTAR PUSTAKA
Departemen pekerjaan umum 2007 spesifikasi umum bidang jalan dan jembatan
jakarta (id) : pusat litbang prasarana transportasi badan penelitian
Https://dpupkp.bantulkab.go.id/berita/53-pengertian-agregat
SNI (2002), Tata cara perencanaa tebal perkerasan lentur jalan raya dengan metode
analisa komponen,No. SNI 03-1732-1989, Metode,Spesifikasi dan Tata Cara-Bagian
4: Aspal,Asbuton dan Perkerasan Jalan,Jakarta
6
IKA NUR LESTARI