Anda di halaman 1dari 29

TINJAUAN NILAI ABRASI PADA AGREGAT YANG

BERASAL DARI QUARRY SELOPUTRO (WONOGIRI), PARE


(WONOGIRI), WERU (SUKOHARJO) TERHADAP KUAT
TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN ABSORBSI BETON
MENGGUNAKAN METODE SNI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi


Strata I Pada jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

oleh:

SENOPATI PAMUNGKAS
D100170002

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2022
TINJAUAN NILAI ABRASI PADA AGREGAT YANG BERASAL DARI
QUARRY SELOPUTRO (WONOGIRI), PARE (WONOGIRI), WERU
(SUKOHARJO) TERHADAP KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN
ABSORBSI BETON MENGGUNAKAN METODE SNI

Abstrak

Abrasi adalah proses hancurnya atau pecahnya agregat dalam hal ini agregat kasar
akibat proses mekanis dengan alat yang dinamakan mesin Los Angeles, dengan
asumsi material tersebut akan menerima gaya-gaya yang terjadi selama proses
pelaksanaan konstruksi beton, pembuatan jalan (penimbunan, penghamparan,
pemadatan). Nilai kekuatan atau keausan batuan (agregat) yang menjadi salah satu
persyaratan mutlak untuk campuran beton. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui presentasi abrasi dari agregat jenis apa yang memiliki pengaruh besar
terhadap kuat tekan, kuat tarik belah, absorbsi pada beton. Tujuan dari penelitian
ini adalah: Untuk mengetahui berapa nilai kuat tekan, kuat tarik belah, absorbsi
pada silinder beton dengan persyaratan yang ditentukan, untuk mengetahui
perbedaan presentase abrasi apakah dapat berpengaruh terhadap kuat tekan, kuat
tarik belah dan absorbsi beton, untuk mengetahui apakah abrasi mempengaruhi nilai
campuran beton. Dalam penelitian ini menggunakan tiga jenis agregat baik kasar
maupun halus yang berasal dari 3 lokasi quarry berbeda yaitu Weru (Sukoharjo),
Seloputro (Wonogiri), Pare (Wonogiri). Berdasarkan data-data hasil pemeriksaan
tersebut diperoleh nilai abrasi yang mana tiap quarry memiliki nilai-nilai yang
berbeda, untuk quarry Weru memiliki nilai abrasi sebesar 33,76 %, kemudian untuk
quarry Seloputro memiliki nilai abrasi sebesar 30,37 % dan quarry Pare memiliki
nilai abrasi sebesar 26,91 %. Hasil pengujian kuat tekan pada benda uji berupa
silinder beton saat berumur 28 hari dengan perbandingan tiap quarry dari Seloputro
sebesar 15,69 MPa. kemudian dari Pare sebesar 16,93 MPa. dam Weru sebesar
14,72 MPa, Kemudian untuk hasil pengujian kuat tarik belah pada benda uji silinder
beton saat berumur 28 hari dapat dilihat bahwa untuk quarry seloputro memiliki
rata-rata nilai kuat tarik belah sebesar 14,80 MPa, kemudian untuk quarry pare
memiliki rata-rata nilai sebesar 15,34 MPa dan untuk quarry Weru memiliki rata-
rata nilai sebesar 12,73 MPa dan hasil pengujian daya serap air pada benda uji yang
berumur 28 hari menunjukan bahwa dapat disimpulkan sampel yang berasal dari
quarry Pare yang memiliki nilai abrasi 26,96 % memiliki daya absorbsi sebesar
2,52% kemudian Seloputro yang memiliki nilai abrasi 30,27% memiliki daya
absorbsi sebesar 3,29 % dan Weru yang memiliki nilai abrasi 33,88 % memiliki
daya absorbsi sebesar 3,93 %.

Kata Kunci: Abrasi, Absorbsi Beton,Kuat Tekan, Tarik Belah,

Abstract

Abrasion is the process of breaking down or aggregates in this case aggregates due
to mechanical processes with tools that break the Los Angeles machine, with the
assumption that the material will accept the forces that occur during the process of

1
implementing concrete construction, road construction (filling, laying,
compacting). The value of rock strength or wear (aggregate) which is one of the
absolute requirements for concrete mixes. This study aims to determine the abrasion
presentation of what type of aggregate has a major influence on compressive
strength, split tensile strength, absorption in concrete. The aims of this study were:
To find out what the values of compressive strength, split tensile strength,
absorption in a concrete cylinder with the specified requirements are, to find out
whether the difference in presenting abrasion can affect the compressive strength,
split tensile strength and absorption of concrete, to find out whether abrasion affects
the strength of the concrete. concrete mix value. In this study, three types of
aggregates, both coarse and fine, were used from 3 different mining locations,
namely Weru (Sukoharjo), Seloputro (Wonogiri), Pare (Wonogiri). Based on the
results of the inspection data, it is obtained that the abrasion value for each quarry
has a different value, the Weru quarry has an abrasion value of 33.76%, then the
Seloputro quarry has an abrasion value of 30.37% and the Pare quarry has an
abrasion value of 26.91%. The results of the compressive strength test on the test
object in the form of a concrete cylinder at the age of 28 days with a comparison of
each quarry from Seloputro of 15.69 MPa. then from Pare of 16.93 MPa. Weru dam
is 14.72 MPa, then for the results of the split tensile strength test on the concrete
cylinder specimen when it is 28 days old, it can be seen that the seloputro quarry
has an average split tensile strength of 14.80 MPa, then for the bitter melon quarry
it has an average value of 14.80 MPa. The average value is 15.34 MPa and for the
Weru quarry it has an average value of 12.73 MPa and the results of the water
absorption test on the 28-day-old test object show that it can be concluded that the
sample from the Pare quarry has an abrasion value of 26 ,96% has an absorption
power of 2.52%, then Seloputro which has an abrasion value of 30.27% has an
absorption power of 3.29% and Weru which has an abrasion value of 33.88% has
an absorption power of 3.93%.

Keywords: Abrasion, Concrete Absorption,Compressive Strength, Split Tensile

1. PENDAHULUAN
Abrasi adalah proses hancurnya atau pecahnya agregat dalam hal ini agregat kasar
akibat proses mekanis dengan alat yang dinamakan mesin Los Angeles, dengan
asumsi material tersebut akan menerima gaya-gaya yang terjadi selama proses
pelaksanaan konstruksi beton, pembuatan jalan (penimbunan, penghamparan,
pemadatan). Nilai kekuatan atau keausan batuan (agregat) yang menjadi salah satu
persyaratan mutlak untuk campuran beton.
Pengujian abrasi merupakan pengujian terhadap daya tahan agregat terhadap
kikisan dihubungkan langsung dengan kekuatan hancur dan secara umum cukup
aman untuk menganggap bahwa beton dengan kuat hancur yang besar juga

2
mempunyai daya tahan terhadap kikisan besar. Apabila suatu agregat kasar (kerikil)
dengan nilai abrasi yang tinggi, mengakibatkan penyerapannya tinggi, hal ini sangat
mempengaruhi besar kecilnya kuat tekan yang terjadi. Dalam menentukan suatu
campuran beton, perlu diperhitungkan juga berat jenis dari masing-masing agregat.
Hal ini dimaksud untuk mendesain campuran beton yang akan direncanakan.
Menurut SK SNI T-15-1990-03:1, beton didefinisikan sebagai “Campuran
antara semen portland atau semen hidrolis yang lainnya, yang terdiri dari agregat
halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (additive)
yang membentuk massa padat. Semen dan air membentuk pasta yang akan mengisi
rongga-rongga diantara agregat kasar dan halus (pasir dan kerikil)”.
Untuk mengetahui hasil pengujian tes abrasi, bila nilai yang di dapat sesuai
dengan persyaratan, maka berapa hasil kuat tekan, kuat tarik belah dan absorbsi
silinder yang akan dicapai, untuk mengetahui apakah setiap masing-masing agregat
yang mempunyai nilai abrasi yang berbeda akan mempengaruhi kuat tekan, kuat
Tarik belah dan absobrsi beton, dan terakhir untuk mengetahui apakah nilai abrasi
pada agregat memiliki dampak yang akan mempengaruhi campuran beton.
1.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui nilai kuat tekan, kuat tarik belah, absorbsi pada silinder
beton dengan persyaratan yang ditentukan.
b. Untuk mengetahui perbedaan presentase abrasi dapat berpengaruh terhadap
kuat tekan, kuat tarik belah dan absorbsi beton.
c. Untuk mengetahui abrasi mempengaruhi nilai campuran beton.

2. METODE
2.1 Bahan Pembuatan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian pengaruh nilai abrasi ini adalah
sebagai berikut: Agregat Halus Merapi, Agregat Kasar Seloputro, Agregat Kasar
Pare, Agregat Kasar Weru, Semen Portland, dan Air.
2.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdapat di Batching Plant PT
Waskita Beton Precast, Colomadu.alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut:

3
Ayakan, Timbangan, Kerucut Conus, Gelas Ukur, Oven, Mesin Los Angeles,
Cetakan benda uji Silinder, Mesin Uji Kuat Tekan Beton, Mesin Uji Tarik Belah
Beton, Kolam Pendalaman, dan Alat Penunjang.
2.3 Cara Pembuatan
Cara Pembuatan dilakukan perhitungan rencana adukan silinder beton dengan
acuan metode mix design SNI 03-2834-2000. Didapat 3 jenis agregat sebagai bahan
dasar penelitian ini, kemudian untuk pembuatan benda uji berupa silinder beton
dibuat masing-masing tiap jenis agregat 5 sampel silinder beton dengan total
keseluruhan benda uji 45 sampel beton.

4
Mulai

Persiapan Alat dan Bahan TAHAP 1

Agregat kasar Agregat Halus Semen Air

Pengujian Nilai 1. Uji analisa Uji


Abrasi / Uji saringan kelayakan
Keausan 2. Uji SSD dan fisik
terhadap 3 3. Kandungan
agregat quarry lumpur
berbeda yaitu 4. Spesific grafity
Seloputro, Pare, 5. Bahan Organik
Weru

Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi Syarat TAHAP 2

Rencana Campuran Mix design


3 Mix Design

Pembuatan adukan Silinder Beton

Pembuatan dan perawatan benda uji TAHAP 3

Pengujian kuat tekan, tarik belah dan absorsi TAHAP 4

Analisis data dan pembahasan

Kesimpulan dan saran TAHAP 5

Finish / Selesai

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian

5
Tabel 1 Jumlah Benda Uji Silinder Beton
Jenis Kode Jumlah
No Agregat Pengujian Silinder Benda Uji Total
Kuat
1 Seloputro Tekan s1 5
Tarik
2 Seloputro Belah s2 5

3 Seloputro Absorbsi s3 5
Kuat
4 Pare Tekan s4 5
45
Tarik
5 Pare Belah s5 5

6 Pare Absorbsi s6 5
Kuat
7 Weru Tekan s7 5
Tarik
8 Weru Belah s8 5
9 Weru Absorbsi s9 5

2.4 Cara Pengujian


a. Kuat Tekan Silinder Beton
Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan dengan menggunakan
benda uji berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan tingginya 30
cm. Pengujian dilaksanakan Ketika silinder beton berumur 28 hari dengan
menggunakan Compression Testing Machine (CTM). Berdasarkan hasil
pengujian yang telah didapatkan hasil sebagai berikut:
P = 282 kN = 28200 kg
A = π x r ²....................................................................(1)
= 3.,14 x 7,5 ²
= 176,63 kg/cm²
f’c = P/A
= 28200 kg / 176,73
= 15,97 MPa

6
b. Tarik Belah Silinder Beton
Pada pengujian tarik belah beton ini menggunakan benda uji berupa
silinder beton dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengujian
dilaksanakan pada beton tepat berumur 28 hari dengan menggunakan alat
Compression Testing Machine (CTM). Dari hasil pengujian yang telah
didapat sehingga menghasilkan perhitungan sebagai berikut :
P = 110 kN = 11000 Kg
2pmax = 220 kN = 22000 Kg
2𝑃𝑚𝑎𝑥 22000 𝑘𝑔
𝑓𝑡 = = = 15,570 MPa........................(2)
𝜋𝐿𝐷 14130

c. Absorbsi Silinder Beton


Pada pengujian daya serap air ini dilakukan dengan menggunakan benda
uji berbentuk silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Pengujian ini dilaksanakan di kolam rendaman batching plant Waskita
Beton Precast Solo. Lama perendaman benda uji yang dilakukan adalah
selama 28 hari. Dari hasil pengujian yang telah didapat maka didapat
kemudian diterapkan pada persamaan sebagai berikut :
𝐴 = 12748 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵 = 12440 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐴−𝐵
Penyerapan Air = 𝐵 𝑥 100%........................................(3)

12748 − 12440
= 𝑥 100%
12440

= 2,47 %

3. HASIL & PEMBAHASAN


3.1 Penelitian Bahan
3.1.1 Pemeriksaan Semen
Dalam penelitian ini digunakan semen Portland Composite Cement
(PCC) dengan merk Semen Dynamix. Pemeriksaan material dilakukan
secara visual terhadap bulir semen untuk mengetahui bahwa semen dalam
kondisi baik dan tidak ada gumpalan.

7
3.1.2 Pemeriksaan Agregat Halus
Pada penelitian agregat halus ini menggunakan bahan yang berasal dari
gunung Merapi. Saat penelitian agregat halus ini meliputi pemeriksaan
Analisa saringan, pengujian kadar lumpur dalam pasir, pengujian Saturated
Surface Dry (SSD) pengujian kandungan zat organik pasir, pengujian
pemeriksaan berat jenis.
a. Pemeriksaan Analisa Saringan
Berdasarkan pemeriksaan Analisa saringan yang dilakukan,
dapat dilihat data hasil pemeriksaan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus
Presentase
Berat Presentase Presentase
Kumulatif
Ukuran Saringan Tertahan Tertahan Kumulatif
Tertahan
(gram) (%) Lolos (%)
(%)
50.00 mm (2") 0.00 0.00 0.00 100.00
37.50 mm (1/12") 0.00 0.00 0.00 100.00
25.00 mm (1") 0.00 0.00 0.00 100.00
19.00 mm (3/4") 0.00 0.00 0.00 100.00
12.50 mm (1/2") 0.00 0.00 0.00 100.00
9,5 mm (3/8") 115.00 5.75 5.75 94.25
6,3 mm (1/4") 0.00 0.00 5.75 94.25
4,75 mm (no.4) 132.50 6.62 12.37 87.63
2,36 mm (no.8) 130.00 6.50 18.87 81.13
1,18mm (no.16) 253.50 12.67 31.55 68.45
0,60 mm (no.30) 390.60 19.53 51.08 48.92
0,30 mm (no.50) 553.50 27.67 78.75 21.25
0,15 mm (no.100) 280.00 14.00 92.75 7.25
0,075 mm (no.200) 0.00 0.00 92.75 7.25
Pan 145.00 7.25 100.00 0.00
Total 2000 100.0 489.63 1010.37
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Modulus Halus Butir
(MHB) yang terkandung dalam agregat halus ini sebesar 4,89.
Menunjukan bahwa semakin besar nilai modulus kehalusan, jumlah
agregat kasar relatif lebih banyak dari agregat halus. Dari data di atas
juga dapat digambarkan dalam grafik-grafik berikut ini.

8
100
90
Data
Berat butir yang Lewat (%)

80 Presentase
70 Lolos Saringan
60 Batas Kurva
50 Atas
40
30 Batas Kurva
20 Bawah
10
0
Pam 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Ukuran Ayakan (mm)
Gambar 1 Grafik Batas Gradasi Agregat Halus Zona I

100
90
Berat butir yang Lewat (%)

80
70 Data
60 Persentase
Lolos Saringan
50 Batas Kurva
40 Atas
30 Batas Kurva
20 Bawah
10
0
Pan 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Ukuran Ayakan (mm)
Gambar 2 Grafik Batas Gradasi Agregat Halus Zona II

9
100
90
Berat Buti yang Lolos (%)

80
70
Data Persentase
60 Lolos Saringan
50 Batas Kurva Atas
40
30 Batas Kurva
Bawah
20
10
0
Pan 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Ukuran Saringan (mm)
Gambar 3 Grafik Batas Gradasi Agregat Halus Zona III

100
90
Berat Butir yang Lolos (%)

80
70
60 Data Persentase
Lolos Saringan
50 Batas Kurva Atas
40
Batas Kurva
30 Bawah
20
10
0
Pan 0.15 0.3 0.6 1.18 2.36 4.75 9.5
Ukuran Saringan (mm)
Gambar 4 Grafik Batas Gradasi Agregat Halus Zona IV

Dari gambar di atas menunjukan bahwa agregat halus termasuk


pasir agak kasar (Zona II). Agregat halus ini juga memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai bahan penyusun sampel beton.

10
b. Pengujian Kadar Lumpur pada Pasir
Pengujian ini dilakukan pada Laboratorium Waskita Beton
Precast Solo, didapatkan data hasil pengujian kadar lumpur dapat
dilihat pada tabel V.2 berikut.
Tabel 3 Hasil Uji Kadar Lumpur pada Agregat Halus

Setelah
No Keterangan Normal Satuan
dicuci

1 Berat Awal w1 1000 1000 gr


2 Berat Akhir w2 967 986 gr
Presentase Kadar Lumpur
3 KLK 3.30 1.40 %
Kering
Hasil pengujian diperoleh :
Pengujian Normal
W1 = 1000
W2 = 967
𝑊1−𝑊2
KLK = 𝑊1
𝑥 100%...........................................(4)
1000−967
= 1000
𝑥 100%

= 3,30 %
Pengujian Setelah Dicuci
W1 = 1000
W2 = 986
𝑊1−𝑊2
KLK = 𝑊1
𝑥 100%
1000−986
= 1000
𝑥 100%

= 1,40 %
Dari hasil pengujian kandungan lumpur dalam agregat halus
didapatkan nilai sebesar 3,30 % untuk pasir normal dan 1,40%
setelah dicuci. Berdasarkan SNI 03-4142-1996 disebutkan bahwa
batas maksimum kadar lumpur yang berada dalam pasir adalah 3%
untuk beton terabrasi dan untuk beton tidak terabrasi sebesar 5%.
Sehingga pada penelitian ini material pasir yang diteliti dapat
digunakan sebagai bahan campuran pembuatan silinder beton.

11
c. Pengujian Saturated Surface Dry (SSD)
Pada pengujian Saturated Surface Dry (SSD) ini dilakukan
dengan menggunakan bahan pasir atau agregat halus yang diangin-
anginkan sehingga mencapai kering permukaan. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut ini,
Tabel 4 Hasil Pengujian Saturated Surface Dry (SSD)
Penurunan Tinggi Pasir
Jumlah Rata-rata
(cm)
No. Percobaan
Penurunan
Pukulan Sampel A Sampel B
(cm)
1 I 25 2.80 2.50 2.65
2 II 25 2.82 2.60 2.71
Rata-rata penurunan 2.68

Dari hasil penelitian diperoleh :


1. Percobaan I = 15 pukulan
2,80+2,50
Penurunan rata-rata = 2
= 2,65 𝑐𝑚

2. Percobaan II = 25 pukulan
2,82+2,60
Penurunan rata-rata = 2
= 2,71 𝑐𝑚
2,65 +2,71
𝑅= = 2,68 𝑐𝑚.............................(5)
2

Dari hasil percobaan dilaboratorium pada pengujian SSD ini


terjadi penurunan 2,68 cm. Dari percobaan ini bahwa pasir yang
diuji sudah mencapai Saturated Surface Dry (SSD). Karena agregat
halus bisa dinyatakan mencapai Saturated Surface Dry (SSD) jika
pasir turun dari puncak kerucut sampai setengah dari ukuran tinggi
kerucut.
d. Pemeriksaan Berat Jenis Dann Penyerapan Agregat Halus
Dari pengujian yang telah dilaksanakan sebanyak 2 kali
pengujian diperoleh data seperti pada tabel 5 Berikut ini.

12
Tabel 5 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
No Keterangan Tes Ke I Tes Ke II Rata-Rata
1 Berat Jenis Kering Bulk 2.59 2.69 2.64
2 Berat Jenis Kering (SSD) 2.65 2.71 2.68
3 Berat Jenis Semu 2.75 2.75 2.75
4 Penyerapan 2.25 0.91 1.58

Sebelumnya didapat juga hasil pengukuruan data pendunkung


sebagai berikut:
Benda Uji I Benda Uji II
W1= Berat material dalam kondisi kering oven 489 495,5 gr
W2 = Berat Labu ukur + air 667 667 gr
W3= Berat material SSD + air + Labu ukur 978,5 982,5 gr
W4= Berat material kondisi SSD 500 500 gr
Dari data pengujian pertama dan kedua tersebut dapat diketahui
nilai rata-rata dari kedua uji berat jenis bulk sebesar 2,64 gr/cm³ dan
termasuk beton normal dikarenakan memenuhi persyaratan yaitu
antara 2,4-2,7 gr/cm³. Kemudian untuk nilai penyerapan airnya
sebesar 1,58 % sehingga baik untuk digunakan untuk campuran
adukan sampel beton karena memenuhi syarat yang telah
disyaratkan pada SNI 03-1970-2008 yaitu nilai penyerapanya
kurang dari 5%.
e. Pemeriksaan Kandungan Zat Organik
Berikut ini adalah data hasil pengujian kandungan zat organik
pada agregat halus.
Tabel 6 Hasil Pengujian Kandungan Zat Organik pada Agregat Halus
Volume Volume Total
No. Jenis Bahan Warna Larutan
(cc) (cc)

1 Pasir 130
200 No. 3
2 NaOH (3 %) + Air (97 %) 70

13
Berdasarkan hasil pengujian, menunjukan bahwa air yang berisi
agregat halus dan ditambahkan 3% larutan NaOH berubah warna
menjadi kuning. Menurut Helliege Tester warna tersebut sesuai
dengan nomor 3 (kuning), tetapi disarankan dicuci terlebih dahulu
baru di pakai (no. 3 dan no. 4). Dari perubahan warna tersebut
menunjukan bahwa agregat halus dapat digunakan dalam campuran
adukan buis beton karena telah memenuhi persyaratan SNI 03-2816-
1992 yaitu No 1, 2, dan 3.
3.1.3 Pemeriksaan Agregat Kasar
Pada pemeriksaan agregat kasar ini meliputi beberapa macam
pemeriksaan yaitu pemeriksaan berat Jenis agregat kasar dan pemeriksaan
keausan agregat kasar. Dalam pengujian ini dilaksanakan pengujian agregat
kasar dari setiap quarry yang akan diteliti dalam penelitian ini. Berikut hasil
pemeriksaan agregat kasar disajikan secara ringkas pada tabel V.6. berikut.
Tabel 7 Hasil Pemeriksaan Agregat Kasar
Asal Quarry Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan

Pemeriksaan Berat Jenis


- Berat Jenis Bulk 2,46 gram/cm³
Weru - Penyerapan 2,89%

Pemeriksaan Keausan 33,88%

Pemeriksaan Berat Jenis


- Berat Jenis Bulk - 2,54 gram/cm³
Seloputro Penyerapan 2,25%

Pemeriksaan Keausan 30,27

Pemeriksaan Berat Jenis


- Berat Jenis Bulk - 2,65 gram/cm³
Pare Penyerapan 1,88%

Pemeriksaan Keausan 26,96%

14
Berdasarkan hasil pengujian, agregat kasar pada tabel V.6. tersebut
dapat dijelsakan sebagai berikut.
a. Pemeriksaan Berat Jenis
Dari pemeriksaan berat jenis pada agregat kasar diperoleh data
seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 8 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar.quarry Weru

Test Ke I Test Ke II Rata-


No. Keterangan
(gram) (gram) Rata
1 Berat Benda Uji dalam kead. Jenuh 2000 2000 -
2 Berat Benda Uji Dalam Air 1208 1211 -
3 Berat Benda Uji Kering Oven 1942 1946 -
4 Berat Jenis Bulk 2.45 2.47 2.46
5 Berat Jenis SSD 2.53 2.54 2.53
6 Berat Jenis Semu 2.65 2.65 2.65
7 Penyerapan (Absorbsi) 3.01 2.77 2.89
Tabel 9 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar.quarry Seloputro
Test Ke I Test Ke II Rata-
No. Keterangan
(gram) (gram) Rata
1 Berat Benda Uji dalam kead. Jenuh 2000 2000 -
2 Berat Benda Uji Dalam Air 1242 1224 -
3 Berat Benda Uji Kering Oven 1955 1946 -
4 Berat Jenis Bulk 2.58 2.51 2.54
5 Berat Jenis SSD 2.64 2.58 2.61
6 Berat Jenis Semu 2.74 2.70 2.72
7 Penyerapan (Absorbsi) 2.33 2.76 2.54
Tabel 10 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar.quarry Pare
Test Ke I Test Ke II Rata-
No. Keterangan
(gram) (gram) Rata
1 Berat Benda Uji dalam kead. Jenuh 2000 2000 -
2 Berat Benda Uji Dalam Air 1280 1236 -
3 Berat Benda Uji Kering Oven 1962 1964 -
4 Berat Jenis Bulk 2.73 2.57 2.65
5 Berat Jenis SSD 2.78 2.62 2.70
6 Berat Jenis Semu 2.88 2.70 2.79
7 Penyerapan (Absorbsi) 1.94 1.82 1.88

Berdasarkan data-data tersebut dapat diketahui bahwa berat jenis


bulk agregat kasar yang berasal dari Weru sebesar 2,46 gr/cm³,

15
sedanngkan untuk agregat kasar yang berasal dari Seloputro Sebesar
2,54 gr/cm³ dan yang berasal dari Pare sebesar 2,65 gr/cm³, maka
hasil dari ketiganya dapat dibilang memenuhi syarat. Walaupun
Batasan minimum untuk berat jenis bulk yaitu 2,5 gr/cm³. Kemudian
untuk nilai penyerapannya untuk split weru sebesar 2,89%,
kemudian split seloputro sebesar 2,54% dan split Pare sebesar 1,88%
sehingga agregat kasar tersebut sudah memenuhi syarat karena nilai
penyerapannya kurang dari 3%.
b. Pemeriksaan Nilai Abrasi / keausan
Dari pemeriksaan keausan agregat kasar didapat data seperti
pada tabel berikut ini.
Tabel 11 Hasil Pengujian Nilai Abrasi quarry Weru
No. keterangan Test ke I Test ke II Test ke III Rata-
1 Berat Benda Uji (gram) (gram) (gram) Rata
a. Lolos 19 mm tertahan 12,5 mm 2500.00 2500.00 2500.00
b. Lolos 12,5 mm tertahan 9 mm 2500.00 2500.00 2500.00
2 Tertahan Saringan no. 12 3306 3312 3318
3 Presentasi keausan 33.88 33.76 33.64 33.76

Tabel 12 Hasil Pengujian Nilai Abrasi quarry Seloputro


No. keterangan Test ke I Test ke II Test ke III Rata-
1 Berat Benda Uji (gram) (gram) (gram) Rata
a. Lolos 19 mm tertahan 12,5 mm 2500.00 2500.00 2500.00
b. Lolos 12,5 mm tertahan 9 mm 2500.00 2500.00 2500.00
2 Tertahan Saringan no. 12 3487 3482 3476
3 Presentasi keausan 30.27 30.36 30.48 30.37

Tabel 13 Hasil Pengujian Nilai Abrasi quarry Pare


No. keterangan Test ke I Test ke II Test ke III Rata-
1 Berat Benda Uji (gram) (gram) (gram) Rata
a. Lolos 19 mm tertahan 12,5 mm 2500.00 2500.00 2500.00
b. Lolos 12,5 mm tertahan 9 mm 2500.00 2500.00 2500.00
2 Tertahan Saringan no. 12 3652 3656 3655
3 Presentasi keausan 26.96 26.88 26.90 26.91

Berdasarkan data-data hasil pemeriksaan tersebut diperoleh nilai abrasi


yang mana tiap quarry memiliki nilai-nilai yang berbeda, untuk quarry

16
Weru memiliki nilai abrasi sebesar 33,76 %, kemudian untuk quarry
Seloputro memiliki nilai abrasi sebesar 30,37 % dan quarry Pare memiliki
nilai abrasi sebesar 26,91 %. Dimana dari hasil-hasil tersebut menunjukan
bahwa agregat kasar baik digunkan untuk campuran sampel beton karen
nilainya sudah memenuhi persyaratan yaitu kurang dari 40%.
3.1.4 Pemeriksaan Air
Air yang digunakan berasal dari saluran air Batching Plant Waskita
Beton Precast Solo. Pemeriksaan dilakukan dengan cara visual dengan
memastikan bahwa air tidak berwarna dan tidak berbau sehingga baik untuk
campuran silinder beton.
3.2 Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton
Pengujian kuat tekan silinder beton dilakukan dengan menggunakan benda
uji berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan tingginya 30 cm.
Pengujian dilaksanakan Ketika silinder beton berumur 28 hari dengan
menggunakan Compression Testing Machine (CTM). Berdasarkan hasil
pengujian yang telah didapatkan hasil sebagai berikut:
P = 282 kN = 28200 kg...................................................................(6)

A =πxr²

= 3.,14 x 7,5 ²

= 176,63 kg/cm²

f’c = P/A

= 28200 kg / 176,73

= 15,97 MPa

Untuk seluruh hasil pengujian kuat tekan yang telah dilakukan disajikan
dalam tabel 14 berikut ini:

17
Tabel 14 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder
Asal Beban A f'c = P/A Rata-rata
No
Quarry (kN) (Kg) (cm²) (Kg/cm²) (Mpa) (Mpa)
282 28200 176.63 159.66 15.97
260 26000 176.63 147.20 14.72
1 Seloputro 270 27000 176.63 152.87 15.29 15.69
284 28400 176.63 160.79 16.08
290 29000 176.63 164.19 16.42
295 29500 176.63 167.02 16.70
298 29800 176.63 168.72 16.87
2 Pare 305 30500 176.63 172.68 17.27 16.93
300 30000 176.63 169.85 16.99
297 29700 176.63 168.15 16.82
257 25700 176.63 145.51 14.55
262 26200 176.63 148.34 14.83
259 25900 176.63 146.64 14.66
3 Weru 14.72
264 26400 176.63 149.47 14.95
255 25500 176.63 144.37 14.44
263 26300 176.63 148.90 14.89
Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan dalam bentuk grafik hasil
pengujian kuat tekan.

18
16,93
17
Kuat Tekan Rata-Rata

16 15,69

15 14,72
(MPa)

14
13
12
Nilai Abrasi Pare Seloputro Weru
Tiap Quarry 26,96 % 30,27 % 33,88 %

Gambar 5 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder

Dillihat dari tabel 13 di atas, hasil pengujian kuat tekan pada benda uji
berupa silinder beton saat berumur 28 hari dengan perbandingan tiap quarry

18
dari Seloputro sebesar 15,69 MPa. kemudian dari Pare sebesar 16,93 MPa.
dam Weru sebesar 14,72 MPa. Menurut tabel mutu beton pada tabel V.13
menyatakan beton dengan Fc 20 mempunyai K beton minimal 240,96
Kg/cm2. Dari tabel diatas dapat dikatan semua sampel beton lolos dari
sayarat minimal kuat tekan.
Tabel 15 Tabel Mutu Beton

Mutu Beton K= Fc/0,083 Mutu Beton Fc= Kx0.083


(Mpa) Kg/Cm² Kg/cm² MPa
Fc. 5.00 K 60.24 K 100 Fc. 8.30
Fc. 10.00 K 120.48 K 125 Fc. 10.38
Fc. 12.00 K 144.58 K 150 Fc. 12.45
Fc. 15.00 K 180.72 K 175 Fc. 14.53
Fc. 16.00 K 192.77 K 200 Fc. 16.60
Fc. 20.00 K 240.96 K 225 Fc. 16.60
Fc. 22.50 K 271.08 K 250 Fc. 18.68
Fc. 25.00 K 301.20 K 275 Fc. 22.83
Fc. 30.00 K 361.45 K 300 Fc. 24.90
Fc. 35.00 K 421.69 K 325 Fc. 26.98
Fc. 40.00 K 481.93 K 350 Fc. 29.05
(Sumber : SNI DT -91-2007)

3.3 Pengujian Tarik Belah Silinder Beton


Pada pengujian tarik belah beton ini menggunakan benda uji berupa silinder
beton dengan ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengujian
dilaksanakan pada beton tepat berumur 28 hari dengan menggunakan alat
Compression Testing Machine (CTM). Dari hasil pengujian yang telah
didapat sehingga menghasilkan perhitungan sebagai berikut :
P = 110 kN = 11000 Kg

2pmax = 220 kN = 22000 Kg

2𝑃𝑚𝑎𝑥 22000 𝑘𝑔
𝑓𝑡 = = = 15,570 MPa.....................................(7)
𝜋𝐿𝐷 14130
Untuk seluruh hasil pengujian dan perhitungan ditampilkan pada tabel
16 dibawah ini.
Tabel 16 Hasil Pengujian Tarik Belah Beton Silinder Beton

19
Luas Kuat Tarik Kuat
Beban Maksimal (P)
Asal Quarry No.Pengujian Permukaan (ft) Tarik
2
kN 2Pmax N mm MPa MPa
1 110 220 220000 141300 1.557
2 105 210 210000 141300 1.486
Seloputro 3 90 180 180000 141300 1.274 1.48
4 110 220 220000 141300 1.557
5 108 216 216000 141300 1.529
1 112 224 224000 141300 1.585
2 109 218 218000 141300 1.543
Pare 3 106 212 212000 141300 1.500 1.53
4 110 220 220000 141300 1.557
5 105 210 210000 141300 1.486
1 90 180 180000 141300 1.274
2 102 204 204000 141300 1.444
Weru 3 105 210 210000 141300 1.486 1.27
4 110 220 220000 141300 1.557
5 100 200 200000 141300 1.415

Berdasarkan tabel di atas dapat diperhatikan dalam bentuk grafik hasil


pengujian kuat tarik belah silinder beton.

3
Kuat Tarik Rata-Rata

2
1,53 1,48
(MPa)

1,27
1

0
Pare Seloputro Weru
26,96 % 30,27 % 33,88 %

Gambar 6 Grafik Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Silinder Beton.

Dilihat dari tabel.14 diatas hasil pengujian kuat tarik belah pada benda
uji silinder beton saat berumur 28 hari dapat dilihat bahwa untuk quarry
seloputro memiliki rata-rata nilai kuat tarik belah sebesar 1,,48 MPa,

20
kemudian untuk quarry pare memiliki rata-rata nilai sebesar 1,53 MPa dan
untuk quarry Weru memiliki rata-rata nilai sebesar 1,27 MPa. Dilihat dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa jika nilai abrasi yang kecil memiliki
daya kuat tarik belah lebih baik dibandingkan dengan agregat yang
memiliki nilai abrasi besar.
3.4 Pengujian Absorbsi Silinder Beton
Pada pengujian daya serap air ini dilakukan dengan menggunakan benda uji
berbentuk silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Pengujian ini dilaksanakan di kolam rendaman batching plant Waskita
Beton Precast Solo. Lama perendaman benda uji yang dilakukan adalah
selama 28 hari. Dari hasil pengujian yang telah didapat maka didapat
kemudian diterapkan pada persamaan sebagai berikut:
𝐴 = 12748 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐵 = 12440 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐴−𝐵
Penyerapan Air = 𝑥 100%..............................................(8)
𝐵
12748 − 12440
= 𝑥 100%
12440
= 2,47 %
Untuk seluruh data hasil pengujian dan perhitungan pada pengujian daya
serap air ini disajikan dalam tabel 17 berikut :

21
Tabel 17 Hasil Pengijian Daya Serap Air (Absorbsi)

Berat Berat
Kode Beton Beton Selisih Nilai
Rata-Rata
Kondisi Kondisi Berat Absorbsi
Benda No.
SSD Kering
Uji
(kg) (kg) (kg) (%) (%)
1 12.782 12.340 0.442 3.582
2 12.788 12.345 0.443 3.588
Seloputro 3 12.925 12.555 0.370 2.947 3.29
4 12.848 12.440 0.408 3.280
5 12.905 12.525 0.380 3.034
1 12.815 12.510 0.305 2.438
2 12.772 12.405 0.367 2.958
Pare 3 12.969 12.650 0.319 2.522 2.52
4 12.884 12.550 0.334 2.661
5 13.110 12.850 0.260 2.023
1 12.629 12.220 0.409 3.347
2 12.385 11.650 0.735 6.309
Weru 3 12.420 12.020 0.400 3.328 3.93
4 12.225 11.875 0.350 2.947
5 12.585 12.135 0.450 3.708

Dari tabel tersebut dapat ditampilkan ke dalam bentuk grafik


perbandingan rata-rata absorbsi tiap quarry sebagai berikut:

5
Nilai Absorbsi Rata-Rata

3,93
4 3,29
3 2,52
(%)

2
1
Nilai 0
Abrasi
Tiap Quarry 33,88 %
Weru 30,27 %
Seloputro 26,96 %
Pare
Gambar 7 Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Daya Serap Air

22
Dari tabel gambar grafik di atas hasil pengujian daya serap air pada
benda uji yang berumur 28 hari menunjukan bahwa dapat disimpulkan
sampel yang berasal dari quarry Pare yang memiliki nilai abrasi 26,96 %
memiliki daya absorbsi sebesar 2,52% kemudian Seloputro yang memiliki
nilai abrasi 30,27% memiliki daya absorbsi sebesar 3,29 % dan Weru yang
memiliki nilai abrasi 33,88 % memiliki daya absorbsi sebesar 3,93 %
dengan data tersebut dapat disimpulkan bahwa bila sampel yang memiliki
nilai abrasi terkecil akan memiliki daya serap kecil dikarenakan agregatnya
homogen kemudian untuk nilai abrasi yang besar memiliki daya serap yang
besar juga dengan asumsi agregat pada sampel beton tidak homogen
sehingga memudahkan air masuk dalam sampel uji. Artinya dari hasil
pengujian 3 material tersebut hubungan antara abrasi dan absorbsi adalah
berbanding lurus yang dimaksudkan dengan nilai abrasi yang besar batuan/
agregat tadi mempunyai nilai absorbsi yang besar pula.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
a. Dari hasil evaluasi terhadap tiga sumber quarry yang berbeda nilai abrasinya
setelah melaksanakan penelitian dengan pembuatan benda uji silinder dari
tiga material tersebut menunjukan material dengan nilai abrasi yang tinggi
memiliki nilai kuat tekan yang rendah sedangkan material yang memiliki nilai
abrasi yang rendah memiliki nilai kuat tekan yang cukup tinggi.
b. Untuk hasil dari ujii kuat tarik belah tersebut menunjukan bahwa material
dengan nilai abrasi yang tinggi memiliki nilai kuat tarik yang rendah
sedangkan material yang memiliki nilai abrasi yang rendah memiliki nilai
kuat tarik yang cukup tinggi.
c. Setelah dilaksanakan pengujian absorbsi dapat disimpulkan bahwa material
dengan nilai abrasi yang tinggi memiliki nilai absorbsi yang tinggi pula
sedangkan material yang memiliki nilai abrasi yang rendah memiliki nilai
absorbsi yang rendah.

23
d. Dari semua pengujian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa nilai
abrasi pada agregat sangat mempengaruhi kekuatan pada beton itu sendiri
baik secara tekan, tarik maupun absorbsi.
4.2 Saran
a. Melaksanakan survei ke lokasi quarry agregat kasar dan mengambil sampel
material tersebut untuk dilaksanakan pengujian.
b. Melaksanakan survei ke lokasi quarry agrgeat halus dan mengambil sampel
material tersebut untuk dilaksanakan pengujian
c. Setelah hasil pengujian masing-masing material didapat, sebagai dasar acuan
pembuatan job mix beton.
d. Pengujian material agregat kasar maupun halus dilakukan dengan ketentuan
yang berlaku untuk mendapatkan campuran beton yang memenuhi
persyaratan.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins H.N., 1997, Higway Material Soil and Concretes, Third Edition, Ohio.

Akkas, Abdul Madjid,ST.,MT.2009.Rekayasa Bahan/Bahan bangunan,


Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga.

Anonimus., 2008.Teknologi bahan 2, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi proyek Pengembangan Pendidikan
Politeknik .PEDC Bandung.

Istimawan Dipohusodo., 1991.SKSNI T-15-1991-03. Struktur Beton Bertulang.

Dep. PU RI. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Yayasan LPMB., 1990. SKSNI-T-15-1990-03. Tata Cara Pembuatan

Rencana Campuran Beton Normal. Bandung : LPMB Departemen

Pekerjaan Umum RI.

Yuni Damayanti. (2015), Hubungan Nilai Abrasi Agregat Kasar Terhadap Kuat
Tekan Beton.

24
Syamsul Arifin, Muh. Kasan, Novita Pradani. (2007), Pengaruh Nilai Abrasi
Agregat Terhadap Karakteristik Beton Aspal.
Sukirman S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung.

Jumiati, Alamsyah, ST, M.Eng, Dedi Enda, ST. (2012), Perbandingan Efesiensi
Dengan Menggunakan Metode ACI Dan Metode SNI Untuk Mutu Beton K-
250 (Studi Kasus Material Lokal)

Tjokrodimuljo, K. 1992. Teknologi Beton. Yogyakarta : Univertsitas Gajah Mada.

25

Anda mungkin juga menyukai