Anda di halaman 1dari 14

BAB VI

UJI KUAT TEKAN BREKSI ANDESIT FORMASI LEMAU SEBAGAI BAHAN

BANGUNAN

6.1. Latar Belakang

Bahan galian golongan C sebagai bahan industri dan bahan bangunan terus

meningkat penggunaannya seiring dengan lajunya proses pembangunan, sehingga potensi

bahan galian di suatu daerah memerlukan penelitian tersendiri, baik sifat fisiknya, volume

cadangan dan kualitasnya. Dalam hal ini data lapangan yang didukung dengan analisa

laboratorium ikut berperan dalam mencari dan menentukan potensi bahan galian di

daerah penelitian

Latar belakang pemilihan judul mengenai analisa kuat tekan breksi andesit pada

satuan breksi andesit sebagai bahan bangunan adalah karena kebutuhan masyarakat

sekitar bahan galian untuk digunakan sebagai bahan bangunan dan pengeras jalan serta

untuk keperluan lainnya. Dengan alasan tersebut diatas maka perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui kualitas breksi andesit sebagai bahan bangunan.

6.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya penelitian bahan galian breksi andesit pada formasi lemau di

daerah penelitian adalah untuk mengetahui kualitas dari breksi andesit untuk digunakan

sebagai bahan bangunan berdasarkan Standar Industri Indonesia (SSI) dan Standar Bina

Marga.

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada

pemerintah daerah setempat dan masyarakat umum mengenai kualitas breksi andesit

didaerah penelitian yang dapat dijadikan sebagai bahan bangunan.

47
6.3. Batasan Masalah

Dalam hal ini penulis hanya akan membahas mengenai kualitas breksi andesit pada

satuan breksi andesit di daerah penelitian ditinjau dari segi kuat tekannya saja sehingga

nantinya breksi andesit ini apakah layak memenuhi standar sebagai bahan bangunan

menurut Standar Industri Indonesia (SSI) dan Standar Bina Marga.

6.4. Dasar Teori

Pengujian kuat tekan dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan batuan terhadap

pemberian tekanan maksimum. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi hasil

pengujian kuat tekan adalah sifat fisik batuan yang penting di dalam keteknikan, yaitu

salah satu klasifikasi derajat pelapukan batuan menurut pangular dan nugroho, 1980 dan

faktor faktor yang mempengaruhi kekuatan batuan Brotodiharjo, 1979 adalah sebagai

berikut:

Tabel 6.1. Derajat Pelapukan batuan ( Pangular dan Nugroho, 1980 )

48
1. Faktor dalam yang meliputi :

a. mineralogi batuan, komposisi mineral pada batuan sangat berpengaruh terhadap

resistensi ataupun dalam uji kuat tekan batuan. Mineral – minreal dengan tingkat

kekerasan yang tinggi akan memiliki resistensi yang juga tinggi. Pada batuan

sedimen yang mengandung banyak kuarsa sebagai semennya akan mempunyai

harga kuat tekan yang lebih tinggi dibandingkan batuan sedimen yang tidak

memiliki komposisi semen mineral kuarsa.

b. Ukuran butir, semakin kecil ukuran butir suatu batuan maka akan semakin tinggi

nilai kuat tekannya.

c. Porositas, harga kuat tekan batuan juga dipengaruhi oleh porositasnya, semakin

tinggi porositas semakin kecil harga kuat tekannya karena batuan yang

berporositas tinggi memiliki banyak ruang kosong yang menebabkan nilai kuat

tekannya rendah.

d. Pelapukan, suatu batuan akan memperlihatkan kuat tekan yang semakain

berkurang dengan bertambahnya tingkat pelapukan.

2. Faktor luar yaitu gaya gesekan antara bidang plat penekan dengan ujung – ujung

contoh batuan.

Selain itu Pangular dan Nugroho juga mengklasifikasikan kekuatan batuan

berdasarkan tingkat kemudahan pecahnya dengan menggunakan benda, sedangkan

(Stapledon, 1968) mengklasifikasi material batuan berdasarkan kekuatan tekannya

49
Tabel 6.2. Klasifikasi kekuatan batuan (Pangular dan Nugroho,1980)

Tabel 6.3. Klasifikasi material beban berdasarkan kekuatan tekannya

Stapledon, 1986 ( dalam Brotodiharjo, 1979)

Di lain pihak Standard Direktorat Jenderal Bina Marga (1976) berpendapat bahwa

batuan yang layak digunakan untuk bahan bangunan adalah batuan dengan kuat tekan

sebagai berikut:

1. Sebagai beton bangunan rumah minimal kuat tekannya 200 kg/cm2.

2. Sebagai beton jalan raya minimal kuat tekannya 350 kg/cm2.

3. Sebagai beton tiang panjang minimal kuat tekannya 500 kg/cm2.


50
4. Sebagai bahan landasan pacu pesawat terbang minimal memiliki kuat tekan 1000

kg/cm2.

Sedangkan untuk menentukan kualitas suatu batuan sebagai bahan pondasi

bangunan berdasarkan Standar Industri Indonesia, (1980), (Tabel 6.4) dilakukan

penelitian laboratorium yang meliputi pengujian analisa kuat tekan.

Tabel 6.4. Syarat mutu batuan bahan bangunan menurut Standar Industri Indonesia (SSI.0378 – 80)

(dalam Sukartono, 1999)

Tentang pengaruh bentuk contoh batuan terhadap kuat tekan, ada yang mengatakan

bahwa contoh berbentuk silinder selalu lebih besar kekuatan tekanannya dari pada contoh

batuan yang berbentuk kubus, tetapi ada juga yang menyatakan sebaliknya. Brotodiharjo,

(1979) mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan kuat tekan yang terjadi pada kedua

macam bentuk contoh batuan tersebut dan kalaupun ada perbedaan sangat kecil sehingga

dapat diabaikan.

Sifat material tumbukan palu dapat diketahui dengan uji lapangan melalui cara

sederhana yaitu metode tumbukan palu. Dari suara tumbukan batuan dengan palu,

pantulan dan bekas tumbukan palu, maka dapat diperkirakan kekuatan dari suatu batuan

(Matthewson, 1980) (Tabel 6.5)

51
Tabel 6.5. Uji tumbukan palu (Matthewson, 1980)

6.5. Tahapan Penelitian

Dalam penelitian tentang kualitas breksi andesit di daerah penelitian, penulis

menggunakan 2 tahapan penelitian, yaitu uji lapangan dan uji laboratorium.

6.5.1. Uji Lapangan

Tahapan uji lapangan ini dimulai dengan pengamatan dan pengambilan sampel

batuan breksi andesit, pengamatan batuan dilakukan untuk mengetahui gambaran nyata

batuan dilapangan. Secara deskriptif breksi fragmen andesit di telititi baik yang sudah

lepas maupun yang masih terikat dengan matriks atau semenya, dan di deskriptif

berdasarkan derajat pelapukan batuan.

6.5.2. Uji Laboratorium

Tahap ini adalah suatu metode untuk mengetahui kualitas suatu bahan (batuan)

yang hasilnya didapatkan setelah dilakukan suatu analisa yang meliputi analisa petrografi

dan analisa kuat tekan. Analisa kuat tekan di lakukan di Lab Teknik Sipil Universitas

Batanghari Jambi. Tes ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan dari breksi andesit.

52
6.6. Tahapan Persiapan

Pada tahap persiapan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan. Tahap – tahap

yang harus dilakukan pada tahap ini adalah :

1. Pengambilan contoh batuan, dalam pengambilan contoh batuan harus melihat tingkat

kesegaran batuannya. Kesegaran batuan akan memberikan suatu kenampakan sifat

fisik yang asli, apabila batuan itu lapuk maka untuk hasil pengujian tidak maksimal.

Pengambilan contoh batuan dilakukan pada lokasi pengamatan yang berbeda, hal ini

bertujuan agar didapat hasil rata–rata dari setiap unit contoh batuan pada saat

dilakukan uji kuat tekan.

2. Alat yang digunakan dalam uji kuat tekan Dalam pengujian kuat tekan diperlukan

beberapa alat yang efisien dalam mengetahui kekuatan batuan, antara lain : Mesin kuat

tekan yang kapasitasnya cukup untuk memberikan beban tegak secara terus – menerus

dan diperoleh laju tegang konstan sampai batuan pecah dalam waktu 5 – 15 menit.

6.7. Tahapan Pelaksanaan Pengujian Kuat Tekan Batuan

1. Contoh batuan yang telah diambil di lapangan, yang bentuknya tidak beraturan

dibentuk mejadi kubus agar memudahkan dalam uji kuat tekan dan batuan di timbang

untuk mengetahui beratnya. Direktorat Jenderal Bina Marga (1976) telah menetapkan

standar ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm pada contoh batuan yang akan diuji dalam bentuk

kubus.

53
Gambar 6.1. Contoh batuan test kuat tekan dengan ukuran tiap sisi kurang lebih 5 cm (kubus).

Gambar 6.2. Batuan di timbang untuk mengetahui beratnya

2. Letakkan contoh batuan pada bantalan baja di bawah piston tekan (Gambar 6.3).

Lakukan uji dengan menghidupkan alat uji, pada saat uji mulai bekerja, piston akan

bergerak menekan contoh batuan dengan percepatan 2 – 4 kg/det2. Kemudian setelah

mencapai beban maksimum maka contoh batuan akan hancur (pecah) dan nilai beban

maksimum akan tercantum dalam grafik yang menunjukkan angka tertentu (dalam

skala Kilogram) dan nilai kuat tekan juga akan merekam langsung pada panel meter

yang akan menunjukkan angka tertentu yang merupakan nilai kuat tekannya.

54
Gambar 6.3. Alat uji kuat tekan batuan

Gambar 6.4. Uji kuat tekan contoh batuan

6.8. Hasil Uji Kuat Tekan

6.8.1. Uji Lapangan

Berdasarkan data lapangan, hasil analisa petrografi dan peta geologi daerah

penelitian, Breksi Andesit Formasi Lemau dengan luas penyebaran 15% dari luas daerah

penelitian. Hasil deskripsi derajat pelapukan dan uji tumbukan palu pada ketiga sampel

Breksi andesit yang ada pada daerah penelitian berdasarkan klasifikasi derajat pelapukan

55
dan kekuatan batuan menurut Pangular dan Nugroho, (1980) dan Matthewson, (1980).

hasil deskripsi dapat diketahui bahwa sampel Breksi andesit LP 43 Memperlihatkan

batuan breksi mengalami lapuk ringan, setelah dilakukan tumbukan dengan palu, batuan

bergedebuk, tiada pantulan, berbekas atau menimbulkan patahan dengan istilah kuat

(gambar 6.5.).

Gambar 6.5. Sampel breksi andesit LP 43

Pada Sampel Breksi andesit LP 52 Memperlihatkan batuan breksi tidak tampak

mengalami pelapukan atau segar, setelah dilakukan tumbukan dengan palu, batuan

bergedebuk, terjadi pantulan, sedikit berbekas atau sedikit menimbulkan kerapatan

dengan istilah sangat kuat (gambar 6.6.).

Gambar 6.6. Sampel breksi andesit LP 52

56
Pada Sampel Breksi andesit LP 67 Memperlihatkan batuan breksi tidak tampak

mengalami pelapukan atau segar, setelah dilakukan tumbukan dengan palu, batuan

bergedebuk, terjadi pantulan, sedikit berbekas atau sedikit menimbulkan kerapatan

dengan istilah sangat kuat (gambar 6.7.).

Gambar 6.7. Sampel breksi andesit LP 67

Tabel 6.5. Hasil deskripsi berdasarkan derajat pelapukan dan kekutan batuan (Penulis)

57
6.8.2. Uji Laboratorium

Dari hasil uji kualitas Breksi Andesit di laboratorium yang meliputi analisis kuat

tekan diperoleh hasil sebagai berikut :

Hasil uji laboratorium dapat di deskripsi sebagai berikut :

1. Contoh batuan pertama, Breksi andesit yang di ambil di anak sungai Air Alas Tengah

pada lokasi pengamatan LP 43, kualitas Breksi andesit yang di analisis berdasarkan

kuat tekan dengan menggunakan Compresition test pada Breksi andesit mengalami

kehancuran pada angka Compresition test menunjukkan harga kuat tekan sebesar

723,69 kg/cm2. Dari hasil pengujian kuat tekan tersebut, menurut Standar Industri

Indonesia (Tabel 6.4), Breksi andesit tersebut cocok di gunakan untuk konstruksi

sedang beton kelas II - Pondasi bangunan sedang tekanan gandar < 3000 kg .

2. Contoh batuan kedua, Breksi andesit yang di ambil di bukit Peninjauan pada lokasi

pengamatan LP 52, kualitas Breksi andesit yang di analisis berdasarkan kuat tekan

dengan menggunakan Compresition test pada Breksi andesit mengalami kehancuran

pada angka Compresition test menunjukkan harga kuat tekan sebesar 1162,74 kg/cm2.

Dari hasil pengujian kuat tekan tersebut, menurut Standar Industri Indonesia (Tabel

6.4), Breksi andesit tersebut cocok di gunakan untuk konstruksi berat beton kelas III -

Pondasi bangunan sedang tekanan gandar < 7000 kg .

3. Contoh batuan ketiga, Breksi andesit yang di ambil di anak sungai Air Anak basah

pada lokasi pengamatan LP 67, kualitas Breksi andesit yang di analisis berdasarkan

kuat tekan dengan menggunakan Compresition test pada Breksi andesit mengalami

kehancuran pada angka Compresition test menunjukkan harga kuat tekan sebesar

1149,24 kg/cm2. Dari hasil pengujian kuat tekan tersebut, menurut Standar Industri

58
Indonesia (Tabel 6.4), Breksi andesit tersebut cocok di gunakan untuk konstruksi berat

beton kelas III - Pondasi bangunan sedang tekanan gandar < 7000 kg.

Tabel 6.7. Hasil uji kuat tekan batuan menggunakan Compresition test

Melihat dari masing – masing data pengujian kuat tekan diperoleh harga kuat tekan

yang bervariasi. Apabila mengacu pada klasifikasi material batuan berdasarkan kuat

tekannya, menurut Stapledon, (1968, dalam Brotodiharjo, 1979), maka Breksi andesit

dengan harga kisaran 723,69 – 1162,74 kg/cm2 masuk dalam kategori “kuat”, Jika

mengacu pada syarat mutu batuan bahan bangunan menurut Standar Industri Indonesia

(SSI), maka dari ketiga contoh batuan yang telah melalui proses pengujian dapat

digunakan sebagai berikut (Tabel 6.8. ).

Tabel 6.8. Hasil Korelasi uji lapangan dan laboratorium serta pemanfaatanya

59
6.9. Rekomendasi dan pemanfaatan

Penulis merekomendasikan untuk dilanjutkan ketahap yang lebih detail dalam

menganalisa kualitas breksi yang ada pada formasi Lemau dengan menambahkan Uji sifat

fisik batuan dan uji mekanika batuan secara lengkap.

Menurut persyaratan mutu bahan bangunan standar industri indonesia ( SSI 0378-

80), berdasarkan klasifikasi kuat tekan batuan/mineral minimum, breksi andesit pada

formasi lemau umumnya dapat di manfaatkan sebagai konstruksi pondasi bangunan dan

beton konstruksi jalan, karena memenuhi syarat kekuatan tekan rata rata minimum ±700

- 1200kg/cm² dan breksi andesit pada formasi lemau ini dapat dimanfaatkan masyarakat

sekitar sebagai material bahan bangunan

60

Anda mungkin juga menyukai