Anda di halaman 1dari 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

EKSPLORASI BATUBARA

1. PENGEBORAN
Kegiatan pengeboran dalam eksplorasi batubara secara umum bertujuan untuk mengetahui data
geologi bawah permukaan (subsurface)nya, diantaranya urutan stratigrafi batuan, posisi kedalaman
batubara dan ketebalan batubara. Tahap pengeboran juga bertujuan untuk mendapatkan sampel batubara
yang kemudian dianalisis kualitasnya, termasuk untuk kajian tertentu seperti geologi teknik ataupun
geohidrologi. Tujuan lain dari kegiatan pengeboran ini adalah untuk menambah titik informasi yang
berguna untuk meningkatkan kelas sumberdaya dan cadangan serta menambah keyakinan geologi.

2. Peralatan pengeboran
Beberapa komponen atau peralatan pemboran yang diperlukan untuk kegiatan pemboran diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Mesin Bor
b. Pompa atau Kompresor
c. Stang Bor
d. Pipa Casing
e. Mata Bor
f. Dan Perlengkapan lainya

2.1. Mesin Bor


Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pemilihan mesin bor yang
digunakan, diantaranya meliputi:
a. Tipe/ model mesin bor
b. Diameter lubang
c. Sliding stroke
d. Berat mesin bor
e. Power unit
f. Kemampuan rotasi/ tumbuk per satuan waktu
g. Hoisting capacity (kapasitas)
h. Dimensi (panjang x lebar x tinggi)

2.2. Mesin Bor Tumbuk


Mesin bor tumbuk yang biasanya disebut cable tool atau spudder rig yang diopersikan dengan cara
mengangkat dan menjatuhkan alat bor berat secara berulang- berulang ke dalam lubang bor. Mata bor
akan memecahkan batuan terkosolidasi menjadi kepingan kecil,atau akan melepaskan butiran – butiran
pada lapisan. Kepingan atau hancuran tersebut merupakan campuran lumpur dan fragmen batuan pada
bagian dasar lubang, jika di dalam lubang tidak dijumpai air, perlu ditambahkan air guna membentuk
fragmen batuan (slurry).
Pertambahan volume slurry sejalan dengan kemajuan pemboran yang pada jumlah terentu akan
mengurangi daya tumbuk bor. Bila kecepatan laju pemboran sudah menjadi sangat menjadi sangat
lambat, slurry diangkat ke permukaan dengan menggunakan timba (bailer) atau sand pump. Beberapa
factor yang mempengaruhi kecepatan laju pemboran (penetrasi) dalam pemboran tumbuk diantaranya
adalah:
a. Kekerasan lapisan batuan
b. Diameter kedalam lubang bor
c. Jenis mata bor
d. Kecepatan dan jarak tumbuk
e. Beban pada alat bor
Kapasitas mesin bor tumbuk sangat tergantung pada berat perangkat penumbuk yang merupakan
fungsi dari diameter mata bor, diameter dan panjang drill-sistemnya. Adapun beberapa kelebihan dan
kekurangan mesin bor tumbuk jika dibandingkan dengan mesin bor putar dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Kelebihannya:
a. Ekonomis: - Harga lebih murah sehingga depresiasi lebih kecil
b. Biaya transportasi lebih murah
c. Biaya operasi dan pemeliharaannya lebih rendah
d. Penyiapan rig untuk pemboran lebih cepat
e. Menghasilkaaan contoh pemboraan yang lebih baik
f. Tanpa sistem sirkulasi.
g. Lebih mempermudah pengenalan lokasi akifer
h. Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relative lebih kecil
Kekurangannya:
a. Kecepatan laju pemboran rendah
b. Sering terjadi sling putus
c. Tidak bisa mendapatkan core
d. Tidak memiliki saran pengontrol kestabilan lubang bor
e. Terbatasnyaa personil yang berpengalaman
f. Pada formasi yang mengalami swelling clay akan menghadapi banyak hambatan

2.3. Mesin Bor Putar


Mesin bor putar merupakan jenis mesin bor yang mempuyai mekanisme yang paling sederhana,
untuk memecahkan batuan menjadi kepingan kecil, mata bor hanya mengandalkan putaran mesin dan
beban rangkaian stang bor. Jika pemboran dilakukan pada formasi batuan yang cukup keras, maka
rangkain stang bor dapat ditambah dengan stang pemberat. Kepingan batuan yang hancur oleh gerusan
mata bor akan terangkat ke permukaan karena dorongan fluida. Contoh yang populer dari jenis ini adalah
meja putar dan elektro motor.Pada jenis meja putar, putaran vertical yang dihasilkan oleh mesin
penggerak dirubah menjadi putaran horizontal oleh sebuah meja bulat yang ada pada bagian bawahnya
terdapat alur – alur yang berpola konsentris, sedangkan pada elektro motor, energi mekanik yang
digunakan untuk memutar rangkaian stang bor berasal dari generator listrik yang dihubungkan pada
sebuah elektro motor.
Komponen – komponen utama dari mesin bor putar adalah:
a. Swivel
b. Kelly bar
c. Stabilizer
d. Mata bor
e. Stang bor
f. Stang pemberat

2.4. Mesin Bor Hidrolik


Pada mesin bor putar – hidrolik, pembebanan pada mata bor terutama diatur oleh sistem hidrolik
yang terdapat pada unit mesin bor, disamping beban yang berasal dari berat stang bor dan mata bor. Cara
kerja dari jenis mesin bor ini adala mengombinasikan tekanan hidrolik, stang bo dan putaran mata bor di
atas formasi batuan.
Formasi batuan yang tergerus akan terbawa oleh fluida bor ke permukaan melalui rongga anulus atau
melalui rongga stang bor yang bergantung pada sistem sirkulasi fluida bor yang digunakan.
Adapun contoh mesin bor putar – hidrolik adalah:
a. Top Drive
Unit pemutar pada jenis Top Drive bergerak turun naik pada menara, tenaganya berasal dari unit
transmisi hidrolik yang digerakkan oleh pompa. Penetrasinya dapat langsung sepanjang stang bor yang
dipakai (umumnya sepanjang 3,6m – 9 m), sehingga jenis mempuyai kinerja yang paling baik.
b. Spindle
Pada jenis ini pemutarannya bersifat statis, kemajuan pemboran sangat dipengaruhi oleh panjang
spindle (umumnya antara 60 m – 100 m), dan tekanan hidrolik yang dibutuhkan. Adapun spesifikasi
mesin bor yang digunakan adalah:
a. Merk
b. Kapasitas
c. Berat
d. Kemampuan rotasi
e. Dimensi
f. Diameter lubang
g. Tipe/model

2.5. Pompa Atau Kompresor


Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada pompa diantaranya adalah:
a. Tipe acting piston
b. Diameter piston
c. Power
d. Dimensi
e. Berat
f. Volume/ pressure
g. Working pressure
Adapun hal – hal yang penting diperhatikan pada kompresor adalah:
a. Tekanan udara yang dihasilkan
b. Volume udara yang dihasilkan per satuan waktu
Pada tahap pemboran lumpur dan kompresor berfungsi sebagai sumber tenaga untuk
mensirkulasikan fluida bor. Jika fluida bor yang digunakan adalah lumpur, maka sebagai sumber tenaga
adalah pompa lumpur, dan jika fluida bor yang digunakan adalah udara maka sumber tenaganya adalah
kompresor. Adapun pompa/ kompresoe yang digunakan adalah:
a. Merk
b. Model
c. Kapasitas
d. Dimensi
e. Diameter piston
f. Berat
g. Power
h. Volume/ pressure
i. Working pressure

2.6. Stang Bor


Stang bor merupakan pipa yang terbuat dari baja, dimana bagian pipa ujung – ujungnya terdapat ulir,
dimana fungsinya sebagai penghubung antara dua buah stang bor.Dalam kegiatan pemboran, stang bor
berfungsi sebagai:
a. Menstranmisikan putaran, tekanan, dan tumbuka yang dihasilkan oleh mesin bor menuju mata bor.
b. Jalan keluar – masuknya fluida bor Panjang stang bor yang umum digunakan dalam operasi
pemboran adalah 10 ft (3m) dan 30 ft (9m), tetapi hal ini bisa berubah tergantung dengan tujuan
dan efisiensi pemboran.
Kriteria yang harus diperhatiakan dalam pemilihan ukuran, meliputi:
a. tujuan pemboran
b. kedalaman pemboran
c. kekerasan batuan
d. metode sirkulasi fluida
e. diameter lubang bor
Adapun rangkaian stang bor yang digunakan dalam operasi pemboran tergantung dari mekanisme
pemboran yang diterapkan.
1. Rangkaian Stang Bor pada Mesin Bor Putar.
Rangkaian stang bor pada pemboran putar hampir semuanya sama seperti pada penyambungan pipa
air. Stang bor yang dipakai pada pemboran mempuyai banyak ukuran, hal ini berkaitan dengan
diameter luar, diameter dalam , jenis ulir dan sebagainya. Setiap pabrik biasanya memiliki klasifikasi
yang berbeda.
2. Rangkaian Stang Bor pada Mesin Bor Tumbuk.Rangkaian stang bor pada mesin bor tumbuk terdiri
dari:
a. Mata bor pahat.
b. Drill stem, sebagai pemberat dan pelurus lubang.
c. Drilling jars, sepasang batang baja yang bertaut yang dimasukkan untuk melepaskan bit jika
tejepit dengan sentakan ke atas.

2.7. Pipa Casing


Didalam operasi pemboran pipa casing berfungsi untuk menjaga lubang bor dari colaps
(keruntuhan) dan peralatan pemboran lain dari gangguan-gangguan. Ada dua tipe untuk
menghubungkan pipa casing, yaitu:
a. Casing Swivel
Alat ini untuk menghubungkan antara pipa casing dan stang bor,
b. Casing Head
Alat ini dipasang di bagian atas casing, untuk melindungi drat casing bagian atas,
c. Casing Shoe
Alat ini digunakan untuk melindungi casing bagian bawah dari kerusakan
d. Casing Cutter
Digunakan pada saat apabila didalam lubang casing terjadi masalah, fungsinya untuk memotong
casing pada titik yang diinginkan,
e. Casing Band
Alat ini digunakan untuk menjepit pipa casing selama operassi pengangkatan dan Penurunan.

2.8. Mata Bor (BIT)


Mata bor merupakan salah satu komponen dalam pemboran yang digunakan khususnya sebagai alat
pembuat lubang (hole making tool). Gaya yang bekerja pada bit agar bit dapat bekerja sesuai dengan yang
diharapkan secara garis besar terbagi atas dua macam, yaitu gaya dorong dan gaya putar. Keekfetifan
penetrasi yang dilakukan pada pemboran tergantung pada kedua gaya jenis ini. Gaya dorong dapat
dihasilkan melalui tumbukan yang dilakukan pada pemboran tumbuk,pemuatan bit, tekanan dibawah
permukaan.
Gaya putar dapat dihasilakan pada mekanisme pemboran putar dengan bantuan mesin putar mekanik
yang dapat memutar bit (setelah ditransmisikan oleh stang bor) dan dengan bantuan gaya dorong static
mengabrasi batuan yang ditembus. Gaya dorong yang bersifat static yang secara tidak langsung turut
menunjang gaya- gaya tersebut diatas misalnya berat dari stang bor dan berat rig.
Faktor- faktor yang harus diperhatiakan dalam pemilihan bit yaitu:
a. Ukuran dan bentuk mata bor
b. Ukuran gigi mata bor
c. Berat mata bor
d. Kekerasan matriks.
Adapun beberapa jenis mata bor diantaranya:
a. Mata Bor Rotasi terdiri dari : Mata Bor Pisau, Air Coring Bits, dan Roller Bits.
b. Mata Bor Tumbuk terdiri dari : Cross Bit, Button Bit, dan Chisel Bit.
c. Mata Bor Auger terdiri dari : Tipe Kelly dan Tipe Auger
d. Mata Bor pada Pengeboran Kabel terdiri dari : Mata Bor Tabung dan Mata Bor Chisel
e. Mata Bor Intan terdiri dari : Mata Bor Formasi Lunak, Surface Set Bits, dan Impregnated Bits

2.9. Peralatan Pelengkap


Beberapa peralatan pelengkap yang sering dipakai dalam kegiatan pemboran
diantaranya meliputi:
a. Water Swivel
Alat ini digunakan untuk melewatkan fluida seperti air, lumpur, dari pompa menuju ke dalam stang
bor.
b. Hoisting Water Swivel
Alat ini didesain untuk melewatkan air ke dalam batang bor yang sedang berputar selama proses
pengangkatan dan penurunan.
c. Hoisting Plug
Alat ini dihhubungkan pada rope socket dandigunakan ketika proses pengangkatan dan penurunan
stang bor.
d. Hoisting Rope Socket
Bagian atas alat ini dihubungkan dengan hoisting wire rope yang dilas menggunakan babbit metal,
bagian bawahnya dihubungkan dengan hoisting plug.
e. Pipe Wrench
Alat ini digunkan untuk mengunci dan melepaskan pipa, stang bor, dan lain – lain.
f. Snatch Block
Alat ini diletakkan di puncak menara pemboran dan digunakan untuk mengangkat dan menurunkan
stang bor core barrel dan mata bor. Pada kenyataannya, beban yang diangkat atau diturunkan itu
terlalu berat, oleh karena itu digunakan crown block atau traveling block untuk membantu proses
pengangkatan dan penurunan.
g. Travelling Block
Alat ini digunakan bersama dua/tiga buah kabel untuk mengangkat atau menurunkan peralatan
pemboran.
h. Come Along
Alat ini digunakan untuk menurunkan stang bor dan digukan pada pemboran dangkal
i. Rod Coupling Tap
Alat I ini digukan untuk mengeluarkan batang bor yang rusak dan dibiarkan tertinggal dalam lubang
bor.
j. Rod Band
Alat ini digukan untuk menjepit batang bor yang tertinggal di lubang bor.
k. Knocking Block
Alat ini digunakan untuk menerima pengaruh pada saat hammering untuk melindungi peralatan bor.
l. Drive Hammer with Chain
Alat ini digunakan untuk hammering ketika peralatan bor mengalami kemacetan.
m. Menara
Terdapat dua menara yang biasa digunkan dalam pemboran diantaranya adalah derrick
n. Permale Wrench
Alat ini digunakan untuk mengunci dan melepaskan pipa – pipa yang kecil, seperti kabel core barrael
tanpa merusak tabung.
o. Rod Holder
Alat ini digunakan untuk menjepit stang bor pada saat pengangkatan atau penurunan.
p. Super Strong
Alat ini digunakan untuk mengunci dan melepaskan pipa – pipa dengan ukuran besar dengan diameter
berukuran di atas 100 mm.

3. Langkah langkah proses pemboran


Pelaksanaan pengeboran, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Lakukan pengeboran non coring dari kedalaman awal sampai dengan estimasi kedalaman yang
telah ditentukan (sesuai instruksi dari Geologist/Wellsite). Menggunakan mata bor ukuran HQ
(panjang 20 cm) dan pipa ukuran AW (panjang 1,5 m), kemudian ukur dan catat kedalaman
pengeboran, deskripsi cutting dan buat estimasi untuk coring.
b. Lakukan pengeboran (Target Hole) coring dari estimasi kedalaman roof batubara atau dari
diketemukannya tanda-tanda batubara (sesuai intruksi dari Geologist/Wellsite). Menggunakan mata
bor Diamond Core type Surface Set untuk lapisan batubara, sedangkan untuk lapisan batuan/litologi
lain mata bor yang digunakan dapat disesuaikan. Jenis tabung core barrel adalah Triple Tube
(panjang 1,5 meter).
c. Lakukan pemotongan dan pengangkatan core sample jika tabung core barrel sudah penuh atau
terjadi sesuatu yang mengharuskan core sample untuk dipotong dan diangkat sebelum tabung core
sample penuh (keputusan Driller).
d. Ukur dan catat kedalaman pengeboran pemotongan dan pengangkatan core sample di buku
lapangan.
e. Ukur dan catat kemajuan kedalaman coring di buku lapangan.
f. Keluarkan core sample bersama tabung split dengan cara disemprot menggunakan air. Dilarang
mengeluarkan core sample dan tabung split dengan cara dipukul-pukul atau dengan cara lain yang
dapat membahayakan kondisi core sample dalam keadaan utuh dan baik.
g. Ukur dan catat panjang core sample yang didapat sebelum diletakan pada core box.
h. Letakkan dan susun core sample di core box sesuai petunjuk mengenai perlakuan dan perawatan
core sample.
i. Lakukan pengeboran coring sampai lapisan batubara terambil semua atau sampai dengan intruksi
dari pengawas perusahaan.
j. Pengeboran dihentikan sesuai dengan intruksi pengawas perusahaan (Geologist/Wellsite atau yang
ditunjuk).
k. Cabut satu demi satu pipa bor yang telah masuk hingga selesai. Pipa bor yang telah dicabut
dikumpulkan dan diletakkan tidak terlalu jauh dari mesin bor.

4. Man Power
Dalam proses pengeboran setidaknya terdiri dari:
1. Geologist
2. Wellsite
3. Kepala Tim Bor
4. Driller
5. Asisten Driller
6. Helper
4.1. Geologist bertanggung jawab untuk:
a. memastikan kegiatan pengambilan dan perlakuan core sample berjalan dengan aman dan
terkendali;
b. melaporkan kerusakan alat bor dan membuat Surat Pengadaan Barang/Surat Perbaikan Alat;
c. membuat Surat Permohonan Pengujian Sample Batubara;
d. dan melaporkan hasil kegiatan pengeboran setiap bulan ke dalam Laporan Bulanan Kegiatan
Pengeboran kepada Kepala Divisi Engineering.

4.2. Wellsite bertanggung jawab untuk:


a. memastikan kegiatan pengambilan dan perlakuan core sample berjalan dengan aman dan terkendali;
b. melakukan kegiatan dokumentasi core sample, mendeskripsikan core sample, dan membuat
laporan hasil deskripsi core sample ke dalam Laporan Harian pengeboran;
c. dan menjaga kondisi core sample dalam keadaan yang baik sesuai dengan SOP Pengambilan dan
Perlakuan Core Sample ini.

4.3. Kepala Tim Bor bertanggung jawab untuk:


a. Memastikan kegiatan pengeboran berjalan dengan aman dan terkendali;
b. Memastikan kondisi core barrel layak dan aman digunakan untuk mendapatkan core sample yang
baik sesuai SOP Pengambilan dan Perlakuan Core Sample ini;
c. dan melaporkan kerusakan core barrel kepada Geologist.

4.4. Driller (operator bor) bertanggung jawab:


a. Melakukan kegiatan pengeluaran core sample dari dalam core barrel sesuai instruksi Wellsite
dan menjaga core sample dalam kondisi utuh;
b. Berkoordinasi dengan Wellsite dalam melakukan pemotongan dan pengangkatan core sample dari
dalam tubuh batuan;
c. dan menjaga core barrel dari kerusakan, keausan atau kondisi alam yang tidak diinginkan seperti
core barrel terjepit.

4.5. Asisten Driller bertanggung jawab untuk:


Membantu Driller dalam melaksanakan kegiatan pengeluaran core sample dari dalam core barrel.

4.6. Helper bertanggung jawab untuk:


Membantu Wellsite, Driller dan Asisten Driller dalam melaksanakan seluruh kegiatan pengambilan
dan perlakuan core sample.

5. Kegiatan pemboran
5.1. Persiapan kerja
Lakukan pengecekan sample meliputi collar, hole id untuk mencegah tertukarnya sample, jangan
lupa menuliskan nama logger dan tanggal logging untuk melakukan konfirmasi di kemudian hari. Check
juga urutan meteran sample dan yakinkan bahwa core box sudah disusun secara berurut dan rapi untuk
mempermudah proses logging dan mencegah kemungkinan urutan sample terbalik.
Sebelum memulai pekerjaan, lakukan koreksi terhadap core recovery terlebih dahulu. Core recovery
pada logging tidak harus sama dengan core recovery dari core run report. Core recovery pada logging
harus ditekankan pada kualitas data yang akan dihasilkan dan mempertimbangkan factor geoevaluasi.

5.2. Pemotretan
Lakukan pemotretan secara baik dan hati – hati sehingga kualitas foto terjamin (cukup terang untuk
di lakukan analisa, dan semua bagian sample terlihat / tidak terpotong.), tidak ada sample / core box yang
terlewati, yakinkan tidak ada foto yang terhapus / tertumpang. Pastikan dulu kualitas foto sebelum
melakukan aktivitas logging.

5.3. Pelaksanaan logging


Terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1. Driller dan helper mengeluarkan core sample yang berada dalam tabung core barrel bersama-sama
dengan tabung split.
2. Panjang core sample langsung diukur untuk mengetahui recovery core sample.

3. Core sample yang sudah dikeluarkan kemudian diletakkan pada core box (kotak untuk meletakkan
core sample hasil pengeboran). Core box dibuat sesuai dengan ukuran core sample, panjang 1
meter lebar disuaikan. Satu core box dibuat untuk total kedalaman 5 meter.
4. Penyusunan core sample dimulai dari ujung pojok kiri (top/roof) dan seterusnya menyambung dari
top/roof sampai bottom/floor.
5. Core box diberi tanda atau kode nomor lokasi bor, interval kedalaman bor dan nomor box.
6. Kondisi core sample maupun core box harus dalam keadaan aman dan terlindung dari sinar
matahari langsung.

7. Bersihkan semua lumpur pengeboran dari core sample menggunakan air bersih.
8. Lakukan deskripsi/pemerian core sample secara megaskopis dengan teliti dan benar, kemudian
tulis di buku lapangan.
9. Tentukan bagian roof dan bagian floor.
10. Pastikan dengan teliti dan benar, ada parting atau tidak, ada yang loss atau tidak sebagai
pertimbangan untuk menentukan panjang pembagian core sample (ply by ply) yang akan diambil.
11. Tentukan batas panjang bagian core sample (ply) dan jumlah core sample yang akan diambil.
12. Tulis interval core sample di buku lapangan.
13. Potret core box yang sudah terisi core sample seluruhnya dengan menggunakan kamera.
14. Tulis nomor core sample, nomor kode lokasi bor, lokasi pengambilan core sample, interval core
sample, tebal core sample, nomor bag (plastik core sample) berapa dari total bag berapa, tulis
remarks (misal: core sample lapuk, parting ikut di-core sample, interval loss core sample) di kartu
sample dengan menggunakan spidol permanen.
15. Siapkan plastik core sample dan tulis nomor kode lokasi bor dan nomor core sample, interval core
sample, tebal core sample, nomor bag berapa dari bag berapa dengan menggunakan spidol
permanen.
16. Ambil dan masukkan core sample di plastik core sample, bagian demi bagian sesuai dengan nomor
bagian (ply) dengan segera. Core sample tidak boleh terkontaminasi dengan kotoran atau core
sample lain. Apabila terdapat parting atau lapisan batuan lainnya baik itu di roof, floor atau
interburden segera pisahkan sebelum core sample dimasukkan di plastik sample.
17. Masukkan kartu sample di plastik sesuai dengan nomor core sample. Kartu sample tidak boleh
kontak langsung dengan core sample (kartu sample dilapisi plastik supaya tidak tembus uap air atau
rusak).
18. Ikat plastik core sample dengan kuat dan benar sesuai petunjuk, menggunakan tali yang sudah
disediakan. Segel plastik core sample (bag) secara menyeluruh untuk melindungi core sample dari
dibuka oleh orang lain.
19. Masing-masing plastik core sample (bag) dijadikan satu sesuai dengan nomor lokasi bor atau
sesuai dengan satu lapisan dan diikat dengan kuat dan benar supaya tidak berhamburan atau
tercecer dan memudahkan untuk pengecekan ulang.
20. Geologist membuat Surat Permohonan Pengujian Sample Batubara kepada manajemen. Dalam hal
ini, Geologist mengganti kartu sample dengan kode sample. Kode sample ini dibuat untuk
meringkas sekaligus merahasiakan keterangan core sample.
21. Core sample langsung dibawa ke camp/kantor atau tempat yang sudah disediakan sebelum dibawa
ke laboratorium. Jika lokasi dekat dengan laboratorium core sample dapat langsung dibawa ke
laboratorium.
22. Dari tempat lokasi pengambilan core sample sampai dengan laboratorium, core sample tidak boleh
kehujanan/kepanasan atau rusak karena dapat mengurangi keakuratan hasil analisa.

Anda mungkin juga menyukai