PEMERIKSAAN MATERIAL
KELOMPOK 1
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH
Akhmad Alfian 1911102443042
Aris Budi Prasetyo 1811102443014
Dimas Saputra 1811102443019
Fitriyadi Hari 1911102443053
M. Tegar Daffaa 1911102443015
Muhammad Deat Thoriq 2111102443002
Muhammad Dimas Firdaus 2111102443001
PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Maksud dan tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami segi teknis dan penyelidikan praktikum
teknologi beton. Berupa percobaan dilaboratorium. Mahasiswa juga
diharapakan dapat menganalisis data-data yang didapatkan dari hasil
pengujian. Mahasiswa dengan adanya praktikum ini dapat menerapkan
teori-teori percobaan kedalam mata kuliah teknologi beton dan dapat
diaplikasikan keberbagai aspek Teknik Sipil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Adapun bahan penyusun beton antara lain Agregat kasar ( batu), Agregat halus
( pasir ), Air , Semen. Pemeriksaan kualitas masing- masing material beton terdiri
dari : semen: konsistensi normal, waktu mengikat dan mengeras semen, berat
jenis semen , berat volume semen ; agregat halus /pasir: analisa saringan/ayakan
agregat halus, kelembaban agregat halus, berat jenis agregat halus, resapan air
agregat halus, berat volume agregat halus, kadar lumpur agregat halus; agregat
kasar: analisa saringan/ayakan agregat kasar, kelembaban agregat kasar, resapan
air agregat kasar, berat volume agregat kasar, kadar lumpur agregat kasar,
pengujian keausan agregat kasar.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Semen
Pengujian material semen terdiri dari:
1. Konsistensi normal
2. Waktu mengikat dan mengeras semen
3. Berat jenis semen
4. Berat volume semen
Kelemahan utama dari beton adalah, kekuatan tariknya, yang jauh lebih
kecil dibandingkan dengan kuat tekan. Hal ini melahirkan berbagai kombinasi
beton dengan material lain untuk mengkompensasi kelemahan tersebut.
Material baja adalah material yang paling umum dikombinasikan dengan
beton. Hal ini disebabkan sifat-sifatnya yang saling melengkapi dan dapat
bekerja sama dengan baik.
1. Alat vicat
1. Timbangan
3. Gelas ukur
4. Sendok perata
6. Stopwatch
B. Bahan
1. Semen
2. Air bersih
C. Cara Percobaan
Cara kerja :
f. Letakkan kaca beserta cincin ebonit di atas landasan yang ada, sehingga
jarum vicat berada di atas permukaan adonan.
g. Atur posisi jarum vicat dengan mengatur baut pengencang, sehingga jarum
vicat berada di atas permukaan adonan. Diameter jarum 10mm.
Semen setelah bercampur dengan air akan mengalami pengikatan, dan setelah
mengikat lalu mengeras. Lamanya pengikatan sangat tergantung dari komposisi
senyawa dalam semen dan suhu udara sekitarnya. Waktu pengikatan pada pasta
semen ada 2 (dua) macam, yaitu waktu ikat awal (settingtime) dan waktu ikat
akhir (final setting). Waktu ikat awal adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen
bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis, sedangkan waktu
ikat akhir adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen bercampur dengan air dari
kondisi plastis menjadi “keras”.Waktu ikat awal menurut standar SII minimum 45
menit, sedangkan waktu ikat akhir maksimum 360 menit. Waktu ikat awal
tercapai apabila masuknya jarum vicat ke dalam sampel dalam waktu 30 detik
sedalam 25 mm. Waktu ikat akhir tercapai apabila pada saat jarum vicat
diletakkan diatas sampel selama 30 detik, pada permukaan sampel tidak berbekas
atau tidak tercetak. Catat berapa jam waktu ikat akhir tercapai. Dalam pengujian
waktu ikat pada semen kadang – kadang dalam waktu kurang dari 10 menit,
semen sudah mencapai waktu ikat awal, yang ditandai dengan masuknya jarum
vicat kurang dari 25 mm. Waktu ikat awal tersebut bukanlah waktu ikat awal yang
sebenarnya, tetapi waktu ikat awal palsu (falsesetting). Ini terjadi karena gips alam
yang terdapat dalam semen berubah menjadi gips hemihidrat karena panas, baik
panas pada waktu dicampur dengan klinker maupun panas pada saat
penyimpanan, akibatnya gips alam yang asalnya stabil menjadi tidak stabil
sehingga cepat bereaksi dengan air.
A. Peralatan
1. Alat vicat
2. Timbangan
4. Gelas ukur
5. Sendok perata
7. Stopwatch
B. Bahan
1. Semen
2. Air bersih
C. Cara Percobaan
a. Ganti diameter jarum vicat : 1 mm.
b. Membuat adonan (pasta) sesuai dengan konsistensi normal.
c. Lakukan penyetelan jarum vicat.
d. Percobaan dimulai pada menit ke-15. Setiap 15 menit jarum vicat dijatuhkan.
Setelah 30 detik sekrup pengunci dikencangkan dan dibaca penurunannya.
e. Geser cincin untuk membuat jarak dari lubang berikutnya sejauh 5 mm dan
jarak minimal 10 mm dari dinding cincin.
f. Percobaan dihentikan sampai dengan percobaan diatas 25 menit.
g. Buat grafik dari praktikum tersebut.
A. Teori Singkat
Lempung, lumpur, dan debu atau butiran – butiran halus lainnya, misalnya
silt atau debu pecahan batu yang mungkin terdapat / menempel pada
permukaan agregat, dapat mengganggu ikatan antara agregat dengan pasta
semennya.Jika terdapat lumpur yang cukup besar dalam campuran beton,
akan menambahkan permukan dari agregat tersebut, sehingga keperluan air
untuk membasahi semua permukan butiran dalam campuran akan
meningkat. Ini mengakibatkan kekuatan dan ketahanan beton dapat
menurun. Yang dimaksud dengan lumpur atau beton adalah partikel yang
berukuran antara 0,002 mm sampai 0,006 mm (2 sampai 6 mikron).
Pasir yang baik sebagai campuran beton adalah pasir yang kadar
lumpurnya tidak lebih dari 5% dari volume pasir yang digunakan dan
apabila kadar lumpurnya melebihi 5% maka pasir tersebut tidak dapat
digunakan sebagai campuran beton karena daya rekat dari semen akan
berkurang.
B. Peralatan
a. Gelas ukur
b. Kompor pemanas
d. Pengaduk
e. Jam/Stopwatch
C. Bahan
a. Pasir kering
b. Air besih.
D. Cara Percobaan
a. Sistem kocokan
● Berat lumpur : W = W1 – W2
Ukuran ayakan / saringan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu space
dan mesh. Space adalah ukuran sebenarnya dari ruangan bersih antara kawat
– kawat ayakan. Jadi merupakan ukuran sebenarnya dari tiap – tiap lubang
ayakan. Sedangkan Mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam jarak 1
inci diukur dari sumbu ke sumbu kawat.
A. Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
f. Talam – talam
C. Cara Percobaan
a. Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110±5)°C sampai berat
contoh tetap.