KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH :
Disusun Oleh :
Ketua Kelompok
Taddang Jani
2111102443004
KATA PENGANTAR
BAB II ................................................................................................................ 3
2.1 Tinjauan Umum......................................................................................................... 3
3.2 Percobaan Dengan Ambang Broad Crested Weir / Bendung Ambang Lebar............... 7
BAB IV ............................................................................................................. 13
PEMBAHASAN............................................................................................... 13
4.1 Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/ Bendung Ambang Lebar
(Percobaan I) ................................................................................................................ 13
4.2. Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/Bendung Ambang Lebar
(Percobaan II) ............................................................................................................... 17
BAB V .............................................................................................................. 25
PENUTUP.......................................................................................................................... 25
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 : Ambang Broad Crested Weir/ Bendungan Ambang Lebar ..........6
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa
bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang
diamati.Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan
muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal
persawahan yang lebih luas. Dan selain itu, ambang dapat digunakan untuk
mengukur debit serta juga dapat digunakan untuk mengukur debit air yang
mengalir pada saluran terbuka.
Adapun rumusan masalah yang dipakai dalam laporan praktikum hidrolika kali
ini adalah :
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang
bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang
melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan bangunan air untuk
pendistribusian air maupun pengaturan sungai (Dake, 1985). Pada praktikum kali
ini digunakan dua ambang/bendung yaitu broad crested weir/bendung ambang
lebar dan crump weir/bendung crump.
Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik aliran yang melalui ambang
dengan tipe karakteristik sebagai berikut :
1. Keadaan loncat
Keadaan loncat adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
2. Keadaan peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
tepat dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
3. Keadaan tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu
saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa
bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang
diamati.Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan
muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal
persawahan yang lebih luas.
Dan selain itu, ambang dapat digunakan untuk mengukur debit serta juga
dapat digunakan untuk mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.
3
2.2 Broad Crested Weir/Bendung Ambang Lebar
1. Pengertian
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini
tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas
alat ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada
sekarang, maka bangunan ini bias mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
sementara debitnya tetap serupa (Saleh, Musa, & As’ ad, 2019).
2. Penggunaan alat ukur ambang lebar
Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-
bangunan pengukur debit yang dipakai di saluran di mana kehilangan
tinggi energi merupakan hal pokok yang menjadi bahan pertimbangan.
Bangunan ini biasanya ditempatkan di awal saluran primer, pada titik cabang
saluran besar dan tepat di hilir pintu sorong pada titik masuk petak tersier.
4
Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di sebelah hulu
ambang. Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan
dengan sebelum dipasang ambang. Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan
berperilaku sebagai aliran kritik, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada
kondisi tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang
cukup besar , setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku sebagai aliran
super kritik. Pada penerapan di lapangan apabila kondisi super kritik ini terjadi
maka akan sangat membahayakan, dimana dasar tebing saluran akan tergerus
(Astuti & Hariati, 2020). Strategi penanganan tersebut diantaranya dengan
membuat peredam energy aliran, misalnya dengan memasang lantai beton atau
batu-batu cukup besar di hilir ambang.
Q = Cd.Cv.b.g½.H³/²
Keterangan:
5
Dengan persamaan untuk bendung persegi panjang dimana koefisien
kecepatan (Cv) bervariasi sesuai dengan rasio hi / (h1 + id) dan koefisien debit
(Cd) mempunyai nilai 0,5≤ x ≤ 1 Aliran modular terjadi jika weir (peluap) dalam
kondisi tidak tenggelam atau tinggi muka air rendah (Nuryono & Hidayat, 2017).
6
BAB III
METODOLOGI
3.1 Data Umum
Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini
tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas alat
ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada
sekarang, maka bangunan ini bias mempunyai bentuk yang berbedabeda,
sementara debitnya tetap serupa.
3.2.1 Alat Percobaan
7
3.2.2 Langkah Kerja
1. Ambang lebar dipasang pada posisi tertentu dalam model saluran terbuka.
2. Alat pengukur kedalaman dikalibrasikan. Dimensi ambang dicatat.
3. Pompa dinyalakan dengan debit air tertentu sesuai dengan keadaan yang
diinginkan, tetapi tidak meluap.
4. Sekat dihilir diatur sedemikian rupa dengan 3x ukuran bukaan pintu.Untuk
masing-masing keadaan di atas diperiksa apakah aliran sudah stabil. Jika
sudah pengambilan data dapat dilakukan.
5. Untuk masing-masing keadaan data tinggi muka air pada 14 titik
pengamatan dicatat, untuk menggambarkan profil aliran, dan untuk
menghitung debit maka dapat dicatat data tinggi muka air di tiap-tiap titik.
6. Menghitung Cd
7. Menggambar grafik hubungan antara Q dan Cd
8. Mencari bahasan dari hasil grafik, mengambil kesimpulan antara hubungan
variable tersebut
8
3.3.1 Alat Percobaan
1. Model crump weir dipasang pada posisi tertentu dalam model saluran
terbuka.
2. Alat pengukur kedalaman dikalibrasikan. Dimensi ambang dicatat.
3. Pompa dinyalakan dengan debit air tertentu sesuai dengan keadaan yang
diinginkan, tetapi tidak meluap.
4. Sekat dihilir diatur sedemikian rupa dengan 3x ukuran bukaan pintu.Untuk
masing-masing keadaan di atas diperiksa apakah aliran sudah stabil. Jika
sudah pengambilan data dapat dilakukan.
5. Untuk masing-masing keadaan data tinggi muka air pada 14 titik
pengamatan dicatat, untuk menggambarkan profil aliran, dan untuk
menghitung debit maka dapat dicatat data tinggi muka air di tiap-tiap titik.
6. Menghitung CdMenggambar grafik hubungan antara Q dan Cd
7. Mencari bahasan dari hasil grafik, mengambil kesimpulan antara hubungan
variable tersebut.
9
3.4 Rumus Perhitungan
Keterangan:
Q = Cd * b * h 2/3
10
Dengan :
Cd = koefisien debit
Q = Cd * v * b * h 3/2
Cd = koefisien debit
Peluap disebut ambang lebar apabila B>0.4 hu, dengan B adalah lebar
peluap, dan hu adalah tinggi peluap.
11
Keterangan :
Weir crump merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit aliran
yang terjadi pada Weir crump dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Q = Cd * b * h 2/3
Dengan :
Q = debit aliran (m3/dt)
H = tinggi total hulu ambang (m)
Cd = koefisien debit
b = lebar ambang (m)
Q = Cd * v * b * h 3/2
12
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/ Bendung Ambang
Lebar (Percobaan I)
Data percobaan untuk ambang lebar pada kondisi bukaan = 45º
Data alat :
- Panjang ambang P = 13 cm = 0,13 m
- Tinggi Ambang hx = 20 cm = 0,2 m
- Lebar ambang = B = 9,8 cm = 0,98 m
- Panjang skat = p = 100 cm = 1 m
- Lebar skat = l = 10,3 cm = 0,103 m
- Kekasaran manning pada kaca = I = 0,010
Data pengamatan :
Bacaan mistar :
- Tinggi air skat 1 = h1 = 1,8 cm = 0,018 m
- Tinggi air skat 2 = h2 = 1,5 cm = 0,015 m
- Sehingga beda tinggi = ∆H = 0,018 – 0,015 = 0,002 m
1. Menghitung luas penampang basah (A) A = p * h
= 1 * 0,018 = 0,018 m
2. Menghitung keliling basah (O) O = h1+ p + h2
= 0,018+ 1 + 0,015 = 1,033 m
3. Menghitung jari-jari hidrolis (R) 𝑅 = 𝐴/𝑂
𝟎,𝟎𝟏𝟖
𝑅= = 0,0174 𝑚
𝟏,𝟎𝟑𝟑
2 1
1
𝑣 = 0,01 ∗ 0,01743 ∗ 0.0102 = 0,67 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
13
4.1.1 Bukaan 45º
14
TABEL 4.2 : Hasil Sesudah Ambang Pada Bukaan 45º
15
Dari tabel 4.1 dan 4.2 terlihat bahwa hasil dari debit, kecepatan dan kofisien
debit mengalami perubahan pada setelah ambang. Dimana pada hasil Q rata-rata
sebelum ambang yaitu sebesar 0,0092 m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang
sebesar 0,0469 m3/detikt. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata
kecepatan dan rata-rata kofisien debit pada sebelum ambang 0,60 m/detik dan
48,849 , sesudah ambang sebesar 1,13 m/detik dan 55,688.
16
4.2. Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/Bendung Ambang
Lebar (Percobaan II)
Data percobaan untuk ambang lebar pada kondisi bukaan satu = 0,5 cm =
0,005m
Data alat : - Panjang ambang P= 13 cm = 0,13 m
= 1 * 0,016= 0,016 m
2 1
1
𝑣 = 0,01 ∗ 0,01563 ∗ 0.0102 = 0,624 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
17
4.1.2 Bukaan 45º
18
TABEL 4.4 : Hasil Sesudah Ambang Pada Bukaan 45º
19
Dari tabel 4.3 dan 4.4 terlihat bahwa hasil dari debit, kecepatan dan kofisien debit
mengalami perubahan pada setelah ambang. Dimana pada hasil Q rata-rata sebelum
ambang yaitu sebesar 0,0078 m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang sebesar 0,0393
m3/detik. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata kecepatan dan rata-rata
kofisien debit pada sebelum ambang 0,56 m/detik dan 48,099 , sesudah ambang sebesar
1,05 m/detik dan 54,771.
20
HASIL PERHITUNGAN DARI AMBANG BOARD
CRESTED WEIR/BENDUNG AMBANG LANCIP
(PERCOBAAN III)
Data percobaan untuk ambang lebar pada kondisi bukaan satu = 0,5 cm = 0,005m
Data alat :
- Panjang ambang P= 11,5 cm = 0,115 m
- Tinggi Ambang hx= 5 cm = 0,05 m
- Lebar ambang = B = 6 cm = 0,06 m
- Panjang skat = p = 100 cm = 1 m
- Lebar skat = l = 10,3 cm = 0,103 m
- Kekasaran manning pada kaca = I = 0,010
Data pengamatan :
Bacaan mistar:
1 2 1
𝑣= ∗ 0,01653 ∗ 0.010 2 = 0,648
0,01
5. Menghitung Debit (Q) .𝑉
𝑄 = 0,017 * 0,648 = 0,0110 m³/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
6. Menghitung Kofisien Debit (Cd) 𝐶𝑑 = 𝑄/(𝐵ℎ^(3/2) )
0,0110
𝐶𝑑= 3 = 49,627
0,1∗0,017
2
21
4.1.3 Bukaan 45º
jari-
Beda Panjang Lebar Panjang Lebar Kekasaran Luas Keliling
jari Kecepatan Kofisien
Tinggi Air Debit (Q)
per Per basah (V) Debit
Tinggi ambang ambang Manning penampang hidrolis
sekat sekat (O)
Simbol h (m) h^(3/2) (Δh)(m) p (m) l (m) P (m) B (m) (K) (m²) (m) (m) (m/detik) (m3/detik) (Cd)
h0 0,017 0,0022 0 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,017 1,034 0,0164 0,65 0,0110 49,627
h1 0,017 0,0022 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,017 1,032 0,0165 0,65 0,0110 49,627
h2 0,015 0,0018 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,015 1,028 0,0146 0,60 0,0090 48,990
h3 0,013 0,0015 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,013 1,025 0,0127 0,54 0,0071 47,901
h4 0,012 0,0013 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,012 1,023 0,0117 0,52 0,0062 47,165
h5 0,011 0,0012 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,011 1,020 0,0108 0,49 0,0054 46,806
h6 0,009 0,0009 -0,008 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,009 1,026 0,0088 0,43 0,0038 44,506
Q Total 0,0534
V Total 3,86
Cd Total 334,62
Q Rata-
0,0076
rata
V Rata-
0,55
rata
Cd Rata-
47,803
rata
22
TABEL 4.6 : Hasil Sesudah Ambang Pada Bukaan 45º
V Rata-rata 0,87
Cd Rata-
52,881
rata
23
Dari tabel 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa hasil dari debit, kecepatan dan kofisien debit
mengalami perubahan pada setelah ambang. Dimana pada hasil Q rata-rata sebelum
ambang yaitu sebesar 0,0076 m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang sebesar 0,0245
m3/detik. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata kecepatan dan rata-rata
kofisien debit pada sebelum ambang 0,55 m/detik dan 47,803 , sesudah ambang sebesar
0,87 m/detik dan 52,881.
24
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
25
5.2. SARAN
26
DAFTAR PUSTAKA
TEKNIK SIPIL
Saleh, S. S., Musa, R., & As’ ad, H. (2019). KAJIAN KARAKTERISTIK
27
LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI
Tanggal Paraf
No Uraian
Asistensi Pembimbing
.
28
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI 1 DOKUMENTASI 2
DOKUMENTASI 3
29