Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

KELOMPOK 1

DISUSUN OLEH :

SAHLAN SUNARYO 1911102443100


MUHAMMAD DIMAS FIRDAUS 2111102443001
MUHAMMAD DEAT THORIQ 2111102443002
GALIH ARDHANA 2111102443003
TADDANG JANI 2111102443004
JERRI PRADANA 2111102443006
DHEA PUTRI RIFANY 2111102443014
PRAMESTI ISADI 2111102443038

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYA KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Untuk


melengkapi Tugas Praktikum Hidrolika

Disusun Oleh :

Sahlan Sunaryo 1911102443100


Muhammad Dimas Firdaus 2111102443001
Muhammad Deat Thoriq 2111102443002
Galih Ardhana 2111102443003
Taddang Jani 2111102443004
Jerri Pradana 2111102443006
Dhea Putri Rifany 2111102443014
Pramesti Isadi 2111102443038

Jurusan Teknik Sipil

Dosen Pembimbing Asisten Dosen

Fitriyati Agustina ST.,MT Ari Athfin S,T


NIDN. 1105088003

Ketua Kelompok

Taddang Jani
2111102443004
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Raahmat, Hidayah, dan Imayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan laporan pendahuluan untuk mata kuliah praktikum
Mekanika yang bejudul “Percobaan hidrolika” tepat pada waktunya. Penyusunan
laporan semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam merampungkan makalah ini.
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. i


KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. v
BAB I.................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................ 3
2.1 Tinjauan Umum......................................................................................................... 3

2.2 Broad Crested Weir/Bendung Ambang Lebar ............................................................ 4

2.3 CRUMP WEIR/BENDUNG CRUMP .............................................................................. 5

BAB III ............................................................................................................... 7


METODOLOGI ................................................................................................ 7
3.1 Data Umum............................................................................................................... 7

3.2 Percobaan Dengan Ambang Broad Crested Weir / Bendung Ambang Lebar............... 7

3.2.1 Alat Percobaan....................................................................................................... 7

3.2.2 Langkah Kerja ......................................................................................................... 8

3.3 Percobaan Dengan Ambang Crump Weir/ Bendung Crump ....................................... 8

3.3.1 Alat Percobaan ....................................................................................................... 9

3.3.2 Langkah Kerja ......................................................................................................... 9

3.4 Rumus Perhitungan ................................................................................................. 10

3.4.1 Rumus Ambang Board Crested Weir/ Bendungan Ambang Leb............................. 10

3.4.2 Rumus Ambang Crump Weir/Bendung Crump ...................................................... 11

BAB IV ............................................................................................................. 13
PEMBAHASAN............................................................................................... 13
4.1 Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/ Bendung Ambang Lebar
(Percobaan I) ................................................................................................................ 13

4.2. Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/Bendung Ambang Lebar
(Percobaan II) ............................................................................................................... 17

4.3 HASIL PERHITUNGAN DARI AMBANG BOARD CRESTED WEIR/BENDUNG AMBANG


LANCIP (PERCOBAAN III) ............................................................................................... 21

BAB V .............................................................................................................. 25
PENUTUP.......................................................................................................................... 25
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 : Ambang Broad Crested Weir/ Bendungan Ambang Lebar ..........6

GAMBAR 2.2 : Ambang Crump Weir/ Bendungan Crump ....................................... ..6

GAMBAR 3.1 : Sketsa Aliran Ambang Lebar ......................................................... ...10

GAMBAR 3.2 : Sketsa Aliran Ambang Crump Weir ............................................... ...11

DOKUMENTASI 1 : Pengamatan Pada Ambang Board Crested Weir ....................... 29

DOKUMENTASI 2 : Pengamatan Pada Ambang Crump Rubber .............................. 29

DOKUMENTASI 3 : Pengamatan Kecepatan Air .................................................... 29

v
DAFTAR TABEL

TABEL 4. 1 : HASIL SEBELUM AMBANG PADA BUKAAN 45º.......14


TABEL 4. 2 : HASIL SESUDAH AMBANG PADA BUKAAN 45º........15
TABEL 4. 3 : HASIL SEBELUM AMBANG PADA BUKAAN 45º .......... 18
TABEL 4. 4 : HASIL SESUDAH AMBANG PADA BUKAAN 45º .......... 19
TABEL 4. 5 : HASIL SEBELUM AMBANG PADA BUKAAN 45º.........22
TABEL 4. 6 : HASIL SESUDAH AMBANG PADA BUKAAN 45º.........23

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidrolika adalah bagian dari hidrodinamika yang berkaitan dengan gerakan
air atau mekanika aliran (Chow, 1997). Ditinjau dari mekanika aliran terdapat dua
macam aliran yaitu aliran saluran tertutup dan aliran saluran terbuka. Aliran
saluran terbuka adalah sistem saluran yang permukaan airnya terpengaruhi dengan
udara luar. Ada beberapa macam aliran saluran terbuka yaitu ada yang berbentuk
trapesium, segiempat, segitiga, setengah lingkaran ataupun kombinasi dari bentuk-
bentuk tersebut. Pada aliran saluran terbuka sering dibuat hambatan berupa
ambang (Kodoatie, 2002). Ambang yaitu salah satu jenis bangunan air yang dapat
digunakan untuk menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran.
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang
bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang
melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan bangunan air untuk
pendistribusian air maupun pengaturan sungai (Dake, 1985). Pada praktikum kali
ini digunakan dua ambang/bendung yaitu broad crested weir/bendung ambang
lebar dan crump weir/bendung crump.
Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik aliran yang melalui ambang
dengan tipe karakteristik sebagai berikut :
1. Keadaan loncat
Keadaan loncat adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
2. Keadaan peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
tepat dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
3. Keadaan tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu
saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

1
Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa
bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang
diamati.Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan
muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal
persawahan yang lebih luas. Dan selain itu, ambang dapat digunakan untuk
mengukur debit serta juga dapat digunakan untuk mengukur debit air yang
mengalir pada saluran terbuka.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dipakai dalam laporan praktikum hidrolika kali
ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh kecepatan aliran yang melalui broad crested


weir/bendung ambang lebar dan crump weir/bendung crump.
2. Bagaimana hubungan antara tinggi bukaan air terhadap debit air dengan
menggunakan dua ambang yang berbeda.
3. Berapa besar nilai koefisien debit pada aliran dengan menggunakan dua
ambang yang berbeda.
4. Bagaimana bentuk pola aliran yang diperoleh dari pengamatan praktikum
hidrolika dengan menggunakan dua ambang tersebut.

1.3 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari praktikum hidrolika ini adalah :

1. Mempelajari kecepatan aliran yang melalui broad crested weir/bendung


ambang lebar dan crump weir/bendung crump.
2. Menentukan hubungan tinggi bukaan air terhadap debit air dengan
menggunakan dua ambang yang berbeda.
3. Menghitung besar koefisien debit pada aliran dengan menggunakan dua
ambang yang berbeda.
4. Mengamati pola aliran yang diperoleh dengan menggunakan dua ambang
tersebut.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum

Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang
bangunan air, perlu diketahui sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang
melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan dalam perencanaan bangunan air untuk
pendistribusian air maupun pengaturan sungai (Dake, 1985). Pada praktikum kali
ini digunakan dua ambang/bendung yaitu broad crested weir/bendung ambang
lebar dan crump weir/bendung crump.
Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik aliran yang melalui ambang
dengan tipe karakteristik sebagai berikut :
1. Keadaan loncat
Keadaan loncat adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
tidak dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
2. Keadaan peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu saluran
tepat dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
3. Keadaan tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan di mana tinggi muka air di hulu
saluran dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.

Dari percobaan ini dapat diperoleh gambaran mengenai sifat aliran, berupa
bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat aliran yang
diamati.Dalam kondisi nyata di lapangan, ambang ini berguna untuk meninggikan
muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi areal
persawahan yang lebih luas.
Dan selain itu, ambang dapat digunakan untuk mengukur debit serta juga
dapat digunakan untuk mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.

3
2.2 Broad Crested Weir/Bendung Ambang Lebar

1. Pengertian

Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini
tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas
alat ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada
sekarang, maka bangunan ini bias mempunyai bentuk yang berbeda-beda,
sementara debitnya tetap serupa (Saleh, Musa, & As’ ad, 2019).
2. Penggunaan alat ukur ambang lebar

Alat ukur ambang lebar dan flum leher panjang adalah bangunan-
bangunan pengukur debit yang dipakai di saluran di mana kehilangan
tinggi energi merupakan hal pokok yang menjadi bahan pertimbangan.
Bangunan ini biasanya ditempatkan di awal saluran primer, pada titik cabang
saluran besar dan tepat di hilir pintu sorong pada titik masuk petak tersier.

Dalam kondisi kenyataan di lapangan, ambang ini berguna untuk


meninggikan muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat
mengairi areal persawahan yang luas. Selain itu, ambang juga dapat digunakan
mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.

Sketsa Aliran Melalui Ambang Lebar

GAMBAR 2. 1: AMBANG BROAD CRESTED


WEIR/BENDUNG AMBANG LEBAR
Keterangan :
Q = debit aliran (m3/s)
H = tinggi tekanan total hulu ambang = Yo+ (V2/2g)
P = tinggi ambang (m)
Yo = kedalaman hulu ambang (m)
Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)
Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)
hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P(m)

4
Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di sebelah hulu
ambang. Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan
dengan sebelum dipasang ambang. Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan
berperilaku sebagai aliran kritik, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil. Pada
kondisi tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan saluran yang
cukup besar , setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku sebagai aliran
super kritik. Pada penerapan di lapangan apabila kondisi super kritik ini terjadi
maka akan sangat membahayakan, dimana dasar tebing saluran akan tergerus
(Astuti & Hariati, 2020). Strategi penanganan tersebut diantaranya dengan
membuat peredam energy aliran, misalnya dengan memasang lantai beton atau
batu-batu cukup besar di hilir ambang.

2.3 CRUMP WEIR/BENDUNG CRUMP

Crump weir adalah peluap bersegitiga (triangular profile), dimana


rincian bendung dengan profil segitiga ini telah dikembangkan di Stasiun Riset
Hidrolika pada tahun 1952. Crump weir dituntut untuk memberikan kinerja yang
lebih dapat diprediksi dalam kondisi terendam dari panjang lainnya berbasis
bendung dimana Crump diusulkan mempunyai kemiringan 1:2 pada bagian hulu
dan kemiringan 1:5 pada bagian hilir (Taba & Suharyadi, 2019). Lereng hulu
dirancang sehingga sedimen yang ada tidak akan mencapai puncak sedangkan
lereng hilir dangkal cukup untuk memungkinkan lompatan hidrolik terbentuk
pada bendung di bawah kondisi aliran modular sehingga memberikan energi
dissipator terpisahkan. Persamaan debit untuk bendung Crump :

Q = Cd.Cv.b.g½.H³/²

Keterangan:

Q = debit aliran (m3/dt)


Cd = kofisien debit
Cv = kofisien kecepatan
b = kedalaman hulu ambang (m)
g = gravitasi
H = tinggi muka air

5
Dengan persamaan untuk bendung persegi panjang dimana koefisien
kecepatan (Cv) bervariasi sesuai dengan rasio hi / (h1 + id) dan koefisien debit
(Cd) mempunyai nilai 0,5≤ x ≤ 1 Aliran modular terjadi jika weir (peluap) dalam
kondisi tidak tenggelam atau tinggi muka air rendah (Nuryono & Hidayat, 2017).

Gambar 2.2 : Ambang Crump Weir/ Bendung Crump

Dengan adanya crump weir, akan terjadi efek pembendungan di sebelah


hulu ambang. Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan air bila dibandingkan
dengan sebelum dipasang ambang. Dengan demikian, pada penerapan di lapangan
harus diantisipasi kemungkinan banjir di hulu ambang. Secara teori naiknya
permukaan air ini merupakan gejala alam dari aliran dimana untuk memperoleh
aliran air yang stabil, maka air akan mengalir dengan kondisi aliran subkritik,
karena aliran jenis ini tidak akan menimbulkan gerusan (erosi) pada permukaan
saluran (Gifari & Rani, 2018). Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan
berperilaku sebagai aliran kritik, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil.

Pada kondisi tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau kemiringan


saluran yang cukup besar,setelah melewati ambang aliran dapat pula berlaku
sebagai aliran super kritik. Pada penerapan di lapangan apabila kondisi super
kritik ini terjadi maka akan sangat membahayakan, dimana dasar tebing saluran
akan tergerus. Strategi penanganan tersebut diantaranya dengan membuat peredam
energy aliran, misalnya dengan memasang lantai beton atau batu-batu cukup besar
di hilir ambang.

6
BAB III

METODOLOGI
3.1 Data Umum

Dalam pengujian Laboratorium, peserta Praktikum Hidrolika menggunakan


Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

3.2 Percobaan Dengan Ambang Broad Crested Weir / Bendung Ambang


Lebar

Alat ukur ambang lebar adalah bangunan aliran atas (over flow), untuk ini
tinggi energi hulu lebih kecil dari panjang mercu. Karena pola aliran di atas alat
ukur ambang lebar dapat ditangani dengan teori hidrolika yang sudah ada
sekarang, maka bangunan ini bias mempunyai bentuk yang berbedabeda,
sementara debitnya tetap serupa.
3.2.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan adalah sebagai berikut:


1. Model saluran terbuka dari kaca (flume)
2. Generator dan pompa air
3. Ambang lebar
Model ini merupakan tiruan ambang lebar di saluran irigasi. Model ini
terbuat dari glass reinforced plastic yang berbentuk prisma segi empat
dengan punggung dibuat streamline. Konstruksi ini pada umumnya banyak
digunakan di lapangan untuk mengukur debit di saluran terbuka, karena
akan memberikan akurasi dan keandalan pengukuran, disamping juga
kemudahan dalam pembuatan konstruksi dan perawatannya.
4. Mistar / pita ukur.

7
3.2.2 Langkah Kerja

1. Ambang lebar dipasang pada posisi tertentu dalam model saluran terbuka.
2. Alat pengukur kedalaman dikalibrasikan. Dimensi ambang dicatat.
3. Pompa dinyalakan dengan debit air tertentu sesuai dengan keadaan yang
diinginkan, tetapi tidak meluap.
4. Sekat dihilir diatur sedemikian rupa dengan 3x ukuran bukaan pintu.Untuk
masing-masing keadaan di atas diperiksa apakah aliran sudah stabil. Jika
sudah pengambilan data dapat dilakukan.
5. Untuk masing-masing keadaan data tinggi muka air pada 14 titik
pengamatan dicatat, untuk menggambarkan profil aliran, dan untuk
menghitung debit maka dapat dicatat data tinggi muka air di tiap-tiap titik.
6. Menghitung Cd
7. Menggambar grafik hubungan antara Q dan Cd
8. Mencari bahasan dari hasil grafik, mengambil kesimpulan antara hubungan
variable tersebut

3.3 Percobaan Dengan Ambang Crump Weir/ Bendung Crump


Crump weir adalah peluap bersegitiga (triangular profile), dimana rincian
bendung dengan profil segitiga ini telah dikembangkan di Stasiun Riset Hidrolika
pada tahun 1952. Crump weir dituntut untuk memberikan kinerja yang lebih dapat
diprediksi dalam kondisi terendam dari panjang lainnya berbasis bendung dimana
Crump diusulkan mempunyai kemiringan 1:2 pada bagian hulu dan kemiringan
1:5 pada bagian hilir. Lereng hulu dirancang sehingga sedimen yang ada tidak
akan mencapai puncak sedangkan lereng hilir dangkal cukup untuk
memungkinkan lompatan hidrolik terbentuk pada bendung di bawah kondisi aliran
modular sehingga memberikan energi dissipator terpisahkan. Tulislah rumus
mulai dari tahapan praktikum yang pertama.

8
3.3.1 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam melakukan percobaan adalah sebagai berikut:


1. Model saluran terbuka dari kaca (flume)

2. Generator dan pompa air

3. Model bendung crump

Model ini merupakan tiruan bendung crump lebar di saluran irigasi.


Model ini terbuat dari glass reinforced plastic yang berbentuk berbentuk
segitiga sembarang yang salah satu sisinya lebih landai. Konstruksi ini
pada umumnya banyak digunakan di lapangan untuk mengukur debit di
saluran terbuka, karena akan memberikan akurasi dan keandalan
pengukuran, disamping juga kemudahan dalam pembuatan konstruksi

4. Mistar / pita ukur.

3.3.2 Langkah Kerja

1. Model crump weir dipasang pada posisi tertentu dalam model saluran
terbuka.
2. Alat pengukur kedalaman dikalibrasikan. Dimensi ambang dicatat.
3. Pompa dinyalakan dengan debit air tertentu sesuai dengan keadaan yang
diinginkan, tetapi tidak meluap.
4. Sekat dihilir diatur sedemikian rupa dengan 3x ukuran bukaan pintu.Untuk
masing-masing keadaan di atas diperiksa apakah aliran sudah stabil. Jika
sudah pengambilan data dapat dilakukan.
5. Untuk masing-masing keadaan data tinggi muka air pada 14 titik
pengamatan dicatat, untuk menggambarkan profil aliran, dan untuk
menghitung debit maka dapat dicatat data tinggi muka air di tiap-tiap titik.
6. Menghitung CdMenggambar grafik hubungan antara Q dan Cd
7. Mencari bahasan dari hasil grafik, mengambil kesimpulan antara hubungan
variable tersebut.

9
3.4 Rumus Perhitungan

3.4.1 Rumus Ambang Board Crested Weir/ Bendungan Ambang Lebar


Debit yang mengalir diukur dengan menggunakan perhitungan hasil
perkalian antara luas penampang saluran (A) dengan kecepatan (v)aliran,
Q=Axv
Peluap disebut ambang lebar apabila B>0.4 hu, dengan B adalah
lebar peluap, dan hu adalah tinggi peluap.

Gambar 3.1 : Sketsa Aliran Ambang Lebar

Keterangan:

Q = debit aliran (m3/dt)

H = tinggi tekanan total hulu ambang Yo+v2/2.g

P = tinggi ambang (m)


Yo = kedalaman hulu ambang (m)

Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)

Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)


Hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P (m)

Ambang lebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit


aliran yang terjadi pada ambang lebar dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut :

Q = Cd * b * h 2/3

10
Dengan :

Q = debit aliran (m3/dt)

h = tinggi total hulu ambang (m)

Cd = koefisien debit

b = lebar ambang (m)

Debit aliran juga dapat dihitung dengan :

Q = Cd * v * b * h 3/2

Q = debit aliran (m3/dt)

h = tinggi muka air hulu ambang (m)

Cd = koefisien debit

b = lebar ambang (m)

3.4.2 Rumus Ambang Crump Weir/Bendung Crump

Debit yang mengalir diukur dengan menggunakan perhitungan hasil


perkalian antara luas penampang saluran (A) dengan kecepatan (v) aliran,
Q=Axv

Peluap disebut ambang lebar apabila B>0.4 hu, dengan B adalah lebar
peluap, dan hu adalah tinggi peluap.

Gambar 3.2 : Sketsa Aliran Ambang Crump Weir

11
Keterangan :

Q = debit aliran (m3/dt)

H = tinggi tekanan total hulu ambang = Yo+v2/2.g

P = tinggi ambang (m)

Yo = kedalaman hulu ambang (m)

Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)

Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)

Hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P (m)

Weir crump merupakan salah satu konstruksi pengukur debit. Debit aliran
yang terjadi pada Weir crump dihitung dengan menggunakan formula sebagai
berikut :

Q = Cd * b * h 2/3

Dengan :
Q = debit aliran (m3/dt)
H = tinggi total hulu ambang (m)
Cd = koefisien debit
b = lebar ambang (m)

Debit aliran juga dapat dihitung dengan :

Q = Cd * v * b * h 3/2

Q = debit aliran (m3/dt)


H = tinggi muka air hulu ambang (m)
Cd = koefisien debit
b = lebar ambang (m)

12
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/ Bendung Ambang
Lebar (Percobaan I)
Data percobaan untuk ambang lebar pada kondisi bukaan = 45º
Data alat :
- Panjang ambang P = 13 cm = 0,13 m
- Tinggi Ambang hx = 20 cm = 0,2 m
- Lebar ambang = B = 9,8 cm = 0,98 m
- Panjang skat = p = 100 cm = 1 m
- Lebar skat = l = 10,3 cm = 0,103 m
- Kekasaran manning pada kaca = I = 0,010
Data pengamatan :
Bacaan mistar :
- Tinggi air skat 1 = h1 = 1,8 cm = 0,018 m
- Tinggi air skat 2 = h2 = 1,5 cm = 0,015 m
- Sehingga beda tinggi = ∆H = 0,018 – 0,015 = 0,002 m
1. Menghitung luas penampang basah (A) A = p * h
= 1 * 0,018 = 0,018 m
2. Menghitung keliling basah (O) O = h1+ p + h2
= 0,018+ 1 + 0,015 = 1,033 m
3. Menghitung jari-jari hidrolis (R) 𝑅 = 𝐴/𝑂
𝟎,𝟎𝟏𝟖
𝑅= = 0,0174 𝑚
𝟏,𝟎𝟑𝟑

4. Menghitung Kecepatan (V) 𝑉 = 1 𝑅2/3𝐼1/2 𝑛

2 1
1
𝑣 = 0,01 ∗ 0,01743 ∗ 0.0102 = 0,67 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

5. Menghitung Debit (Q) .𝑉


𝑄 = 0,018 * 0,67 = 0,0121 m³/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
6. Menghitung Kofisien Debit (Cd) 𝐶𝑑 = 𝑄/(𝐵ℎ^(3/2) )
0,0121
𝐶𝑑= 3 = 50,104
0,1∗0,0182

13
4.1.1 Bukaan 45º

TABEL 4. 1 : Hasil Sebelum Ambang Pada Bukaan 45º

Beda Panjang Lebar Panjang Lebar Kekasaran Luas Keliling jari-jari


Kecepatan Kofisien
Tinggi Air per Per basah Debit (Q)
Tinggi ambang ambang Manning penampang hidrolis (V) Debit
sekat sekat (O)
Simbol h (m) h^(3/2) (Δh)(m) p (m) l (m) P (m) B (m) (K) (m²) (m) (m) (m/detik) (m3/detik) (Cd)
h0 0,018 0,0024 0 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,018 1,036 0,0174 0,67 0,0121 50,104
h1 0,018 0,0024 -0,003 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,018 1,033 0,0174 0,67 0,0121 50,104
h2 0,015 0,0018 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,015 1,029 0,0146 0,60 0,0090 48,99
h3 0,014 0,0017 0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,014 1,029 0,0136 0,57 0,0080 48,295
h4 0,015 0,0018 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,015 1,029 0,0146 0,60 0,0090 48,99
h5 0,014 0,0017 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,014 1,026 0,0136 0,57 0,0080 48,295
h6 0,012 0,0013 -0,006 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,012 1,03 0,0117 0,51 0,0062 47,165
Q Total 0,0642
V Total 4,19
Cd
341,942
Total
Q Rata-
0,0092
rata
V Rata-
0,60
rata
Cd
Rata- 48,849
rata

Sumber : Data diolah

14
TABEL 4.2 : Hasil Sesudah Ambang Pada Bukaan 45º

Beda Panjang Lebar Panjang Lebar Kekasaran Luas Keliling jari-jari


Kecepatan Kofisien
Tinggi Air per Per basah Debit (Q)
Tinggi ambang ambang Manning penampang hidrolis (V) Debit
sekat sekat (O)
Simbol h (m) h^(3/2) (Δh)(m) p (m) l (m) P (m) B (m) (K) (m²) (m) (m) (m/detik) (m3/detik) (Cd)
h0 0,035 0,0065 0 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,035 1,070 0,0327 1,02 0,0358 54,674
h1 0,035 0,0065 0,004 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,035 1,074 0,0326 1,02 0,0357 54,521
h2 0,039 0,0077 0 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,039 1,078 0,0362 1,09 0,0427 55,441
h3 0,039 0,0077 0,004 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,039 1,082 0,0360 1,09 0,0426 55,311
h4 0,043 0,0089 0,003 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,043 1,089 0,0395 1,16 0,0499 55,963
h5 0,046 0,0099 0,005 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,046 1,097 0,0419 1,21 0,0555 56,254
h6 0,051 0,0115 0,016 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,051 1,086 0,0470 1,30 0,0664 57,652
Q Total 0,3285
V Total 7,90
Cd
389,816
Total
Q Rata-
0,0469
rata
V Rata-
1,13
rata
Cd
Rata- 55,688
rata

Sumber : Data diolah

15
Dari tabel 4.1 dan 4.2 terlihat bahwa hasil dari debit, kecepatan dan kofisien
debit mengalami perubahan pada setelah ambang. Dimana pada hasil Q rata-rata
sebelum ambang yaitu sebesar 0,0092 m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang
sebesar 0,0469 m3/detikt. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata
kecepatan dan rata-rata kofisien debit pada sebelum ambang 0,60 m/detik dan
48,849 , sesudah ambang sebesar 1,13 m/detik dan 55,688.

16
4.2. Hasil Perhitungan Dari Ambang Board Crested Weir/Bendung Ambang
Lebar (Percobaan II)

Data percobaan untuk ambang lebar pada kondisi bukaan satu = 0,5 cm =
0,005m
Data alat : - Panjang ambang P= 13 cm = 0,13 m

- Tinggi ambang hx = 20 cm = 0,2 m


- Lebar ambang = B = 9,8 cm = 0,98 m
- Panjang skat = p = 100 cm = 1 m
- Lebar skat = l =10,3 cm = 0,103 m
- Kekasaran manning pada kaca = I = 0,010
Data pengamatan :
Bacaan mistar :

- Tinggi air skat 1 = h1 = 1,6 cm = 0,016 m


- Tinggi air skat 2 = h2 = 1,4 cm = 0,014 m
- Sehingga beda tinggi = ∆H = 0,016 – 0,014 = 0,002 m
1. Menghitung luas penampang basah (A) A = p * h1

= 1 * 0,016= 0,016 m

2. Menghitung keliling basah (O) O = h1+ p + h2

= 0,016+ 1 + 0,014 = 1,03 m

3. Menghitung jari-jari hidrolis (R) 𝑅 = 𝐴/𝑂


𝟎,𝟎𝟏𝟔
𝑅= = 0,0156 𝑚
𝟏,𝟎𝟑

4. Menghitung Kecepatan (V) 𝑉 = 1 𝑅2/3𝐼1/2 𝑛

2 1
1
𝑣 = 0,01 ∗ 0,01563 ∗ 0.0102 = 0,624 m/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

5. Menghitung Debit (Q) .𝑉


𝑄 = 0,016 * 0,624 = 0,010 m³/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
6. Menghitung Kofisien Debit (Cd) 𝐶𝑑 = 𝑄/(𝐵ℎ^(3/2) )
0,010
𝐶𝑑= 3 = 49,411
0,1∗0,016
2

17
4.1.2 Bukaan 45º

Tabel 4.3 : Hasil Sebelum Ambang Pada Bukaan 45º


Beda Panjang Lebar Panjang Lebar Kekasaran Luas Keliling jari-jari
Kecepatan Kofisien
Tinggi Air per Per basah Debit (Q)
Tinggi ambang ambang Manning penampang hidrolis (V) Debit
sekat sekat (O)
Simbol h (m) h^(3/2) (Δh)(m) p (m) l (m) P (m) B (m) (K) (m²) (m) (m) (m/detik) (m3/detik) (Cd)
h0 0,017 0,0022 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,017 1,033 0,0165 0,65 0,0110 49,627
h1 0,016 0,0020 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,016 1,030 0,0155 0,62 0,0100 49,411
h2 0,014 0,0017 0 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,014 1,028 0,0136 0,57 0,0080 48,295
h3 0,014 0,0017 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,014 1,027 0,0136 0,57 0,0080 48,295
h4 0,013 0,0015 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,013 1,025 0,0127 0,54 0,0071 47,901
h5 0,012 0,0013 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,012 1,022 0,0117 0,52 0,0062 47,165
h6 0,010 0,0010 -0,007 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,010 1,027 0,0097 0,46 0,0046 46
Q Total 0,0548
V Total 3,93
Cd
336,6935
Total
Q Rata-
0,0078
rata
V Rata-
0,56
rata
Cd
Rata- 48,099
rata

Sumber : Data diolah

18
TABEL 4.4 : Hasil Sesudah Ambang Pada Bukaan 45º

Beda Panjang Lebar Panjang Lebar Kekasaran Luas Keliling jari-jari


Kecepatan
Tinggi Air per Per basah Debit (Q) Kofisien Debit
Tinggi ambang ambang Manning penampang hidrolis (V)
sekat sekat (O)
Simbol h (m) h^(3/2) (Δh)(m) p (m) l (m) P (m) B (m) (K) (m²) (m) (m) (m/detik) (m3/detik) (Cd)
h7 0,025 0,0040 0,005 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,025 1,055 0,0237 0,83 0,0206 52,114
h8 0,030 0,0052 0,003 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,030 1,063 0,0282 0,93 0,0278 53,501
h9 0,033 0,0060 0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,033 1,068 0,0309 0,98 0,0325 54,214
h10 0,035 0,0065 0,004 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,035 1,074 0,0326 1,02 0,0357 54,521
h11 0,039 0,0077 0,006 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,039 1,084 0,0360 1,09 0,0425 55,181
h12 0,045 0,0095 0,004 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,045 1,094 0,0411 1,19 0,0536 56,149
h13 0,049 0,0108 0,024 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,049 1,074 0,0456 1,28 0,0626 57,714
Q
0,2753
Total
V
7,32
Total
Cd
383,394
Total
Q
Rata- 0,0393
rata
V
Rata- 1,05
rata
Cd
Rata- 54,771
rata

Sumber : Data diolah

19
Dari tabel 4.3 dan 4.4 terlihat bahwa hasil dari debit, kecepatan dan kofisien debit
mengalami perubahan pada setelah ambang. Dimana pada hasil Q rata-rata sebelum
ambang yaitu sebesar 0,0078 m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang sebesar 0,0393
m3/detik. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata kecepatan dan rata-rata
kofisien debit pada sebelum ambang 0,56 m/detik dan 48,099 , sesudah ambang sebesar
1,05 m/detik dan 54,771.

20
HASIL PERHITUNGAN DARI AMBANG BOARD
CRESTED WEIR/BENDUNG AMBANG LANCIP
(PERCOBAAN III)

Data percobaan untuk ambang lebar pada kondisi bukaan satu = 0,5 cm = 0,005m
Data alat :
- Panjang ambang P= 11,5 cm = 0,115 m
- Tinggi Ambang hx= 5 cm = 0,05 m
- Lebar ambang = B = 6 cm = 0,06 m
- Panjang skat = p = 100 cm = 1 m
- Lebar skat = l = 10,3 cm = 0,103 m
- Kekasaran manning pada kaca = I = 0,010
Data pengamatan :
Bacaan mistar:

- Tinggi air skat 1 = h1 = 1,7 cm = 0,017 m


- Tinggi air skat 2 = h2 = 1,5 cm = 0,015 m
- Sehingga beda tinggi = ∆H = 0,017 – 0,015 = 0,002 m
1. Menghitung luas penampang basah (A) A = p * h
= 1 * 0,017 = 0,017 m
2. Menghitung keliling basah (O) O = h1+ p + h2
= 0,017 + 1 + 0,015 = 1,032 m
3. Menghitung jari-jari hidrolis (R) 𝑅 = 𝐴/𝑂
𝟎,𝟎𝟏𝟕
𝑅= = 0,0165 𝑚
𝟏,𝟎𝟑𝟐

4. Menghitung Kecepatan (V) 𝑉 = 1 𝑅2/3𝐼1/2 𝑛

1 2 1
𝑣= ∗ 0,01653 ∗ 0.010 2 = 0,648
0,01
5. Menghitung Debit (Q) .𝑉
𝑄 = 0,017 * 0,648 = 0,0110 m³/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
6. Menghitung Kofisien Debit (Cd) 𝐶𝑑 = 𝑄/(𝐵ℎ^(3/2) )
0,0110
𝐶𝑑= 3 = 49,627
0,1∗0,017
2

21
4.1.3 Bukaan 45º

TABEL 4.5 : Hasil Sebelum Ambang Pada Bukaan 45º

jari-
Beda Panjang Lebar Panjang Lebar Kekasaran Luas Keliling
jari Kecepatan Kofisien
Tinggi Air Debit (Q)
per Per basah (V) Debit
Tinggi ambang ambang Manning penampang hidrolis
sekat sekat (O)
Simbol h (m) h^(3/2) (Δh)(m) p (m) l (m) P (m) B (m) (K) (m²) (m) (m) (m/detik) (m3/detik) (Cd)
h0 0,017 0,0022 0 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,017 1,034 0,0164 0,65 0,0110 49,627
h1 0,017 0,0022 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,017 1,032 0,0165 0,65 0,0110 49,627
h2 0,015 0,0018 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,015 1,028 0,0146 0,60 0,0090 48,990
h3 0,013 0,0015 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,013 1,025 0,0127 0,54 0,0071 47,901
h4 0,012 0,0013 -0,001 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,012 1,023 0,0117 0,52 0,0062 47,165
h5 0,011 0,0012 -0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,011 1,020 0,0108 0,49 0,0054 46,806
h6 0,009 0,0009 -0,008 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,009 1,026 0,0088 0,43 0,0038 44,506
Q Total 0,0534
V Total 3,86
Cd Total 334,62
Q Rata-
0,0076
rata
V Rata-
0,55
rata

Cd Rata-
47,803
rata

22
TABEL 4.6 : Hasil Sesudah Ambang Pada Bukaan 45º

Beda Panjang Lebar Panjang Lebar Kekasaran Luas Keliling jari-jari


Kecepatan Kofisien
inggi Air per Per basah Debit (Q)
Tinggi ambang ambang Manning penampang hidrolis (V) Debit
sekat sekat (O)
Simbol h (m) h^(3/2) (Δh)(m) p (m) l (m) P (m) B (m) (K) (m²) (m) (m) (m/detik) (m3/detik) (Cd)
h7 0,020 0,0028 0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,020 1,042 0,0192 0,72 0,0143 50,558
h8 0,022 0,0033 0,003 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,022 1,047 0,0210 0,76 0,0168 51,484
h9 0,025 0,0040 0,003 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,025 1,053 0,0237 0,83 0,0207 52,367
h10 0,028 0,0047 0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,028 1,058 0,0265 0,89 0,0249 53,145
h11 0,030 0,0052 0,002 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,030 1,062 0,0282 0,93 0,0278 53,501
h12 0,032 0,0057 0,003 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,032 1,067 0,0300 0,97 0,0309 53,980
h13 0,035 0,0065 0,015 1 0,103 0,13 0,098 0,01 0,035 1,055 0,0332 1,03 0,0361 55,132
Q Total 0,1715
V Total 6,12
Cd Total 370,17
Q Rata-
0,0245
rata

V Rata-rata 0,87

Cd Rata-
52,881
rata

Sumber : Data diolah

23
Dari tabel 4.4 dan 4.5 terlihat bahwa hasil dari debit, kecepatan dan kofisien debit
mengalami perubahan pada setelah ambang. Dimana pada hasil Q rata-rata sebelum
ambang yaitu sebesar 0,0076 m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang sebesar 0,0245
m3/detik. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata kecepatan dan rata-rata
kofisien debit pada sebelum ambang 0,55 m/detik dan 47,803 , sesudah ambang sebesar
0,87 m/detik dan 52,881.

24
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Percobaan 1 Bukaan 45º

Hasil Q rata-rata sebelum ambang yaitu sebesar 0,0092 m3/detik,


sedangkan pada sesudah ambang sebesar 0,0469 m3/detikt. Hal tersebut
dipengaruhi oleh perubahan rata-rata kecepatan dan rata-rata kofisien
debit pada sebelum ambang 0,60 m/detik dan 48,849 , sesudah ambang
sebesar 1,13 m/detik dan 55,688 .Bukaan Pintu Air 0,01 m

2. Percobaan 2 Bukaan 45º

Hasil Q rata-rata sebelum ambang yaitu sebesar 0,0078


m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang sebesar 0,0393
m3/detik. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata
kecepatan dan rata-rata kofisien debit pada sebelum ambang
0,56 m/detik dan 48,099 , sesudah ambang sebesar 1,05
m/detik dan 54,771.
3. Percobaan 3 Bukaan 45º

Hasil Q rata-rata sebelum ambang yaitu sebesar 0,0076


m3/detik, sedangkan pada sesudah ambang sebesar 0,0245
m3/detik. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan rata-rata
kecepatan dan rata-rata kofisien debit pada sebelum ambang
0,55 m/detik dan 47,803 , sesudah ambang sebesar 0,87
m/detik dan 52,881.

Hasil dari percobaan 1 sampai 3 menunjukkan pada aliran air sesudah


ambang semakin rendah tinggi air maka semakin tinggi kecepatan aliran air.

25
5.2. SARAN

Dalam susunan laporan praktikum Hidrolika berikut ini masih


mengasumsikan nilai dari pengujian di laboratorium saja sehingga perlu
pemahaman dan perhitungan lebih lanjut jika akan diterapkan di lapangan, sebab
masih banyak faktor yang harus deperhatikan misalnya saja penampannya ttidak
semulus ketika di laboratorium.

26
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, G. Y. D., & Hariati, F. (2020). STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN

PADA FLUME SALURAN TERBUKA DI LABORATORIUM

TEKNIK SIPIL

UIKA. ASTONJADRO (Aspal, Beton, Baja Dan Hidro): JURNAL


REKAYASA SIPIL, 5(1), 16–26.

Chow, V. Te. (1997). Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta: Erlangga. Dake,


J. M. K. (1985). Hidrolika Teknik. Erlangga, Jakarta, 1.

Gifari, A. R., & Rani, A. A. (2018). UJI MODEL PENGARUH BENTUK

PELIMPAH TERHADAP KARAKTERISTIK PENGALIRAN.

TEKNIK HIDRO, 11(1), 23–40.

Kodoatie, R. J. (2002). Hidrolika terapan aliran pada saluran terbuka dan


pipa. Andi, Yogyakarta.

Nuryono, B., & Hidayat, R. J. (2017). PERENCANAAN BANGUNAN


BANGUNAN PELIMPAH EMBUNG TIPE SALURAN TERBUKA.
Jurnal Online Sekolah Tinggi Teknologi Mandala, 12(2), 41–52.

Rauf, R. (2019). ANALISIS PERUBAHAN DASAR SALURAN


TERBUKA AKIBAT VARIASI DEBIT PADA TINGKAT ALIRAN
KRITIS DAN SUPER KRITIS. TEKNIK HIDRO, 12(1), 25–33.

Saleh, S. S., Musa, R., & As’ ad, H. (2019). KAJIAN KARAKTERISTIK

ALIRAN TERHADAP BANGUNAN PELIMPAH PADA


SALURAN TERBUKA. TEKNIK HIDRO, 12(2), 40–52.

Taba, H. H. T., & Suharyadi, H. T. (2019). ANALISIS DI ATAS MEJA


ANALOGI HIDROLIK UNTUK MENGAMATI KARAKTERISTIK
ALIRAN MELALUI SALURAN TERBUKA MENYEMPIT
AKIBAT DAMPAK DARI LOMPATAN HIDROLIK DENGAN
SUDUT 4O. Jurnal DINAMIS, 17(2), 64–71.

27
LAMPIRAN

LEMBAR ASISTENSI

Judul Laporan : Laporan Praktikum Hidrolika

Dosen Pembimbing : Fitriyati Agustina, S.T.,MT

Tanggal Paraf
No Uraian
Asistensi Pembimbing
.

28
DOKUMENTASI

DOKUMENTASI 1 DOKUMENTASI 2

DOKUMENTASI 3

29

Anda mungkin juga menyukai