RUMUSAN MASALAH
1. Apakah agregat halus yang berasal dari limbah batu onyx layak digunakan sebagai pengganti
agregat halus pada campuran aspal?
2. Bagaimana pengaruh agregat dari limbah batu onyx terhadap sifat karakteristik marshall test ?
3. Bagaimana perbandingan antara aspal dengan campuran standar dan aspal dengan campuran
limbahh onyx?
TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui kelayakan limbah batu onyx jika digunakan sebagai pengganti agregat halus pada
campuran aspal untuk perkerasan jalan
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan pasir limbah onyx sebagai pengganti pasir
terhadap karakteristik marshall test
3. Mengetahui hasil perbandingan antara campuran aspal biasa dan campuran aspal dengan pasir
limbah onyx.
4. Mengetahui kadar aspal optimum pada campuran.
MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi dunia konstruksi
khususnya konstruksi jalan raya dan menambah wawasan mengenai penambahan limbah batu onyx
sebagai bahan pengganti pasir pada campuran aspal yang ditinjau terhadap nilai Marshall.
BATASAN MASALAH
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium PT. TRIE MUKTY PERTAMA PUTRA
2. Penelitian hanya dilakukan di Laboratorium tidak dilakukan penelitian lapangan
3. Agregat kasar yang akan digunakan telah tersedia di tempat penelitian
4. Agregat halus telah tersedia di tempat penelitian
5. Agregat halus pengganti (batu onyx) diambil dari tempat produksi yang bertempat di desa
Cigunung Kecamatan Parungponteng Kabupaten Tasikmalaya.
6. Tidak melakukan penelitian kimiawi terhadap batu onyx.
7. Aspal yang digunakan adalah aspal penetrasi 60/70
8. Pengujian yang dilakukan pada benda uji berupa marshall test yang meliputi : Stabilitas, flow,
marshall quotient, Voids In Mixture (VIM), Voids in Mineral Agregat (VMA), dan Void
Filled by Asphalt (VFA)
9. Filler yang digunakan adalah abu batu
LANDASAN TEORI
Perkerasan Jalan adalah bagian dari jalur lalu lintas, yang bila kita perhatikan secara strukturil pada
penampang melintang jalan, merupakan penampang struktur dalam kedudukan yang paling sentral
dalam suatu badan jalan.
Agregat atau batuan didefinisikan secara umum sebagai formasi kulit bumi yang keras dan solid.
Agregat merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan jalan yaitu mengandung 90% - 95%
agregat berdasarkan persentase berat atau 75% - 85% agregat berdasarkan persentase volume
(Sukriman, 1999).
Onyx adalah Kristal padat yang terbentuk dari metamorphosis batu kapur, umumnya mengandung
kalsit (CaCo3), dolomit [CaMg(Co3)2] atau kombinasi kedua mineral tersebut. Limbah onyx ini
merupakan limbah dari kerajinan batu onyx yang diukir dan dibentuk dengan tangan sehingga
pecahannya ada yang berupa kerikil, ada juga yang berupa pasir (Candra, 2012).
Aspal adalah bahan alam dengan komponen kimia hidrokarbon, hasil eksplorasi dengan warna hitam
bersifat plastis hingga cair, tidak larut dalam larutan asam encer dan alkali atau air, tapi larut sebagian
besar dalam aether, CS2 bensol dan chloroform (Saodang, 2005).
Jenis beton aspal yang ada di Indonesia saat ini adalah Laston atau dikenal dengan nama AC (Asphalt
Concrete), yaitu beton aspal bergradasi menerus yang umum digunakan untuk jalan dengan beban lalu
lintas yang cukup berat. Karakteristik beton aspal yang terpenting pada campuran ini adalah stabilitas
(Waani, 2013).
Pengujian Marshall bertujuan untuk mengukur daya tahan (stabilitas) campuran agregat dan aspal
terhadap kelelehan plastis (flow). Flow didefinisikan sebagai perubahan deformasi atau regangan
suatu campuran mulai dari tanpa beban, sampai beban maksimum dan dinyatakan dalam milimeter.
Parameter penting yang ditentukan pengujian ini adalah beban maksimum yang dapat dipikul briket
sampel sebelum hancur atau Marshall Stability dan jumlah akumulasi deformasi sampel sebelum
hancur yang disebut Marshall Flow dan juga turunan dari keduanya yang merupakan perbandingan
antara Marshall Stability dan Marshall Flow disebut Marshall Quotient, yang merupakan nilai
kekakuan berkembang (pseudo stiffness). Yang menunjukan ketahanan campuran terhadap deformasi
permanen (Shell Bitumen, 1990). Parameter lain yang penting adalah analisis void yang terdiri dari
void In the Mix (VIM). Void in Material Aggregate (VMA). Void Filled with Asphalt (VFA) yang
ditentukan pada kondisi standar (2x75).
METODOLOGI PENELITIAN
STABILITAS
Stabilitas menunjukan kemampuan perkerasan untuk menahan deformasi akibat beban lalu lintas yang
bekerja diatasnya tanpa mengalami perubahan bentuk tetap seperti gelombang (wash boarding) dan
alur (rutting). Nilai stabilitas yang disyaratkan adalah lebih dari 800 kg.
terlihat bahwa nilai stabilitas semakin bertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas
optimum dan kembali menurun seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Hal ini disebabkan oleh
fungsi aspal sebagai bahan perekat, penggunaan aspal yang rendah tidak akan maksimum
menyelimuti permukaan agregat sehingga kekompakan ikatan antar agregat berkurang dan stabilitas
dari campuran tersebut akan berkurang pula.
nilai stabilitas benda uji mempunyai pola yang sama yaitu terjadi peningkatan nilai stabilitas seiring
dengan peningkatan penggunaan kadar onyx. Dengan semakin tingginya kadar onyx dalam campuran
apabila dipadatkan dengan baik menyebabkan rongga yang terjadi semakin kecil sehingga kerapatan
campuran menjadi besar. Keadaan tersebut otomatis dapat menambah daya kemampuan menahan
beban menjadi lebih besar.
Jadi pengaruh penambahan pasir onyx pada nilai stabilitas itu adalah semakin bertambah banyaknya
penambahan pasir onyx maka semakin besar pula nilai stabilitasnya.
FLOW
Kelelehan (Flow) adalah besarnya deformasi vertikal benda uji yang terjadi pada awal pembebanan
sehingga stabilitas menurun, yang menunjukan besarnya deformasi yang terjadi pada lapis perkerasan
akibat menahan beban yang diterimanya. Nilai flow yang rendah akan mengakibatkan campuran
menjadi mudah retak, sedangkan campuran dengan nilai flow tinggi akan menghasilkan lapis
prkerasan yang plastis sehigga perkerasan akan mudah mengalami perubahan bentuk seperti
gelombang (washboarding) dan alur (rutting).
nilai kelelehan meningkat seiring penambahan kadar aspalnya. pengaruh penambahan onyx untuk
nilai flow yaitu semakin banyaknya kadar onyx di setiap campuran maka semakin kecil pula nilai flow
nya.
VFA
Void Filled by Ashpalt (VFA) merupakan persentase rongga yang terisi aspal pada campuran setelah
dipadatkan. Nilai VFA yang disyaratkan adalah minimal 65%. Nilai ini menunjukkan persentase
rongga camppuran yang terisi oleh aspal, nilai ini akan naik berdasaran seiring penambahan kadar
aspal hingga batas tertentu yang menyebabkan bahwa rongga telah terisi secara keseluruhan yang
berarti rongga pada campuran telah terisi penuh oleh aspal, maka persen kadar aspal yang mengisi
rongga campuran adalah persen kadar aspal maksimum.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan batu onyx sebagai pengganti agregat halus terhadap
campuran aspal mengakibatkan nilai VFA mengalami kenaikan dari kondisi normal.
VIM
Void In Mix (VIM) merupakan persentase rongga yang terdapat dalam total campuran. Nilai VIM
berpengaruh terhadap keawetan lapis perkerasan, semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin
besar rongga dalam campuran. Hal ini mengakibatkan campuran menjadi kurang rapat sehingga air
dan udara dapat mudah memasuki rongga-rongga dalam campuran yang menyebabkan aspal mudah
teroksidasi, sehingga menyebabkan lekatan antar butiran agregat berkurang yang akan berakibat
terjadinya pelepasan butiran dan pengelupasan permukaan pada lapisan perkerasan. Nilai VIM yang
terlalu rendah akan menyebabkan bleeding karena suhu yang tinggi, maka viskositas aspal menurun
sesuai sifat termoplastisnya. Pada saat itu apabila lapis perkerasan menerima beban lalu lintas maka
aspal akan terdesak keluar permukaan karena tidak cukup rongga bagi aspal untuk melakukan
penetrasi dalam lapis perkerasan. Nilai VIM yang lebih dari ketentuan akan mengakibatkan
berkurangnya keawetan lapis perkerasan, karena rongga yang terlalu besar akan mudah teroksidasi.
Spesifikasi umum bina marga (2010), memberi batasan untuk VIM 3,5%dan maksimum 5%.
Pengaruh penambahan onyx terhadap nilai VIM yaitu semakin banyaknya kadar onyx pada campuran
makan semakin kecil pula nilai VIMnya,
VMA
Void in Mineral Agreggate (VMA) merupakan udara antar butiran agregat yaitu rongga udara yang
ada diantara partikel campuran agregat aspal yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang terisi aspal
yang dinyatakan dalam persen terhadap total volume campuran agregat aspal. VMA digunakan
sebagai ruang untuk menampung aspal dan volume rongga udara yang diperlukan dalam campuran
beraspal panas. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai VMA antara lain gradasi agregat, kadar aspal,
dan metode pemadatan, dapat disimpulan bahwa penggunaan batu onyx sebagai agregat halus
menyebabkan nilai VMA mengalami kenaikan dan penurunan dari kondisi normal.
MQ
MQ (Marshall Quotient) merupakan hasil bagi antara stabilitas dengan flow. Nilai Marshall Quotient
akan memberikan nilai fleksibilitas campuran. Nilai MQ dipengaruhi oleh stabilitas dan kelelehan.
Nilai MQ yang disyaratkan minimal 2lima0 kg/mm. nilai MQ dibawah 2lima0 kg/mm mengakibatkan
perkerasan mudah mengalami washboarding, rutting, dan bleeding.
dilihat bahwa penggunaan batu onyx sebagai pengganti agregat halus mengakiba tkan nilai Marshall
Quotient mengalami kenaikan dari kondisi normal. demikian nilai MQ tetap memenuhi persyaratan
Bina Marga yakni minimum 250 kg/mm
VIM PRD
Selanjutnya adalah membuat benda uji yang akan dipadatkan sebanyak 2 x 200 kali, disebut dengan
oengujian PRD (Percentage of refusal density) atau kepadatan membal. Kepadatan membal
dimaksudkan sebagai kepadatan tertinggi atau maksimum yang dapat dicapai, sehingga campuran
tersebut praktis tidak dapat menjadi lebih padat llagi.
Kepadatan membal ini dipakai untuk mengevaluasi kerusakan jalan beraspal berbentuk retak dan
deformasi plastis yang membentuk rutting (alur). Benda uji prd hanya menggunakan kadar aspal
lima,lima sampai enam,lima persen.
Dari hasil penelitian terlihat nilai VIM PRD lebih kecil dibandingkan dengan VIM marshall. Kecilnya
VIM refusal dipengaruhi oleh pemadatan yang berbeda, yaitu ditumbuk dengan 200 kali tumbukan
untuk satu sisi. Maka nilai VIM PRD menunjukan bahwa campuran semakin padat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap campuran aspal beton lapis AC-BC yang menggunakan
batu onyx sebagai pengganti agregat halus, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan agregat diantaranya pengujian berat jenis dengan hasil 2,83 untuk
berat jenis Bulk dan berat jenis kering permukaan jenuh, 2,84 untuk berat jenis semu, dan
0,003% untuk penyerapannya, lalu pengujian bahan lolos saringan No.200 dengan 4,1%. Dan
pengujian Los Angeles dengan hasil 31,35. Maka dapat disimpulkan bahwa batu onyx telah
memenuhi persyaratan pada spesifikasi umum divisi VI, Bina Marga 2010 yang merujuk pada
Standar Nasional Indonesia (SNI),
2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh batu onyx sebagai pengganti agregat halus terhadap
karakteristik Marshall yaitu pada nilai stabilitas semakin banyak kandungan onyx pada campuran
maka semakin tinggi pula nilai stabilitasnya, untuk nilai flow pengaruh penambahan onyx yaitu
seiring banyaknya penambahan onyx pada campuran maka nilai flow semakin menurun,
pengaruh onyx terhadap nilai VFA adalah semakin banyak penambahan onyx maka semakin
besar pula nilai VFA, pengaruh onyx terhadap nilai VIM yaitu seiring pertambahan onyx maka
nilai VIM semakin kecil. Nilai VMA naik seiring bertambahnya onyx tetapi kembali menurun
ketika kadar onyx dalam campuran 75%. Pada Marshall Quotient pengaruh penambahan onyx
yaitu semakin banyak kadar onyx dalam campuran maka semakin naik pula nilai MQ nya.
3. Hasil perbandingan antara campuran standar dan campuran onyx yaitu campuran onyx
dibandingkan dengan campuran standar dari hasil penelitian terlihat campuran onyx lebih baik,
dari hasil parameter marshall pun campuran dengan onyx hasilnya lebih baik.
4. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) dari tiap-tiap campuran yaitu. Pada campuran I (standar)
nilai KAO 5,8%, lalu pada campuran II (25% onyx) nilai KAO 5,6%, lalu pada campuran III
(50% onyx) nilai KAO 5,4%, dan pada campuran ke IV (75% onyx) nilai KAO 5,1%. Jadi
semakin banyak kadar onyx pada setiap campuran menyebabkan nilai KAO semakin menurun,
maka aspal yang dibutuhkanpun semakin sedikit.
Saran yang perlu penulis sampaikan adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai komposisi 3 (campuran dengan 50% onyx),
2. Disarankan agar menggunakan limbah batu onyx ini sebagai campuran perkerasan jalan,
mengingat kondisi jalan di sekitar tempat produksi kurang baik, jadi setidaknya digunakan untuk
memperbaiki jalan yang ada disekitar tempat produksi agar menjadi lebih baik,
3. Dicoba dengan variasi komposisi campuran yang lebih beragam, dengan menggunakan batu onyx
sebagai pengganti agregat kasar, ataupun pengganti filler,
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keawetan dari campuran AC-BC dengan batu
onyx bila digunakan sebagai lapisan perkerasan,
5. Dalam pelaksanaan pembuatan benda uji untuk lebih berhati-hati, fokus, dan menggunakan alat
keselamatan diri agar tidak terjadi kecelakaan ataupun hal-hal yang tidak diinginkan.