Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN SISA PRODUKSI BATU ONYX UNTUK BAHAN PENGGANTI PASIR

SEBAGAI CAMPURAN ASPAL PADA PERKERASAN JALAN


Fitha Pajriati H1), Hendra, S.T., M.Sc2), dan Pengki Irawan S.TP., M.Si3)
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Siliwangi Jalan Siliwangi No.24 Tasikmalaya, Jawa Barat,
Indonesia
e-mail: hermawafitha@gmail.com

Abstrak
Inovasi pemanfaatan bahan bangunan sangat dibutuhkan mengingat semakin meningkatnya harga bahan
dasar bahan bangunan seperti semen, pasir, kerikil, dll. Salah satu inovasinya adalah memanfaatkan bahan
buangan yaitu batu onyx. Limbah batu onyx ini terdapat di Desa Cigunung Kecamatan Parungponteng
Kabupaten Tasikmalaya. Batu onyx memiliki ciri-ciri berwarna putih kecoklatan dan mempunyai butir-butir
halus dengan ukuran butiran antara 0,5 mm dan 5mm. Limbah dari kerajinan batu onyx dipakai sebagai
bahan pengganti pasir sebagai campuran aspal pada perkerasan jalan. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kelayakan batu onyx sebagai pengganti pasir, mengetahui pengaruh penggantian pasir dengan
batu onyx terhadap karakteristik marshall, mengetahui perbandingan antara campuran standar dengan
campuran pasir onyx, dan untuk mengetahui komposisi yang menghasilkam kekuatan yang paling optimal.
Beberapa komposisi campuran aspal dilakukan dalam penelitian ini yaitu komposisi 1 (12% HB I, 16% HB
II, 31% HB III, 40% HB IV , 1% filler), komposisi 2 (13% HB I, 12% HB II, 29% HB III, 34% HB IV, 10%
pasir onyx, 1% filler), komposisi 3 (13% HB I, 12% HB II, 29% HB III, 22% HB IV, 22% pasir onyx, 1%
filler), komposisi 4 (13% HB I, 12% HB II, 29% HB III, 10% HB IV, 34% pasir onyx, 1% filler). Hasil yang
didapatkan setelah melakukan pengujian ternyata pasir onyx layak digunakan sebagai bahan pengganti pasir.
Campuran dengan pasir onyx dari hasil parameter marshall yaitu lebih baik daripada campuran standar, dan
dari nilai KAO yang didapat pada campuran dengan 50% (komposisi 3) hasilnya lebih baik di bandingkan
dengan campuran yang lain.
Kata Kunci : onyx, marshall, kadar aspal optimum (KAO),

Abstract
Innovation in the manufacture of building materials is urgently needed considering the increasing prices of
basic building materials such as cement, sand, and gravel. One of the innovations is to utilize waste
material, namely onyx sand found in Cigunung Village, Parungponteng District, Tasikmalaya Regency.
Onyx stone has the characteristics of brownish white and has fine grains with grain sizes between 0.5 mm
and 5 mm. Waste from onyx stone crafts is used as a substitute for sand as a mixture of asphalt on road
pavements. This study was intended to determine the feasibility of onyx sand as a substitute for sand, the
effect of replacing sand with onyx sand on marshall characteristics, to determine the comparison between a
standard mixture and a mixture of onyx sand, and to determine the composition that produces the most
optimal strength. Several asphalt mixture compositions were carried out in this study, namely composition
1 (12% HB I, 16% HB II, 31% HB III, 40% HB IV, 1% filler), composition 2 (13% HB I, 12% HB II, 29%
HB III, 34% HB IV, 10% onyx sand, 1% filler), composition 3 (13% HB I, 12% HB II, 29% HB III, 22%
HB IV, 22% onyx sand, 1% filler), composition 4 (13% HB I, 12% HB II, 29% HB III, 10% HB IV, 34%
onyx sand, 1% filler). The results obtained are that after testing onyx sand, it turns out that onyx sand is
suitable for use as a substitute for sand. The mixture with onyx sand from the Marshall parameter results is
better than the standard mixture, and from the KAO value obtained in the mixture with 50% (composition
3) the results are better than the other mixtures.
Keywords: onyx, marshall, optimum asphalt rate (KAO),

 PENDAHULUAN campuran beraspal ini merupakan campuran yang


terdiri dari aspal dan agregat dengan gradasi
Campuran beraspal lapis aspal beton (Laston)
menerus yang dicampur, dihampar lalu dipadatkan
adalah salah satu konstruksi perkerasan lentur di
dalam keadaan panas. Campuran agregat tersebut
lapisan permukaan (surface course). Jenis
terdiri dari agregat kasar, agregat halus dan filler. agregat dengan cara trial and error.
Agregat yang umum dipakai pada campuran aspal
Setelah mendapatkan komposisi campuran
secara umum berasal dari batuan.
rencana, selanjutnya menghitung perkiraan kadar
Sebuah pegunungan yang terdapat di Desa aspal yang harus ditambahkan. Setelah diperoleh
Cigunung Kecamatan Parungponteng Kabupaten hasil kadar aspal rencana dengan dua variasi kadar
Tasikmalaya memiliki sumber daya alam yang ada aspal rencana di atas, dan dua cariasi kadar aspal
di dalam perut bumi. Di daerah tersebut menjadi rencana di bawahnya.
sumber eksploitasi batuan marmer dan onyx yang
Setelah mendapatkan kadar aspal rencana,
dibuat menjadi sebuah karya seni. Salah satu
selanjutnya menambahkan kadar aspal tersebut ke
industri penghasil limbah batuan onyx adalah
dalam campuran rencana untuk membuat benda
industri pembuatan kerajinan atau hiasan dari batu
uji.
onyx dan marmer. Limbah material onyx yang
berupa bongkahan hasil dari sisa pembuatan Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
kerajinan dan merupakan limbah industri ini, metode Marshall Test. Dengan parameter marshall
belum menemukan penggunaan yang tepat, yaitu VMA, VIM, VFA, flow, stabilitas, dan MQ,
sedangkan produksi limbah ini terus bertambah VIM PRD.
tiap tahunnya.
Dilihat dari bentuk limbah batu onyx batu dengan
pori-pori pada permukaannya yang relatif kecil
memungkinkan dapat digunakan sebagai bahan
pengganti pasir untuk campuran aspal pada
perkerasan jalan. Perencanaan campuran yang
bagus dan tepat dapat diharapkan akan dapat
menghasilkan campuran aspal dengan batu onyx
pada perkerasan jalan yang memenuhi syarat
kekuatan yang mempunyai nilai estetika lebih baik.

 BAHAN DAN METODE/METODOLOGI

Lokasi penelitian Tugas Akhir ini dilakukan di


Laboratorium PT. TRIE MUKTY PERTAMA
PUTRA. Jalan Brigjen Wasita Kusumah,
Linggajaya, Mangkubumi, Kec. Mangkubumi,
Tasikmalaya, Jawa Barat.
Penelitian yang akan diuji pada campuran Asphalt
Concrete Binder Course (AC-BC) adalah
Marshall test dengan variasi penggantian pasir
dengan pasir onyx. Semua bahan yang digunakan
pada penelitian ini mengacu pada spesifikasi
umum yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga tahun 2010 Revisi I.
Pengolahan data dimulai dengan menguji agregat
yang akan digunakan pada penelitian diantaranya
analisis saringan (SNI 03-1968-1990), pengujian
berat jenis dan penyerapan air (SNI 03-1969-
1990), Uji berat jenis dan penyerapan air agregat
halus dan agregat penggati (pasir onyx) (SNI 03
1970-1990), Pengujian jumlah bahan dalam
agregat yang lolos saringan No.200 (SNI 03-4142-
1996), Pemeriksaan berat isi agregat (AASHTO T-
19-74) (ASTM C-29-71), Pengujian ketahanan
agregat terhadap keausan dengan mesin los
angeles (SNI 03-2417-1991), lalu pencampuran
Bj Bulk 2,69 2,67 2,66 2,7 2,83
Bj kering permukaan
2,73 2,72 2,72 2,75 2,83
jenuh
Bj semu 2,77 2,82 2,81 2,87 2,84 > 2,50

Penyerapan 1,28 1,87 2,01 2,22 0,03 <3%

Menurut tabel hasil pengujian berat jenis pasir


onyx terlihat bahwa nilai berat jenis bulk, kering
permukaan jenis, dan berat jenis semu nilainya
lebih besar dari pada nilai berat jenis pada agregat
yang standar. Tetapi pada penyerapan pasir onyx
cenderung lebih rendah dikarenakan pori pori pada
permukaan batu tersebut sangat kecil sehingga
untuk penyerapannya cenderung kecil. Tetapi
semua berat jenis agregat yang digunakan pada
penelitian ini telah memenuhi spesifikasi yang
berlaku.

 Pengujian Bahan Lolos Saringan No.200

Tabel 2. Hasil pengujian bahan lolos saringan


No.200 Pasir
Satua Hasil Pengujian
No Uraian
n I II
 HASIL DAN PEMBAHASAN Berat contoh kering
1. gram 1267 1086,3
sebelum di cuci (A)
Hasil Pemeriksaan Agregat Berat contoh kering
2. setelah di cuci tertahan gram 1170,2 1005,3
Hasil pengujian agregat baik untuk agregat kasar saringan No.200 (B)
maupun agregat halus, menunjukan bahwa jenis Berat contoh kering (A-
3. gram 96,8 81
agregat yang dipakai PT. Trimukti Pertama Putra, B)
secara keseluruhan karakteristiknya memenuhi Persen contoh
4. % 7,6 7,4
(A-B/A*100%)
spesifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) serta
5. Rata-rata (I+II/2) % 7, 6
standar lainnya yang selama ini dianut Bina Marga.
 Analisis Saringan Tabel 3. Hasil pengujian bahan lolos saringan
100 no.200 pasir onyx
Persen lolos (%)

80
60 Hasil
40 No Uraian Satuan Pengujian
20
0 I II
0.01 0.1 1 10 100
Berat contoh kering 386,
Ukuran Saringan (mm) 1. gram 382,2
sebelum di cuci (A) 2

Berat contoh kering


HB I HB II HB III 372,
2. setelah di cuci tertahan gram 364,7
HB IV onyx 2
saringan No.200 (B)
Berat contoh kering (A-
3. gram 14 17,5
Gambar 1. Hasil pemeriksaan analisa saringan B)
agregat kasar dan halus 4.
Persen contoh
% 3,6 4,5
(A-B/A*100%)
 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air 5. % 4,1
Rata-rata (I+II/2)

Tabel 1 Hasil pemeriksaan berat jenis


Hotbin Hotbin Hotbin Hotbin  Pengujian Berat Isi
Onyx Spesifikasi
  I II III IV
Tabel 4. Hasil pengujian berat isi hotbin III, 34% hotbin IV, 10% pasir onyx, dan 1%
Hotbin I Hotbin II Hotbin III Hotbin IV Onyx filler, kemudian campuran 50% onyx dengan
  komposisi 13% hotbin I, 12% hotbin II, 29%
Berat isi Lepas 1,42 1,40 1,36 1,63 1,81
hotbin III, 22% hotbin IV, 22% pasir onyx, dan 1%
Berat Isi padat 1,59 1,55 1,52 1,79 2,03 filler, , dan campuran 75% onyx dengan komposisi
Besar kecilnya berat isi agregat terkandung pada 13% hotbin I, 12% hotbin II, 29% hotbin III, 10%
berat butiran agregat dan volume agregat. Semakin hotbin IV, 34% pasir onyx, dan 1% filler, ternyata
besar memenuhi spesifikasi batas atas dan batas bawah,
berat PB (kadar aspal rencana) dan campuran dengan komposisi ini layak
digunakan.
Standar 5,2 ≈ 5,5
25% pasir onyx 5,4 ≈ 5,5 Gambar 2. Hasil analisa agregat gabungan
50% pasir onyx 5,3 ≈ 5,5
75% pasir onyx 5,3 ≈ 5,5 Rancangan Campuran Aspal
butiran maka semakin besar pula berat isi agregat Tabel 6. Kadar aspal rencana
dan sebaliknya. Karena berat isi agregat
berbanding lurus dengan berat butiran agregat
sedangkan semakin besar volume maka semakin
kecil berat isi agregat dan sebaliknya. Karena berat
isi agregat berbanding terbalik dengan besarnya
volume agregat. Variasi kadar aspal rencana untuk campuran
standar, campuran variasi tambahan 25% pasir
onyx, 50% pasir onyx, 75% pasir onyx. Diambil 2
 Uji Keausan Menggunakan Los Angeles
variasi kadar aspal rencana diatas PB dan 2 variasi
Pada penelitian ini dilakukan pengujian abrasi kadar aspal rencana dibawah PB yaitu. 4, 5% - 5%
dengan cara B yaitu bahan lolos 19 mm sampat - 5,5% - 6% - 6, 5%.
tertahan 9,5 mm dengan jumlah bola 11 buah
Hasil Pengujian Marshall
dengan 500 putaran. Hasil pengujian los angeles
dapat dilihat pada tabel berikut:  Stabilitas
Tabel 5. Hasil pengujian keausan Berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai stabilitas
semakin bertambah dengan bertambahnya kadar
Pengujian Satuan I II Notasi aspal sampai batas optimum dan kembali menurun
Berat Tempat +
gram 5020 5020 A seiring dengan bertambahnya kadar aspal. Hal ini
contoh awal disebabkan oleh fungsi aspal sebagai bahan
Berat tempat + perekat, penggunaan aspal yang rendah tidak akan
contoh akhir
(tertahan saringan
gram 4012 3888 B maksimum menyelimuti permukaan agregat
No.12) sehingga kekompakan ikatan antar agregat
Keausan = berkurang dan stabilitas dari campuran tersebut
gram 20,08 22,55 aus
(A-B)/A*100% akan berkurang pula. Dengan bertambahnya kadar
Keausan rata-rata = aspal dalam campuran akan memberikan lapisan
gram 31,35 aus
(I+II)/2
film aspal yang lebih tebal, hal ini akan membuat
jarak antar agregat penyusun menjadi lebih besar
Hasil Analisa Agregat Gabungan dan mengurangi gaya gesek antar agregat serta
mengubah fungsi dari aspal tersebut sebagai bahan
Hasil analisa agregat gabungan, untuk campuran
perekat menjadi pelicin dalam campuran. Kondisi
standar dengan komposisi 12% hotbin I, 16%
tersebut mengurangi kestabilan dari campuran
hotbin II, 31% hotbin III, 40% hotbin IV , dan 1%
karena campuran cenderung bersifat plastis.
filler, lalu untuk campuran 25% onyx dengan
komposisi 13% hotbin I, 12% hotbin II, 29% Stabilitas yang tinggi juga dicerminkan oleh
adanya kerapatan campuran yang tinggi.
100
Berdasarkan gambar nilai stabilitas benda uji
80
Persen Lolos (%)

mempunyai pola yang sama yaitu terjadi


60 peningkatan nilai stabilitas seiring dengan
40 peningkatan penggunaan kadar onyx. Dengan
20
0
0.01 0.1 1 10 100
Ukuran saringan (mm)
standar batas atas
batas bawah 25% onyx
semakin tingginya kadar onyx dalam campuran dalam campuran yang terisi aspal semakin tinggi
apabila dipadatkan dengan baik menyebabkan sehingga campuran semakin kedap terhadap air
rongga yang terjadi semakin kecil sehingga dan udara, tetapi nilai VFA yang terlalu tinggi juga
kerapatan campuran menjadi besar. Keadaan akan menyebabkan campuran aspal menjadi
tersebut otomatis dapat menambah daya bleeding .
kemampuan menahan beban menjadi lebih besar.
Nilai VFA yang terlalu kecil akan menyebabkan
Jadi pengaruh penambahan pasir onyx pada nilai kurang kedapnya campuran terhadap air dan udara
stabilitas itu adalah semakin bertambah banyaknya karena lapisan aspal akan menjadi berkurang
penambahan pasir onyx maka semakin besar pula sehingga menyebabkan campuran aspal menjadi
nilai stabilitasnya. mudah retak jika menerima beban yang semakin
berat sehingga tidak tahan lama.
Gambar 3. Nilai stabilitas
Nilai VFA yang disyaratkan adalah minimal 65%.
Stabilitas Nilai ini menunjukkan persentase rongga
1900
camppuran yang terisi oleh aspal, nilai ini akan
naik berdasaran seiring penambahan kadar asoal
1700
Stabilitas (%)

1500

1300 hingga batas tertentu yang menyebabkan bahwa


1100
rongga telah terisi secara keseluruhan yang berarti
900

700
rongga pada campuran telah terisi penuh oleh
4.0% 4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0%
aspal, maka persen kadar aspal yang mengisi
Kadar aspal

standar 25% onyx 50% onyx 75% onyx Spesifikasi


rongga campuran adalah persen kadar aspal
maksimum.
 Flow Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan
Nilai flow dipengaruhi oleh kadar aspal dan pasir onyx sebagai pengganti agregat halus
viskositas aspal, gradasi, suhu, dan jumlah terhadap campuran aspal mengakibatkan nilai VFA
pemadatan. Dari gambar nilai kelelehan marshall mengalami kenaikan dari kondisi normal yakni
meningkat seiring penambahan kadar aspalnya. 80,47%. Nilai pada kadar 25%, 50%, dan 75%
Pada campuran standar nilai flow optimum terjadi pasir onyx berturut yakni sebesar 87,54%, 86,59%,
dan 91,26%. Walaupun nilai VFA masih
4.5
flow memenuhi persyaratan Bina Marga, yakni
minimum 63%, namum nilai VFA yang terlalu
3.5
tinggi akan menyebabkan bleeding.
flow (mm)

VFA
2.5 70

65

1.5 60
5% 5% 6% 6% 7%
VFA (%)

Kadar aspal 55

standar 25% onyx 50% onyx 75% onyx Spec atas 50


Spec bawah
45

pada kadar aspal 6,5% dengan nilai kelelehan yaitu 40


4.0% 4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0%

4,6 mm tidak memenuhi syarat yang ditentukan. standar


Kadar aspal
25% onyx 50% onyx 75% onyx

Gambar 4. Nilai flow


spesifikasi

Pengaruh penambahan onyx untuk nilai flow yaitu Gambar 5. Nilai VFA
semakin banyaknya kadar onyx di setiap campuran
maka semakin kecil pula nilai flow  Rongga Dalam Campuran (VIM)
 Rongga Terisi Aspal (VFA) Void In Mix (VIM) merupakan persentase rongga
Void Filled by Ashpalt (VFA) merupakan yang terdapat dalam total campuran. Nilai VIM
persentase rongga yang terisi aspal pada campuran berpengaruh terhadap keawetan lapis perkerasan,
setelah dipadatkan. Nilai VFA dipengaruhi jumlah semakin tinggi nilai VIM menunjukkan semakin
tumbukan dan suhu saat campuran aspal besar rongga dalam campuran. Hal ini
dipadatkan, gradasi agregat dan banyaknya kadar mengakibatkan campuran menjadi kurang rapat
aspal. Semakin tinggi nilai VFA maka rongga sehingga air dan udara dapat mudah memasuki
rongga-rongga dalam campuran yang
menyebabkan aspal mudah teroksidasi, sehingga memberikan ruang yang cukup pada aspal agar
menyebabkan lekatan antar butiran agregat dapat melekat pada agregat. VMA digunakan
berkurang yang akan berakibat terjadinya sebagai ruang untuk menampung aspal dan volume
pelepasan butiran dan pengelupasan permukaan rongga udara yang diprlukan dalam campuran
pada lapisan perkerasan. Nilai VIM yang terlalu beraspal panas. Factor-faktor yang mempengaruhi
rendah akan menyebabkan bleeding karena suhu nilai VMA antara laon gradasi agregat, kadar
yang tinggi, maka viskositas aspal menurun sesuai aspal, dan metode pemadatan. Adapun
sifat termoplastisnya. Pada saat itu apabila lapis perbandingan nilai VMA pada variasi campuran
perkerasan menerima beban lalu lintas maka aspal terdapat pada gambar 7.
akan terdesak keluar permukaan karena tidak
Berdasarkan gambar 7 dapat disimpulan bahwa
cukup rongga bagi aspal untuk melakukan
penggunaan batu onyx sebagai agregat halus
penetrasi dalam lapis perkerasan. Nilai VIM yang
menyebabkan nilai VMA mengalami kenaikan dan
lebih dari ketentuan akan mengakibatkan
penurunan dari kondisi normal. Nilai VMA
berkurangnya keawetan lapis perkerasan, karena
mengalami kenaikan dari kondisi normal hingga
rongga yang terlalu besar akan mudah teroksidasi.
mencapai titik tertinggi pada kadar 50% onyx
Penambahan kadar aspal akan menyebabkan
yakni sebesar 22,04%. Sedangkan pada kadar 75%
semakin kecil nilai VIM, hal ini disebabkan aspal
pasir onyx, nilai VMA justru mengalami
lebih banyak mengisi rongga-rongga dalam
penurunan yakni sebesar 19,85%. Meskipun
campuran sehingga rongga-rongga di dalam
demikian hasil tersebut masih memenuhi
campuran perkerasan AC-BC semakin kecil.
persyaratan Bina Marga untuk campuran AC yaitu
Spesifikasi umum bina marga (2010), memberi minimum 14%. Nilai VMA yang terlalu tinggi
batasan untuk VIM 3,5%dan maksimum 5%. nilai menunjukan bahwa rongga udara antar mineral
VIM untuk variasi kadar aspal dengan variasi agregat lebih besar, kondisi ini akan menyebabkan
kadar pasir onyx dapat dilihat pada gambar perkerasan jalan tidak tahan lama nantinya.
dibawah. Penambahan kadar aspal menyebabkan
VMA
mengecilnya nilai VIM, hal ini dikarenakan 25
penambahan kadar aspal dapat menyebabkan aspal 23
lebih banyak mengisi rongga dalam campuran. 21
VMA (%)

Pengaruh penambahan onyx terhadap nilai VIM 19

yaitu semakin banyaknya kadar onyx pada 17

campuran makan semakin kecil pula nilai VIMnya. 15

13
4.0% 4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0%
VIM Kadar aspal
10.5
standar 25% onyx 50% onyx 75% onyx
9.5
spesifikasi
8.5
7.5
6.5 Gambar 7. Nilai VMA
VIM (%)

5.5
4.5
3.5  Marshall Quotient
2.5
1.5
4.0% 4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% 7.5% MQ (Marshall Quotient) merupakan hasil bagi
Kadar aspal
antara stabilitas dengan flow. Nilai Marshall
Quotient akan memberikan nilai fleksibilitas
standar 25% onyx 50% onyx 75% onyx spec atas

spec bawah

campuran. Semakin besar nilai MQ berarti


Gambar 6. Nilai VIM campuran semakin kaku, sebaliknya bila semakin
kecil nilainya maka campuran semakin lentur.
 Rongga Campuran Agregat (VMA) Nilai MQ dipengaruhi oleh stabilitas dan
kelelehan. Nilai MQ yang disyaratkan minimal 200
Void in Mineral Agreggate (VMA) merupakan
kg/mm. nilai MQ dibawah 200 kg/mm
udara antar butiran agregat yaitu rongga udara
mengakibatkan perkerasan mudah mengalami
yang ada diantara partikel campuran agregat aspal
washboarding, rutting, dan bleeding. Perbandingan
yang sudah dipadatkan termasuk ruang yang terisi
nilai MQ dapat dilihat pada gambar 8.
aspal yang dinyatakan dalam persen terhadap total
volume campuran agregat aspal. Nilai VMA yang Berdasarkan gambar dibawah dapat dilihat bahwa
diharapkan dalam campuran beraspal yaitu penggunaan batu onyx sebagai pengganti agregat
seminim mungkin, dengan tujuan untuk halus mengakibatkan nilai Marshall Quotient
mengalami kenaikan dari kondisi normal. Nilai
MQ tertinggi didapat pada penambahan onyx 75%
yaitu 778 kg/mm dan nilai MQ terendah terdapat Density
Stability
pada campuran standar yaitu 411 kg/mm. VMA
meskipun demikian nilai MQ tetap memenuhi VFB
VIM
persyaratan Bina Marga yakni minimum 250 VIM. PRD
Flow
kg/mm MQ

MQ

900

800
Gambar 10. KAO campuran standar
700

600
MQ (kg/mm)

500

400

300

200

100
4.0% 4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0%
Kadar aspal

standar 25% onyx 50% onyx 75% onyx

Gambar 8. Nilai MQ

 VIM PRD
Hasil penelitian terlihat nilai VIM PRD lebih kecil
dibandingkan dengan VIM marshall. Kecilnya
VIM refusal dipengaruhi oleh pemadatan yang Tabel 7. Hasil pengujian menggunakan KAO
berbeda, yaitu ditumbuk dengan 200 kali campuran standar
tumbukan untuk satu sisi. Maka nilai VIM PRD
menunjukan bahwa campuran semakin padat. No
Jenis Pengujian
Hasil
Spesifiaksi Satuan
. Penguian

1 Stabilitas Marshall 962 Min. 800 Kg


VIM PRD
2 Pelelehan 4,54 2,0 - 4,0 Mm
7.5

6.5 3 Marshall Quotient 212 - Kg/mm


5.5
Rongga dalam
VIM PRD (%)

4 11,67 3,0 - 5,0 %


4.5 campuran (VIM)
3.5 Rongga dalam
5 22,57 Min. 14 %
2.5 Agregat (VMA)
Rongga Terisi Aspal
1.5
6 48,29 Min. 65 %
4.0% 4.5% 5.0% 5.5% 6.0% 6.5% 7.0% (VFA)
Kadar aspal
Standar 25% onyx 50% onyx 75% onyx 7 Kadar Aspal 5,80 - %
Kepadatan Membal
8 8,33 Min 2,0 %
Gambar 9. Nilai VIM PRD (PRD)
9 Berat Jenis 2,15 - g/cc
Stabilitas Marshall
10 92,93 Min 90,00 %
Kadar Aspal Optimum (KAO) Sisa

 Standar
 25% onyx
Selanjutnya menentukan kadar aspal optimum
pada setiap variasi campuran, di dapat nilai kadar
aspal optimum pada camapuran standar yaitu
5,8%, kemudian membuat kembali benda uji untuk Density
mengetahui nilai parameter marshal dengan Stability
menggunakan nilai KAO yang sudah di dapat. VMA
VFB
VIM
VIM. PRD
Flow
MQ
Quotient
Rongga dalam
4 campuran 4,27 3,0 - 5,0 %
(VIM)
Rongga dalam
5 15,51 Min. 14 %
Agregat (VMA)
Gambar 11. KAO campuran 25% onyx 6
Rongga Terisi
72,46 Min. 65 %
Aspal (VFA)
7 Kadar Aspal 5,40 - %
Tabel 8. Hasil pengujian menggunakan KAO
Kepadatan
campuran 25% 8
Membal (PRD)
2,11 Min 2,0 %

No Jenis Hasil 9 Berat Jenis 2,42 - g/cc


Spesifikasi Satuan
. Pengujian Pengujian Stabilitas
10 94,72 Min 90,00 %
Stabilitas Marshall Sisa
1 957 Min. 800 Kg
Marshall
2 Pelelehan 3,80 2,0 - 4,0 mm  75% Onyx
Marshall
3 252 - Kg/mm
Quotient
Rongga
Density dalam
4 campuran
Stability 1,94 3,0 - 5,0 %
VMA
(VIM)VFB
RonggaVIM dalam
5 Agregat
VIM. PRD
18,58 Min. 14 %
Flow
(VMA) MQ
Rongga Terisi
6 89,58 Min. 65 %
Aspal (VFA)
7 Kadar Aspal 5,60 - %
Kepadatan
8 Membal 6,82 Min 2,0 % Gambar 13. KAO campuran 75% onyx
(PRD)
9 Berat Jenis 2,34 - g/cc
Stabilitas Tabel 10. Hasil pengujian menggunakan KAO
10 93,38 Min 90,00 %
Marshall Sisa campuran 75% onyx
Hasil Spesifikas
 50% Onyx No. Jenis Pengujian Satuan
Pengujian i
1 Stabilitas Marshall 997 Min. 800 Kg
2 Pelelehan 4,38 2,0 - 4,0 Mm
Density
Stability 3 Marshall Quotient 228 - Kg/mm
VMA
VFB Rongga dalam
VIM 4 1,12 3,0 - 5,0 %
campuran (VIM)
VIM. PRD
Flow
MQ Rongga dalam
5 15,76 Min. 14 %
Agregat (VMA)
Rongga Terisi
6 92,88 Min. 65 %
Aspal (VFA)
7 Kadar Aspal 5,20 - %
Gambar 12. KAO campuran 50% onyx
Kepadatan Membal
8 3,79 Min 2,0 %
(PRD)
Tabel 9. Hasil pengujian menggunakan KAO 9 Berat Jenis 2,412 - g/cc
campuran 50% onyx Stabilitas Marshall
10 97,34 Min 90,00 %
Hasil Sisa
No. Jenis Pengujian Spesifikasi Satuan
Pengujian
Stabilitas
1 1015 Min. 800 Kg
Marshall
2 Pelelehan 4,62 2,0 - 4,0 mm
3 Marshall 220 - Kg/mm
 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Berdasarkan hasil pemeriksaan agregat
diantaranya penguj ian berat jenis dengan hasil
Kesimpulan
2,83 untuk berat jenis Bulk dan berat jenis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kering permukaan jenuh, 2,84 untuk berat jenis
terhadap campuran aspal beton lapis AC-BC yang semu, dan 0,003% untuk penyerapannya, lalu
menggunakan batu onyx sebagai pengganti agregat pengujian bahan lolos saringan No.200 dengan
halus, maka penulis mengambil kesimpulan 4,1%. Dan pengujian Los Angeles dengan hasil
sebagai berikut: 31,35. Maka dapat disimpulkan bahwa batu
onyx telah memenuhi persyaratan pada
spesifikasi umum divisi VI, Bina Marga 2010
yang merujuk pada Standar Nasional Indonesia
(SNI),
2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh
batu onyx sebagai pengganti agregat halus
terhadap karakteristik Marshall yaitu pada nilai
stabilitas semakin banyak kandungan onyx pada
campuran maka semakin tinggi pula nilai
stabilitasnya, untuk nilai flow pengaruh
penambahan onyx yaitu seiring banyaknya
penambahan onyx pada campuran maka nilai
flow semakin menurun, pengaruh onyx terhadap
nilai VFA adalah semakin banyak penambahan
onyx maka semakin besar pula nilai VFA,
pengaruh onyx terhadap nilai VIM yaitu seiring
pertambahan onyx maka nilai VIM semakin
kecil. Nilai VMA naik seiring bertambahnya
onyx tetapi kembali menurun ketika kadar onyx
dalam campuran 75%. Pada Marshall Quotient
pengaruh penambahan onyx yaitu semakin
banyak kadar onyx dalam campuran maka
semakin naik pula nilai MQ nya.
3. Hasil perbandingan antara campuran standar
dan campuran onyx yaitu campuran onyx
dibandingkan dengan campuran standar dari
hasil penelitian terlihat campuran onyx lebih
baik, dari hasil parameter marshall pun
campuran dengan onyx hasilnya lebih baik.
4. Nilai Kadar Aspal Optimum (KAO) dari tiap-
tiap campuran yaitu. Pada campuran I (standar)
nilai KAO 5,8%, lalu pada campuran II (25%
onyx) nilai KAO 5,6%, lalu pada campuran III
(50% onyx) nilai KAO 5,4%, dan pada
campuran ke IV (75% onyx) nilai KAO 5,1%.
Jadi semakin banyak kadar onyx pada setiap
campuran menyebabkan nilai KAO semakin
menurun, maka aspal yang dibutuhkanpun
semakin sedikit.
Saran
Saran yang perlu disampaikan adalah:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
komposisi 3 (campuran dengan 50% onyx)
2. Disarankan agar menggunakan batu onyx ini
sebagai campuran aspal, mengingat jalan di
sekitar tempat produksi kurang baik, jadi Pada Campuran Beton Terhadap Kuat
setidaknya digunakan untuk memperbaiki jalan Lentur Beton (Doctoral dissertation,
yang ada di sekitar tempat produksi agar Brawijaya University).
menjadi lebih baik RizkiRP, D. (2016). Pengaruh Penggunaan Limbah
Batu Onyx sebagai Pengganti Agregat
3. Dicoba dengan variasi komposisi campuran
Kasar pada Campuran Beton terhadap Kuat
yang lebih beragam, dengan menggunakan batu
Tekan Beton (Doctoral dissertation,
onyx sebagai pengganti agregat halus ataupun
Universitas Brawijaya).
pengganti filler
Setyowati, E. W. (2016). Kuat Tekan Beton Limbah
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Batu Onix Tulungagung. Media Teknik
keawetan dari campuran AC-BC dengan pasir Sipil, 14(2), 140-146.Sitorus, F. H. (2018).
onyx bila digunakan sebagai lapisan perkerasan Pemanfaatan Limbah Plastik sebagai Bahan
5. Dalam pelaksanaan pembuatan benda uji untuk Tambah Campuran Aspal pada Perkerasan
lebih berhati-hati, fokus, dan menggunakan alat Jalan AC-WC Terhadap Nilai Marshall.
keselamatan diri agar tidak terjadi kecelakaan Suprayitno, E. F. (2018). Pengaruh Limbah Batu
ataupun hal-hal yang tidak diinginkan. Onyx Sebagai Pengganti Agregat Kasar
Beton Terhadap Kuat Lentur Balok Beton
Bertulang (Doctoral dissertation, Universitas
Brawijaya).
DAFTAR PUSTAKA Ulhaq, D., Ghiyats, A., Soehardjono, A., &
Aditya, C. (2010). Pengaruh penggunaan limbah Setyowati, E. W. Pengaruh Penggunaan
pasir onyx sebagai bahan pengganti pasir Limbah Batu Onyx Sebagai Pengganti
pada Kuat lentur, rembesan dan penyerapan Agregat Kasar Pada Campuran Beton
air genteng beton. Widya Teknika, 18(2). Terhadap Modulus Elastisitas
Aditya, C. (2012). Pengaruh penggunaan limbah Beton (Doctoral dissertation, Brawijaya
pasir onyx sebagai substitusi pasir terhadap University).
kuat tekan, penyerapan air dan ketahanan Wardana, HW, & MAHARDI, P. (2020). Penentuan
aus paving block. Widya teknika, 20(1). Kadar Aspal Optimum (Kao) Dalam
Annisa, A. N., Setyowati, E. W., & Soehardjono, A. Campuran Aspal Concrete-Wearing Course
(2016). Pengaruh Penggunaan Limbah Batu (Ac-Wc) Dengan Limbah Beton Sebagai
Onyx Sebagai Pengganti Agregat Kasar Pengganti Agregat. Rekayasa Teknik
Pada Campuran Beton Terhadap Kuat Sipil , 1 (2).
Tarik Belah Beton (Doctoral dissertation,
Brawijaya University).Khosemde, A. N., &
Setyowati, E. W. (2016). Pengaruh
Penggunaan Limbah Batu Onyx Sebagai
Pengganti Agregat Kasar Pada Campuran
Beton Terhadap Porositas Beton. Jurnal
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, 1(1), pp-
183.
Khosemde, A. N., Setyowati, E. W., & Wisnumurti,
W. Pengaruh Penggunaan Limbah Batu
Onyx Sebagai Pengganti Agregat Kasar
Pada Campuran Beton Terhadap Porositas
Beton (Doctoral dissertation, Brawijaya
University).
Nugraha, F. A. (2019). KARAKTERISTIK
MARSHALL PADA CAMPURAN
ASPHALT CONCRETE WEARING
COURSE (AC-WC) DENGAN
MENGGUNAKAN FILLER LIMBAH
BETON.
Raya, B. T., Setyowati, E. W., & Anggraini, R.
(2016). Pengaruh Penggunaan Limbah Batu
Onyx Sebagai Pengganti Agregat Kasar

Anda mungkin juga menyukai