Anda di halaman 1dari 6

Volume 11, No.

2, April 2012: 85 – 98

POTENSI BATU BAUKSIT PULAU BINTAN SEBAGAI PENGGANTI


AGREGAT KASAR PADA BETON

Angelina Eva Lianasari


Program Studi Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jalan Babarsari 43 Yogyakarta
eva_lianasari@yahoo.com

Abstract:

Keywords: bauxite aggregate, compressive strength, modulus of elasticity

Abstrak: Ketidaktersediaan bahan bangunan pembentuk beton sering kali menjadi kendala dalam
pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dicari langkah-langkah
penyelesaian yang dapat diambil dengan menggunakan potensi sumber daya alam yang tersedia di
lokasi proyek pembangunan. Pulau Bintan dan sekitarnya, terdapat sumber alam batu bauksit yang
tidak layak tambang dengan jumlah yang sangat besar, padahal bahan susun beton berupa kerikil
alam (batu kali) yang sesuai persyaratan SNI tidak mudah diperoleh. Akibatnya potensi banyaknya
batuan bauksit tidak layak pakai sebagai bahan pembentuk aluminium perlu diteliti kelayakannya
sebagai material pengganti agregat kasar kerikil alam (batu kali). Penelitian menggunakan metoda
eksperimen dengan benda uji dibuat berbentuk silinder dengan diameter ± 150 mm dan tinggi ±
300 mm dengan variasi fas 0,40 ; 0,45 ; dan 0,50 yang diuji kuat tekan dan modulus elastisitasnya
pada saat usia beton 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan optimum yang dapat dicapai
beton dengan agregat kasar batu bauksit sebesar 30,24 MPa (untuk fas 0,4) dan modulus elastisitas
19759,52 MPa. Hasil penelitian juga menunjukkan sifat batu bauksit memiliki daya serap tinggi
terhadap air mengakibatkan nilai slump yang lebih rendah dibandingkan beton normal namun
masih memenuhi persyaratan SNI sehingga dalam pengerjaan beton segar tidak menyulitkan.

Kata kunci: : agregat bauksit, kuat tekan, modulus elastisitas.

tersisa adalah bauksit tidak layak tambang yang


PENDAHULUAN sangat melimpah.
Ketidaktersediaan bahan bangunan pembentuk Akibatnya banyaknya batuan bauksit tidak
beton sering kali menjadi kendala dalam layak pakai sebagai bahan pembentuk
pelaksanaan pembangunan. Berdasarkan
aluminium sehingga batuan tersebut tidak
permasalahan tersebut maka perlu dicari dimanfaatkan. Pulau Bintan merupakan pulau
langkah-langkah penyelesaian yang dapat kecil yang sulit didapatkan agregat kerikil alam
diambil dengan menggunakan potensi sumber (batu kali) yang memenuhi syarat sebagai bahan
daya alam yang tersedia di lokasi proyek agregat kasar pada beton. Setelah melihat
pembangunan. permasalahan dan potensi alam yang ada
Kota Kijang, Pulau Bintan, merupakan pusat tersebut, maka itu dirasa perlu diteliti kelayakan
penambangan bauksit Indonesia dan termasuk batu bauksit tersebut sebagai material pengganti
terbesar di dunia selain Brasil, pada awalnya agregat kasar kerikil alam (batu kali).
PT. Aneka Tambang Tbk adalah satu-satunya
perusahaan yang memonopoli pertambangan
bauksit di Pulau Bintan dan menjadi sumber TINJAUAN PUSTAKA
pendapatan dari lapangan pekerjaan yang
Beton merupakan fungsi dari bahan
dominan. Dengan habisnya bauksit layak
penyusunnya yang terdiri dari bahan semen
tambang di wilayah ini, PT. Aneka Tambang
hidrolik (Portland Cement), agregat kasar,
Tbk di kota ini sudah banyak mengurangi
agregat halus, air dan bahan tambah. Beton
aktifitas sejak tahun 1990-an. Sehingga yang
dapat didefinisikan sebagai sekumpulan

1
Eva Lianasari /Potensi Batu Bauksit Sebagai Agregat Kasar Dalam Beton/ JTS, VoL. 11, No. 2, Mei 2012, hlm 1-x

interaksi mekanis dan kimiawi dari material berpotensi menghasilkan material geopolimer
pembentuknya. Beton yang dipakai secara luas yang memenuhi persyaratan untuk bangunan
sebagai bahan bangunan diperoleh dengan cara khususnya untuk bata dan mortar (Aziz, 2012).
mencampurkan semen Portland, air, dan
Tabel 1. Kelas cadangan bauksit
agregat. Campuran ini bilamana dituang dalam
Kelas cadangan Al2O3 SiO2
cetakan dan dibiarkan maka akan mengeras A  50% ≤ 6%
seperti batuan. Pengerasan disebabkan oleh B 48-50% 6-13%
reaksi kimia antara air dan semen, dan hal ini C ≤ 48%  13%
berjalan dalam waktu yang panjang. (esdm.go.id)
Agregat adalah butiran mineral alami yang
berfungsi sebagai bahan pengisi dalam Bauksit yang mempunyai kadar rendah bisa
campuran mortar atau beton (Tjokrodimulyo, dimanfaatkan untuk bahan semen alumina.
1992). Kandungan agregat dalam campuran Salah satu pabrik semen di Pulau Sumatera,
beton biasanya sangat tinggi, berdasarkan telah mengajukan permintaan ke PT. Aneka
pengalaman komposisi agregat tersebut berkisar Tambang Unit Bisnis Penambangan Bauksit di
70%-75% dari berat campuran beton. Walaupun Kijang sebanyak 6000 sampai 10.000 ton per
fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena tahun untuk bahan semen alumina. Sampai saat
komposisinya yang cukup besar, agregat ini pun ini permintaan tersebut belum dilaksanakan
menjadi penting (Mulyono, 2003). karena terlalu kecil, sekitar 6000 ton per tahun.
(esdm.go.id). Sehingga perlu di lakukan
Secara umum, agregat dapat dibedakan menurut alternatif lain untuk pemanfaat bauksit low
ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat grade dengan kadar Al2O3 ≤ 40% salah satunya
halus Agregat kasar adalah batuan yang ukuran dengan pembuatan beton dengan menggunakan
butirnya lebih besar dari 5,0 mm dan agregat agregat bauksit bukan hanya bermanfaat buat
halus adalah batuan yang lebih kecil dari 5,0 perusahaan semata tetapi lebih bisa bermanfaat
mm. Kerikil sebagai hasil disintegrasi dari bagi masyarakat di Pulau Bintan dan sekitarnya.
batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh
dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm. (PBI METODOLOGI PENELITIAN
1971 NI-2).
Penelitian ini menggunakan metoda
Batuan pada Pulau Bintan dan sekitarnya dapat eksperimen, yaitu penelitian dengan percobaan
dikelompokkan menjadi tiga kelompok sebagai langsung di laboratorium yang bertujuan untuk
berikut: 1) batuan pragranitik berupa formasi menyelidiki hubungan sebab akibat antara satu
batuan sedimen klastik berumur Trias yang sama lain dan membandingkan hasilnya. Beton
terdiri dari serpih dan kuarsit, 2) batuan granitik yang diuji merupakan beton dengan material
berumur Yura yang terdiri dari granit, agregat kasar berupa bauksit dibuat dengan
granodiorit, aplit granit, granit porfiri dan riolit. vasiasi faktor air semen 0.40, 0.45, 0.50. Hasil
Kelompok batuan ini mengintrusi batuan pengujian yang diperoleh berupa uji
pragranitik dan menyebabkan proses karakteristik batu bauksit, kuat tekan, dan
hidrothermal serta kontak pneumatolitik pada modulus elastisitas beton yang kemudian akan
batuan sekitarnya. Dari proses ini terbentuk dibandingkan dan diambil kesimpulan akhir.
batuan asal pembentuk endapan bauksit yaitu
batuan hornfels berwarna hitam, dan 3) batuan Rencana perbandingan bahan susun beton
sedimen batu pasir dan lempung berumur dengan agregat kasar batu bauksit berdasarkan
Tersier (esdm.go.id) SNI T-15-1990-03 sesuai dengan tabel 2
berikut ini.
Residu bauksit dan ampas bauksit (asal Tayan,
Kalbar) megandung alumina (Al2O3) dan atau Tabel 2. Bahan susun beton bauksit
silikat (SiO2). Residu bauksit mengandung 25% Bahan Berat/m3
Al2O3 dan 3% (SiO2) sedangkan ampas Semen 462,25 kg/m3
pencucian bauksit mengandung 32% Al2O3 dan Pasir 613,14 kg/m3
40% SiO2 Hasil karakterisasi secara Bauksit 919,71 kg/m3
keseluruhan menunjukkan bahwa secara teknis Air 184,90 kg/m3
residu bauksit dan ampas pencucian bauksit
Budio, Baktiar /Pengaruh Letak Beban Terhadap Gaya Prategang Tipe Segitiga / JTS, VoL. 11, No. 2, Mei 2012, hlm 1-x

Rumusan Masalah menentukan berat jenis beton sehingga secara


langsung menentukan banyaknya campuran
Apakah batu bauksit memenuhi persyaratan
agregat dalam campuran beton.
minimal digunakan sebagai agregat kasar dalam
beton? Tabel 3. Hasil pemeriksaan bauksit
Seberapa besar kuat tekan beton dengan yang Berat jenis dan
Variabel
dapat dihasilkan oleh beton dengan batu bauksit penyerapan
sebagai agregat kasar? Berat jenis curah (bulk
2,1532 kg/m3
specific gravity)
Seberapa besar nilai modulus elastis beton
dengan agregat kasar batu bauksit? Berat jenis curah kering
permukaan (bulk specific 2,2829 kg/m3
Tujuan Penelitian gravity SSD)
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut Berat jenis semu (apparent
ini. 2,4742 kg/m3
specific gravity)
Memaksimalkan pemanfaatan batu bauksit Penyerapan (absorption) 6,0240%
untuk pembuatan beton terutama bagi
masyarakat di Pulau Bintan dan sekitarnya. Pada tabel 3 terlihat pula bahwa nilai serapan
air dari bauksit cukup besar (6,024%), bila
Harapan agar batu bauksit dapat menjadi dibandingkan dengan krikil alam dengan rata-
alternatif lain selain batu granit yang biasa rata penyerapan air berkisar 2%. Hubungan
digunakan oleh masyarakat sekitar untuk antara berat jenis dan daya serap adalah
pembuatan beton semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka
Penggunaan batu bauksit yang lebih murah semakin kecil daya serap air agregat tersebut
menjadi popular dibandingkan menggunakan (Mulyono, 2003).
batu granit atau agregat kasar lainnya yang Setelah dilakukan pemeriksaan keausan
harus didatangkan dari daerah lain. terhadap agregat kasar (bauksit), maka
diperoleh hasil pengujian keausan sebesar 26,12
% < 50 % (bagian yang hancur setelah putaran
HASIL PENELITIAN ke-500 tidak lebih dari 50% berat), sehingga
Sifat Fisik Batu Bauksit memenuhi syarat PUBI 1982. Beratnya
merupakan ukuran dari kekuatan agregat yang
Hasil pemeriksaan gradasi agregat kasar bauksit dinyatakan dalam persen hancur, semakin
didapatkan nilai modulus halus butir (mhb) banyak bagian yang hancur semakin rendah
sebesar 7,345. Hasil ini memenuhi persyaratan kekuatan agregat tersebut (Mulyono, 2003).
karena berada dalam nilai antara 5 sampai 8.
Makin besar nilai mhb suatu agregat maka Pengaruh Bauksit Pada Beton Segar
semakin besar butiran agregatnya (Mulyono,
2003). Untuk mengurangi jumlah semen
(sehingga biaya pembuatan beton berkurang)
dibutuhkan ukuran butir-butir maksimum
agregat yang sebesar-besarnya. Pengurangan
jumlah semen ini juga berarti terjadi
pengurangan panas hidrasi. Akibatnya akan
mengurangi kemungkinan beton untuk retak
akibat susut atau perbedaan panas yang
besar(Tjokrodimuljo, 1992).
Pada umumnya agregat normal memiliki nilai
berat jenis antara 2,5 sampai 2,7, sedangkan
nilai berat jenis bauksit yang diperoleh sebesar
2,2829 kg/m3. Berat jenis digunakan untuk
menentukan volume yang diisi oleh agregat. Gambar 1. Slump beton normal dan bauksit
Berat jenis agregat pada akhirnya akan
Eva Lianasari /Potensi Batu Bauksit Sebagai Agregat Kasar Dalam Beton/ JTS, VoL. 11, No. 2, Mei 2012, hlm 1-x

Untuk mengetahui kelecakan (consistency)


adukan beton segar maka dilakukan pengujian
slump yang akan menunjukkan tingkat
kelecakan adukan yang berpengaruh terhadap
sifat mudah dikerjakan.
Tabel 4. Hasil pengujian slump beton segar
Slump Beton Slump Beton
Variasi
Bauksit (cm) Normal (cm)
fas 0,4 7,7 9
fas 0,45 13,5 13,8
fas 0,5 14.2 15

Dari tabel 4 dan gambar 1 terlihat bahwa nilai Gambar 2. Kuat Tekan Beton Batu Bauksit
slump yang diperoleh selama pengadukan telah
sesuai dengan nilai slump yang dituju yaitu
Terlihat pada tabel 5 dan gambar 2, semakin
antara 7,5 – 15 cm. Adukan beton dengan
besar nilai faktor air semen (fas) menurunkan
agregat bauksit akan menurunkan nilai
nilai kuat tekan beton. Kondisi ini terjadi
workability dari adukan beton yang terlihat dari
karena beton dengan fas rendah mempunyai
nilai slump dibandingkan dengan adukan beton
rongga yang lebih sedikit dibandingkan dengan
agregat kerikil, karena daya resapan agregat
beton yang memiliki fas tinggi, sehingga
bauksit lebih besar dibandingkan agregat
kepadatan beton juga lebih tinggi pada beton
kerikil. Namun secara keseluruhan nilai slump
dengan fas rendah. Tingkat kepadatan beton
beton dengan agregat kasar bauksit tidak
inilah yang menyebabkan tingginya kuat tekan
berselisih banyak disbanding beton normal,
beton.
sehingga sifat mudah dikerjakan dari adukan
beton juga tidak berpengaruh banyak. Dan Pada tabel 5 terlihat pula bahwa hasil kuat tekan
secara umum nilai slump masuk dalam menunjukkan bahwa beton dengan agregat
persyaratan PBI 1971 N.I.-2. kasar batu bauksit dapat dimanfaatkan sebagai
bahan pengganti kerikil alam dalam pembuatan
Berat Jenis Beton Bauksit
adukan beton karena kuat tekan yang dihasilkan
Berat jenis beton bauksit setelah diperiksa cukup tinggi hingga mencapai 30,24052 MPa
menunjukan hasil antara 2,20021 t/m3. sampai untuk beton dengan faktor air semen 0,4. Hasil
2,286487 t/m3. Hasil tersebut menunjukkan tersebut di atas persyaratan minimal kuat tekan
bahwa beton yang dihasilkan dengan beton struktural yaitu 17,5 MPa (SNI 03-2847-
menggunakan batu bauksit sebagai agregat 2002).
kasar pada beton mengakibatkan turunnya berat
Modulus Elastisitas Beton Bauksit
jenis beton dibawah berat jenis beton normal
yang berkisar 2,4 t/m3. Namun beton dengan Tolak ukur yang umum dari sifat elastis suatu
agregat kasar batu bauksit belum dapat bahan adalah modulus elastisitas, yang
dikategorikan sebagai beton ringan karena berat merupakan perbandingan dari tekanan yang
jenisnya masih di atas 2 t/m3. diberikan dengan perubahan bentuk persatuan
panjang, sebagai akibat dari tekanan yang
Kuat Tekan Beton Bauksit
diberikan itu (Murdock dan Brook, 1986).
Hasil pengujian kuat tekan beton dengan Berbeda dengan baja, modulus elastisitas beton
agregat kasar batu bauksit tercantum dalam berubah-ubah sesuai dengan kekuatan
tabel 5 berikut. betonnya. Modulus elastisitas juga tergantung
pada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan
Tabel 5. Nilai rata-rata hasil uji kuat tekan
semen, kecepatan pembebanan, jenis dan
beton dengan umur pengujian 28 hari
ukuran dari benda uji (Wang dan Salmon,
Fas Kuat tekan beton batu bauksit (MPa)
1986).
0,4 30,24052
0,45 28,05249 Modulus elastisitas merupakan sifat yang
0,5 24,99784 dimiliki oleh beton yang berhubungan dengan
mudah tidaknya beton mengalami deformasi
Budio, Baktiar /Pengaruh Letak Beban Terhadap Gaya Prategang Tipe Segitiga / JTS, VoL. 11, No. 2, Mei 2012, hlm 1-x

saat mendapat beban. Semakin besar nilai KESIMPULAN


modulus elastisitas maka semakin kecil
Setelah dilakukan penelitian dengan
regangan yang terjadi karena modulus
menggunakan agregat bauksit dan agregat
elastisitas berbanding terbalik dengan nilai
regangan. Nilai modulus elastisitas ini akan kerikil sebagai bahan penyusun beton, maka
ditentukan oleh kemiringan kurva pada grafik didapatkan hasil yang dapat disimpulkan
tegangan regangan, kurva ini dipengaruhi oleh sebagai berikut.
tegangan beton dan regangan beton. Semakin Kondisi fisik batu bauksit : berat jenis bauksit
tegak kurva dan memiliki garis linier yang yang diperoleh sebesar 2,2829 kg/m3 , berat
panjang, berarti beton tersebut memiliki kuat tersebut lebih rendah dari berat jenis agregat
desak yang besar pula. Dengan semakin normal yang berkisar antara 2,5 – 2,7 kg/m3,
bertambahnya beban maka makin berkurangnya nilai serapan air dari bauksit cukup besar
kekakuan material sehingga kurva tidak linier (6,024%), bila dibandingkan dengan krikil alam
lagi. Biasanya modulus sekan mempunyai nilai dengan rata-rata penyerapan air berkisar 2%,
25-50 % dari kuat tekan f’c yang diambil hasil pengujian keausan sebesar 26,12 % < 50
sebagai modulus elastisitas (Wang & % (bagian yang hancur setelah putaran ke-500
Salmon,1986). tidak lebih dari 50% berat), sehingga memenuhi
Tabel 6. Hasil Pengujian Modulus Elastisitas syarat PUBI 1982.

0,3
Modulus M.Elastisitas Nilai workability dari adukan beton dengan
Fas f’c Elastisitas teoritis agregat bauksit menurun, hal ini terlihat dari
f’c (MPa) (MPa) nilai slump dibandingkan dengan adukan beton
0,4 33,19 9,96 19759,52 27077 agregat kerikil, karena daya resapan agregat
0,45 28,76 8,63 18717,70 25205 bauksit lebih besar dibandingkan agregat
0,5 26,43 7,93 16319,56 24162 kerikil.

Modulus elastisitas beton berkaitan erat dengan Berat jenis beton bauksit menunjukan hasil
faktor air semen, kepadatan, dan kuat tekan antara 2,20021 t/m3. sampai 2,286487 t/m3,
beton. Nilai modulus elastisitas menurun dibawah berat jenis beton normal 2,2 – 2,5 t/m3,
seiring dengan meningkatnya nilai FAS. namun belum dapat dikatakan sebagai beton
Peningkatan nilai FAS menyebabkan ringan karena berat jenisnya lebih besar dari 2
peningkatan jumlah pori pada beton dan t/m3.
berkurangnya kepadatan beton sehingga berefek Kuat tekan yang dihasilkan cukup tinggi
pada menurunnya kuat tekan dan modulus mencapai 30,24052 MPa (fas 0,4) sehingga
elastisitas. Modulus elastisitas berubungan erat persyaratan minimal kuat tekan beton struktural
dengan kuat tekan beton, semakin rendah kuat yaitu 17,5 MPa.
tekan beton maka nilai modulus elastisitas
makin menurun. Nilai modulus elastisitas beton dengan agregat
kasar batu bauksit lebih rendah dari beton
Menurut pasal 10.5 SNI-03-2847 (2002) normal yang berkisar 20000 Mpa.
hubungan antara nilai modulus elastisitas beton
normal dengan kuat tekan beton adalah Ec =
4700√f’c. DAFTAR PUSTAKA
Nilai modulus elastisitas beton dengan agregat Anonim, 1971, PBI 1971-NI-2, Peraturan Beton
kasar batu bauksit lebih rendah dari beton Indonesia, Direktorat Penyelesaian
normal yang berkisar 20000 MPa (tabel 6). Masalah Bangunan.
Nilai modulus elastisitas beton dengan agregat Anonim, 1982, PUBI-1982, Persyaratan Umum
kasar batu bauksit lebih rendah dari nilai Bahan Bangunan di Indonesia, Direktorat
modulus elastisitas teoritis untuk beton normal, Penyelidikan Masalah Bangunan
rumus modulus elastisitas teoritis beton normal Anonim, 2002, SNI 03 - 2847 – 2002, Tata
tidak berlaku untuk beton dengan agregat kasar Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
batu bauksit. Bangunan Gedung (Beta Version), Badan
Standarisasi Nasional.
Eva Lianasari /Potensi Batu Bauksit Sebagai Agregat Kasar Dalam Beton/ JTS, VoL. 11, No. 2, Mei 2012, hlm 1-x

Anonim, 1990, SNI T-15-1990-03, Tata Cara


Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal, Badan Standarisasi Nasional.
Aziz, 2012, Karakterisasi Mineral Ampas serta
Evaluasinya untuk Pembuatan Mineral
Geopolimer Bangunan, Jurnal Teknologi
Pengelolaan Limbah, Vol.15 no 1, Pusat
Teknologi Limbah Radioaktif.
esdm.go.id, http://psdg.bgl.esdm.go.id/
kolokium%202003/konservasi/Proc%20KI
JANG-Harto%20 Lahar.pdf
esdm.go.id, http://kepri.antaranews.com/berita/
16856/karang-taruna-manfaatkan-limbah-
bauksit-untuk-batako
Mulyono, Tri, 2003, Teknologi Beton, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Murdock, L.J., Brook, K. M., dan Hindarko, S.,
1986, Bahan Dan Praktek Beton, Edisi
keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Tjokrodimuljo. K, 1992, Teknologi Beton,
Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Wang, C. K., Salmon, C. G., dan Binsar, H.,
1986, Disain Beton Bertulang, Edisi
keempat, penerbit Erlangga, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai