Anda di halaman 1dari 10

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN

VARIASI TERAK NIKEL SEBAGAI AGREGAT KASAR

M.W. Tjaronge(1), A.R. Djamaluddin(2), D.E. Wati(3).

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin


Jl. Poros Malino 92171 Kel. Bontomarannu, Kab. Gowa Telp (0411) 587636
ABSTRAK: Di banyak Negara terdapat kelangkaan agregat alam yang cocok untuk kosntruksi sementara
terjadi peningkatan konsumsi agregat karena permintaan industri konstruksi semakin meningkat. Salah satu
alternatif material yang bisa digunakan untuk pengganti pada material perbaikan/ pemeliharaan yakni
pemanfaatan terak nikel. Terak nikel tidak hanya berfungsi sebagai agregat saja, namun dengan tingginya
kandungan siika pada terak nikel diharapkan proses hidrasi antara pasta semen dan agregat akan membentuk
interface yang lebih sempurna, sehingga kehancuran beton tidak terjadi pada interface. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kuat tekan dan modulus elastisitas beton yang menggunakan variasi terak nikel sebagai
pengganti agregat kasar. Variasi kandungan terak nikel yang digunakan yaitu 0%, 15%, 30%, 50%, 70% dan
100%. Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai kuat tekan mengacu pada SNI
1974:2011 dan untuk mengetahui nilai modulus elastisitas mengacu pada ASTM C 469-02. Hasil penelitian
diperoleh nilai kuat tekan optimum pada kandungan terak nikel 30%. Nilai kuat tekan mengalami peningkatan
pada variasi 15% dan 30%, namun mengalami penurunan pada variasi 50%, 70% dan 100%. Nilai modulus
elastisitas rata-rata beton yang diperoleh mengalami peningkatan diawal dan terjadi penurunan diakhir.

Kata Kunci : Terak Nikel, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas

(1) Pembimbing, tjaronge@yahoo.co.jp,


(2) Pembimbing, jamaluddinabdulracman@yahoo.com
(3) Mahasiswa, dian.ekawati52@gmail.com

I. PENDAHULUAN product industri pengolahan bahan logam


Beton merupakan material konstruksi yakni terak (slag) nikel (Mustika, 2015).
bangunan yang sering digunakan karena Terak nikel adalah salah satu jenis
mempunyai kelebihan dalam mendukung sisa dari proses industri yaitu akibat proses
tegangan tekan, mudah pada waktu peleburan bijih nikel setelah melalui proses
pelaksanaan konstruksi, perawatan yang pembakaran dan penyaringan. Satu lokasi
murah, dan dapat memanfaatkan bahan- pertambangan di Soroako, Sulawesi
bahan lokal. Dalam buku Paul. N, Antoni Selatan, Indonesia (PT. VALE)
(2007) Secara volumentris beton diisi oleh memproduksi 3000 ton terak nikel dalam
agregat sebanyak 61-76%. Jadi agregat proses penyulingan nikel dalam bentuk
mempunyai peranan penting sebagai padat setiap minggu dan menghasilkan
material pengisi beton. lebih dari 2,5 juta ton terak nikel setiap
Di banyak negara terdapat kelangkaan tahunnya.
agregat alam yang cocok untuk konstruksi Dalam penelitian ini, limbah terak
sementara di negara lain terjadi peningkatan (slag) nikel digunakan sebagai pengganti
konsumsi agregat karena permintaan agregat kasar dengan variasi kandungan
industri konstruksi semakin besar (Mahmood terak (slag) nikel yakni 15%, 30%, 50%,
dan Hashmi, 2014). 70%, 100% dan benda uji dalam kondisi
Oleh karena itu perlu dipikirkan normal atau tanpa terak nikel yang ditinjau
bagaimana cara mengembangkan alternatif dari kuat tekan. Kuat tekan merupakan
pengganti material yang dapat digunakan parameter utama mutu beton. Berdasarkan
sebagai salah satu material dalam hal tersebut, maka dilakukan penelitian
pembuatan beton. Salah satu alternatif mengenai variasi penggunaan terak (slag)
material yang bisa digunakan untuk nikel sebagai pengganti agregat kasar
pengganti pada material perbaikan / terhadap kuat tekan beton pada beton
pemeliharaan yakni pemanfaatan by
normal. Sehingga nantinya dapat dilihat struktur baja lenih unggul, misalnya
penggunaan terak (slag) nikel dapat tinggal melepas sambungannya saja.
diaplikasikan pada beton normal.
2.2. Agregat
II. TINJAUAN PUSTAKA Agregat (menurut SNI 2847-2013)
2.1. Teori Beton adalah bahan berbutir, seperti pasir, kerikil,
Berdasarkan pasal 3.1 SNI 03-2834- batu pecah, dan slag tanur (blast-furnace
2000, beton adalah campuran antara semen slag), yang digunakan dengan media
Portland atau semen hidraulik yang lain, perekat untuk menghasilkan beton atau
agregat halus, agregat kasar dan air tanpa mortar semen hidrolis.
bahan tambahan membentuk massa padat. Agregat menempati 70-75% dari total
Beton adalah material komposit yang volume beton maka kualitas agregat sangat
rumit. Beton dapat dibuat dengan mudah berpengaruh terhadap kualitas beton.
bahkan oleh mereka yang tidak punya Dengan agregat yang baik, beton dapat
pemahaman sama sekali tentang teknologi dikerjakan (workable), kuat, tahan lama
beton, tetapi pemahaman yang salah dari (durable) dan ekonomis (Nugraha & Antoni,
kesederhanaan ini sering menghasilkan 2007:43).
persoalan pada produk, antara lain reputasi Agregat diklasifikasikan menjadi dua
jelek dari beton sebagai materi bangunan kelompok, dasar pemisahan yang
(Nugraha & Antoni, 2007:1). digunakan adalah saringan 1/4-in atau No.4.
Dari pemakaiannya yang begitu luas Semua partikel yang melewati saringan
maka dapat diduga sejak dini bahwa tersebut disebut agregat halus; mereka yang
struktur beton mempunyai banyak tertahan pada saringan diklasifikasikan
keunggulan dibanding materi struktur yang sebagai agregat kasar (Lalonde & Janes,
lain. Secara lebih rinci sifatnya demikian 1961:1-11).
(Nugraha & Antoni, 2007:4). Agregat kasar adalah kerikil sebagai
Keunggulan beton: hasil dari disintegrasi alami batuan atau
a. Ketersediaan (availability) material berupa batu pecah yang dihasilkan oleh
dasar. industri pemecah batu dan mempunyai
b. Kemudahan untuk digunakan ukuran butir antara 5 mm sampai 40 mm.
(versatility. (SNI 03-3976-1995).
c. Kemampuan beradaptasi (adaptability). Adapun jenis agregat kasar adalah
d. Kebutuhan pemeliharaan yang (Nawy,1998:14) :
minimal. Batu pecah alami: Bahan ini didapat
Kelemahan beton: cadas atau batu pecah alami yang digali.
a. Berat sendiri beton yang besar, sekitar Batu pecah ini dapat berasal dari gunung
2400 kg/m3. api, jenis sedimen, atau jenis metamorf.
b. Kekuatan tariknya rendah, meskipun Meskipun dapat menghasilkan kekuatan
kekuatan tekannya besar. yang tinggi terhadap beton, batu pecah
c. Beton cenderung untuk retak, karena kurang memberikan kemudahan
semennya hidraulis. Baja tulangan bisa pengerjaan dan pengecoran di
berarat, meskipun tidak terekspose bandingkan dengan agregat kasar
separah struktur baja. lainnya.
d. Kualitasnya sangat tergantung cara Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses
pelaksanaan di lapangan. Beton yang alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun
baik maupun yang buruk dapat dasar sungai oleh air sungai yang
terbentuk dari rumus dan campuran mengalir. Kerikil memberikan kekuatan
yang sama. yang lebih rendah dari pada batu pecah,
e. Struktr beton sulit dipindahkan. tetapi memberikan kemudahan
Pemakaian kembali atau daur ulang pengerjaan yang lebih tinggi.
sulit dan tidak ekonomis. Dalam hal ini Agregat kasar buatan: Terutama berupa
slag atau shale yang biasa digunakan menambah kekuatan tekan dan lentur.
untuk beton berbobot ringan. Biasanya Tergradasi dengan baik, akan
merupakan hasil dari proses lain seperti mempunyai persentase ruang kosong
dari blast-furnance dan lain-lain. yang minimal dan luas permukaan
Agregat untuk pelindung nuklir dan minimal. Masalah pada beton sering
berbobot berat: Dengan adanya tuntutan diakibatkan agregat halus yang
yang spesifik pada zaman atom sekarang terkontaminasi dan kurva gradasi
ini, juga untuk pelindung dari radiasi yang mempunyai puncak. Puncak
nuklir sebagai akibat dari semakin ataupun lembah merupakan indikasi
banyaknya pembangkit atom dan stasiun pasir yang mengalami pendarahan
tenaga nuklir, maka perlu ada beton yang (bleeding sand).
dapat melindungi dari sinar x, sinar Kegunaan agregat halus (Nugraha &
gamma, dan neutron. Pada beton Antoni, 2007:60):
demikian syarat ekonomis maupun Mengisi ruang antar butir agregat
syarat kemudahan pengerjaan tidak kasar.
begitu menentukan. Agregat kasar yang Memberikan kelecakan, berfungsi
diklasifikasikan di sini misalnya baja sebagai ball bearing. Kelecakan
pecah, barit, magnatit dan limonit. berarti menambah mobilitas sehingga
Menurut SNI 03 - 3976 - 1995, mengurangi fisik antar butir agregat
Agregat halus adalah pasir alam sebagai kasar.
hasil desintegrasi secara alami dari batu
atau pasir yang dihasilkan oleh industri 2.3. Terak Nikel
pemecah batu dan mempunyai ukuran Terak nikel dihasilkan dengan
butiran terbesar 5,0 mm. langkah-langkah berikut. Pertama,
Kualitas agregat halus haruslah potongan terak nikel dibersihkan dengan
(Nugraha & Antoni, 2007:60): menggunakan aquadest, kemudian
Sound secara fisik, yaitu tahan dikeringkan pada suhu kamar. Kedua, terak
terhadap pengaruh beku-cair. nikel dipalu secara manual untuk
Berbentuk baik, bentuk kubikal atau mendapatkan kerikil slag nikel. Komposisi
bulat lebih baik daripada yang sangat kimia terak nikel dengan Energy Dispersion
bulat atau pipih. Pemakaian pasir Spectroscopy (EDS) ditunjukkan pada
hasil pnggilingan umumnya Tabel 1 (Sujiono, dkk., 2015).

Tabel 1. Komposisi Kimia Terak Nikel


Oxide SO3 MgO CaO Cr2O3 FeO SiO2 Al2O3
Terak Nikel 0.29 23.60 0.86 2.27 29.75 38.85 4.38
Sumber: Sujiono, dkk., 2015

2.4. Kuat Tekan Beton Dalam penelitian ini, kuat tekan beton
Berdasarkan SNI 1974:2011, kuat diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc
tekan beton dihitung dengan membagi dengan satuan kg/cm2 atau MPa (mega
beban tekan maksimum yang diterima pascal).
benda uji selama pengujian dengan luar
penampang melintang. 2.5 Modulus Elastisitas
(1) Rumus Modulus Elastisitas secara
eksperimental menurut SNI 03-4169-1996
Dimana:
dapat dihitung dengan rumus:
fc = Kuat tekan beton (kg/cm2)
P = Beban maksimum (kg) (2)
A = Luas penampang yang menerima Dimana:
beban (cm2) Ec = Modulus Elastisitas Beton(MPa)
S1 = Tegangan pada regangan Kabupaten Gowa dan terak nikel dari
S1 = 0.000050 (MPa) PT. Vale di Sorowako, Kabupaten Luwu
S2 = 40 % tegangan max (MPa) Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
2 = Regangan longitudinal pada saat Sebelum pembuatan benda uji
tegangan S2 beton, dilakukan pengujian terhadap
karakteristik agregat halus dan kasar.
III. METODOLOGI PENELITIAN Pemeriksaan karakteristik agregat yang
3.1. Digram Alir Penelitian dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan
Secara garis besar, tahapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
penelitian yang dilaksanakan di meliputi:
laboratorium dapat dilihat pada Gambar 1
berikut ini: Tabel 2. Pemeriksaan Agregat Halus
No. Jenis Pemeriksaan Standar Yang
Mulai
Digunakan

1. Pemeriksaan SNI 03-1968-1990


Studi Pendahuluan: Analisa Saringan
- Latar Belakang
- Maksud dan Tujuan Pemeriksaan Berat
- Batasan Masalah 2. Jenis dan SNI-1970-2008
Penyerapan
Kajian Pustaka:
3. Pemeriksaan Berat SNI 03-1973-1990
- Teori
Dasar
Volume
4. Pemeriksaan Kadar SNI 03-1971-1990
Persiapan:
- Material
Air
- Alat
5. Pemeriksaan Kadar SNI 03-4142-1996
Lumpur
Pemeriksaan Karakteristik Material:
6. Pemeriksaan Kadar SNI 03-2816-1992
-
-
Agregat Halus (Pasir)
Agregat Kasar
Organik
1. Batu Pecah
2. Slag (Terak Nikel)

Tabel 3. Pemeriksaan Agregat Kasar


Rancang Campuran Beton (Mix Design Concrete)

No. Jenis Pemeriksaan Standar Yang


Tidak
Beton Variasi Kandungan Terak Nikel Digunakan

1. Pemeriksaan Analisa SNI 03-1968-1990


Slump Test Saringan
Memenuhi Syarat
2. Pemeriksaan Berat SNI-1969-2008
Ya Jenis dan Penyerapan
Pembuatan Benda Uji : 3. Pemeriksaan Berat SNI 03-1973-1990
- Silinder diameter 10 cm dan tinggi 20 cm dengan variasi kandungan Volume
terak nikel 0%, 15%, 30%, 50%, 70% dan 100% masing - masing 3 buah.
4. Pemeriksaan Kadar SNI 03-1971-1990
Perawatan (Curing Air) 28 hari
Air
5. Pemeriksaan Kadar SNI 03-4142-1996
Lumpur
Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Umur 28 Hari
(SNI 1974-2011)

Hasil Pengujian dan Pembahasan 3.3. Pembuatan Benda Uji


Kesimpulan dan Saran
Penentuan komposisi mix design
dengan metode trial mix mengacu pada SNI
Selesa
i
03 - 2834 - 2000. Penelitian ini dirancang
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian di untuk pembuatan beton dengan
Laboratorium menggunakan variasi kandungan terak nikel
sebagai pengganti agregat kasar meliputi
3.2. Pengujian Karakteristik Agregat 0%, 15%, 30%, 50%, 70% dan 100%.
Material yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari berbagai sumber 3.4. Pengujian Beton
yaitu: Pengujian kuat tekan bertujuan untuk
a. Agregat halus (pasir sungai) berasal dari mengetahui kekuatan beton (compressive
daerah Bili-Bili, Kabupaten Gowa. strength). Pengujian kuat tekan dilakukan
b. Agregat kasar yang digunakan adalah pada saat beton berumur 28 hari curing air.
batu pecah (split) dari daerah Bili-Bili,
Gambar 2. Pengujian Kuat Tekan Beton

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Universitas Hasanuddin. Pengujian


4.1. Karakteristik Material dilakukan berdasarkan Standar Nasional
Pengujian karakteristik material Indonesia (SNI) dan data hasil pengujian
dilakukan di Laboratorium Riset Eco diperlihatkan pada Tabel 4, Tabel 5 dan
Material Jurusan Sipil Fakultas Teknik Tabel 6.

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Halus (Pasir Sungai)


No. Hasil
Karakteristik Agregat Spesifikasi Keterangan
Pemeriksaan
1 Kadar Air 2% - 5% 2.45% Memenuhi
2 Kadar Lumpur max 5% 3.00% Memenuhi
3 Berat Jenis
Curah
1.5 - 3.3 2.52 Memenuhi
(Jenuh Kering Permukaan)
Curah Kering 1.5 - 3.3 2.47 Memenuhi
Semu 1.5 - 3.3 2.59 Memenuhi
4 Penyerapan Air max 2% 1.83% Memenuhi
5 Berat Volume
Lepas 1.4 - 1.9 kg/l 1.43 kg/l Memenuhi
Padat 1.4 - 1.9 kg/l 1.74 kg/l Memenuhi
6 Kadar Organik < No.3 N0.1 Memenuhi
Tidak
7 Modulus Kehalusan 2.3 - 3.1 2.61
Memenuhi

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar (Batu Pecah)


Hasil
No. Karakteristik Agregat Spesifikasi Keterangan
Pemeriksaan
1 Kadar Air 0.5% - 2% 1.67% Memenuhi
2 Kadar Lumpur max 1% 0.50 % Memenuhi
3 Berat Jenis
Curah 1.5 - 3.3 2.70 Memenuhi
(Jenuh Kering Permukaan)
Curah Kering 1.5 - 3.3 2.63 Memenuhi
Semu 1.5 - 3.3 2.82 Memenuhi
4 Penyerapan Air max 4% 2.56% Memenuhi
5 Berat Volume
Lepas 1.6 - 1.9 kg/l 1.80 kg/l Memenuhi
Padat 1.6 - 1.9 kg/l 1.90 kg/l Memenuhi
Tidak
6 Modulus Kekasaran 6.0 - 7.1 8.1
Memenuhi
Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Kasar (Terak Nikel)
Hasil
No. Karakteristik Agregat Spesifikasi Keterangan
Pemeriksaan
1 Kadar Air 0.5% - 2% 0.17 Memenuhi
Berat Jenis
1.5 - 3.3 3.25
2 Curah Memenuhi
(Jenuh Kering Permukaan)
1.5 - 3.3 3.24
Curah Memenuhi
1.5 - 3.3 3.28
Semu Memenuhi
3 Penyerapan Air max 4% 0.36% Memenuhi
Tidak
4 Modulus Kekasaran 6.0 - 7.1 7.83
Memenuhi

4.2. Rancang Campuran Beton (Mix


Design Concrete) Tabel 8. Hubungan Kandungan Terak
Komposisi rancang campuran beton Nikel dan Nilai Slump
dapat dilihat pada Tabel 7. Rancangan Kandungan Slump (cm)
Terak Nikel
campuran beton dilakukan dengan metode 0% 6.5
trial dan error dengan variasi kandungan 15% 7
30% 8
terak nikel yakni 0%, 15%, 30%, 50%, 50% 6.5
70%, dan 100% dari jumlah berat total 70% 6
100% 3.5
agregat kasar.
Beton didesain dengan nilai faktor air
semen (FAS) 0,4 dengan nilai slump Nilai slump yang diperoleh untuk 0%,
rencana sebesar 62.5 cm. 15%, 30%, 50%, 70% dan 100% terak nikel
berurut-turut adalah 6,5 cm, 7,0 cm, 8,0 cm,
Tabel 7. Komposisi Rancangan 6,5 cm, 6 cm, dan 3,5 cm. Seluruh variasi
Campuran Beton 1 m3 telah memenuhi nilai slump rencana sebesar
Persentase Terak Nikel
6 2.5 cm.
Berat
Material 0% 15% 30%
Jenis
kg liter kg liter kg liter
Air 205 205 205 205 205 205 1.00
4.4. Pemeriksaan Berat Jenis Beton
Semen 513 170 513 170 513 170 3.02 Tabel 9 menunjukkan hubungan
Udara (4%) - 5 - 5 - 5 -
Pasir Sungai 639 254 639 254 639 254 2.52
kandungan terak nikel dan berat jenis beton,
Batu Pecah 990 367 842 312 693 257 2.70 dimana nilai berat isi beton berbanding
Terak Nikel 0 0 179 55 357 110 3.25
Jumlah 2347 1000 2377 1000 2407 1000
lurus dengan kandungan terak nikel.
3 3
Berat Volume 2347 kg/m 2377 kg/m 2407 kg/m3
Persentase Terak Nikel
Material 50% 70% 100%
Berat Tabel 9. Hubungan Kandungan Terak
Jenis
kg liter kg liter kg liter Nikel dan Berat Jenis Beton
Air 205 205 205 205 205 205 1.00
Kandungan Timbang Langsung Berat
Semen 513 170 513 170 513 170 3.02
Terak Nikel dalam Mould Beton
Udara (4%) - 5 - 5 - 5 - Teori
Pasir Sungai 639 254 639 254 639 254 2.52 0% 2253.634 2347
Batu Pecah 495 183 297 110 0 0 2.70 15% 2349.127 2337
Terak Nikel 596 183 834 257 1191 366 3.25 30% 2404.301 2407
Jumlah 2447 1000 2487 1000 2548 1000 50% 2455.230 2447
Berat Volume 2447 kg/m3 2487 kg/m3 2548 kg/m3 70% 2490.244 2487
100% 2543.296 2548
4.3. Pemeriksaan Slump Test
Hasil slump menunjukkan bahwa
beton segar mudah dikerjakan, tidak terjadi Nilai rata-rata berat jenis untuk variasi
pemisahan bahan penyusun beton kandungan terak nikel 0%, 15%, 30%, 50%,
(segregasi) dan bleeding. Hubungan antara 70% dan 100% berturut-turut adalah
kandungan terak nikel dan nilai slump 2253,63 kg/m, 2349,13 kg/m, 2404,30
dapat dilihat pada Tabel 8. kg/m, 2455,23 kg/m, 2490,24 kg/m dan
2543,30 kg/m. Berat isi beton pada variasi Menurut penelitian sebelumnya oleh
persentase terak nikel 15%, 30%, 50%, Sugiri (2005), yang meneliti tentang
70% dan 100% mengalami peningkatan penggunaan terak nikel sebagai agregat dan
berturut-turut sebesar 4,07%, 6,27%, campuran semen untuk beton mutu tinggi
8,21%, 9,50% dan 11,39% dari berat isi menyimpulkan agregat terak nikel
beton normal (0% terak nikel). Hal ini memperbaiki interface dengan matriks
disebabkan karena nilai berat jenis terak pastanya, sehingga menaikkan kekuatan
nikel lebih besar dari nilai berat jenis batu beton. Ini membuktikan bahwa perbaikan
pecah. agregat secara kimiawi akan membantu
Berdasarkan berat satuan pada SNI menaikkan kekuatan beton.
03-2834-2000, nilai rata-rata berat isi untuk Peningkatan kuat tekan disebabkan
semua variasi telah memenuhi syarat berat oleh reaksi pozzolanic antara SiO2 dari
beton normal yaitu 2200 kg/m - 2500 terak nikel dan Ca(OH)2 dari hidrasi semen.
kg/m dan tidak jauh berbeda dari berat Reaksi pozzolanic ini menghasilkan lebih
beton teori yang telah direncanakan yaitu banyak gel C-S-H sebagai tambahan
2347 kg/m - 2548 kg/m. terhadap apa yang telah dihasilkan dari
hidrasi pasta semen (Tanijaya dan Hardjito,
4.5. Kuat Tekan Beton 2007). Penggunaan terak nikel sebagai
Tabel 10 menunjukkan hasil agregat kasar dalam campuran beton
pengujian kuat tekan beton pada umur 28 menyebabkan terjadinya peningkatan sifat
hari dengan perendaman air tawar. Nilai mekanis beton jika dibandingkan dengan
rata-rata kuat tekan dari 3 benda uji untuk beton yang menggunakan agregat alami.
kandungan terak nikel 0% sebesar 25,821 Sesuai dengan penelitian ini, nilai kuat
MPa dan untuk kandungan terak nikel 15%, tekan benda uji pada penggunaan terak
30%, 50%, 70% dan 100% sebesar 27,78 nikel sebagai agregat kasar lebih besar
MPa, 31,14 MPa, 27,65 MPa, 27,62 MPa dibandingkan dengan nilai kuat tekan pada
dan 26,61 MPa. beton normal (0% terak nikel).

Tabel 10. Hubungan Kandungan Terak 4.6. Analisis Modulus Elastisitas


Nikel dan Kuat Tekan Pengujian modulus eastisitas beton
Kandungan Kuat Tekan
dilakukan pada silinder berukuran diameter
Terak Nikel 10 cm dan tinggi 20 cm.
0% 25.821 Nilai regangan kecenderungan besar
15% 27.786
30% 31.143 pada kandungan terak nikel 50% dan 100%,
50% 27.647 kondisi ini menunjukkan dengan
70% 27.618 bertambahnya kandungan terak nikel
100% 26.612
deformasi beton cenderung semakin tinggi.
Menurut A.M. Neville (1995),
Kuat tekan optimum diperoleh pada hubungan tegangan-regangan pada uji tekan
kandungan terak nikel 30%. Kuat tekan untuk beton silinder pada tegangan beton
pada kandungan terak nikel 15%, 30%, 20 MPa sampai 40 Mpa regangannya
50%, 70% dan 100% mengalami sekitar 200010-6 sampai 400010-6. Hal ini
peningkatan berturut-turut sebesar 7,07%, menunjukkan bahwa hubungan tegangan-
17,09%, 6,60%, 6,51% dan 2,97% dari regangan pada penelitian ini telah
benda uji beton normal (0% terak nikel). memenuhi nilai regangan yang disyaratkan
Namun benda uji pada variasi kandungan untuk beton silinder pada uji kuat tekan
slag 50%, 70% dan 100% mengalami beton.
penurunan berturut-turut sebesar 11,22%, Tabel 11 memperlihatkan nilai
11,32% dan 14,55% dari benda uji 30% modulus elastisitas beton kandungan terak
terak nikel. nikel 0%, 15%, 30%, 50%, 70% dan 100%
untuk masing-masing benda uji pada umur kandungan terak nikel nilai modulus
28 hari, dimana dengan meningkatnya Elastisitas cenderung semakin rendah.

Tabel 11. Perhitungan Modulus Elastisitas Rata-rata Beton


Variasi Kandungan Terak
S1 Ec Ec rata-rata
Nikel S2 (MPa) 2
(MPa) (MPa) (MPa)
(%)

0.85 10.42 639.68 16230.40


0 1.01 10.39 582.05 17634.00 17607.43
2.42 10.17 458.84 18957.89
1.25 11.45 424.00 27271.69
15 1.17 9.94 393.78 25508.69 24846.47
0.89 11.96 558.80 21759.03
2.19 12.52 550.32 20652.28
30 1.48 10.84 508.63 20398.77 21686.98
2.02 14.01 549.43 24009.90
0.54 11.30 749.52 15383.37
50 0.67 10.12 408.05 26390.44 18689.80
0.75 11.76 819.94 14295.58
1.41 11.27 517.15 21109.17
70 2.87 10.97 456.57 19926.57 19697.09
1.00 10.90 598.43 18055.54
1.50 10.75 506.27 20284.71
100 1.76 10.94 571.28 17614.88 19081.15
2.11 10.24 470.44 19343.86

Tabel 12 di bawah ini secara teoritis. Modulus elsatisitas secara


memperlihatkan perbandingan nilai teoritis dihitung berdasarkan nilai kuat
modulus elastisitas beton secara tekan dan berat jenis beton. Namun nilai
eksperimental berdasarkan ASTM C 469 modulus elastisitas secara teoritis yang
02 dan perhitungan ditinjau berdasarkan nilai kuat tekan lebih
kecil dibandingkan nilai modulus elastisitas
modulus elastisitas beton secara teoritis yang ditinjau berdasarkan nilai berat jenis
berdasarkan SNI 2847:2013 beton. Adanya perbedaan nilai modulus
dan . elastisitas secara teoritis dan eksperimental
Nilai modulus elastisitas secara dipengaruhi oleh penyebaran material pada
eksperimental cenderung lebih kecil pengujian di lapangan.
dibandingkan nilai modulus elastisitas

Tabel 12. Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas


Variasi Modulus Elastisitas (MPa)
Kandungan
Terak Nikel
(%)

0 17607.43 23882.89 23376.67


15 24846.47 24774.99 25807.37
Tabel 12. (Sambungan)
Variasi Modulus Elastisitas (MPa)
Kandungan
Terak Nikel
(%)
15 24846.47 24774.99 25807.37
30 21686.98 26228.61 28289.74
50 18689.80 24712.85 27506.27
70 19697.09 24699.95 28082.10
100 19081.15 24245.60 28451.09

V. KESIMPULAN DAN SARAN kandungan terak nikel 30%. Sehingga


5.1. Kesimpulan disarankan agar dilakukan penelitian
1. Berdasarkan hasil yang didapatkan lebih lanjut dengan interval kandungan
setelah pengujian karasteristik, dapat terak nikel yang lebih banyak agar data
disimpulkan bahwa slag nikel dapat yang didapat lebih akurat.
dijadikan sebagai pengganti agregat 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
kasar dalam pembuatan beton. terak nikel sebagai pengganti agregat
2. Dari pengujian kuat tekan maka kasar ditinjau dari kuat tekan beton
diperoleh sifat mekanik beton sebagai untuk berbagai mutu.
berikut: 3. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut
a. Kuat tekan optimum diperoleh mengenai kuat tekan beton terhadap
pada kandungan terak nikel 30%. fungsi penambahan terak nikel
Nilai kuat tekan mengalami berkaitan dengan umur beton.
peningkatan pada variasi 15% dan
30%, namun mengalami VI. UCAPAN TERIMA KASIH
penurunan pada variasi 50%, 70% Penelitian ini adalah bagian dari
dan 100%. Akan tetapi, nilai kuat penelitian tentang penggunaan terak nikel
tekan beton dengan penggunaan sebagai pengganti agregat kasar yang sedang
terak nikel lebih besar dilakukan oleh Bapak Ridwan Banda selaku
dibandingkan dengan kuat tekan mahasiswa program doktor yang sangat
beton normal (0% terak nikel). Ini membantu dalam penelitian ini. Sebagian
menunjukkan bahwa terak nikel besar penelitian ini dilakukan di
sebagai pengganti agregat kasar laboratorium Eco Material, Struktur dan
dapat dijadikan sebagai material Bahan, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik
penyusun beton. Universitas Hasanuddin.
b. Nilai modulus elastisitas rata
rata beton yang diperoleh DAFTAR PUSTAKA
mengalami peningkatan di awal 1. Anonim. 1990. Metode Pengujian
dan terjadi penurunan di akhir. Analisa Saringan Agregat Halus dan
Kasar (SNI 03-1968-1990).
5.2. Kesimpulan Departemen Pekerjaan Umum.
Berdasarkan hasil penelitian yang 2. Anonim. 1990. Metode Pengujian
telah dilakukan maka sebagai bahan
Kadar Air Agregat (SNI 03-1971-1990).
pertimbangan, diajukan beberapa saran
sebagai berikut: Departemen Pekerjaan Umum.
1. Penelitian ini menyimpulkan hasil 3. Anonim. 1990. Metode Pengujian Berat
yang belum jelas pada kuat tekan Isi Beton (SNI 03-1973-1990).
optimum yang diperoleh yakni pada Departemen Pekerjaan Umum.
4. Anonim. 1992. Metode Uji Bahan 14. Lalonde, William S., Jr., & Janes, Milo
Organik dalam Agregat Agregat Halus F. (Eds.). (1961). CONCRETE
untuk Beton (SNI 03-1973-1992). ENGINEERING HANDBOOK. United
Departemen Pekerjaan Umum. States of America: McGraw-Hill Book
5. Anonim. 1995. Tata Cara Pengadukan Company.
Pengecoran Beton (SNI 03-3976-1995). 15. Mustika, W. (2015). Penggunaan Terak
Departemen Pekerjaan Umum. Nikel sebaga Agregat dalam Campuran
6. Anonim. 1996. Metode Pengujian Beton. Tesis Program Pascasarjana,
Jumlah Bahan dalam Agregat yang Universitas Udayana, Denpasar.
Lolos Saringan 200 (SNI 03-4142- 16. Nawy, Edward G. (1998). Reinforced
1996). Departemen Pekerjaan Umum. Concrete: A Fundamental Approach
7. Anonim. 2000. Tata Cara Pembuatan (Bambang Suryatmojo, Trans.).
Rencana Campuran Beton Normal (SK Bandung: Refika Aditama. (Karya asli
SNI 03-2834-2000). Departemen diterbitkan 1985)
Pekerjaan Umum. 17. Neville, A. M. (2000). Properties of
8. Anonim. 2004. Semen Portland Concrete (4th ed.). Malaysia: Prentice
Komposit (SNI 15-7064-2004). Hall.
Departemen Pekerjaan Umum. 18. Nugraha, Paul., & Antoni. (2007).
9. Anonim. 2008. Cara Uji Berat Jenis Teknologi Beton. Yogyakarta: ANDI.
dan Penyerapan Air Agregat Kasar 19. Sugiri, S. (2005). Penggunaan Terak
(SNI 1969-2008). Departemen Nikel sebaga Agregat Kasar dan
Pekerjaan Umum. Campuran Semen untuk Beton Mutu
10. Anonim. 2008. Cara Uji Berat Jenis Tinggi. Jurnal Infrastruktur dan
dan Penyerapan Air Agregat Halus Lingkungan Binaan, Vol. I No. 1, Juni
(SNI 1970-2008). Departemen 2005.
Pekerjaan Umum. 20. Sujiono, E.H., Setawan, A., Husain H.,
11. Anonim. 2011. Cara Uji Kuat Tekan Irhamsyah A., Samnur, S., & Subaer.
Beton dengan Benda Uji Silinder (SNI (2015). The Influence of Nickel Slag
1974:2011). Departemen Pekerjaan Aggregate Concentration to
Umum. Compressive and Flexural Strength on
12. Anonim. 2013. Persyaratan Beton Fly Ash-Based Geopolymer Composite.
Struktural untuk Bangunan Gedung AIP Conference Proceedings, 1725,
(SNI 2847:2013). Departemen 020083 (2016); 10.1063/1.4945537.
Pekerjaan Umum. 21. Tanijaya, J., & Hardjito, D. (2007).
13. ASTM Standard C469-02. 2002. The Short-Term Properties of Nickel
Standard Test Method for Static Slag-Aggregate High Strength
Modulus of Elasticity and Poissons Concrete. Conference on Sustainable
Ratio of Concrete in Compression Building South East Asia, 5-7
(ASTM C469-02). USA: ASTM November 2007, Malaysia.
International.

Anda mungkin juga menyukai