id
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian teori
a. Beton
Beton adalah pencampuran dari pasir sebagai agregat halus, kerikil sebagai
agregat kasar dan semen (PC) sebagai bahan pengikat hidrolis bila dicampur
dengan air. “Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik
yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan
yang membuat masa padat”. (SK SNI 03-2847-2002).
Beton adalah suatu bahan bahan bangunan dan konstruksi, yang
sifatsifatnya dapat ditentukan lebih dahulu dengan mengadakan perencanaan dan
pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan yang dipilih. Bahan-bahan pilihan
itu adalah, ikatan keras, yang ditimbulkan oleh reaksi kimia antara semen dan air,
serta agregat dimana semen yang mengeras itu beradhesi dengan baik maupun
kurang baik. Agregat itu berupa kerikil, batu pecah, sisa-sisa bahan mentah
tambang, agregat ringan buatan, pasir atau bahan sejenisnya. (L.J.Murdock,
1999:2)
Beton merupakan suatu bahan komposit (campuran) dari beberapa
material, yang bahan utamanya terdiri dari medium campuran antara semen,
agregat halus, agregat kasar, air serta bahan tambahan lain dengan perbandingan
tertentu. Karena beton merupakan komposit, maka kualitas beton sangat
tergantung darikualitas masing-masingmaterial pembentuk.(Tjokrodimulyo,1992).
Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan
untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lain-lain. Beton merupakan satu
kesatuan yang homogen. Beton terdiri dari campuran agregat halus dan agregat
kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat lain), dengan semen, yang
dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu ( Wuryati S.& Candra R,
2001:III).
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Menurut Neville dan Brooks (1987) beton ringan dapat dibagi menjadi tiga
kategori, yaitu :
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan beton ringan
antara lain (Tjokrodimuljo, 1996).
2) Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung.
Dengan demikian beton yang dihasilkan akan lebih ringan daripada beton biasa.
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1) Ringan, berat jenis beton biasa sekitar 2300 kg/m3, adapun berat jenis beton
ringan dari 300 kg/m3 sampai 1200 kg/m3. Beton yang sangat ringan biasanya
baik dipakai untuk bahan isolasi, adapun beton tidak begitu ringan dapat
digunakan untuk struktur ringan.
2) Tidak menghantarkan panas, beton ringan mempunyai nilai isolasi sebesar 3
sampai 6 kali bata dan sekitar 10 kali beton biasa. Dinding tembok tebal 200 mm
yang terbuat dari beton ringan dengan berat jenis 800 kg/m3 mempunyai tingkat
isolasi sama dengan dinding bata tebal 400 mm yang berta jenisnya 1600 kg/m3.
3) Tahan api, beton ringan mempunyai sifat yang baik sekali dalam menahan
kebakaran, sifatnya yang tidak baik dalam menghantarkan panas membuat beton
ringan itu amat baik untuk melindungi bagian struktur dari pengaruh api.
4) Mudah dikerjakan, beton ringan dapat dengan mudah digergaji, dipotong atau
dipaku, oleh karena itu beton ringan mudah dibuat, perbaikan setempat juga
mudah dilakukan tanpa merusak bagin lain yang tidak diperbaiki.
5) Keawetan, karena beton ringan biasanya bersifat tidak kedap air maka beton ini
tidak dapat mencegah terjadinya karat pada baja tulangannya sebagainya terjadi
pada beton biasa oleh karena itu maka baja tulangan yang dipakai perlu diberi
lapisan khusus untuk mencegah terjadinya korosi.
6) Harga murah karena beratnya ringan dan nilai banding antara kuat tekan dan berat
jenisnya kecil, pemakaian beton jenis ini akan membuat pemakaian baja tulangan
yang sedikit.
d. Styrofoam
Styrofoam terbuat dari bahan utama polysterene yaitu bahan plastik yang
cukup kuat, yang disusun oleh erethylene dan benzene. Bahan ini diproses secara
injeksi ke dalam sebuah cetakan dengan tekanan tinggi dan dipanaskan pada suhu
tertentu dan waktu tertentu. Akhir abad 19, apoteker Jerman bernama Eduard
Simon menemukan senyawa polysterene. Ia mengisolasi bahan itu dari bahan
resin alami. Temuan ini disempurnakan
commit tooleh
user Herman Staudinger dari Jerman
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Mr. Cho dari Korea dalam Seminar Inovasi Bahan Bangunan di Semarang
16 Maret 2004, dimana ia membawakan makalah dengan judul Memperkenalkan
Styrofoam Sebagai Bahan Bangunan Untuk Interior dan Exterior, Sistem
Waterproofing Untuk Gedung, dan Penggunaan Breksi Batu Apung Pada
Campuran Beton, berpendapat bahwa,” Styrofoam adalah hasil bahan olahan dari
polyester yang berupa butiran sintetik yang saling rekat yang mempunyai sifat
tidak bisa tenggelam dan mampu menahan suhu ruangan lebih lama.”
Taufiq Lilo A.S. dan AG.Tamrin. ”Material Beton Struktur Dari Beton
Ringan Styrofoam”(2006), meneliti tentang penggunaan styrofoam untuk
menggantikan sebagian dari agregat kasar dalam campuran adukan beton ringan
struktural dan didapatkan hasil bahwa beton ringan struktur dengan berat jenis
paling kecil dan masih memenuhi syarat kuat tekan beton ringan struktur adalah
1887.24 kg/m³ dengan kuat tekan 18.59 MPa pada variasi 20% styrofoam
pengganti agregat kasar untuk kuat tekan rencana 20 MPa.
Ernawati Sri S. dan Taufiq Lilo A.S. “Pengaruh Faktor Bentuk Styrofoam
Terhadap Kuat Tekan dan Berat Jenis Beton Ringan Struktural” (2007), meneliti
tentang pengaruh faktor bentuk styrofoam terhadap kuat tekan dan berat jenis
beton ringan struktural. Dan diperoleh hasil bahwa faktor bentuk styrofoam tidak
commit to user
memberi pengaruh yang signifikan. Jadi apapun bentuk styrofoam baik itu
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
segitiga, segiempat maupun tak beraturan akan memberikan kuat tekan dan berat
jenis yang tidak jauh berbeda.
1) Abu terbang kelas F, ialah abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batubara
jenis anthracite pada suhu 1560 ºC, abu terbang ini mempunyai sifat-sifat semen
dengan kadar kapur dibawah 10%.
2) Abu terbang kelas N, ialah hasil kalsinasi dari pozolan alam, misalnya diatomic,
shole, tuft dan batu apung.
3) Abu terbang kelas C,ialah abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran lignite
atau batubara dengan kadar karbon sekitar 60%, abu terbang ini mempunyai sifat-
sifat semen dengan kadar kapur diatas 10%.
Komposisi kimia masing-masing jenis abu terbang sedikit berbeda
dengan komposisi kimia semen. Tabel 2.4 berikut ini menjelaskan komposisi
kimia abu terbang dan semen menurut Ratmaya Urip (2003).
Tabel2.1 Komposisi kimia berbagai jenis abu terbang dan semen portland
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sebagaimana dapat dilihat dalam tabel 2.3. Oksida – oksida tersebut berinteraksi
satu sama lain untuk membentuk serangkaian produk yang lebih komplek selama
proses peleburan.
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2) Air
Murdock dan Brook (1986) berpendapat di dalam campuran
beton, air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama untuk
memungkinkan reaksi kimia yang menyebakan pengikatan dan
berlangsungnya pengerasan, dan yang kedua, sebagai pelincir
campuran kerikil, pasir dan semen agar memudahkan percetakan.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3) Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira – kira
menempati sebanyak 70 % volume mortar atau beton. Walaupun
namanya hanya sebagai bahan pengisi, tetapi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat mortar/betonnya, sehingga pemilihan
agregat adalah suatu bagian penting dalam pembuatan
mortar/beton(Tjokrodimuljo, 2004).
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
berada dengan standar tersebut, maka hasil uji kuat tekannya berbeda,
sehingga harus dikalikan dengan faktor pengali.
Pencatatan yang dilakukan saat pengujian kuat tekan adalah
besarnya beban P pada saat silinder beton hancur. Besarnya tegangan hancur
pada benda uji silinder digunakan rumus:
Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland dengan 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
kekuatan awal yang tinggi
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Beton padat
Gambar 2.2. Pengaruh faktor air semen terhadap kuat tekan beton
(Shetty, 1997)
(Sumber: Tjokrodimuljo, 2004: VIII-4)
3) Kepadatan beton
Kekuatan beton berkurang jika kepadatan beton berkurang. Beton yang
kurang padat berarti berisi rongga sehingga kuat tekannya berkurang
(Tjokrodimuljo, 2004).
4) Jumlah pasta semen
Pasta semen dalam beton berfungsi untuk merekatkan butir – butir agregat.
Pasta semen akan berfungsi secara maksimal jika seluruh pori antar butir – butir
agregat terisi penuh dengan pasta semen, seluruh permukaan butir agregat
terselimuti pasta semen. Jika pasta semen sedikit maka tidak cukup untuk mengisi
commit to user
pori – pori antar butir agregat dan tidak seluruh permukaan butir agregat
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
terselimuti oleh pasta semen, sehingga rekatan antar butir kurang kuat, dan
berakibat kuat tekan beton lebih didominasi oleh pasta semen, bukan agregat.
Karena umumnya kuat tekan pasta semen lebih rendah daripada agregat, maka
jika terlalu banyak pasta semen kuat tekan beton menjadi lebih rendah.
35
30
20
.
5) Jenis semen
Semen portland untuk pembuatan beton terdiri dari beberapa jenis,
sebagaimana dapat dilihat pada Bab II. Masing – masing jenis semen Portland
(termasuk Semen Portland Pozolan) mempunyai sifat tertentu. Misalnya cepat
mengeras, dan sebagainya, sehingga mempengaruhi pula terhadap kuat tekan
betonnya.
6) Sifat agregat
Beberapa sifat agregat yang mempengaruhi kekuatan beton, yaitu:
(a) Kekasaran permukaan, karena permukaan agregat yang kasar dan
tidak licin membuat rekatan antara permukaan agregat dan pasta semen lebih kuat
daripada permukaan agregat yang halus dan licin
commit to user
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Berat jenis (dalil Archimides) ialah suatu ukuran untuk menentukan apakah
suatu benda tenggelam, melayang, ataukah mengapung bila dimasukkan ke dalam
air.
Bila berat jenis benda lebih besar dari berat jenis air, maka benda itu akan
tenggelam. Bila berat jenis benda lebih kecil dari berat jenis air, maka benda itu
akan terapung. Dan bila berat jenis benda sama dengan berat jenis air, maka benda
itu akan melayang.
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan
massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. Berat
jenis tidak mempunyai satuan atau dimensi.(http://id.wikipedia.org/wiki/Berat_jenis).
Dalam hal struktural ada beberapa istilah mengenai berat jenis yang dipakai pada
agregat :
1) Berat Jenis Absolut, yaitu perbandingan antara berat suatu massa
yangmasif terhadap berat air murni pada volume yang sama.
2) Berat Jenis nyata, yaitu berat yang dibandingkan adalah
beratkeseluruhan agregat (termasuk volume pori yang tidak tembus
air).
3) Berat jenis pada kondisi kering permukaan (Saturated Surface
Dry),yaitu berat yangcommit
dibandingkan
to user adalah berat pada keadaan jenuh
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
B. Kerangka berpikir.
Beton merupakan bahan bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat
sebagai pilihan utama satu konstruksi. Kuat tekan yang besar, menjadi satu alasan
masyarakat untuk memilih bahan ini. Namun, beton juga mengalami kekurangan
yaitu berat jenis yang relatif besar (2400 kg/m3). Hal ini menjadi salah satu
penghambat dalam sebuah konstruksi dan juga kurang bagus jika dipakai di
daerah dengan intensitas gempa yang cukup tinggi seperti Indonesia.
Styrofoam atau Foamed Polysterene (FPS) yang ringan dan praktis ini
masuk dalam kategori jenis plastik. Styrofoam dibuat dari monoer stirena melalui
polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan
pemanasan untuk pelunakkan resin dan menguapkan sisa bowling agen. Bahan
dasar yang digunakan adalah 90-95% polysterene dan 5-10% gas seperti n-butana
dan n-pentana. Jika bisa diasumsikan sebagai bahan substitusi pengganti agregat
kasar (split). Sehingga volume penggunaan agregat kasar rendah maka kuat tekan
beton menjadi rendah pula.
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dari kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruhpenambahan styrofoam dan flyash terhadap berat jenis beton
ringan struktural.
2. Terdapat pengaruh penambahan styrofoam dan flyash terhadap kuat tekan beton
ringan struktural
commit to user
27